PERBANDINGAN EFEK BERAGUN ASET DI INDONESIA DENGAN DI NEGARA-NEGARA LAIN

I. PERBANDINGAN EFEK BERAGUN ASET DI INDONESIA DENGAN DI NEGARA-NEGARA LAIN

Proses sekuritisasi telah banyak dilakukan di negara-negara lain sebagai alternatif pembiayaan bagi dunia usaha. Akumulasi nilai dari efek beragun aset menunjukkan angka yang sangat besar, untuk kawasan Asia

Pasific nilai penerbitan efek beragun aset mencapai US$ 43,54 miliar 10 , sedangkan penerbitan efek beragun aset di Amerika Serikat hingga akhir

Maret 2003 telah mencapai US$ 1.590,8 miliar 11 . Walaupun telah banyak perusahaan di Indonesia yang telah melakukan sekuritisasi atas aset

keuangannya (menjadi originator ) dan peraturan tentang efek beragun aset telah ada sejak tahun 1997, namun belum satu perusahaanpun yang melakukan penerbitan di Indonesia.

Hasil perbandingan antara proses efek beragun aset di Indonesia dengan negara-negara lain ditinjau dari berbagai aspek adalah sebagai berikut:

1. Peraturan

Di berbagai negara yang kegiatan proses sekuritisasinya telah berkembang, pengaturan proses sekuritisasi diatur dengan ketentuan setingkat Undang-undang seperti di negara Perancis, Korea Selatan,

10 Sumber ISR, Februari 2002, sebagaimana dikutip oleh DR Tsui Kai Chong, Singapore Management University

11 The Bond Market Market Association,” An Investor’s Guide to Asset-Backed Securities” , Washington,D.C., USA, 1998

Philipina, dan Amerika. Namun beberapa negara masih berpedoman kepada peraturan setingkat di bawah Undang-undang seperti yang terjadi di negara Jepang dan Jerman.

Di Indonesia, Undang-undang tentang Sekuritisasi masih dalam bentuk rancangan. Pada saat ini, dasar hukum Efek Beragun Aset adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, khususnya pasal 5 (p) dan pasal 30 (2) dan diatur lebih lanjut dalam beberapa ketentuan berikut:

a. Peraturan Bapepam Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset;

b. Peraturan Bapepam Nomor VI.A.2 tentang Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset;

c. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;

d. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk Dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset; dan

e. Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.

2. Mekanisme

Pada umumnya, mekanisme proses sekuritisasi berawal dari kreditur awal yang mentransfer portofolio piutangnya kepada sebuah Trust. Untuk meningkatkan kualitas piutang yang dibelinya, Trust membeli kredit enhancement yang dapat berupa asuransi atau garansi bank. Selanjutnya atas portofolio piutang yang telah ditambah dengan kredit enhancement dilakukan pemeringkatan. Trust menerbitkan efek atas portofolio piutang Pada umumnya, mekanisme proses sekuritisasi berawal dari kreditur awal yang mentransfer portofolio piutangnya kepada sebuah Trust. Untuk meningkatkan kualitas piutang yang dibelinya, Trust membeli kredit enhancement yang dapat berupa asuransi atau garansi bank. Selanjutnya atas portofolio piutang yang telah ditambah dengan kredit enhancement dilakukan pemeringkatan. Trust menerbitkan efek atas portofolio piutang

12 Roy Sembel, Phd, Sekuritisasi Aset

Mekanisme efek beragun aset dapat digambarkan sebagai berikut:

Servicer/Penyedia Jasa

Bank Kustodian

Manajer Invetasi

Pengelola Efek Mengurusi

Administrator

Beragun Aset juga para debitur

pembayaran dari

Efek Beragun

Aset dan wakil

memonitor transaksi

dari investor

selanjutnya

Efek Beragun Aset

Arus Kas

Pembayaran

Efek Beragun

Kas

Seller/Originator /

Investor/ Kreditur awal

Special Purpose

Aset

Vehicle (KIK-EBA)

Lender

Penjualan aset

Proteksi terhadap

Rating Agency

pemegang Efek

Obligors/ Debitur

Beragun Aset

Credit Enhancements

* Sumber: Berita Pasar Modal Edisi 52, bulan Juli 2003 Mekanisme Efek Beragun Aset di Indonesia adalah sebagai berikut:

- Perusahaan (originator) mengalihkan aset keuangannya kepada Manajer Investasi yang dicatatkan atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemegang Efek Beragun Aset.

- Portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang telah direstruktur oleh Manajer Investasi kemudian diperingkat oleh Lembaga Pemeringkat Efek ( rating agency ) dan dapat diberikan sarana peningkatan kredit/arus kas ( credit enhancement ). Jika dikehendaki dalam proses penawaran umum kepada pemodal, Manajer Investasi dapat dibantu oleh penjamin emisi efek ( underwriter ).

- Penjualan Efek Beragun Aset kepada investor dapat dilakukan melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia atau dijual kepada investor strategis. Apabila akan dijual melalui penawaran umum, maka wajib mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, sedangkan efek beragun aset yang tidak ditawarkan melalui - Penjualan Efek Beragun Aset kepada investor dapat dilakukan melalui penawaran umum di pasar modal Indonesia atau dijual kepada investor strategis. Apabila akan dijual melalui penawaran umum, maka wajib mengajukan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam, sedangkan efek beragun aset yang tidak ditawarkan melalui

- Selanjutnya, arus kas pelunasan Efek Beragun Aset - dari debitur kepada servicer (penyedia jasa yang dapat dilakukan oleh originator), kemudian oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset disalurkan kepada pemegang Efek Beragun Aset sesuai janjinya.

3. Special Purpose Vehicle

Praktek di negara lain, yang menjadi mediator dalam proses sekuritisasi aset dapat berbentuk perusahaan, dapat pula berbentuk special purpose entity, serta dapat pula dilakukan oleh suatu trust.

Di Indonesia special purpose vehicle dalam penerbitan efek beragun aset menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang merupakan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian yang mengikat para pemegang efek beragun aset.

Pengurusan Efek Beragun Aset di Indonesia dibagi menjadi beberapa fungsi, antara lain: - Fungsi proses dan pengawasan pembayaran dari debitur dilakukan

oleh penyedia jasa ( servicer ). Namun demikian, manajer investasi tetap bertanggung jawab atas pelunasan dari debitur/obligor.

- Fungsi penyimpanan dokumen dan pembayaran pengembalian investasi kepada investor dilakukan oleh bank kustodian. - Fungsi pengelolaan aset keuangan dilakukan oleh manajer investasi.

5. Transaksi

Pada prinsipnya, bentuk transaksi dalam melakukan sekuritisasi atas aset keuangan dapat dibagi dalam 3 kelompok 13 yaitu:

a. Agunan (biasa) – perusahaan yang mempunyai piutang menerbitkan efek (asset backed securities) dengan dasar (agunan) piutang tersebut.

b. Pindah tangan (pass through) – piutang suatu perusahaan dijual kepada pihak lain yang kemudian menerbitkan efek, sehingga kepemilikan atas piutang beralih dari kreditur awal kepada para investor.

c. Salur bayar (pay through) – kepemilikan piutang tetap berada pada kreditur awal, namun setiap pelunasan atas piutang langsung disalurkan kepada para investor.

Sesuai dengan ketentuan Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset, aset keuangan dapat diperoleh dari kreditur awal melalui pembelian atau tukar-menukar dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Agar dapat dicatatkan atas nama bank kustodian untuk kepentingan para pemegang efek beragun aset maka transaksi harus dilakukan dengan cara jual lepas tanpa syarat (dengan akta pengalihan atau cessie ).

6. Keterbukaan Informasi

Dalam hal keterbukaan informasi dalam proses sekuritisasi aset, mengacu kepada ketentuan yang mengatur di masing-masing negara. Pada intinya setiap penerbit diwajibkan menerbitkan suatu dokumen yang sering dikenal dengan istilah prospektus dan kepada para calon investor

13 idem 13 idem

7. Persetujuan Pengalihan Aset Keuangan

Pada prinsipnya, pengurus dan pengawas (direksi dan komisaris) mempunyai kewenangan untuk bertindak atas nama pemilik perusahaan sesuai dengan anggaran dasar suatu perusahaan.

Di Indonesia, perusahaan yang bertindak selaku originator wajib memperhatikan anggaran dasarnya. Khusus untuk perusahaan terbuka, disamping ketentuan dalam anggaran dasarnya, apabila transaksi pengalihan aset keuangan termasuk dalam kategori transaksi material maka wajib mengikuti ketentuan Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 tentang Transaksi Material Dan Perubahan Kegiatan Usaha Utama.

Dalam hal ini, apabila originator diwajibkan untuk mendapatkan penilaian dari pihak independen atas aset keuangan yang akan dialihkannya sesuai dengan Peraturan Bapepam Nomor IX.E.2 tersebut, akan menyebabkan biaya proses sekuritisasi menjadi terlalu besar/mahal. Disamping itu, dalam proses sekuritisasi apabila akan ditawarkan melalui penawaran umum wajib di peringkat, sehingga apabila dilakukan penilaian juga akan menjadi sesuatu yang berulang-ulang karena pada hakekatnya penilaian aset keuangan dan pemeringkatan atas aset keuangan merupakan aktifitas yang sejenis.

8. Perlakuan Di Bidang Pajak

Untuk dapat mengembangkan proses sekuritisasi, di berbagai negara memberikan perlakuan khusus dalam bidang perpajakan untuk special purpose vehicle termasuk dalam proses penerbitan efek beragun aset.

Ketentuan perpajakan di Indonesia yang berkaitan dengan efek beragun aset mengacu kepada Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-147/PJ/2003 tanggal 13 Juni 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang Diterima atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Para Investornya. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang menerbitkan Efek Beragun Aset diperlakukan sebagai subyek pajak Badan.

9. Pelaporan Keuangan

Masing-masing negara mempunyai standar akuntansi yang berbeda- beda sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh asosiasi akuntannya atau yang diatur oleh institusi berwenang terkait dalam suatu negara. Berkaitan dengan pedoman akuntansi efek beragun aset 2 asosiasi akuntan telah mengeluarkan standar akuntansi yang menjadi acuan internasional yaitu: - Financial Aaccounting Standard Board, di Amerika Serikat,

mengeluarkan SFAS No. 140; - Internasional Accounting Standard Commission, di Inggris, mengeluarkan IAS No. 39.

Di Indonesia, belum ada PSAK atau pedoman akuntansi yang mengatur tentang cara dan metode penyusunan laporan keuangan sehubungan dengan efek beragun aset, khususnya untuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Namun demikian, prinsip akuntansi Indonesia menganut pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga apabila tidak ada PSAK atau pedoman akuntansi yang mengatur suatu industri, dapat mengacu pada standar yang sudah ada dan mempunyai kemiripan dengan pembukuan sekuritisasi aset, atau standar akuntansi negara lain.