Ternate dalam Dinamika Politik Malut

II. Ternate dalam Dinamika Politik Malut

  Ternate adalah sebuah kota sekaligus pulau yang hampir selalu “mendidih” secara vulkanik karena di tengah-tengah pulau kecil yang indah ini menjulang gunung berapi Gamalama yang sangat aktif sehingga setiap saat penduduknya terancam dampak bencana yang tidak pernah dapat diduga kapan hadirnya. Satu- satunya pilihan yang tersedia bagi sekitar 185.655 jiwa (2010) penduduk Ternate adalah selalu waspada dan siaga menghadapi bencana meletusnya Gamalama yang tak pernah dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam kurun waktu setahun terakhir (2011-2012) misalnya, gunung Gamalama tercatat meletus dan memuntahkan debu vulkanik beberapa kali, dua di antaranya yang terbesar terjadi pada awal Desember

  2011 1 , serta pertengahan September 2012 yang lalu 2 .

  1 Lihat antara lain, “Gunung Gamalama Meletus”, dalam http:www.jpnn.comread20111205110138Gunung-Gamalama-

  Meletus- , diakses tanggal 16 September 2012.

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  Meskipun demikian tampaknya warga Kota Ternate, salah satu dari sembilan kabupatenkota di Malut, sudah terbiasa dengan erupsi Gamalama. Masyarakat setempat sudah merasa menyatu dengan alam Ternate yang sejak era kolonial dikenal sangat kaya akan rempah-rempah. Selama ini relatif tidak ada eksodus

  meninggalkan pulau kecil itu meskipun setiap saat terancam erupsi salah satu gunung paling aktif di Indonesia itu. Seperti terjadi pada beberapa letusan Gamalama terakhir, sebagian masyarakat hanya mengungsi ke lokasi-lokasi yang dianggap aman di pulau Ternate, kemudian setelah itu kembali lagi ke rumah mereka masing-masing setelah tahapan erupsi dianggap berakhir.

  Karena itu, kendati terus-menerus didera bencana gunung Gamalama yang mengancam setiap waktu, hal itu relatif tidak mengurangi jumlah penduduk yang tetap ingin bertahan di Ternate. Hal ini tercermin dari fakta bahwa Ternate merupakan kotakabupaten dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi se-Malut, yakni 740,1 jiwakm2 dengan luas wilayah hanya 250,85 km2, sedangkan dari segi jumlah penduduk, Ternate memiliki penduduk terbanyak

  2 “Gunung Gamalama Meletus Lagi, Kota Ternate Tertutup Abu”, dalam http:regional.kompas.comread2012091613580870Gunung.Gama

  lama.Meletus.Lagi.Kota.Ternate.Tertutup.Abu, Minggu, 16 September 2012 | 13:58 WIB.

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  kedua di Malut setelah Kabupaten Halmahera Selatan yang berpenduduk 198.032 jiwa (2010).

  Tabel IV.1 Jumlah Penduduk KabupatenKota di Maluku Utara

  Jenis Kelamin

  No.

  KabupatenKota

  Laki-laki Perempuan

  Jumlah

  1 Halmahera Barat

  Tengah 3 Kepulauan Sula

  4 Halmahera Selatan 101 255

  5 Halmahera Utara

  6 Halmahera Timur

  7 Pulau Morotai

  9 Tidore Kepulauan 45 106

  89 506 Jumlah 529 645 505 833 1 035 478

  Sumber: Statistik Daerah Propinsi Maluku Utara 2010.

  Sementara itu secara agama, Kota Ternate adalah wilayah dengan konsentrasi pemeluk Islam terbesar di seluruh Malut karena mencakup 96,2 persen dari total jumlah penduduk Ternate. Secara historis Ternate

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  dikenal sebagai pusat kejayaan kerajaan Islam yang tak hanya menguasai wilayah Nusantara bagian timur, dan bahkan hingga Mindanao di Filipina bagian selatan, melainkan juga pernah dengan gagah berani menaklukan kolonial Portugis. Salah satu Sultan Ternate yang paling disegani pada zamannya adalah Sultan Baabullah (1528-1583) yang hidup dan memimpin Kesultanan Ternate dengan bijak pada abad ke-16. Sultan Baabullah dijuluki “penguasa 72 pulau” yang semuanya berpenghuni (sejarawan Belanda, Valentijn menuturkan secara rinci nama-nama ke-72 pulau tersebut) hingga menjadikan kesultanan Ternate sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia Timur, di samping Kesultanan Aceh dan Kesultanan Demak yang menguasai wilayah barat dan tengah nusantara kala

  itu 3 .

  Selain itu, Kesultanan Ternate adalah salah satu dari empat kesultanan di kepulauan Maluku, dan merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara. Tiga kesultanan lainnya di Maluku adalah Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan. Kesultanan Ternate dan Tidore yang saling berdekatan dan terletak di sebelah Pulau Halmahera adalah dua kesultanan yang memiliki peran menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya,

  3 Lihat, http:id.wikipedia.orgwikiKesultanan_Ternate

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi salah satu pusat perdagangan rempah-rempah dunia di masa lalu. Namun sisa-sisa masa kejayaan Kesultanan Ternate tersebut kini relatif sudah tidak tampak kecuali bangunan bisu Istana Kesultanan yang lebih sering ditinggalkan oleh Sultan dan Permaisuri yang lebih sibuk sebagai politisi di Jakarta, masing-masing sebagai anggota DPD dan DPR hasil Pemilu 2009.

  Tabel IV.2 Jumlah Penduduk Maluku Utara Menurut Agama

  Agama yang Dianut

  Kristen Kato

  Hin

  Bu Kho Lain

  hera Barat 2 Halma

  hera Tengah 3 Kepula 120 35

  Sula 4 Halma

  Selatan 5 Halma

  hera

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  Utara 6 Halma

  hera Timur 7 Pulau

  i 8 Ternat

  Kepula uan

  Termasuk yang tidak terjawab dan tidak ditanyakan Sumber: BPS, 2010, dalam http:sp2010.bps.go.idindex.phpsitetabel?tid=321wid=8200000000.

  Meskipun secara historis Ternate adalah kerajaan Islam dan secara sosiologis mayoritas masyarakat Ternate adalah pemeluk Islam, namun secara politik, partai- partai Islam tidak pernah mendominasi politik di daerah ini. Sejak Pemilu 1999, 2004, dan 2009, pemilihan anggota DPRD Ternate selalu dimenangkan oleh Partai Golkar. Jadi, walaupun secara nasional pada 1999 pemilu legislatif dimenangkan oleh PDI Perjuangan, pada tingkat DPRD Ternate parpol berlambang kepala banteng tersebut dikalahkan oleh Golkar. Hal yang sama terjadi pada 2009 yang lalu, ketika secara nasional Partai Demokrat unggul, secara lokal

  Demokrat

  dikalahkan

  oleh

  Golkar.

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  Kecenderungan yang sama terjadi pada tingkat Provinsi Malut, baik pada Pemilu 2004 maupun Pemilu 2009. Parpol-parpol Islam dan berbasis Islam pada umumnya hanya menjadi kekuatan menengah dalam percaturan politik lokal di Ternate.

  Seperti tampak pada Tabel IV.3, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) hanya merebut empat kursi DPRD Ternate dalam Pemilu 1999, kemudian merosot menjadi masing-masing dua kursi pada Pemilu 2004 dan 2009. Kecenderungan yang sama, bahkan lebih buruk, dialami oleh parpol Islam dan berbasis Islam lainnya seperti Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Bintang Reformasi (PBR), dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). PKB bahkan gagal memperoleh kursi pada Pemilu 1999 dan 2004, sedangkan PBB tidak memperoleh satu pun kursi DPRD pada Pemilu 2004.

  Tabel IV.3 Perolehan Kursi Parpol di DPRD Ternate (1999-2009)

  Perolehan Kursi Pemilu Legislatif

  No.

  Partai Politik

  1 Partai Golkar

  2 PDI Perjuangan

  3 Partai Persatuan

  Pembangunan 4 Partai Bulan

  Bintang

  Bab IV “Bidadari-Bidadari Perkasa” di Maluku Utara: Studi Awal atas Kinerja Legislator Perempuan di DPRD Ternate

  5 Partai Amanat

  Nasional 6 Partai Persatuan

  7 Partai Keadilan

  Sejahtera 8 Partai Demokrat

  9 Partai Demokrasi -

  Kebangsaan 10 Partai Bintang

  Reformasi 11 Partai Karya

  Peduli Bangsa 12 Partai Hanura

  13 Partai Gerindra

  Kebangkitan Bangsa

  Catatan: Tidak termasuk anggota TNIPolri yang diangkat sebanyak 3 orang.

  Sumber: Diolah dari data KPU Kota Ternate.

  Gambaran menarik lainnya dari Tabel IV.3 di atas adalah semakin fragmentatifnya peta politik di DPRD Kota Ternate. Jika peta politik di DPRD hasil Pemilu 1999 hanya terdapat enam parpol yang mampu meraih kursi, dan pada Pemilu 2004 meningkat menjadi sembilan parpol peraih kursi, maka pada Pemilu 2009 jumlah parpol yang berhasil masuk ke DPRD Ternate menjadi 12 partai politik. Meski jumlah parpol peraih kursi meningkat, Partai Demokrasi Kebangsaan yang

  Perempuan, Partai Politik, dan Parlemen: Studi Kinerja Anggota Legislatif

  Perempuan di Tingkat Lokal

  cukup berjaya pada Pemilu 2004 dengan meraih lima kursi DPRD, justru tidak memperoleh satu pun kursi pada 2009. Kenyataan ini tampaknya terkait dengan perubahan sikap politik Sultan Ternate, Mudaffar Syah, yang pada Pemilu 2004 mendukung dan berkampanye untuk PDK, namun kemudian pindah ke Partai Demokrat pada Pemilu 2009 meski tidak mampu mendongkrak popularitas parpol yang didirikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut. Ketika Sultan Ternate mendukung Golkar pada 1999, parpol warisan Orde Baru ini menang dengan sukses di Ternate dengan meraih 11 kursi dari 22 kursi DPRD Ternate yang diperebutkan dalam pemilu –karena tiga kursi lagi dari total 25 kursi Dewan diangkat dari TNIPolri.