Perempuan Ternate di Tengah Dominasi Pria

III. Perempuan Ternate di Tengah Dominasi Pria

  Secara umum hasil Pemilu 2009 untuk DPRD Kota Ternate memperlihatkan meningkatnya keterwakilan perempuan dibandingkan pemilu sebelumnya (2004). Seperti dikemukakan di awal tulisan ini, empat kursi dari 25 kursi DPRD Ternate dimenangkan oleh caleg perempuan, yakni masing-masing seorang dari Golkar, PAN, PDI-P, dan Hanura. Perolehan kursi para caleg perempuan di DPRD Ternate ini relatif lebih tinggi dibandingkan DPRD Maluku utara yang hanya

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  berjumlah empat orang dari 45 orang anggota DPRD tingkat provinsi.

  Perolehan sekitar 16 persen kursi perempuan di DPRD Ternate tersebut dapat dikatakan belum optimal jika dihubungkan dengan urgensi pemenuhan prasyarat minimal 30 persen keterwakilan perempuan dalam politik pada umumnya, dan di dalam lembaga parlemen khususnya. Walaupun demikian, apabila dibandingkan dengan pencapaian delapan daerah kabupaten dan kota lain di Malut, perolehan empat kursi perempuan di DPRD Ternate dapat dikatakan cukup berhasil, karena pada umumnya hanya satu hingga dua wakil perempuan yang berhasil masuk DPRD kabupatenkota lainnya.

  Upaya partai-partai politik untuk memenuhi

  persyaratan minimal 30 persen

  keterwakilan

  perempuan sebenarnya telah dilakukan pada tingkat pencalonan anggota DPRD. Seperti tampak dalam Tabel IV.4, jumlah caleg perempuan di tiga Dapil untuk DPRD Ternate telah melebihi 30 persen, yakni 36,4 persen (Dapil 1), 33,9 persen (Dapil 2), dan 33,8 persen (Dapil 3). Namun ketika harus bersaing bebas merebut dukungan konstituen melalui pemilu dengan sistem proporsional terbuka atau mekanisme suara terbanyak, hanya beberapa orang caleg perempuan yang berhasil terpilih sebagai anggota DPRD.

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  Tabel IV.4 Perbandingan Caleg Laki-laki dan Perempuan untuk DPRD Ternate (2009)

  Daerah Pemilihan

  Kota Ternate Laki-laki

  Sumber: Diolah dari data KPU Kota Ternate (2009).

  Dari 37 parpol peserta Pemilu 2009 untuk DPRD Ternate, sembilan parpol di antaranya tidak memenuhi persyaratan minimal 30 persen caleg perempuan. Tiga dari sembilan parpol tersebut justru parpol-parpol besar pada tingkat nasional, yakni Golkar (hanya 26 persen caleg perempuan), PDI-P (28 persen), dan Demokrat bahkan hanya 10 persen dari caleg yang

  diajukan berjenis kelamin perempuan 4 .

  Menarik bahwa empat orang caleg perempuan terpilih

  sumberdaya politik, ekonomi, dan kultural relatif menonjol dibandingkan para caleg perempuan lainnya. Seperti disinggung sebelumnya, tiga dari empat orang

  4 Diolah dari data KPU Kota Ternate tentang Daftar Calon Tetap DPRD Ternate untuk Pemilu 2009.

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  caleg perempuan yang berhasil meraih kursi DPRD tersebut ternyata adalah ketua parpol mereka masing- masing, sedangkan seorang lainnya adalah salah satu wakil ketua parpol. Itu artinya, empat caleg perempuan yang berhasil tersebut memang memiliki sumberdaya politik, ekonomi, dan kultural yang lebih dibandingkan para caleg perempuan lainnya.

  Secara ekonomi, salah seorang caleg perempuan (Husni Bopeng) sebelum terjun ke politik dan menjadi caleg, berprofesi sebagai pengusaha atau kontraktor, seorang lainnya (Merlisa) adalah isteri dari kontraktor yang cukup berhasil di Ternate, sedangkan satu orang lagi (Erni Drakel) adalah anak dari pengusaha sukses di daerah tersebut. Modal politik dan ekonomi ini ditengarai menjadi salah satu faktor penting di balik kemampuan

  konstituen dalam pemilu multipartai yang memerlukan

  dukungan finansial yang besar 5 . Di sisi lain, sistem

  proporsional dengan mekanisme suara terbanyak, menuntut para kandidat berkompetisi secara bebas, sehingga kemampuan finansial dalam membiayai kampanye politik dan pencitraan diri yang amat mahal turut menentukan keberhasilan para caleg dalam Pemilu 2009 yang lalu.

  5 Wawancara dengan Herman Usman, sosiolog dan pengamat politik, di Ternate, Juli 2012.

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  Secara kultural faktor kekerabatan menjadi salah satu variabel yang menentukan pula dalam keberhasilan para caleg perempuan. Salah seorang caleg perempuan yang berhasil (Vulkanita) misalnya, meski bukan seorang pengusaha, tidak bersuamikan pengusaha, dan bukan anak pengusaha, namun berhasil meraih popularitas dari ketokohan suaminya sebagai sosok Camat yang berhasil di Ternate. Hal itu terbukti dari data hasil Pemilu 2009 yang menunjukkan perolehan suara signifikan yang diraih Vulkanita terutama diperoleh dari wilayah kecamatan di mana suaminya pernah bertugas sebagai Camat.