Menyimak untuk Menerangkan Sifat Tokoh

A. Menyimak untuk Menerangkan Sifat Tokoh

Setelah mengikuti pembelajaran berikut ini, diharapkan kamu dapat: z menerangkan sifat-sifat tokoh z menyimpulkan isi novel yang dibacakan.

Pada pembelajaran yang lalu, kamu sudah mempelajari bagaimana menjelaskan sifat-sifat tokoh dalam kutipan novel yang dibacakan. Kali ini perdalam kembali kemampuanmu dengan mendengarkan kembali pembacaan kutipan novel. Simak dan dengarkan baik-baik kutipan novel yang akan dibacakan oleh Bapak/Ibu guru atau salah seorang temanmu yang ditunjuk.

Kutipan novel berikut ini sebagai alternatif untuk dibacakan. Tutuplah bukumu apabila kutipan novel di bawah ini dibacakan.

ATHEIS

Loket bagian jawatan air kotapraja tidak begitu ramai seperti biasa. Ruangan di muka loket-loket yang berderet itu sudah tipis orang-orangnya. Memang malam pun sudah jam satu lebih. Yang masih berderet di muka di loketku hanya beberapa orang saja lagi. Aku asyik meladeni mereka. Seorang demi seorang meninggalkan loket setelah diladeni. Ekor yang terdiri dari or- ang-orang itu makin pendek hingga akhirnya hanya tinggal satu orang saja lagi.

Pada saat itu masuklah seorang laki-laki muda dari pintu besar ke dalam ruangan. Ia diiringi oleh seorang perempuan. Setelah masuk, kedua orang itu berdiri beberapa jurus melihat ke kiri ke kanan, membaca merek-merek yang bertempel di atas loket-loket.

"Itu!" kata si laki-laki muda itu sambil menunjuk ke loketku. Sepasang selop merah bergeletak di belakangnya, diayunkan oleh kaki kuning langsep yang dilangkahkan oleh seorang wanita berbadan lampai.

Bahasa Indonesia, Bahasa Kebanggaanku Kelas IX SMP dan MTs

Laki-laki itu kira-kira berumur 28 tahun. Parasnya tampan, matanya menyinarkan intelek yang tajam. Kening di atas pangkal hidungnya berkerat, tanda banyak berpikir. Pakaiannya yang terdiri dari sebuah pantalon flanel kuning dan kemeja krem, serta pantas dan bersih. Ia tidak berbaju jas, tidak berdasi.

Terkejut aku sejenak, ketika aku melihat perempuan yang melenggok- lenggok di belakangnya itu. Hampir-hampir aku hendak berseru. Kukira Rukmini. . .

Wanita itu nampaknya tidak jauh usianya dari dua puluh tahun. Mungkin ia lebih tua, tapi pakaian dan lagak lagunya mengurangi umurnya. Parasnya cantik. Hidungnya bangir dan matanya berkilau seperti mata seorang wanita India. Tahi lalat di atas bibirnya dan rambutnya yang ikal berlomba-lombaan menyempurnakan kecantikannya itu. Badannya lampai tetapi penuh berisi.

Ia memakai kebaya merah dari sutra yang tipis, ditaburi dengan bunga melati kecil-kecil yang lebih putih nampaknya di atas latar yang merah. Kainnya batik Yogya yang juga berlatarkan putih.

Orang penghabisan sudah kuladeni. "Sekarang Tuan," kataku. "Saya baru pindah ke kebon Mangga 11," sahut laki-laki itu sambil

bertelekan dengan tangannya di atas landasan loket. "O, minta pasang?" "Betul, Tuan!…?" (sejurus ia menatap wajahku) " … tapi … tapi (tiba-tiba)

astaga, ini kan Saudara Hasan, bukan?!" "Betul," (sahutku agak tercengang, lantas menegas-negas wajah orang itu,

"dan Saudara… siapa?" "Lupa lagi?" (tersenyum) "Masa lupa? Coba ingat-ingat!" Kutegas-tegas lagi. "An! Tentu saja kau tidak lupa? Masa lupa! Ini kan Saudara Rusli?"(Riang

megeluarkan tangan ke luar loket untuk berjabatan). Saat itu pula dua badan yang terpisah oleh dinding, sudah bersambung

oleh sepasang tangan kanan yang serta berjabatan. Mengalir seakan-akan persahabatan yang sudah lama itu membawa kenangan kembali dari hati ke hati melalui jabatan tangan yang bergoyang-goyang turun naik, seolah-olah menjadi goyah karena derasnya aliran rasa itu. Kepalaku seakan-akan turut tergoncangkan, menggeleng-geleng sambil berkata, "Astaga, tidak mengira kita akan berjumpa lagi. Di mana sekarang?"

Pekerjaan

"Di sini. Baru sebulan pindah dari Jakarta." "Di sini? Syukurlah . . . Astaga (menggeleng lagi kepala)! Sudah lama kita

tidak berjumpa, ya? Sejak kapan?" "Saya rasa sejak sekolah HIS di Tasikmalaya dulu. Sejak itu kita tidak pernah

berjumpa lagi?" "Memang, memang (mengangguk-angguk) memang sudah lama sekali,

ya? Sudah berapa tahun?" "Ya, ya, lima belas tahun (berkecak-kecak dengan lidah) bukan main

lamanya, ya! Tak terasa waktu beredar. Tahu-tahu kita sudah tua, bukan?" Kami tertawa. "Eh perkenalkan dulu, adikku, Kartini (menoleh kepada perempuan itu)

Tin! Tin! Perkenalkan, ini Saudara Hasan, teman sekolahku dulu." Dengan tersenyum manis Kartini berkisar dari belakang ke samping Rusli,

lantas dengan mengerling wajahku diulurkannya tangannya yang halus itu ke dalam loket.

Sejenak aku agak ragu-ragu untuk menyambutnya dan sedetik dua detik hanya kutatap saja tangannya yang terulur itu, tetapi sekilat kemudian dengan tidak kuinsyafi lagi, tangan perempuan yang halus itu sudah bersilaturahmi dengan tanganku yang kasar.

"Hasan," bisikku dalam mulut. "Kartini," sahut mulut dari balik loket itu dengan tegas. Sebentar kemudian urusan minta air sudah selesai. Aku sudah tambah

mencatat seperti seorang juru tulis pegadaian yang sudah biasa meladeni beratus- ratus rakyat kecil yang butuh uang.

"Sangat kangen saya dengan Saudara," sambil melipatkan sehelai formulir yang harus dibawanya ke loket keuangan untuk mebayar uang jaminan di sana.

"Saya pun begitu," (memungut potlot yang jatuh) "Datanglah ke rumahku." "Baik, di mana rumah Saudara? "Sasak Gantung 18." "Baik, tapi sebaiknya Saudara dulu datang ke rumahku." "O, ya, ya insya Allah, memang tuan rumah dulu yang harus memberi

selamat datang kepada orang baru."

Bahasa Indonesia, Bahasa Kebanggaanku Kelas IX SMP dan MTs

"Datanglah nanti sore, kalau Saudara sempat. Nanti kita ngobrol. Datanglah kira-kira setengah lima begitu!"

"Insya Alah! Di mana rumah Saudara itu? O,ya, ya ini kan ada daftar nama : Kebon Mangga 11."

Dengan gembira mereka berpisah dengan aku. Kartini mengangguk sambil tersenyum. Aku mengangguk kembali agak kemalu-maluan. Entahlah, terasa jantungku sedikit berdebur ketika mataku bertemu dengan matanya.

Kubereskan buku-buku. Semua permohonan pasang air kumasukkan ke dalam buku yang spesial untuk itu. Begitu juga dengan permintaan penyetopan air yang kumasukkan ke dalam buku yang lain yang khusus itu saja.

…………………………… (Atheis karya Achdiat K. Mihardja)

Latihan

Setelah pembacaan kutipan novel dilakukan, kerjakan tugas-tugas berikut ini!

1. Sebutkan tokoh-tokoh yang terdapat dalam kutipan novel yang kamu dengar dan jelaskan sifat-sifat tokoh dalam cerita itu!

Nama Tokoh Sifat Tokoh