STUDI TENTANG PERDAGANGAN EFEK BERAGUN A
STUDI TENTANG PERDAGANGAN EFEK BERAGUN ASET
Oleh: Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL PROYEK PENINGKATAN EFISIENSI PASAR MODAL
TAHUN 2003
Abstraksi
Terganggunya iklim usaha dan investasi akibat dari krisis ekonomi membawa dampak bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam memperoleh pendanaan atas kegiatan usahanya. Untuk itu, ada salah satu cara untuk mendapatkan suntikan pendanaan secara eksternal, yakni melalui proses sekuritisasi. Sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan investor. Dan dalam praktek istilah sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities (Efek Beragun Aset). Adapun piutang yang dapat dijadikan underlying meliputi: piutang hipotek rumah, kredit mobil, kartu kredit, sewa guna usaha dsb.
Perkembangan Efek Beragun Aset di Indonesia terbilang sangat baru yakni dimulai dengan penerbitan sekuritisasi aset kartu kredit oleh City Bank pada tahun 1995, dan inipun dilakukan di luar negeri. Di pasar modal Indonesia, sampai saat Bapepam telah memiliki perangkat peraturan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset ini, namun belum ada satupun perusahaan yang memanfaatkan instrumen ini sebagai sarana pendanaan di pasar modal. Dalam peraturan-peraturan Bapepam inipun mencakup proses penerbitan Efek Beragun Aset dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatannya termasuk peran Kreditur awal/originator, penyedia jasa/serviser, Manajer Investasi, Bank Kustodian, Konsultan hukum, Akuntan Publik, pemeringkat efek, dsb. Lebih lanjut, keunggulan, resiko, sarana peningkatan kredit serta permasalahan-permasalahan yang muncul dari Efek Beragun Aset layak diketengahkan, dengan asumsi dapat diperoleh gambaran dan posisi yang jelas dari instrumen dimaksud.
Memperhatikan hal tersebut diatas, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal Indonesia mempelajari pengertian/batasan Efek Beragun Aset di negara lain, dan melakukan pengkajian ketentuan- ketentuan yang terkait dengan Efek Beragun Aset di negara lain. Antara lain Memperhatikan hal tersebut diatas, Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset di Pasar Modal Indonesia mempelajari pengertian/batasan Efek Beragun Aset di negara lain, dan melakukan pengkajian ketentuan- ketentuan yang terkait dengan Efek Beragun Aset di negara lain. Antara lain
Dikarenakan penerbitan Efek Beragun Aset merupakan suatu proses yang komplek dan rumit, maka pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses penerbitannya harus merencanakan dengan baik yang bertumpu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Memperhatikan beberapa permasalahan yang ada pada Efek Beragun Aset, maka peraturan Bapepam tentang Efek Beragun Aset yang ada pada saat ini bisa dijadikan pedoman bagi perusahaan yang berkeinginan menerbitkan efek ini. Namun demikian, peraturan-peraturan tersebut hendaknya direvisi khususnya yang menjelaskan tentang pedoman tentang keterbukaan informasi yang dituangkan dalam prospektus dan kontrak investasi kolektif, serta menjabarkan fungsi dan peran yang dijalankan oleh masing-masing pihak yang terlibat. Disamping itu, proses audit yang tepat bagi akuntan dan konsultan hukum dalam menelaah lebih jauh tentang proses penerbitan Efek Beragun Aset ini dari sisi akunting dan hukum. Selain itu, juga diperlukan proses yang jelas dari penerbitan Efek Beragun Aset ini guna mengetahui alur yang dapat dijadikan acuan dalam menjual piutang dari perusahaan ini kepada para investor termasuk pula didalamnya proses pengalihan piutang perusahaan tersebut.
KATA PENGANTAR
Setelah krisis moneter tahun 1997, telah membukakan mata dunia usaha yang dihadapkan pada kenyataan bahwa dunia perbankan bukanlah satu-satunya motor penggerak di sektor rill. Karena itu harus ada upaya lain untuk mencari sumber dana lain yang bisa diandalkan untuk keperluan jangka panjang. Salah satu yang bisa diharapkan adalah melalui pasar modal. Nah, dari bidang pasar modal ini yang belum banyak digali dan dimanfaatkan oleh para pelaku pasar yakni produk yang bernama Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities).
Berkaitan dengan produk investasi tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan studi perdagangan Efek Beragun Aset. Studi ini dimaksudkan untuk mempelajari segala aspek berkenaan dengan Efek Beragun Aset, praktek-praktek perdagangan Efek Beragun Aset di negara lain, dan respon para pelaku pasar terhadap keberadaan produk ini.
Dalam melakukan studi tentang perdagangan Efek Beragun Aset ini dilakukan dengan dua cara. Pertama melalui studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek Efek Beragun Aset di beberapa negara yang telah mempunyai ketentuan khusus tentang Efek Beragun Aset. Kedua melalui studi lapangan yang dilakukan dengan metode survey melalui kuisioner kepada pihak yang berkaitan dengan penerbitan Efek Beragun Aset, yakni Manajer Investasi, Bank Kustodian, Originator/kreditur awal, Lembaga Pemeringkat Efek, Penjamin Emisi Efek, Bursa Efek, Konsultan Hukum, dan Akuntan Publik. Selain itu kuisioner ditujukan kepada investor institusional yang meliputi: lembaga asuransi dan lembaga dana pensiun. Studi lapangan juga dilakukan lewat diskusi dengan narasumber yang berkompeten dalam Efek Beragun Aset.
Kiranya hasil studi ini dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan berkaitan dengan dengan ketentuan Efek Beragun Aset.
Akhir kata, perlu kami sampaikan “Tiada gading yang tak retak” demikian pula dengan studi tentang Efek Beragun Aset ini kami menganggap banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan hasil studi terbuka dan kami harapkan.
Wassalam,
Ketua Tim Studi
BAB I PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sebagai akibat dari krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia pada tahun 1997, yang ditandai dengan terpuruknya nilai tukar mata uang Rupiah dan terganggunya iklim usaha dan investasi, maka banyak pihak yang kesulitan mendapatkan pendanaan atas kegiatan usahanya dan di sisi lain banyak investor yang kehilangan kepercayaan untuk melakukan investasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya capital flight dalam skala yang sangat besar dan banyaknya dunia usaha yang melakukan outsourcing ke luar negeri dalam upaya untuk mendapatkan alternatif sumber pendanaan atas kegiatan usahanya yang relatif masih prospektif. Karena pada saat itu, investor luar negeri juga kurang yakin dalam memberikan pinjaman maupun berinvestasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia, maka jual beli atas aset/aktiva perusahaan yang masih bisa diharapkan memberikan suntikan pendanaan eksternal bagi kegiatan usaha suatu perusahaan untuk menghindari kemacetan usaha yang bisa berakibat pada proses likuidasi atau penghentian kegiatan usaha.
Telah banyak perusahaan yang menjual sebagian aktivanya mulai dari kendaraan operasional, peralatan berat, mesin-mesin, serta gedung- gedung yang dimilikinya hingga aktiva yang tidak berwujud seperti hak penguasaan hutan, ijin lokasi (real estat) dan sebagainya. Diantara sekian banyak proses pemindahan kepemilikan tersebut ada yang dilakukan secara terencana sampai yang terpaksa karena penyelesaian hutang- piutangnya seperti yang dilakukan oleh banyak Bank melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Beberapa perusahaan Indonesia telah Telah banyak perusahaan yang menjual sebagian aktivanya mulai dari kendaraan operasional, peralatan berat, mesin-mesin, serta gedung- gedung yang dimilikinya hingga aktiva yang tidak berwujud seperti hak penguasaan hutan, ijin lokasi (real estat) dan sebagainya. Diantara sekian banyak proses pemindahan kepemilikan tersebut ada yang dilakukan secara terencana sampai yang terpaksa karena penyelesaian hutang- piutangnya seperti yang dilakukan oleh banyak Bank melalui Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Beberapa perusahaan Indonesia telah
Sekuritisasi merupakan suatu proses transformasi aset yang tidak likuid menjadi surat berharga yang dapat diperdagangkan sesuai dengan kebutuhan para investor. Dengan demikian, perusahaan akan mendapatkan dana dengan jaminan atau menyerahkan aset keuangan yang dimilikinya dan kemudian diterbitkan suatu surat berharga oleh pihak lain yang dikenal dengan sebutan sebagai special purpose vehicle atau entitas yang bertindak sebagai mediator antara pihak yang membutuhkan dana dengan investor (pihak-pihak yang bersedia menyerahkan dana). Walaupun sekuritisasi banyak ragamnya, namun seringkali istilah sekuritisasi diidentikkan dengan Asset Backed Securities yang di bahasa Indonesia dikenal dengan nama Efek Beragun Aset.
Dari istilahnya, Efek Beragun Aset sudah dapat dipahami bahwa efek yang diterbitkan dijamin dengan adanya agunan aset, lebih tepatnya adalah efek yang menggunakan agunan aset keuangan ( financial assets ). Para pemegang efek akan mendapatkan pelunasan atas efek yang dipegangnya berasal dari pelunasan atas aset keuangan yang menjadi agunannya. Biasanya nilai dari agunan lebih besar daripada jumlah dana yang diserahkan untuk mendapatkan efek tersebut. Dengan demikian Efek Beragun Aset dikategorikan sebagai fixed income instrument .
Dalam era tahun 2003 yang oleh pemerintah juga dicanangkan sebagai era 1 Investment Year 2003 dengan pertumbuhan ekonomi selama
semester pertama menunjukkan tingkat pertumbuhan yang cukup menggembirakan, sehingga kesempatan bagi dunia usaha untuk melakukan ekspansi dan atau era dimulai suatu usaha baru. Dengan demikian, dimungkinkan sekali akan dibutuhkannya sumber pendanaan
1 Theo F. Tumion, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal 1 Theo F. Tumion, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Dengan adanya trauma krisis ekonomi yang dampaknya masih dirasakan oleh semua pihak hingga saat ini, maka kalangan perbankan maupun investor akan sangat berhati-hati dalam mengucurkan dananya. Fenomena pertumbuhan investasi pada Reksa Dana yang sangat pesat, menunjukkan sikap kehati-hatian para investor yang tersirat dari prinsip
diversifikasi portofolio efek yang ditawarkan oleh vehicle 2 tersebut. Di sisi lain pemberian kredit oleh pihak perbankan juga lebih diarahkan kepada
kredit yang ada jaminannya atau kepada kegiatan usaha yang benar-benar sudah terbukti kelayakan prospeknya.
Kenyataan tersebut sebenarnya sangat mendukung munculnya alternatif investasi baru yaitu investasi yang ada jaminannya atau investasi yang resikonya terdiversifikasi. Efek Beragun Aset dapat mempunyai kedua kriteria tersebut yaitu adanya agunan aset keuangan dan banyaknya jumlah obligor (debitur awalnya). Belum lagi kalau dilihat dari bentuk penerbitnya yang berdasarkan ketentuan peraturan pasar modal di Indonesia diharuskan melalui suatu bentuk yang disebut Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.
Beberapa ketentuan yang secara langsung berkaitan dengan Efek Beragun Aset di Indonesia:
1. Peraturan Bapepam Nomor V.G.5 tentang Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
2. Peraturan Bapepam Nomor VI.A.2 tentang Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset;
3. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.9 tentang Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;
2 Reksa Dana
4. Peraturan Bapepam Nomor IX.C.10 tentang Pedoman Bentuk Dan Isi Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum Efek Beragun Aset;
5. Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan
6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-147/PJ/2003 tanggal
13 Mei 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang Diterima Atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset Dan Para Investornya.
Dengan melihat adanya potensi diterbitkannya Efek Beragun Aset di Indonesia dan ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset sudah ada sejak tahun 1997, seharusnya Indonesia sudah memiliki instrumen investasi yang disebut Efek Beragun Aset. Akan tetapi pada kenyataannya, hingga saat ini tidak ada satupun pihak yang menerbitkan Efek Beragun Aset dan atau melakukan penawaran umum melalui pasar modal Indonesia.
II. STRUKTUR TIM STUDI
Studi ini dilakukan oleh Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset yang merupakan bagian dari Proyek Peningkatan Efisiensi Pasar Modal Bapepam. Tim studi ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 189/KM.1/2003 tanggal 28 April 2003 tentang Pembentukan Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset, dan Surat Keputusan Ketua Pelaksana Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset Nomor: Kep-01/PPEPM.5/2003 tanggal 12 Mei 2003 tentang Pengangkatan Anggota Pembantu Pelaksana dan Sekretariat Tim Studi Perdagangan Efek Beragun Aset.
Tim Studi yang melakukan penelitian ini terdiri dari pegawai Bapepam dengan susunan sebagai berikut:
1. 2 (dua) orang Pengarah;
2. 1 (satu) orang Ketua Pelaksana Tim merangkap Anggota Pelaksana;
3. 10 (sepuluh) orang Anggota Pelaksana;
4. 4 (empat) orang Anggota Pembantu Pelaksana; dan
5. 2 (dua) orang Anggota Sekretariat.
III. TUJUAN STUDI
Studi ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mempelajari pengertian/jenis Efek Beragun Aset yang dilakukan oleh
Special Purpose Vehicle di negara lain;
2. Mempelajari ketentuan-ketentuan yang terkait dengan proses penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia dan di negara lain. Antara lain mengenai ketentuan persyaratan pernyataan pendaftaran ( registration requirement ), persyaratan keterbukaan ( disclosure requirement ), dan ketentuan pelaporan selanjutnya, baik yang bersifat periodik maupun yang insidentil;
3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dan resiko terjadinya gagal bayar dalam proses sekuritisasi dengan penerbitan Efek Beragun Aset;
4. Mempelajari faktor-faktor yang mendorong originator untuk melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya yang kemudian diterbitkan suatu Efek Beragun Aset;
5. Mempelajari minat investor atas instrumen Efek Beragun Aset;
6. Meneliti faktor-faktor yang menjadi kendala dan yang diperlukan dalam rangka mendukung diterbitkannya Efek Beragun Aset di Indonesia;
7. Memberikan bahan referensi untuk pengambil kebijakan berkaitan dengan pengaturan Efek Beragun Aset.
IV. METODE STUDI
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam studi ini adalah:
1. Studi Kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur yang terkait dengan konsep dan praktek penerbitan Efek Beragun Aset di beberapa negara yang telah mempunyai ketentuan khusus untuk Efek Beragun Aset;
2. Studi Lapangan dilakukan dengan metode survey melalui kuisioner kepada pihak yang akan terlibat dengan proses penerbitan Efek Beragun Aset yaitu Originator, Investor Institusi, Manajer Investasi, Bank Kustodian, Akuntan Publik, Konsultan Hukum, Penjamin Emisi Efek, Lembaga Pemeringkat Efek, dan Bursa Efek. Sebagai informasi tambahan bahwa kuisioner juga ditujukan kepada perusahaan yang telah melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya di luar negeri. Metode sampling digunakan dalam menentukan responden lainnya.
3. Studi Lapangan juga dilakukan lewat diskusi dengan narasumber yang berkompeten dalam bidang Efek Beragun Aset, yaitu Dr. Roy Sembel dan kunjungan ke Bursa Efek Surabaya.
V. RUANG LINGKUP STUDI
Studi ini mencakup pengkajian terhadap ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset yang ada di Indonesia dan di beberapa negara yang telah mempunyai instrumen serupa dengan Efek Beragun Aset dan identifikasi permasalahan penerapannya di Indonesia. Disamping itu, studi juga melakukan pengkajian terhadap pendapat atau masukan dari para responden, khususnya yang berhubungan dengan kendala sehingga belum pernah ada penerbitan Efek Beragun Aset di Indonesia.
VI. OBYEK STUDI
Sebagai obyek dalam studi ini adalah:
1. Teori dan filosofi tentang penerbitan Efek Beragun Aset di berbagai negara;
2. Pola konsep Efek Beragun Aset di beberapa negara yang telah
memiliki ketentuan dan melakukan penerbitan Efek Beragun Aset;
3. Pendapat para responden yang bersedia memberikan jawaban atas kuisioner yang dikirimkan oleh tim dan pendapat nara sumber.
VII. WAKTU STUDI
Pelaksanaan studi, dari tahap persiapan hingga pelaporan, dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran yaitu dari Januari hingga Desember 2003, walaupun surat keputusan pembentukan tim studi ini baru ditandatangani pada tanggal 28 April 2003.
BAB II STUDI PUSTAKA
I. DEFINISI DAN JENIS
Beberapa definisi efek beragun aset adalah sebagai berikut:
1. Dalam Knowledge Bank dari Lyons Financial Solutions Holdings Ltd
khususnya yang berkaitan dengan penelitiannya yang berjudul Securitization Explained “Asset-backed securities are securities that are primarily serviced by cash flows of a securitised assets that attracts interest on the basis of either being fixed or variable for maturities that can be fixed, revolving, either long term or short term, that by their own terms convert into cash over the duration attached to them”.
2. Ian H. Giddy, Professor of Finance New York University, memaparkan dalam situsnya 3
“Asset-backed securities are securities which are based on pools of underlying assets”.
3. 4 Dalam slide Dr. Tsui Kai Chong berjudul Asset Backed Securities “Bonds or notes that are backed by financial assets”.
Berdasarkan ketentuan peraturan di pasar modal Indonesia, telah di definisikan secara jelas bahwa Efek Beragun Aset ( Assets Backed Securities ) merupakan Efek yang diterbitkan oleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan kartu kredit, tagihan yang timbul di kemudian hari ( future receivables ), pemberian kredit
3 http://www.absresearch.com/
4 Seminar Workshop, The Future & Opportunities of Asset Backed Securities in
Indonesia, Jakarta 1 & 2 October 2003 Indonesia, Jakarta 1 & 2 October 2003
keuangan lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut 5 . Dengan pemaparan definisi dari peraturan Bapepam tersebut berarti ada beberapa
macam jenis aset keuangan yang dapat diproses menjadi efek beragun aset.
Secara umum ada 2 jenis efek beragun aset yang sesuai dengan ketentuan di pasar modal Indonesia yaitu:
1. Efek Beragun Aset Arus Kas Tetap adalah Efek Beragun Aset yang memberikan pemegangnya penghasilan tertentu seperti kepada pemegang Efek bersifat hutang.
2. Efek Beragun Aset Arus Kas Tidak Tetap adalah Efek Beragun Aset yang menjanjikan pemegangnya suatu penghasilan tidak tertentu seperti kepada pemegang Efek bersifat ekuitas.
II. KONSEP
Pada saat ini, sekuritisasi di dunia telah berkembang pesat. Aset yang dapat disekuritisasi tidak hanya terbatas pada aset keuangan, namun telah meluas pada aset lainnya seperti pesawat terbang, bangunan dan disisi lain telah pula diterapkan sekuritisasi atas resiko, seperti resiko asuransi, resiko cuaca dan lain sebagainya.
Pembentukan efek beragun aset sebagaimana proses sekuritisasi lazimnya merupakan suatu proses pembentukan efek, yang merupakan instrumen pasar modal, dari sekumpulan aset yang biasanya merupakan
5 Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 tentang Pedoman kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset ( Asset Backed Securities ), lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor
Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003.
aset keuangan dan berupa tagihan yang nantinya secara legal akan berada di bawah pengendalian pemegang efek beragun aset (investor) yang diwakili oleh suatu Special Purpose Vehicle , di Indonesia dalam bentuk kontrak investasi kolektif. Pengembalian atas investasi dalam efek beragun aset berasal dari likuidasi atas sekumpulan aset yang menjadi jaminan (asal) pembentukannya, yang dapat juga berasal dari peningkatan kredit ( credit enhancement ) yang disediakan baik secara internal maupun eksternal.
Konsep pengembalian investasi dalam efek beragun aset pada prinsipnya ada 2, yaitu:
1. Pengembalian pokok dan bunganya dilakukan secara bersamaan dengan tempo yang teratur dalam kurun waktu tertentu atau lazim disebut dengan Amortizing Assets Backed Securities ;
2. Pembayaran bunga ( return investasi) dilakukan secara periodik sedangkan pelunasan atas pokoknya dilakukan pada akhir periode atau disebut Non-amortizing Assets Backed Securities .
Dalam perkembangannya, metode pengembalian dapat merupakan kombinasi dari ke dua metode tersebut, dimana dalam kurun waktu tertentu hanya dibayar bunganya saja, selanjutnya pembayaran mencakup unsur pokok dan bungannya.
III. SEJARAH
Sekuritisasi aset merupakan salah satu produk baru di lingkungan Pasar Modal. Produk ini pertama kalinya muncul di Amerika Serikat dengan diperkenalkannya Mortgage Backed Securities dan berkembang dengan pesat pada tahun 1970-1980an. Beberapa tahun berikutnya sekuritisasi aset ini juga berkembang di negara-negara Eropa, Australia, Amerika Latin dan New Zealand.
Di Asia, sekuritisasi aset baru berkembang pada tahun 1990-an, seperti yang terjadi di Jepang, Hong Kong, Thailand, Philipina, Taiwan, Malaysia dan Singapura. Di Indonesia masalah sekuritisasi aset baru dimulai kurang lebih sembilan tahun yang lalu dengan diperkenalkannya transaksi sekuritisasi aset untuk kartu kredit pada tahun 1995 dan untuk auto loan oleh Astra Sedaya Finance pada tahun 1996.
Berdasarkan data yang diungkapkan oleh Michael Steven, presiden direktur PT Kresna Graha Sekurindo Tbk 6 dan data dari ABS Finance,
perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah menjadi originator namun disekuritisasi di luar negeri, antara lain: -
Citibank NA, Cabang Jakarta telah melakukan sekuritisasi atas tagihan kartu kreditnya pada tahun 1995 sampai dengan 1997;
- PT Astra Sedaya Finance melakukan sekuritisasi tagihan kredit kendaraan bermotornya pada bulan Juni 1996; -
PT Bunas Finance Indonesia Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit kendaraan bermotornya pada bulan Februari 1997;
- PT Astra International Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit mobilnya pada bulan Juni 1997; - PT Bank Bira Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit kendaraan bermotornya pada bulan Maret 1997; -
PT Bank International Indonesia melakukan sekuritisasi tagihan kartu kredit mendatangnya pada bulan Juli 1997; dan
- PT Putra Surya Multidana Tbk melakukan sekuritisasi tagihan kredit mobil dan sepeda motornya pada bulan Oktober 1997.
6 Bahan Seminar The Future & Opportunities of Asset Backed Securities in Indonesia, 2003
IV. PROSES DAN PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT
Efek beragun aset merupakan salah satu instrumen Pasar Modal yang mempunyai latar belakang aspek hukum yang cukup kompleks dan perlu memperoleh perhatian, terutama mengenai bentuk hukum yang dapat dipakai sebagai SPV dan pengalihan hak atas aset. Secara umum Efek Beragun Aset mempunyai konstruksi yang sama di semua negara, namun peraturannya terutama mengenai bentuk Special Purpose Vehicle-nya dapat berbeda untuk masing-masing negara. Di Amerika Serikat bentuk hukum dari Special Purpose Vehicle dalam Efek Beragun Aset adalah Trust atau Corporation . Namun bentuk hukum Trust ini tidak dikenal dalam sistem hukum di Indonesia, oleh karena itu perlu ditetapkan bentuk hukum lain yang sesuai untuk suatu SPV.
Banyak pihak mengajukan agar SPV dalam Efek Beragun Aset mempunyai bentuk hukum Perseroan Terbatas (PT). Dengan bentuk hukum PT, hubungan hukum antara Orginator dengan SPV tidak menjadi masalah karena keduanya memenuhi kriteria sebagai subyek hukum. Bapepam selaku pemegang otoritas Pasar Modal di Indonesia mengajukan bentuk hukum SPV dalam Efek Beragun Aset ini berupa Kontrak Investasi Kolektif. Bentuk hukum ini diintrodusir oleh Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dalam kaitannya dengan Reksa Dana dan mempunyai karakteristik hampir sama dengan Trust di Amerika Serikat.
Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003 mengenai Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities), ditentukan bahwa bentuk dari SPV adalah Kontrak Investasi Kolektif antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola Dalam Peraturan Bapepam Nomor IX.K.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003 tanggal 21 Juli 2003 mengenai Pedoman Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities), ditentukan bahwa bentuk dari SPV adalah Kontrak Investasi Kolektif antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Unit Penyertaan dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola
Kontrak Investasi Kolektif dianggap sebagai bentuk hukum SPV yang paling cocok, karena bentuk hukum ini lebih fleksibel atau luwes serta dibuat berdasarkan azas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata. SPV juga tidak seperti bentuk hukum PT yang mempunyai organ-organ yang terdiri atas Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham. Disamping itu biasanya PT dibentuk untuk melakukan kegiatan bisnis seperti memproduksi atau menjual produk- produk tertentu, sedangkan Special Purpose Vehicle dalam Efek Beragun Aset tidak diperkenankan untuk melakukan kegiatan bisnis.
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian memenuhi persyaratan sebagai SPV, karena mempunyai karakteristik sebagai berikut: - Adanya pemisahan yang tegas antara kekayaan organ Pengurus
dengan kekayaan SPV; -
Sifat mobilitas atas Efek Beragun Aset; -
Prinsip pengurusan melalui suatu organ (Manajar Investasi dan Bank Kustodian);
- Adanya kewenangan dan tanggung jawab mewakili kepentingan pemegang Efek Beragun Aset di dalam maupun di luar Pengadilan bila terjadi perkara; dan
- Mempunyai keberadaan yang kontinyu (kesinambungan). Efek Beragun Aset didukung oleh aset yang dibeli oleh Manajer
Investasi dan dicatat atas nama Bank Kustodian untuk kepentingan pemegang Efek Beragun Aset. Kontrak tersebut wajib didukung dengan pendapat Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang menyatakan bahwa hak pemegang Efek Beragun Aset adalah sesuai dengan yang dimuat dalam Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset. Pemegang Efek
Beragun Aset wajib menandatangani pernyataan bahwa yang bersangkutan telah menerima dan membaca Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset, sebelum membeli Efek Beragun Aset. Pengalihan aset tersebut dilakukan mengacu pada pasal 613 Kitab Undang-undang Hukum (KUH) Perdata. Untuk mengikat debitur, originator perlu melakukan pemberitahuan/notifikasi kepada si berutang/debitur mengenai penyerahan piutang sesuai pasal 613 KUH Perdata. Dengan pengalihan aset dimaksud, kepentingan pemegang Efek Beragun Aset dilindungi dan sekaligus terhindar dari ketentuan pasal 1131 KUH Perdata yang menentukan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya tidak termasuk aset/piutang yang telah dialihkan dalam rangka Efek Beragun Aset.
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset wajib mencantumkan: - nama penyedia jasa (servicer) yang memberikan jasanya atas aset
keuangan tertentu dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan menetapkan tanggung jawabnya;
- nama Lembaga Pemeringkat Efek dalam hal Efek Beragun Aset ditawarkan melalui Penawaran Umum; - nama Akuntan yang terdaftar di Bapepam yang ditunjuk untuk memeriksa laporkan keuangan sekurang-kurangnya setiap tahun; - nama Konsultan Hukum yang terdaftar di Bapepam yang ditunjuk untuk membuat pendapat hukum mengenai peralihan aset keuangan ke dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset;
- ketentuan tentang penggantian Manajer Investasi, Bank Kustodian, Akuntan, Penyedia Jasa, Lembaga Pemeringkat, Konsultan Hukum, Notaris dan Pihak lain yang berkaitan dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan
- imbalan jasa yang akan diterima oleh pihak-pihak yang berkaitan dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset.
1. Fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset
Dalam Peraturan Nomor V.G.5 mengenai Fungsi Manajer Investasi Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities) Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-46 /PM/1997, tanggal 26 Desember 1997 diatur mengenai persyaratan dan kewajiban untuk menjadi Manajer Investasi dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Manajer Investasi adalah Pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Manajer Investasi atas Efek Beragun Aset wajib mempunyai Modal Kerja Bersih Disesuaikan (MKBD) sekurang-kurangnya 25 milliar rupiah. Jumlah ini kiranya cukup menunjukkan kemampuan permodalan terutama pada awal pengembangan Efek Beragun Aset sekarang ini. Selain itu, dipersyaratkan pula bagi Manajer Investasi untuk mempunyai sekurang- kurangnya 2 orang pegawai yang mempunyai pengalaman kerja sekurang- kurangnya 6 bulan dalam kegiatan perorganisasian, strukturisasi, dan pengelolaan aset yang mendukung Efek Beragun Aset.
Manajer Investasi wajib mengembangkan likuiditas Efek Beragun Aset dan Membantu pemegang Efek Beragun Aset untuk menjual Efek Beragun Asetnya. Selain itu agar terjadi obyektivitas dalam tugas Manajer Investasi, maka dipersyaratkan pula untuk tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Kreditur Awal/Originator yaitu Pihak yang telah mengalihkan asetnya.
Adapun fungsi Manajer Investasi berkaitan dengan Efek Beragun Aset, adalah sebagai pihak yang membeli tagihan yang dijual originator dan mengeluarkan sertifikat hutang atau Unit Penyertaan untuk dijual kepada
Investor berdasarkan kontrak. Berkaitan dengan fungsi tersebut maka Manajer Investasi wajib: -
mengelola Efek Beragun Aset sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Investasi Kolektif;
- bertanggung jawab atas pengelolaan Efek Beragun Aset sesuai dengan ketentuan dalam kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; -
melaporkan hasil pemantauan terhadap Bank Kustodian dan Penyedia Jasa sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali kepada Bapepam;
- melaporkan kepada setiap pemegang Efek Beragun Aset setiap bulan; - mengganti Bank Kustodian dengan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Bank Kustodian tersebut dan melaporkan kepada Bapepam selambat-lambatnya 5 (lima) hari sesudah penggantian sesuai dengan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan
- mewakili kepentingan pemegang Efek Beragun Aset di dalam dan di luar pengadilan sehubungan dengan aset dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset atau berkaitan dengan fungsi Bank Kustodian dan Penyedia Jasa.
Dalam peraturan tersebut juga ditentukan bahwa guna melindungi kepentingan masyarakat investor, maka Bapepam mempunyai kewenangan untuk mengganti Manajer Investasi dalam hal Manajer Investasi tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset
Peraturan Nomor VI.A.2 Lampiran Keputusan Nomor Kep- 47/PM/1997 tanggal Tanggal: 26 Desember 1997 mengenai Fungsi Bank Kustodian Berkaitan Dengan Efek Beragun Aset (Asset Backed Securities). Menetapkan fungsi dari Bank Kustodian dalam kaitannya dengan Efek Beragun Aset.
Fungsi Bank Kustodian berkaitan dengan Efek Beragun Aset antara lain: - Melaksanakan penitipan kolektif; - Memisahkan aset Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dari
aset Bank Kustodian dan atau kekayaan nasabah lain dari Bank Kustodian;
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sebagaimana ditentukan dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset kepada Bapepam; - Memenuhi instruksi dari Manajer Investasi sesuai ketentuan dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; dan -
Melaporkan secara tertulis kepada Bapepam apabila Manajr Investasi melakukan kegiatan yang merugikan pemegang Efek Beragun Aset selambat-lambatnya akhir hari kerja berikutnya.
Dalam pelaksanaan Efek Beragun Aset Bank Kustodian wajib memenuhi instruksi Manajer Investasi sesuai ketentuan dalam Kontrak Investasi Kolektif. Sedangkan apabila instruksi tersebut bertentangan dengan Kontrak Investasi Kolektif atau bertentangan dengan tanggung jawabnya untuk melindungi aset keuangan portofolio Kontrak Investasi Kolektif, maka Bank Kustodian wajib melaporkan instruksi tersebut secara tertulis kepada Bapepam dan selanjutnya Bank Kustodian dapat melaksanakan instruksi tersebut jika ada persetujuan terlebih dahulu dari Bapepam.
3. Proses Penerbitan Efek Beragun Aset
Penerbitan Efek Beragun Aset dapat dilakukan melalui Penawaran Umum dan dapat juga diterbitkan melalui private placement. Dalam hal Efek Beragun Aset ditawarkan melalui Penawaran Umum, maka Manajer Investasi wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Sedangkan apabila Efek Beragun Aset tidak ditawarkan melalui Penawaran Umum maka Manajer Investasi hanya diwajibkan untuk menyampaikan Penerbitan Efek Beragun Aset dapat dilakukan melalui Penawaran Umum dan dapat juga diterbitkan melalui private placement. Dalam hal Efek Beragun Aset ditawarkan melalui Penawaran Umum, maka Manajer Investasi wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam. Sedangkan apabila Efek Beragun Aset tidak ditawarkan melalui Penawaran Umum maka Manajer Investasi hanya diwajibkan untuk menyampaikan
Originator sebagai Kreditur Awal mengadakan transaksi jual beli aset dengan Manajer Investasi untuk kemudian dicatatkan atas nama Bank Kustodian berdasarkan kontrak Investasi kolektif. Selanjutnya Kreditur Awal dapat melaksanakan fungsi sebagai Penyedia Jasa. Penyedia Jasa adalah Pihak yang bertanggung jawab untuk memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan debitur, melakukan tindakan awal berupa peringatan atau hal-hal lain karena debitur terlambat atau gagal memenuhi kewajibannya, melakukan negosiasi, menyelesaikan tuntutan terhadap debitur dan jasa lain yang ditetapkan dalam kontrak. Untuk hal tersebut penyedia jasa mendapat fee atas jasanya tersebut.
Dalam hal penerbitan Efek Beragun Aset dilakukan melalui Penawaran Umum, Manajer Investasi wajib menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam dengan menyertakan dokumen antara lain: -
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang dibuat dalam akta notariil oleh Notaris yang terdaftar di Bapepam;
- Rancangan akhir propektus (diberi materai dan ditandatangani para Pihak); -
Sertifikat Efek Beragun Aset; -
Contoh formulir pemesanan pembelian Efek Beragun Aset; -
Perjanjian berkaitan dengan Efek Beragun Aset; -
Laporan pemeriksaan hukum (legal Audit) dan pendapat hukum (legal opinion);
- Proyeksi arus kas Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset; -
Laporan Keuangan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang telah diaudit Akuntan;
- Hasil pemeringkatan;
- Dokumen tentang Manajer Investasi; -
Dokumen Bank Kustodian; dan -
Surat Tanda Terdaftar Profesi Penunjang Pasar Modal. Adapun dokumen yang harus disampaikan dengan cara private
placement dalam penerbitan Efek Beragun Aset adalah sebagai berikut: - Dokumen Keterbukaan Efek Beragun Aset; -
Kontrak Investasi Kolektif; dan -
Spesimen sertifikat Efek Beragun Aset. Dana yang terkumpul dari penerbitan Efek Beragun Aset digunakan
untuk membeli aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, sewa guna usaha, perjanjian jual beli bersyarat, perjanjian pinjaman cicilan, tagihan kartu kredit, pemberian kredit termasuk kredit pemilikan rumah atau apartemen, Efek bersifat hutang yang dijamin oleh Pemerintah, Sarana Peningkatan Kredit/Arus Kas, serta aset keuangan setara dengan aset lain yang berkaitan dengan aset keuangan tersebut dari pihak Kreditur Awal (Originator).
4. Pihak-pihak yang terlibat
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam proses penerbitan efek beragun aset adalah sebagai berikut:
a. Debitur awal adalah pihak yang (akan) berhutang kepada originator. Apabila dalam hutang-piutang antara debitur dengan originator terdapat aset yang dijaminkan, maka dalam proses sekuritisasi hal tersebut (jaminannya) menjadi jaminan hutang terhadap Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Debitur yang semula membayar hutangnya kepada originator, setelah disekuritisasi, pembayaran hutang dilakukan kepada pihak yang bertindak sebagai servicer (yang dapat juga dilakukan oleh originator).
b. Originator (kreditur awal) merupakan pihak yang mengalihkan aset keuangannya atau yang melakukan sekuritisasi atas aset keuangannya. Setelah aset keuangannya dijual kepada Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (yang diwakili oleh Manajer Investasi selaku pengelola portofolionya), maka originator berhak atas pembayaran dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (yang berasal dari para pemegang Efek Beragun Aset). Pelunasan dari debitur menjadi hak dari Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang akan diterima melalui servicer untuk selanjutnya disalurkan kepada para pemegang Efek Beragun Aset.
c. Servicer (penyedia jasa) merupakan pihak yang bertanggung jawab
untuk memproses dan mengawasi pembayaran yang dilakukan debitur, termasuk melakukan tindakan awal apabila terjadi keterlambatan/kegagalan pembayaran dari debitur hingga negosiasi sesuai dengan kontrak. Apabila dikehendaki dimungkinkan ada back- up servicer atau penyedia jasa pendukung dan originator dapat saja menjadi servicer.
d. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset merupakan pihak yang
dapat menerbitkan Efek Beragun Aset di Indonesia yaitu kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang mengikat pemegang Efek Beragun Aset dimana Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif.
d. Profesi Penunjang Pasar Modal meliputi Akuntan dan Konsultan
Hukum yang melakukan penelaahan terhadap Efek Beragun Aset dari aspek akuntansi (keuangan) dan aspek hukum, serta Notaris yang berfungsi sebagai pembuat akta atas kontrak-kontrak yang berkaitan dengan Efek Beragun Aset.
e. Perusahaan Pemeringkat Efek yang memberikan peringkat atas kelas- kelas Efek Beragun Aset. Selain faktor kondisi makro ekonomi dan e. Perusahaan Pemeringkat Efek yang memberikan peringkat atas kelas- kelas Efek Beragun Aset. Selain faktor kondisi makro ekonomi dan
record pembayaran masa lalu -
jaminan dari debitur yang melekat pada hutang -
analisa cash flow projection -
struktur layer Efek Beragun Aset -
credit enhancement, serta - dalam hal aset keuangannya berupa future receivable maka originator juga diperhitungkan. Disamping itu, kredibilitas servicer dan juga Manajer Investasi akan menjadi faktor yang tak kalah pentingnya mengingat fungsinya sebagai pihak yang mewakili para pemegang Efek Beragun Aset dalam proses pembayaran dari debitur.
f. Investor adalah para pemegang Efek Beragun Aset yang akan menerima pembayaran yang berasal dari debitur awal sesuai dengan jadual dan ketentuan yang tertera dalam sertifikat Efek Beragun Aset.
g. Pihak-pihak lain sesuai dengan kebutuhan seperti underwriter jika dibutuhkan untuk menjamin proses penjualan Efek Beragun Aset, Biro Administrasi Efek untuk mendukung proses administrasi Efek Beragun Aset, credit enhancer untuk menanggung kerugian tingkat tertentu, dan Bursa Efek sebagai tempat pasar sekunder Efek Beragun Aset.
V. KEUNGGULAN, RISIKO, DAN SARANA PENINGKATAN KREDIT
Beberapa keunggulan dari efek beragun aset:
1. Lower Cost of Fund, para issuer akan mengeluarkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang dijaminkan. Kualitas yang semakin tinggi tersebut membuat 1. Lower Cost of Fund, para issuer akan mengeluarkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya rating atas kualitas piutang yang dijaminkan. Kualitas yang semakin tinggi tersebut membuat
2. Efisiensi penggunaan modal dengan adanya Efek Beragun Aset maka
struktur neraca perusahaan akan semakin besar leverage -nya dan hal tersebut dapat ditolerir oleh para investor. Dalam arti pengelolaan manajemen keuangan perusahaan akan semakin pruden, taat azas dan efisien dalam menggunakan dana yang dimiliki karena relatif tingginya leverage structure sebagai akibat dari adanya Efek Beragun Aset tersebut.
3. Diversifikasi sumber pembiayaan bukan hanya bisa dilakukan oleh
perusahaan besar tetapi juga oleh perusahaan kecil atau perusahaan non-investasi.
4. Source of Liquidity khususnya untuk perusahaan menengah kecil yang sering menghadapi masalah peminjaman secara tradisional, securitisasi sangat membantu perkembangan perusaahaan tersebut.
5. Less public disclosure than competing methods of financing meskipun
Efek Beragun Aset ditawarkan untuk umum, sisi keterbukaan dari penerbit (issuer) tidak dituntut seperti halnya emiten dari efek yang lain. Prinsip kehati-hatian terhadap analisa sekuritisasi bukan pada perusaahaannya tetapi kepada struktur dari transaksi yaitu karakteristik dari underlying asset dan kemampuan daripada perusahaan untuk memelihara asetnya.
Adapun risiko yang mungkin ditimbulkan oleh Efek Beragun Aset adalah:
1. Suku bunga Efek Beragun Aset mengalami fluktuasi dengan adanya perubahan suku bunga, harga Efek Beragun Aset akan turun bila terjadi peningkatan suku bunga.
2. Pelunasan lebih awal (early call) akan mempengaruhi yield yang diterima bila terjadi pelunasan lebih awal.
3. Default, pemegang Efek Beragun Aset akan mengalami kerugian apabila debitur dari asset jaminan mengalami kebangkrutan atau tidak mampu membayar tepat pada waktunya atas bunga dan pinjaman pokok.
Sarana peningkatan kredit/arus kas adalah sarana yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas asset keuangan dalam portofolio investasi kolektif dalam rangka pembayaran kepada pemegang Efek Beragun Aset yang dapat dikelompokkan menjadi:
1. Sarana Peningkatan Kredit Secara Internal terdiri dari: 1). Subordinasi dari kelas Efek Beragun Aset tertentu terhadap Efek
Beragun Aset lainnya sehubungan dengan Kontrak Investasi Kolektif yang sama, dimana efek yang lebih senior dilindungi oleh efek kelas di bawahnya (subordinate).
2). Over Collateralization nilai portofolio asset yang lebih besar menjamin nilai asset dari Efek Beragun Aset yang lebih kecil. 3). Excess Servicing 4). Excess Spread karena terdapat perbedaan nilai kupon diberikan
untuk underlying asset/asset jaminan dengan kupon untuk efek yang diemisikan. Selisih bersih, setelah pembayaran untuk pemegang Efek dan pengeluaran lainnya, dibayarkan untuk menutupi kerugian yang terjadi. Jika masih tersisa maka dana tersebut dapat dimasukan kedalam Reserve Fund untuk lebih meningkatkan kualitas kredit.
5). Reserve Fund Dana yang digunakan untuk mengganti kerugian yang terjadi sampai batas dana tersebut tersedia. Dana ini biasanya digunakan dengan mengkombinasikannya dengan metode peningkatan lainnya.
2. Sarana Peningkatan Kredit Ekternal terdiri dari:
1). Surety Bonds; kerugian yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi. Efek Beragun Aset yang diasuransikan mendapat rating yang sama dengan rating klaim pembayaran asuransi tersebut.
2). Letter of Credit (L/C); biasanya dilakukan oleh bank untuk membayar kerugian yang ditimbulkan oleh Efek Beragun Aset. 3). Third Party or Parental guarantees; perusahaan induk dari seller atau servicer menjamin kerugian dari Efek Beragun Aset sampai batas tertentu.
4). Cash Collateral Account; dalam hal ini penerbit meminjam sejumlah peningkatan kredit yang diinginkan umumnya bari bank komersial dan menginvestasikannya pada nilai yang paling tinggi pada efek jangka pendek.
VI. PERMASALAHAN STRATEGIS
1. Aspek Hukum
Pada saat ini, di Indonesia belum ada suatu Undang-undang yang secara khusus mengatur tentang Sekuritisasi ataupun special purpose vehicle, kecuali yang tersurat dan tersirat dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Peraturan Pelaksanaannya.
Berdasarkan ketentuan pasar modal Indonesia, special purpose vehicle dalam proses penerbitan efek beragun aset atau yang juga dikenal dengan proses sekuritisasi adalah Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang bukan merupakan badan hukum akan tetapi suatu perjanjian yang dibuat oleh Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang relatif unik karena juga mengikat para pemegang efek beragun aset. Pada prinsipnya setiap kontrak / perjanjian sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1338 Kitab Undang-Undang hukum Perdata (KUH Perdata) mengikat para pihak yang membuat kontrak, namun untuk Kontrak Investasi Kolektif Efek
Beragun Aset ini juga mengikat pihak lain selain pihak yang ada di dalam kontrak itu sendiri. Oleh karena investor (pemegang Efek Beragun Aset) dengan membeli Efek Beragun Aset menjadi pihak dalam Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset berdasarkan asas “aksesi” dan karenanya terikat oleh semua ketentuan sebagaimana di atur dalam Kontrak Investasi Kolektif
Efek Beragun Aset. 7
Apabila ditinjau dari sudut pandang terbebas dari masalah kepailitan pihak-pihak yang terkait, terdapat 2 hal sangat penting yang mendukung hal tersebut yaitu:
a. Bentuk Special Purpose Vehiclenya Bahwa aset keuangan yang menjadi portofolio Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset akan terbebas dari kasus kepailitan penerbitnya karena yang menerbitkan Efek Beragun Aset adalah Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset yang bukan merupakan badan hukum akan tetapi suatu kontrak yang tidak dapat dinyatakan pailit. Disamping itu, karena adanya pengaturan khusus dalam UUPM, aset keuangan juga terbebas dari masalah kepailitan pihak-pihak dalam kontrak tersebut karena seluruh aset keuangan dalam portofolio Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset di catat atas nama Bank Kustodian, dan bukan atas nama Manajer Investasi selaku pengelolanya, untuk kepentingan para investor Efek Beragun Aset. Sebagaimana diatur dalam Pasal 56 (3) UUPM bahwa:
Apabila Efek dalam Penitipan Kolektif pada Bank Kustodian merupakan bagian dari Portofolio Efek dari suatu kontrak investasi kolektif dan tidak termasuk dalam Penitipan Kolektif pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka Efek tersebut dicatat dalam buku daftar pemegang Efek Emiten atas nama Bank Kustodian untuk
7 Pointer Fred B.G. Tumbuan dalam Seminar The Future of Asset Backed Securities in Indonesia 7 Pointer Fred B.G. Tumbuan dalam Seminar The Future of Asset Backed Securities in Indonesia
Dan diperkuat dengan pasal 44 (3) yang menyatakan: Efek yang disimpan atau dicatat pada rekening Efek Kustodian bukan merupakan bagian dari harta Kustodian tersebut.
b. Bentuk Transaksinya Bahwa aset keuangan yang menjadi portofolio Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset akan terbebas dari kasus kepailitan originator maupun pemegang Efek Beragun Asetnya karena: - Bentuk transaksi pengalihan aset keuangan dari originator kepada
Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset harus dalam bentuk jual lepas tanpa syarat untuk memastikan bahwa aset keuangan tersebut adalah milik originator yang dicatatkan atas nama Bank Kustodian di bawah pengelolaan Manajer Investasi yang dibantu oleh Penyedia Jasa (servicer). Selain ketentuan peraturan pasar modal, yang terkait dengan bentuk transaksi pengalihan ini adalah Pasal 1458 dan pasal
1459 KUH Perdata jis. Pasal 612 dan 613 KUH Perdata. 8 - Para pemegang Efek Beragun Aset terikat dengan Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset yang harus mengikuti ketentuan dalam kontrak tersebut dalam hal kepemilikannya atas Efek Beragun Aset.
2. Aspek Akuntansi
Di Indonesia, belum ada PSAK atau pedoman akuntansi yang mengatur tentang cara dan metode penyusunan laporan keuangan sehubungan dengan efek beragun aset, khususnya untuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset. Namun demikian, prinsip akuntansi Indonesia menganut pada prinsip akuntansi yang berlaku umum, sehingga apabila
8 Ibid, hal 25 8 Ibid, hal 25
3. Aspek Perpajakan
Ketentuan perpajakan yang berkaitan dengan efek beragun aset dituangkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep- 147/PJ/2003 tanggal 13 Juni 2003 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Yang Diterima atau Diperoleh Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dan Para Investornya. Untuk kepentingan perpajakan Indonesia maka Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dikelompokkan sebagai Subyek Pajak Badan walaupun bukan merupakan badan hukum dengan rincian sebagai berikut:
a. Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset diperlakukan sama dengan perkumpulan modal yang tidak terbagi atas saham;
b. Pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset Arus Kas Tidak Tetap diperlakukan sama dengan anggota perkumpulan modal; dan
c. Pemegang unit penyertaan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun
Aset Arus Kas Tetap diperlakukan sama dengan kreditor obligasi perkumpulan modal.
Oleh karena Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dikelompokkan sebagai Subyek Pajak Badan, maka: - Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragun Aset dari portofolio aset keuangan dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan umum Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000; dan
- Dalam memenuhi kewajiban perpajakannya atas penghasilan tersebut di atas, Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset diwakili oleh Bank Kustodian.
Dengan demikian perhitungan Penghasilan Kena Pajak Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset dapat ditegaskan sebagai berikut: -