Badan Penyelenggara Pelayanan Publik Implisit BHMN (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/ BPJS)

B. Badan Penyelenggara Pelayanan Publik Implisit BHMN (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial/ BPJS)

Pasal 28H Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang lebih baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Tujuan konstitusional adalah menyelenggarakan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak

114 Bandingkan dengan: 1) badan hukum Perseroan Terbatas dimana organ Direksi diangkat dan diberhentikan oleh organ Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), 2) badan hukum Koperasi dimana organ Pengurus

diangkat dan diberhentikan oleh organ Rapat Anggota, 3) badan hukum Yayasan dimana organ Pengurus diangkat dan diberhentikan oleh organ Pembina.

dan meningkatkan martabatnya menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. 115

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia suatu payung hukum tanggal 19 Oktober 2004 diundangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 telah dinyatakan berlaku sejak diundangkan tanggal 19 Oktober 2004.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 yang oleh Pasal 5 nya mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dengan Undang-undang, maka dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dibentuklah 2 (dua) BPJS yakni: 1) BPJS Kesehatan dan 2) BPJS Ketenagakerjaan. Kedua BPJS ini terlibat langsung dalam penyelenggaraan Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja, yakni Program Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan, dan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jamainan Hari Tua oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Meskipun ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

24 Tahun 2011 dengan tegas menyatakan bahwa dengan undang-undang tersebut “dibentuk” 2 (dua) BPJS tersebut, sebenarnya pembentukan kedua

BPJS tersebut bukanlah pembetukan BPJS yang benar-benar baru, melainkan hanya merupakan transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial sebelumnya. Hal mana dapat diketahui dari bunyi ketentuan Pasal 62 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 yang berbunyi : Pasal 60:

1. “BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014.

2. “Sejak beroperasinya BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud butir (1):

a. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat;

115 Candra Ade, Dinamika Penyusunan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) , (Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2010), hlm. viii.

b. Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden; dan

c. PT. Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan.

3. “Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. PT. Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. Askes (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan;

b. Semua pegawai PT. Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS Kesehatan; dan

c. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham mengesahkan laporan posisi keuangan penSutup PT. Askes (Persero) setelah dilakukan audit oleh kantor akuntan publik dan Menteri Keuangan mengesahkan laporan posisi keuangan pembuka BPJS Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.

Pasal 62:

1. “PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014”.

2. “Pada saat PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1):

a. PT. Jamsostek (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT. Jamsostek (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Ketenagakerjaan;

b. Semua pegawai PT. Jamsostek (Persero) beralih menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan; b. Semua pegawai PT. Jamsostek (Persero) beralih menjadi pegawai BPJS Ketenagakerjaan;

d. BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua, dan program jaminan kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero), termasuk menerima peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan yang sesuai dengan ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan Pasal 43 sampai dengan Pasal

46 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456), paling lambat 1 Juli 2015.

Dari ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial tersebut secara substansial dapat diketahui beberapa hal yang berkenaan dengan kelembagaan BPJS, antara lain sebagai berikut: - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan Sosial; - Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak;

- BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan prinsip-prinsip: a) kegotong-royongan, b) nir-laba, c) keterbukaan, d) kehati-hatian, e) akuntabilitas, f) portabilitas, g) kepesertaan bersifat wajib, h) dana amanat, dan i) hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuik sebesar-besarnya kepentingan peserta;

- BPJS adalah badan hukum publik; - BPJS berkedudukan dan berkantor pusat di Ibukota Negara Republik

Indonesia; - Organ BPJS terdiri dari: a) Dewan Pengawas, dan b) Dewan Direksi; - Dewan Pengawas terdiri dari 7 (tujuh) orang profesional, yang terdiri dari:

a) 2 (dua) orang unsur pemerintah, b) 2 (dua) orang unsur pekerja, c) dan

2 (dua) orang unsur pemberi kerja, dan d) 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat; - Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; - Dewan Pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas pelaksanaan

tugas BPJS; - Dewan Direksi terdiri atas paling sedikit 5 (lima) orang anggota yang berasal dari unsur profesional; - Anggota Dewan Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. - Presiden menetapkan salah seorang dari anggota Dewan Direksi sebagai

Direktur Utama; - Dewan Direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan operasional BPJS yang menjamin Peserta untuk mendapatkan manfaat sesuai dengan haknya;

- Fungsi BPJS adalah : BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakan Program: a)Jaminan Kecelakaan Kerja, b) Program Jaminan Kematian, c) Program Jaminan Pensiun, dan d)Program Jaminan Hari Tua;

- Tugas BPJS adalah: a) Melakukan dan/ atau menerima pendaftaran peserta, b) Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, c) Menerima bantuan iuran dari pemerintah, d) Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta, e) Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan social, f) Membayarkan manfaat dan/ atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai ketentuan program jaminan sosial; dan g) Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat;

- Wewenang BPJS adalah: a) Menagih pembayaran iuran, b) Menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana, dan hasil yang memadai, c) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jaminan sosial nasional, d) Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh pemerintah, e) Membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan fasilitas kesehatan, f) Mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak memenuhi kewajibannya, g) Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang berwenang mengenai ketidak-patuhannya dalam membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan h) Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka penyelenggaraan program jaminan social;

- Hak BPJS adalah: a) Memperoleh dana operasional untuk penyelenggaraan yang bersumber dari dana jaminan sosial dan/ atau sumber lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan b) Memperoleh hasil monitoring dan evaluasi penyelenggaraan program jaminan sosial dari Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) setiap 6 (enam) bulan;

- Kewajiban BPJS adalah: a) Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta, b) Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta, c) Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik, mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya, d) Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan undang-undang tentang sistem jaminan sosial nasional, e) Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku, f) Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan kewajibannya, g) Memberikan informasi kepada - Kewajiban BPJS adalah: a) Memberikan nomor identitas tunggal kepada peserta, b) Mengembangkan aset dana jaminan sosial dan aset BPJS untuk sebesar-besarnya kepentingan peserta, c) Memberikan informasi melalui media massa cetak dan elektronik, mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya, d) Memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai dengan undang-undang tentang sistem jaminan sosial nasional, e) Memberikan informasi kepada peserta mengenai hak dan kewajiban untuk mengikuti ketentuan yang berlaku, f) Memberikan informasi kepada peserta mengenai prosedur untuk mendapatkan hak dan kewajibannya, g) Memberikan informasi kepada

Dari uraian substasial ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, tersebut di atas dapat dikemukakan analisis Penulis tentang jati diri BPJS dari perspektif badan hukum BHMN sebagai badan penyelenggara pelayanan publik di Indonesia.

Mengacu kepada pengertian sementara Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yakni: ”Badan hukum penyelenggara pelayanan publik yang

bersifat nirlaba yang seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”, yang secara sederhana dari pengertian BHMN ini dapat

diketahui unsur-unsur BHMN yakni: a) badan hukum, b) seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. c) bersifat nirlaba, dan d) penyelenggara/ menyelenggarakan pelayanan publik, maka eksistensi BPJS sebagai suatu badan hukum BHMN dapat diuji/ dianalisis sebagai berikut:

a. Unsur badan hukum: Baik dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial danUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional,dinyatakan bahwa BPJS adalah badan hukum. 116 Lebih jauh lagi bila dilihat dari Teori Orgaan dari Otto von Gierke (1841-1921)

116 Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, juga dinyatakan bahwa BPJS adalah “Badan Hukum Publik”.

Mengenai status badan hukum BPJS ini akan dibahas tersendiri dalam bab pembahasan berikutnya.

dimana badan hukum bukan merupakan pribadi yang sesungguhnya sebagaimana halnya manusia, didalam melakukan kehendaknya atau perbuatan hukum badan hukum dilakukan melalui atau dilaksanakan oleh organnya. Di dalam perundangan yang berkenaan dengan BPJS tersebut di atas dikatakan bahwa BPJS terdiri dari unsur: 1) Unsur Pimpinan (Direktur Utama, Wakil Direksi, dan Deputi-deputi), 2) Tenaga Ahli, 3) Tenaga Teknik, dan 4) Dewan Pengawas dan Dewan Direktur BPJS tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR-RI, unsur-unsur BPJS tersebut di atas adalah organ BPJS yang merupakan satu-satunya organ BPJS yang dalam struktur organ suatu badan hukum adalah organ pengurus.

b. Unsur kekayaan yang berasal dari negara yang dipisahkan: Dengan maksud yang sama, dikatakan bahwa kekayaan BPJS merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.

c. Unsur penyelenggara pelayanan publik: Tugas utama BPJS adalah menyelenggarakan menyelenggarakan Program Jaminan Sosial sebagaimana dimaksud dalam/ sebagai Pelayanan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

d. Unsur Nirlaba: Di dalam perundangan tersebut dengan tegas dinyatakan bahwa BPJS dalam menyelenggarakan SJSN antara lain berdasarkan prinsip nir laba. Dana Jaminan Soaial (yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya) yang dikelola oleh BPJS, yang meskipun tidak termasuk/ menjadi aset BPJS akan tetapi dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan Peserta. Ini dimaksudkan adalah bahwa di dalam pengelolaan program jaminan sosial yang dikelola secara korporatif tersebut bilamana memperoleh keuntungan, maka keuntungan tersebut tidak disetorkan/ diambil kepada neg ara sebagai pendiri/ “pemodal” BPJS, akan tetapi keuntungan tersebut d. Unsur Nirlaba: Di dalam perundangan tersebut dengan tegas dinyatakan bahwa BPJS dalam menyelenggarakan SJSN antara lain berdasarkan prinsip nir laba. Dana Jaminan Soaial (yang merupakan himpunan iuran beserta hasil pengembangannya) yang dikelola oleh BPJS, yang meskipun tidak termasuk/ menjadi aset BPJS akan tetapi dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besarnya kepentingan Peserta. Ini dimaksudkan adalah bahwa di dalam pengelolaan program jaminan sosial yang dikelola secara korporatif tersebut bilamana memperoleh keuntungan, maka keuntungan tersebut tidak disetorkan/ diambil kepada neg ara sebagai pendiri/ “pemodal” BPJS, akan tetapi keuntungan tersebut

Dari uraian unsur-unsur BHMN terhadap kelembagaan BPJS tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun secara tegas/ tidak dinyatakan bahwa BPJS adalah BHMN, tidak seperti halnya dengan PTN BHMN dan BP MIGAS yang dengan tegas dinyatakan sebagai suatu BHMN. Namun demikian untuk mengetahui lebih jauh apakah BPJS tersebut adalah termasuk badan hukum BHMN atau tidak dapat diketahui dari unsur-unsur BHMN yang ada pada kelembagaan badan hukum BPJS. Dari keempat unsur pengertian/ batasan BHMN tersebut di atas, mengenai unsur lainnya yakni unsur badan hukum, dilihat dari organ badan hukum BPJS yang hanya terdiri dari satu organ yakni Organ Pengurus dimana Organ Pengurus tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden, hal mana menunjukkan belum adanya kemandirian penuh Organ BPJS sebagai suatu badan hukum yang benar-benar mandiri karena kekuasaan tertinggi dalam BPJS masih berada di

luar atau bukan termasuk sebagai organ badan hukum BPJS. 117