Menurut Hukum Kontrak Singapura

3. Menurut Hukum Kontrak Singapura

  Hukum kontrak Singapura cenderung mengikuti tradisi umum hukum kontrak yang ada dalam sistem common law, lahirnya suatu kontrak menurut hukum kontrak Singapura diawali dengan kesepakatan berdasarkan offer atau penawaran dan accpetance atau penerimaan. Pasal 8.2.2. mendefinisikan suatu penawaran adalah suatu janji atau ungkapan keinginan dalam bentuk lain, dari pihak yang menawarkan atau si penawar untuk terikat dengan ketentuan-ketentuan tertentu yang diatur setelah adanya penerimaan tanpa syarat atas ketentuan-ketentuan ini oleh pihak yang diberikan penawaran tersebut atau pihak yang ditawarkan. Dengan ketentuan terdapat unsur-unsur pembentukan perjanjian lainnya, yaitu imbalan dan niat atau maksud untuk menciptakan hubungan hukum, penerimaan atas penawaran membuahkan perjanjian yang sah.

  Selanjutnya Pasal 8.2.3. menentukan, apakah pernyataan tertentu dianggap sebagai penawaran tergantung pada maksud dilakukannya penawaran tersebut. Suatu penawaran harus dilakukan dengan niat atau maksud untuk terikat. Di lain pihak, apabila seseorang sekedar memberikan penawaran atau menanyakan informasi, tanpa maksud untuk terikat, paling jauh ia hanya bermaksud mengundang untuk menjamu pihak lainnya. Berdasarkan pengujian obyektivitas, seseorang dapat dikatakan telah membuat penawaran apabila pernyataannya membuat orang biasa yakin bahwa orang yang sedang membuat penawaran tersebut bermaksud untuk terikat dengan penerimaan atas dugaan penawaran tersebut, meskipun orang tersebut sebenarnya tidak

  mempunyai maksud demikian. 38

  Mengenai cara pengakhiran suatu penawaran diatur Pasal 8.2.4 yang menentukan, suatu penawaran dapat diakhiri dengan cara menariknya pada setiap waktu sebelum penawaran tersebut diterima, dengan ketentuan penarikan penawaran tersebut diberitahukan kepada pihak yang

  38 http:www.singaporelaw.sg, diakses tanggal 11 November 2017 pukul 18:00 WIB.

  Offer. 8.2.2 An offer is a promise, or other expression of willingness, by the ‘offeror’ to be bound on certain specified terms upon the unqualified acceptance of these terms by the person to whom the offer is made (the ‘offeree’). Provided the other formation elements (ie consideration and intention to create legal relations) are present, the acceptance of an offer results in a valid contract.

  8.2.3 Whether any particular statement amounts to an offer depends on the intention with which it is made. An offer must be made with the intention to be bound. On the other hand, if a person is merely soliciting offers or requesting for information, without any intention to be bound, at best, he or she would be making an invitation to treat. Under the objective test, a person may be said to have made an offer if his or her statement (or conduct) induces a reasonable person to believe that the person making the offer intends to be bound by the acceptance of the alleged offer, even if that person in fact had no such intention.

  ditawarkan, baik oleh pihak yang menawarkan atau melalui sumber yang dapat dipercaya.

  Penolakan atas suatu penawaran, termasuk membuat penawaran balik atau mengubah ketentuan-ketentuan awal, mengakhiri adanya penawaran. Apabila tidak ada aturan tegas mengenai waktu, suatu penawaran akan berakhir setelah jangka waktu yang sewajarnya. Apa yang dianggap sebagai jangka waktu yang sewajarnya tergantung pada fakta-fakta tertentu dari kasus yang terkait. Meninggalnya pihak yang menawarkan jika diketahui oleh pihak yang ditawarkan, membuat pihak yang ditawarkan tidak dapat menerima penawaran. Bahkan jika tidak mengetahui kejadian tersebut, meninggalnya salah satu pihak mengakhiri

  keberadaan setiap penawaran yang bersifat pribadi. 39

  Mengenai tentang ketentuan suatu penerimaan, diatur dalam Pasal 8.2.5 dan Pasal 8.2.6. Penawaran menurut Pasal 8.2.5 menentukan, suatu penawaran diterima atas dasar penundukan tanpa syarat dan tanpa batasan pada ketentuan- ketentuannya oleh pihak yang ditawarkan. Penundukan ini dapat dinyatakan secara tegas melalui kata-kata atau tindakan, tetapi tidak dapat disimpulkan dari sekedar diam, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat luar biasa.

  39 Ibid. Termination of offer. 8.2.4 An offer may be terminated by withdrawal at

  any time prior to its acceptance, provided there is communication, of the withdrawal to the offeree, whether by the offeror or through some reliable source. Rejection of an offer, which includes the making of a counter-offer or a variation of the original terms, terminates the offer. In the absence of an express stipulation as to time, an offer will lapse after a reasonable time. What this amounts to depends on the particular facts of the case. Death of the offeror, if known to the offeree, would render the offer incapable of being accepted by the offeree. Even in the absence of such knowledge, death of either party terminates any offer which has a personal element.

  Selanjutnya Pasal 8.2.6 menentukan, sebagai aturan umum, penerimaan harus diberitahukan kepada pihak yang menawarkan, meskipun terdapat beberapa pengecualian dimana penerimaan dikirim melalui pos dan metode pemberitahuan ini dibenarkan baik secara tegas ataupun tersirat. Pengecualian ini, yang dikenal sebagai aturan penerimaan melalui pos sesuai dengan postal acceptance rule, mengatur bahwa penerimaan terjadi pada saat dimana surat penerimaan dikirimkan melalui pos, terlepas apakah surat tersebut benar-benar diterima oleh pihak yang menawarkan

  atau tidak 40 . Pasal berikutnya mengatur tentang bagaimana

  suatu kepastian dalam kontrak semestinya dibuat, yaitu sebelum kesepakatan dapat diberlakukan sebagai kontrak, ketentuan-ketentuannya harus cukup pasti. Setidaknya, ketentuan-ketentuan utama dari kepakatan harus dijabarkan. Di luar ini, Pengadilan dapat memutuskan permasalahan ketidak-jelasan atau ketidak-pastian dengan mengacu pada tindakan-tindakan para pihak, pola transaksi sebelumnya antara para pihak, praktek perdagangan atau standar kewajaran.

  mengenai hal-hal terperinci dari kontrak dapat mengisi

  kesenjangan ini 41 .

  40 Ibid. Acceptance. 8.2.5 An offer is accepted by the unconditional and

  unqualified assent to its terms by the offeree. This assent may be expressed through words or conduct, but cannot be inferred from mere silence save in very exceptional circumstances.

  8.2.6 As a general rule, acceptance must be communicated to the offeror, although a limited exception exists where the acceptance is sent by post and this method of communication is either expressly or impliedly authorised. This exception, known as the ‘postal acceptance rule’, stipulates that acceptance takes place at the point when the letter of acceptance is posted, whether or not it was in fact received by the offeror.

  41 Ibid. Certainty. 8.2.7 Before the agreement may be enforced as a contract, its

  terms must be sufficiently certain. At the least, the essential terms of the

  Telah diatur juga ketentuan-ketentuan mengenai unsur-unsur kelengkapan suatu kontrak agar kontrak tersebut sah menurut hukum. Pasal 8.2.8 menentukan, kesepakatan yang tidak lengkap juga tidak dapat dianggap sebagai kontrak yang dapat diberlakukan. Kesepakatan- kesepakan yang dibuat dengan tunduk pada kontrak dapat dianggap tidak lengkap apabila tujuan dari para pihak, sebagaimana ditentukan dari fakta-fakta yang ada, tidak mengehendaki terikat secara hukum sampai dengan penandatanganan dokumen formal atau sampai dengan kesepakatan selanjutnya telah dicapai. Hal ini dapat dilihat

  lebih lanjut dalam kutipan di bawah ini. 42

  Pasal berikutnya menunjukan bahwa perangkat hukum Singapura telah disiapkan dan adequate untuk menyambut perkembangan jaman dan kemajuan teknologi. Pasal 8.2.9 mengatur tentang Electronic Transaction Act, yaitu Undang-Undang Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa, kecuali dalam hal-hal yang berkenaan dengan persyaratan tertulis atau tanda tangan pada surat wasiat, surat berharga, indentur, pernyataan trust atau surat kuasa, kontrak-kontrak yang melibatkan harta tidak bergerak dan dokumen kepemilikan, catatan elektronik dapat digunakan untuk menyatakan penawaran atau penerimaan atas penawaran dalam pembuatan kontrak. Pernyataan niat atau maksud

  agreement should be specified. Beyond this, the courts may resolve apparent vagueness or uncertainty by reference to the acts of the parties, a previous course of dealing between the parties, trade practice or to a standard of reasonableness. On occasion, statutory provision of contractual details may fill the gaps.

  42 Ibid. Completeness. 8.2.8 An incomplete agreement also cannot amount to an

  enforceable contract. Agreements made ‘subject to contract’ may be considered incomplete if the intention of the parties, as determined from the facts, was not to be legally bound until the execution of a formal document or until further agreement is reached.

  antara para pihak dari perjanjian dapat juga dibuat dalam bentuk catatan elektronik. Dijelaskan juga di dalam Undang- undang Transaksi Elektronik, bahwa kapan suatu catatan elektronik berasal dari orang tertentu dan bagaimana waktu dan tempat pengiriman dan penerimaan catatan

  elektronik akan ditentukan. 43

  Dari uraian di atas, suatu kontrak yang konsensus menurut hukum kontrak Singapura dirumuskan: Offer + Acceptance = Agreement. Unsur terpenting konsensualisme (offer dan acceptance) dalam common law system adalah adanya pertemuan kehendak (meeting of the minds) dan kesesuaian pendapat (concurence of wills) yang telah mempersatukan para pihak. Bersatunya para pihak berarti adanya keharmonisan atau kecocokan dalam pendapat, pandangan, maksud, dan tujuan yang dapat digabungkan untuk mengatur peristiwa yang akan datang.