Visi dan Misi Ketentuan Perundang-Undangan Penyelenggaraan Pelayanan Publik
B. Visi dan Misi Ketentuan Perundang-Undangan Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Politik hukum pada dasarnya kebijakan dasar oleh suatu negara yang dilaksanakan oleh penyelenggara negara yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Berdasarkan politik hukum negara dapat merencanakan tata cara meraih tujuan dengan menggunakan jalur hukum.Salah satu tujuan bagi negara welfare state adalah memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah hak dasar warga dan tanggung jawab negara memenuhinya. Melalui pelayanan publik seperti terlihat dalam regulasi dan instrumen fiskalnya negara mengupayakan kesejahteraan rakyat dan akses keadilan atas sumber daya sosial, ekonomi, dan politik. Politik hukum merupakan sitem ajaran tentang hukum sebagai kenyataan idil dan riil. Politik hukum memberikan landasan akademis terhadap proses pembentukan dan penemuan hukum yang lebih sesai dengan konteks kesejarahan, situasi dan kondisi, kultur dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat terhadap hukum itu sendiri. Melalui hukum seperti ini diharapkan produk hukum yang Politik hukum pada dasarnya kebijakan dasar oleh suatu negara yang dilaksanakan oleh penyelenggara negara yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Berdasarkan politik hukum negara dapat merencanakan tata cara meraih tujuan dengan menggunakan jalur hukum.Salah satu tujuan bagi negara welfare state adalah memberikan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah hak dasar warga dan tanggung jawab negara memenuhinya. Melalui pelayanan publik seperti terlihat dalam regulasi dan instrumen fiskalnya negara mengupayakan kesejahteraan rakyat dan akses keadilan atas sumber daya sosial, ekonomi, dan politik. Politik hukum merupakan sitem ajaran tentang hukum sebagai kenyataan idil dan riil. Politik hukum memberikan landasan akademis terhadap proses pembentukan dan penemuan hukum yang lebih sesai dengan konteks kesejarahan, situasi dan kondisi, kultur dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat terhadap hukum itu sendiri. Melalui hukum seperti ini diharapkan produk hukum yang
Politik hukum nasional, termasuk politik hukum pelayanan publik adalah dalam rangka mewujudkan tujuan cita-cita ideal Negara Republik Indonesia. Tujuan itu meliputi dua aspek yang saling berkaitan, pertama, sebagai suatu alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki. Kedua, dengan sistem hukum nasional itu akan mewujudkan cita-cita bangsa indonesia yang lebih besar.
Secara ideal sistem hukum nasional merupakan sebuah sistem hukum (materiil dan formil) yang dibangun berdasarkan ideologi pancasila, Undang- Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sumber hukum lain yang bersesuaian atau relevan secara umum dengan masyarakat Indonesia serta berlaku di seluruh wilayah indonesia. Sementara cita-cita yang ingin diraih dengan sistem hukum itu pada dasarnya adalah dalam rangka menbantu terwujudnya keadilan sosial dan kemakmuran masyarakat sebagaimana yang disebutkan dalam pembukaan UUD Negara R.I Tahun 1945; melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang menjadi dasar pertimbangan atau tujuan yang hendak dicapai dengan pembentukan UU tersebut adalah bahwa;
1. Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Dalam rangka membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang peningkatan pelayanan publik;
3. Sebagai upaya untuk mempertegas hak dan kewajiban setiap warga negara dan penduduk serta terwujudnya tanggung jawab negara dan korporasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan norma hukum yang memberi pengaturan secara jelas;
4. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik serta untuk memberi perlindungan bagi setiap warga negara dan penduduk dari penyalahgunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan publik, diperlukan pengaturan hukum yang mendukungnya;
Tujuan dari pembentukan UU tersebut mempunyai muatan politik, sosial, ekonomi, dan kultur/ budaya. Pelayanan publik muatan politik terlihat pada bagian pertama yaitu “Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945” Pada kalimat tersebut mengedepankan tugas dan fungsi negara yang mana kedua hal itu merupakan kajian politis. Adalah merupakan kewajiban negara untuk memberikan dan menjamin pelayanan yang baik masyarakatnya. Negara adalah wadah buatan bagi sebuah komunitas untuk menjamin tercapainya tujuan yang dinginkan oleh komunitas tersebut. Aplikasi dari pencapaian cita-cita tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap publik tentunya.
Pada sisi lain, muatan tujuan yang bersifat sosial dapat dilihat pada kalimat “Bahwa membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan
penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan seluruh warga negara dan penduduk tentang
peningkatan pelayanan publik” Pada kalimat tersebut ada tuntutan dari dalam masyarakat atau warga negara untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu berarti bahwa selama ini pelayanan publik dianggap belum sesuai dengan apa yang masyarakat inginkan atau dengan kata lain jauh dari harapan masyarakat. Olehnya dengan membentuk undang-undang ini maka akan diharapkan masyrakat akan mempunyai paradigma baru tentang pelayanan publik di negara ini dan; terbangunnya kepercayaan terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik tersebut. Tujuan yang mengandung muatan peningkatan pelayanan publik” Pada kalimat tersebut ada tuntutan dari dalam masyarakat atau warga negara untuk meningkatkan pelayanan publik. Hal itu berarti bahwa selama ini pelayanan publik dianggap belum sesuai dengan apa yang masyarakat inginkan atau dengan kata lain jauh dari harapan masyarakat. Olehnya dengan membentuk undang-undang ini maka akan diharapkan masyrakat akan mempunyai paradigma baru tentang pelayanan publik di negara ini dan; terbangunnya kepercayaan terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik tersebut. Tujuan yang mengandung muatan
Politik hukum yang lain adalah yang bermuatan kultur atau budaya. Hal inipun tidak dituliskan secara gamblang ke dalam pasal-pasal yang ada dalam UU tersebut, tetapi jika dikaji lebih dalam salah satu tujuan dari dibentuknya UU pelayanan Publik ini adalah guna menciptakan budaya politik dan budaya hukum yang sehat dalam kegidupan bernegara di Indonesia khususnya dalam hal pelayanan publik. dengan UU tersebut diharapkan mampu menciptakan budaya pelayanan publik yang baik oleh penyelenggara pelayanan publik tersebut. Dan dengan terciptanya kultur hukum dan politik yang baik maka akan menciptakan kedewasaan bernegara (menyangkut Hukum dan Pemerintahan) dan lagi-lagi akan menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa dan negara ini.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, terdapat empat unsur penting dalam proses pelayanan publik, pertama, penyedia layanan, yaitu pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa-jasa (services). Kedua, penerima layanan, yaitu mereka yang disebut sebagai konsumen (costomer) atau customer yang menerima berbagai layanan dari penyedia layanan. Ketiga, jenis layanan, yaitu layanan yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang membutuhkan layanan. Keempat, kepuasan pelanggan, dalam memberikan layanan penyedia layanan harus mengacu pada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan pelanggan. Hal ini sangat penting dilakukan karena tingkat kepuasan yang diperoleh para pelanggan itu biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang dan atau jasa yang mereka nikmati.
Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pemenuhan hak- haknya, terutama yang bersifat hak asasi manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, negara membentuk beberapa lembaga pelayanan publik.
Lembaga ini dapat dibagi kedalam 4 (empat) kelompok, yakni institusi birokrasi, BHMN, BLU/D dan BUMN/D.
Institusi penyelengara layanan publik dengan adanya Badan Hukum Publik/ BHP (PTN badan Hukum dan Badan Penyelengara Jaminan sosial /BPJS) dikelompokkan menjadi 4 (empat) bentuk. Pertama, institusi birokrasi (biasa) sebagaimana yang dijalankan oleh pemerintahan pada kementrian atau lembaga/ negara yang biasanya tanpa adanya (kekurangan) diskresi, otonomi tata kelola dan manajerial. Institusi birokrasi diatur dengan aturan yang ketat (ruled-based-system), red-tape, hierarkis dan birokrasitis.
Kedua , institusi publik/ pemerintah yang berbentuk BLU sebagai bagian konsep agensifikasi yang di selengarakan berbeda dengan institusi birokrasi biasa, yakni dengan diberikanya derajat diskresi dan otonomi yang dimiliki BLU baik dalam hal keuangan pengambilan keputusan, tatakelola dan kepegawaian walaupun belum sepenuhnya otonom (semiotonom) karena masih terikat dengan organisasi kementrian induk masing-masing dan beberapa ketentuan yang lain.
Ketiga , adalah bentuk badan hukum publik (BHP) sebagaimana yang diselenggarakan oleh PTN badan hukum dan Badan Penyelengara Jaminan Sosial/ BPJS sebagai bentuk terbaru (varian antara BLU dengan BUMN) organisasi penyelengara layanan publik yang menikmati otonomi dan diskresi yang jauh lebih besar dari pada institusi/ organissasi publik yang berbentuk BLU. Dengan adanya pemisahan kekayaan negara dan didirikan berdasarkan status tersendiri yang independen dan berbentuk badan hukum (rechtpersoon) membuat tata kelola badan hukum publik jauh lebih mandiri dan fleksibel.
Badan hukum publik bisa melakukan transaksi bisnis baik sendiri maupun anak usaha sebagaimana organisasi bisnis/ komersial,melakukan investasi jangka pendek ataupun jangka panjang melalui pasar uang, saham obligasi ataupun instrumen portofolio lainya bahkan melakukan pinjamam di lembaga keuangan bank ataupun bukan bank (dalam luar negeri).
Keluasaan tata kelola sebagaiman yang disebut di atas merupakan sesuatu yang agak dilakukan oleh institusi pemerintah yang berbentuk Badan Layanan Umum (baik PTN BLU ataupun BLU yang lain) yang statusnya masih merupakan bagian atau kepanjangan lengan pemerintah/kementrian yang tunduk kepada hukum Keluasaan tata kelola sebagaiman yang disebut di atas merupakan sesuatu yang agak dilakukan oleh institusi pemerintah yang berbentuk Badan Layanan Umum (baik PTN BLU ataupun BLU yang lain) yang statusnya masih merupakan bagian atau kepanjangan lengan pemerintah/kementrian yang tunduk kepada hukum
Keempat , oraganisasi penyelengaraan layanan publik yang berbentuk BUMN/D. Antara Badan Hukum Publik/ BHP dan BUMN/D sebenarnya memiliki derajat otonom yang relatif hampir sama kecuali pada aspek-aspek tertentu, seperti pengelolaan aset tetapberubah tanah dan personalia. Berbeda dengan BUMN/D yang memang benar-benar otonom dan mandiri secara penuh sebagai akibat adanya pemisahan semua bentuk kekayaan negara menjadi kekayaan privat (badan hukum) secara utuh kepada manajemen BUMN/D, maka otonomi tata kelola dan manajerial betul-betul dinikmati secara utuh oleh BUMN/D.
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah undang-undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. perlayanan publik yang dilakukan oleh pemerintahan atau koporasi yang efektif dapat memperkuat demokrasi dan hak asasi manusia, mempromosikan kemakmuran ekonomi, kohesi sosial, mengurangi kemiskinan, meningkatkan perlindungan lingkungan, bijak dalam pemanfaatan sumber daya alam, memperdalam kepercayaan pada pemerintahan dan administrasi publik.
Undang-undang tentang pelayanan publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Visi dan misi peraturan badan penyelenggara pelayanan publik mengacu pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan didirikan Negara Republik Indonesia, antara lain adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat tersebut mengandung makna negara berkewajiban memenuhi kebutuhan setiap warga negara melalui suatu sistem pemerintahan yang mendukung terciptanya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar dan hak sipil setiap warga negara atas barang publik, jasa publik, dan pelayanan administratif.
Penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada kondisi yang belum sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu, tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi, transportasi, investasi, dan perdagangan. Kondisi dan perubahan cepat yang diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan dalam berbagai aspek pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem pelayanan publik yang berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku yang mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diterapkan sehingga masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan harapan dan cita-cita tujuan nasional.
Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya dalam kerangka pelayanan publik yang merupakan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, membangun kepercayaan masyarakat atas pelayanan publik yang dilakukan penyelenggara pelayanan publik merupakan kegiatan yang harus dilakukan seiring