Badan Penyelenggara Pelayanan Publik Eksplisit BHMN.
A. Badan Penyelenggara Pelayanan Publik Eksplisit BHMN.
1. 113 BMHN Bidang Pendidikan Tinggi Bidang penyelenggaraan pendidikan tinggi merupakan pionir dari
eksistensi badan penyelenggara pelayanan publik BHMN, yakni dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum. Peraturan pemerintah ini merupakan payung hukum yang ditindak-lanjuti melalui peraturan pemerintah tersendiri bagi pembentukan (transformasi)
113 Kebaradaan BHMN bidang Pendidikan Tinggi (PTN BHMN), dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan sempat
hendak dilakukan trasnformasi menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP), namun dalam perjalanannya transformasi tersebut tidak sempat terlaksana bersamaan dengan dianulirnya undang- undang tersebut oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 11, 14,21,126,136/PUU- VII/2009 tanggal 31 Maret 2010. Selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, Undang-undang yang terakhir ini semakin memperkuat keberadaan PTN BHMN tersebut sebagi wujud bentuk badan hukum Pendidikan Tinggi (Perguruan Tinggi Negeri) yang didirikan/ diselenggarakan Pemerintah.
perguruan tinggi negeri tertentu yang semula sebagai satuan unit kerja yang merupakan bagian dari Kementeterian Pendidikan menjadi suatu perguruan tinggi negeri BHMN yang mandiri/ otonom.
Saat ini melalui masing-masing peraturan pemerintah telah ditetapkan beberapa perguruan tinggi negeri menjadi suatu perguruan tinggi negeri BHMN, yakni:
a. BHMN Universitas Indonesia (BHMN UI) BHMN UI dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 152 Tahun 2000 tentang Penetapan Universitas Indonesia (UI) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Universitas Indonesia sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN BHMN) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN UI, yang dari ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah ini dapat diketahui ketegasan status dari BHMN UI tersebut, antara lain sebagai berikut: - Dengan peraturan pemerintah ini dietetapkan Universitas Indonesia
sebagai BHMN (BHMN UI) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. - Universitas Indonesia sebagai lembaga pendidikan tinggi milik negara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia sejak 2 Februari 1950 tersebut ditetapkan sebagai BHMN untuk jangka waktu yang tidak ditentukan;
- BHMN UI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Inmdonesia.
b. BHMN Universitas Gadjah Mada (BHMN UGM) BHMN UGM dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penetapan Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Universitas Gadjah Mada sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN BHMN) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN UGM, yang dari ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah ini dapat diketahui ketegasan dari status BHMN UGM tersebut, antara lain sebagai berikut:
- Dengan peraturan pemerintah ini dietetapkan Universitas Gadjah Mada sebagai BHMN (BHMN UGM) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Universitas Gadjah Mada yang berdiri sejak 19 Desember 1949 tersebut ditetapkan menjadi Universitas Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sampai waktu yang tak terbatas.
- BHMN UGM berkedudukan di Yogyakarta.
c. BHMN Institut Pertanian Bogor (BHMN IPB) BHMN Institut Pertanian Bogor (IPB) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 154 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Institut Pertanian Bogor sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN IPB) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN IPB, yang dari ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah ini dapat diketahui ketegasan dari status BHMN IPB tersebut, antara lain sebagai berikut: - Dengan peraturan pemerintah ini dietetapkan Institut Pertanian Bogor
sebagai BHMN (BHMN IPB) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Institut Pertanian Bogor yang berdiri sejak 1 September 1963 tersebut ditetapkan menjadi Institut Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sampai waktu yang tidak ditentukan;
- BHMN IPB berkedudukan di Bogor.
d. BHMN Institut Teknologi Bandung (BHMN ITB) BHMN Institut Teknologi Bandung (ITB) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Institut Teknologi Bandung sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN ITB) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN ITB, yang dari ketentuan-ketentuan dalam d. BHMN Institut Teknologi Bandung (BHMN ITB) BHMN Institut Teknologi Bandung (ITB) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 155 Tahun 2000 tentang Penetapan Institut Teknologi Bandung (ITB) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Institut Teknologi Bandung sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN ITB) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN ITB, yang dari ketentuan-ketentuan dalam
Bandung sebagai BHMN (BHMN ITB) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Institut Teknologi Bandung yang diresmikan pada 2 Maret 1959 tersebut ditetapkan menjadi Institut Badan Hukum Milik Negara (BHMN) sampai waktu yang tidak ditentukan.
- BHMN ITB berkedudukan Bandung
e. BHMN Universitas Sumatera Utara (BHMN USU) BHMN Universitas Sumatera Utara (USU) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2003 tentang Penetapan Universitas Sumatera Utara (USU) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tegas (eksplisit) tentang status Universitas Sumatera Utara sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN USU) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN USU, yang dari ketentuan- ketentuan dalam peraturan pemerintah ini dapat diketahui ketegasan dari status BHMN USU tersebut, antara lain sebagai berikut: - Dengan peraturan pemerintah ini dietetapkan Universitas Sumatera
Utara sebagai BHMN (BHMN USU) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Universitas Sumatera Utara yang didirikan pada tanggal 4 Juni 1952 dan dinegerikan pada tanggal 1 September 1957 tersebut ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan;
- BHMN USU berkedudukan di Kota Medan Sumatera Utara.
f. BHMN Universitas Pendidikan Indonesia (BHMN UPI) BHMN Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain f. BHMN Universitas Pendidikan Indonesia (BHMN UPI) BHMN Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain
Indonesia sebagai BHMN (BHMN UPI) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Universitas Pendidikan Indonesia yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1954 tersebut ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan;
- BHMN UPI berkedudukan di Kota Bandung.
g. BHMN Universitas Airlangga (BHMN UNAIR) BHMN Universitas Airlangga (UNAIR) dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2006 tentang Penetapan Universitas Universitas Airlangga (UNAIR) sebagai Badan Hukum Milik Negara. Di dalam peraturan pemerintah ini selain memuat pernyataan secara tagas (eksplisit) tentang status Universitas Airlangga sebagai suatu perguruan tinggi negeri BHMN (PTN UNAIR) juga memuat tentang Anggaran Dasar BHMN UNAIR, yang dari ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah ini dapat diketahui ketegasan dari status BHMN UNAIR tersebut, antara lain sebagai berikut: - Dengan peraturan pemerintah ini dietetapkan Universitas Pendidikan
Indonesia sebagai BHMN (BHMN UNAIR) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- Universitas Airlangga yang didirikan pada tanggal 10 November 1954 tersebut ditetapkan sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) untuk jangka waktu yang tidak ditentukan;
- BHMN UNAIR berkedudukan di Surabaya. Lebih jauh, dari ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum serta masing-masing peraturan - BHMN UNAIR berkedudukan di Surabaya. Lebih jauh, dari ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum serta masing-masing peraturan
universitas atau institut dimaksud sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi;
- BHMN atau Perguruan Tinggi Negeri BHMN (PTN BHMN) tersebut merupakan perubahan bentuk atau transformasi kelembagaan universitas atau institut yang telah ada, sehingga semua kekayaan dalam segala bentuk, termasuk kekayaan intelektual, fasilitas, dan benda di luar tanah tercatat sah sebagai milik PTN BHMN;
- Segala hak dan kewajban, perlengkapan dan kekayaan, penyeleggaraan pendidikan tinggi, termasuk pegawai dialihkan menjadi asset dan pegawai BHMN UNAIR;
- Kekayaan awal PTN BHMN adalah merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); - PTN BHMN semuanya didirikan untuk jangka waktu yang tidak tertentu; - PTN BHMN adalah badan hukum yang bersifat nir-laba; - Pembiayaan untuk penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengembangan
PTN BHMN berasal dari: 1) pemerintah, 2) masyarakat, 3) pihak luar negeri 4) usaha dan tabungan PTN BHMN;
- Usaha/ Unit usaha PTN BHMN terdiri dari 3 bentuk , yaitu: unit usaha akademik, unit usaha penunjang, dan unit usaha komersial; - Unit usaha akademik adalah unit usaha yang terkait dengan kegiatan akademik; Unit usaha penunjang adalah unit usaha yang menunjang kegiatan PTN BHMN; Unit usaha komersial adalah badan usaha yang didirikan dan dimiliki sepenuhnya oleh PTN BHMN dalam rangka menunjang pendanaan penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi;
- Unit usaha komersial dapat berbentuk unit usaha Perseroan Terbatas atau jenis usaha komersial lainnya yang sepenuhnya atau sebagian sahamnya dimiliki PTN BHMN sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
- Dalam hal pendirian Perseroan Terbatas, penyertaan modal PTN BHMN secara keseluruhan tidak melebihi 20% (dua puluh persen) dari asset PTN BHMN;
- Pengelolaan unit usaha komersial sebagaimana yang dimaksud dalam butir (1) dilakukan secara terpisah dari kegiatan akademis PTN BHMN; - Penerimaan PTN BHMN bukan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB); - Organisasi PTN BHMN terdiri dari Majelis Wali Amanat, Dewan Audit, Senat Akademik, Pimpinan Universitas, Dewan Guru Besar, Sebat Akademik Fakultas, Pelaksana Akademik, Unsur Manajemen, Penunjang, Unit Usaha, dan unsur-unsur lain yang dipandang perlu;
- Majelis Wali Amanat adalah organ PTN BHMN yang mewakili kepentingan pemerintah, kepentingan masyarakat, dan kepentingan PTN BHMN, yang beranggotakan sebanyak-banyaknya 21 orang;
- Unsur-unsur Majelis Wali Amanat tersebut adalah: a) Menteri, b) Senat Akademik PTN BHMN, c) Masyarakat, d) Karyawan/ pegawai PTN BHMN, e) mahasiswa, dan f) Rektor;
- Majelis Wali Amanat bertugas: a) mengesahkan rencana kerja dan anggaran tahunan PTN BHMN, b) memelihara kondisi keuangan PTN BHMN, c) menetapkan kebijakan umum PTN BHMN, d) melaksanakan pengawasan dan pengendalian umum atas pengelolaan PTN BHMN, e) bersama pimpinan PTN BHMN menyusun dan menyampaikan laporan tahunan kepada Menteri, f) melakukan penilaian atas kinerja pimpinan PTN BHMN, g) mengangkat dan memberhentikan pimpinan PTN BHMN,
h) menangani penyelesaian tertinggi atas masalah-masalah yang ada dalam PTN BHMN; - Dewan Audit adalah organ PTN BHMN yang secara independen melaksanakan evaluasi hasil audit internal dan eksternal atas penyelenggaraan PTN BHMN untuk dan atas nama Majelis Wali Amanat;
- Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Audit diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Wali Amanat;
- Dewan Audit bertugas: a) Menetapkan kebijakan audit internal, b) Menunjuk dan mengangkat tenaga audit profesional, c) Mempelajari dan menilai hasil audit internal maupun eksternal, d) mengambil kesimpulkan dan mengajukan saran kepada Majelis Wali Amanat;
- Senat Akademik Universitas adalah badan normatif tertinggi di PTN BHMN dalam bidang akademik; - Senat Akademik terdiri dari: a) Rektor dan para Wakil Rektor, b) Dekan Fakultas dan Ketua Program Pascasarjana, c) Wakil Guru Besar, d) Wakil Dosen bukan Guru, dan e) Kepala Perpustakaan PTN BHMN;
- Senat Akademik bertugas, antara lain memberikan masukan kepada Pimpinan PTN BHMN, dalam menyusun Rencana Strategis serta Rencana Kerja dan Anggaran;
- Dewan Guru Besar adalah organ PTN BHMN yang anggotanya adalah seluruh Guru Besar PTN BHMN; - Dewan Guru Besar dipimpin seorang ketua dan dibantu seorang sekretaris yang keduanya dipilih oleh anggota Dewan Guru Besar; - Dewan Guru Besar bertugas: a) melakukan pembinaan kehidupan akademik dan membina integritas moral serta etika akademik PTN BHMN, dan b) memberikan pertimbangan atas usul pengangkatan Guru Besar, Doktor Kehormatan, atau pemberian kehormatan lainnya kepada Senat Akademik dan atau Pimpinan Universitas;
- Rektor adalah Pimpinan PTN BHMN yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan PTN BHMN; - Pimpinan PTN BHMN terdiri dari Rektor yang dibantu oleh beberapa Wakil Rektor; - Rektor PTN BHMN diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Walis Amanat dengan suatu pemilihan; - Pimpinan PTN BHMN bertugas, antara lain: a) Melaksanakan penyelenggaraan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan b) mengelola seluruh kekayaan PTN BHMN dan secara optimal memanfaatkannya untuk kepentingan PTN BHMN;
- Pimpinan PTN BHMN mewakil PTN BHMN di dalam dan di luar pengadilan untuk kepentingan PTN BHMN; - Tenaga Dosen di Perguruan Tinggi Negeri BHMN, yang pengangkatan dan pemberhentian, kedudukan, hak, serta kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai tenaga dosen di perguruan tinggi
- Tenaga administrasi, pustakawan, teknisi, dan golongan tenaga kerja di luar tenaga dosen yang ditetapkan oleh PTN BHMN merupakan pegawai PTN BHMN, yang pengangkatan dan pemberhentian, kedudukan, hak dan kewajibannya ditetapkan berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai ketenagakerjaan;
Dari uraian substasial ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum serta masing-masing peraturan pemerintah tentang pembentukan Perguruan Tinggi Negeri BHMN tersebut di atas dapat dikemukakan analisis Penulis tentang jati diri PTN BHMNdari perspektif badan hukum BHMN sebagai badan penyelenggara pelayanan publik di Indonesia.
Mengacu kepada pengertian sementara Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yakni: ”Badan hukum penyelenggara pelayanan publik yang
bersifat nirlaba yang seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”, yang secara sederhana dari pengertian BHMN ini dapat
diketahui unsur-unsur BHMN yakni: a) badan hukum, b) seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. c) bersifat nirlaba, dan d) penyelenggara/ menyelenggarakan pelayanan publik, maka eksistensi PTN BHMN sebagai suatu badan hukum BHMN dapat diuji/ dianalisis sebagai berikut:
a. Unsur badan hukum: Status kelembagaan perguruan-perguruan tinggi negeri tersebut dengan tegas dinyatakan adalah suatu badan hukum, bahkan lebih jauh ditegaskan sebagai suatu Badan Hukum Milik Negara (BHMN). PTN BHMN merupakan transformasi lembaga penyelenggara pendidikan
negeri yang semula berasal dari perguruan tinggi negeri yang secara kelembagaan merupakan instansi teknis pemerintah (lembaga negara) diubah/ ditetapkan menjadi suatu badan hukum BHMN (PTN BHMN). Lebih jauh lagi bila dilihat dari Teori Organ dari Otto von Gierke (1841- 1921) dimana badan hukum bukan merupakan pribadi yang sesungguhnya sebagaimana halnya manusia, didalam melakukan kehendaknya atau perbuatan hukum badan hukum dilakukan melalui atau dilaksanakan oleh organnya, yang dalam hal ini organ PTN BHMN adalah organ Pengurus, yakni Pimpinan PTN BHMN yang didukung oleh Senat Akademik, fakultas, pelaksana akademik fakultas, Senat Akademik Fakultas, unsur manajemen, dan penunjang unit usaha, organ Pengawas dan Penasehat, yakni Dewan Audit, dan Dewan Guru Besar, dan organ pemegang kekuasaan tertinggi, yakni Majelis Wali Amanat.
b. Unsur kekayaan yang berasal dari negara yang dipisahkan: PTN BHMN mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan negera yang (seluruh) kekayaan awalnya berasal dari kekayaan negera yang dipisahkan.
c. Unsur penyelenggara pelayanan publik: Kegiatan pokok PTN BHMN adalah menyelenggarakan pelayanan publik di bidang pendidikan tinggi. Penyelenggaraan pendidikan tinggi merupakan salah satu bentuk pelayanan publik-jasa publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
d. Unsur Nirlaba: PTN BHMN adalah badan hukum yang bersifat nir-laba. Penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh PTN BHMN dilakukan secara efisien dan berdasarkan prinsip ekonomis, dan sejalan dengan itu di dalam pengelolaannya guna menunjang pendanaan PTN BHMN dalam melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi PTN BHMN antara lain berhak mendirikan unit badan usaha komersial, dan semua penerimaan PTN BHMN bukan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Yang dimaksud dengan penerimaan PTN BHMN bukan merupakan
Penerimaan Negara Bukan Pajak disini adalah bahwa bila ternyata didalam pengelolaan BHMN tersebut ternyata memperoleh keuntungan maka keuntungan tersebut bukan untuk/ disetor kepada negara/ pemerintah melainkan merupakan penghasilan PTN BHMN sepenuhnya yang selanjutnya digunakan untuk peningkatan pelayanan publik penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh PTN BHMN. Artinya, disini negara sebagai pendiri/ “pemodal” PTN BHMN tidak menerima/
mengambil hasil keuntungan dari pengelolaan PTN BHMN tidak seperti halnya terhadap keuntungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang disetorkan kepada negara sebagai PNBP.
Dari uraian unsur-unsur BHMN terhadap kelembagaan PTN BHMN tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa PTN BHMN adalah suatu badan hukum BHMN badan penyelenggara publik.
2. BMHN Penyelenggara Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP MIGAS)
Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Penyelengaraan kegiataan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, sebagai tindak lanjut atau pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, untuk melakukan pengendalian Kegiatan Usaha Hulu (kegiatan eksplorasi dan ekploitasi) di bidang miyak dan gas bumi dibentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak (BP MIGAS).
Terlepas dari adanya Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 36/PUU-X/2012 tanggal 13 November 2012. tanggal atas pengujian terhadap Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, yang intinya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut “membubarkan” lembaga Badan Pelaksana Kegiatan
Usaha Hulu Minyak (BP MIGAS), sebagai bagian suatu BHMN yang pernah dilahirkan dalam tata hukum Indonesia tidak ada salahnya apabila dalam disertasi ini melului paraturan perundangan yang terkait Penulis mengungkapkan bagaimana eksistensi dari BHMN BP MIGAS tersebut, antara lain sebagai berikut:
- Untuk melakukan pengendalian Kegiatan Hulu di Bidang Minyak dan gas Bumi dibentuk Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak (BP MIGAS).
- Baik dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Pasal 45 butir (1)) maupun dalam Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Penyelengaraan kegiataan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Pasal 2 butir (2)) dengan tegas/ eksplisit dinyatakan BP MIGAS berstatus Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
- BP MIGAS bersifat tidak mencari keuntungan/ nir-laba. - BP MIGAS berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta. - Kekayaan BP MIGAS merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. - Tugas BP MIGAS antara lain melaksanakan penanda-tanganan Kontrak
Kerja Sama dengan pihak Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap untuk melaksanakan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi di bidang minyak dan gas bumi.
- BP MIGAS memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya. - Besarnya penerimaan dimaksud ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai suatu persentase dari penerimaan negara dari setiap Kegiatan Usaha Hulu.
- BP MIGAS mengelola dana pembiayaan kegiatan dan dana cadangan pembiayaan opersioanal. - Surplus dana selisih penerimaan BP MIGAS dengan dana pembiayaan kegiatan dan dana cadangan pembiayaan operasional, dan dana penerimaan dari pengalihan kekayaan BP MIGAS merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak.
- BP MIGAS terdiri dari unsur: a) Unsur Pimpinan (Kepala, Wakil Kepala, dan Deputi-deputi), b) Tenaga Ahli, c) Tenaga Teknik, dan d) Tenaga Administrasi;
- Kepala BP MIGAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR RI.
- Semua pekerja Pertamina yang sebelum terbentuknya BP MIGAS ini menangani pembinaan dan pengawasan kontraktor Kontrak Bagi Hasil, dipekerjakan pada BP MIGAS, dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lambat 1 tahun dapat memilih status tetap sebagai pekerja Pertamina atau personil BP MIGAS.
- Gaji dan penghasilan lain personil BP MIGAS yang berasal dari Pertamina, pada saat menjadi personil BP MIGAS paling kurang sama dengan gaji dan penghasilan pada saat terakhir bekerja di Pertamina.
Dari uraian substasial ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Penyelengaraan kegiataan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, tersebut di atas dapat dikemukakan analisis Penulis tentang jati diri BP MIGAS dari perspektif badan hukum BHMN sebagai badan penyelenggara pelayanan publik di Indonesia.
Mengacu kepada pengertian sementara Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yakni: ”Badan hukum penyelenggara pelayanan publik yang
bersifat nirlaba yang seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan”, yang secara sederhana dari pengertian BHMN ini dapat
diketahui unsur-unsur BHMN yakni: a) badan hukum, b) seluruh kekayaannya berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. c) bersifat nirlaba, dan d) penyelenggara/ menyelenggarakan pelayanan publik, maka eksistensi BP MIGAS sebagai suatu badan hukum BHMN dapat diuji/ dianalisis sebagai berikut:
a. Unsur badan hukum: Baik dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Pasal 45 butir (1)) maupun dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2002 tentang Badan Penyelengaraan kegiataan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Pasal 2 butir (2)) dengan tegas/ eksplisit dinyatakan BP MIGAS berstatus badan hukum, yakni Badan Hukum Milik Negara (BHMN).
Lebih jauh lagi bila dilihat dari Teori Organ dari Otto von Gierke (1841- 1921) dimana badan hukum bukan merupakan pribadi yang sesungguhnya sebagaimana halnya manusia, didalam melakukan kehendaknya atau perbuatan hukum badan hukum dilakukan melalui atau dilaksanakan oleh organnya. Di dalam perundangan yang berkenaan dengan BP MIGAS tersebut di atas dikatakan bahwa BP MIGAS terdiri dari unsur: 1) Unsur Pimpinan (Kepala, Wakil Kepala, dan Deputi- deputi), 2) Tenaga Ahli, 3) Tenaga Teknik, dan 4) Tenaga Administrasi, dan Kepala BP MIGAS tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan DPR-RI, unsur-unsur BP MIGAS tersebut di atas adalah organ BP MIGAS yang merupakan satu-satunya organ BP MIGAS yang merupakan satu-satunya organ BP MIGAS yang dalam struktur organ suatu badan hukum adalah organ pengurus.
b. Unsur kekayaan yang berasal dari negara yang dipisahkan: Dengan maksud yang sama, dikatakan bahwa kekayaan BP MIGAS merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.
c. Unsur penyelenggara pelayanan publik: Tugas utama BP MIGAS adalah mengendalikan Kegiatan Hulu di bidang Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan Hulu di bidang MIGAS yang dikendalikan tersebut adalah kegiatan yang bertumpu pada kegiatan usaha eksplorasi dan eksploitasi yang pada pokoknya yang dimaksudkan untuk menghasilkan minyak dan gas bumi sebagai barang publik yang harus dipenuhi oleh negara sebagaimana dimaksud dalam/ sebagai Pelayanan Publik sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelyanan Publik.
d. Unsur Nirlaba: Di dalam perundangan yang berkenaan dengan BP MIGAS tersebut ditegaskan bahwa BP MIGAS bersifat tidak mencari keuntungan/ nir-laba. Namun bila dilihat lebih jauh dari ketentuan perundangan tersebut yang menyatakan bahwa: 1) BP MIGAS memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya, 2) Besarnya penerimaan dimaksud ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai suatu persentase d. Unsur Nirlaba: Di dalam perundangan yang berkenaan dengan BP MIGAS tersebut ditegaskan bahwa BP MIGAS bersifat tidak mencari keuntungan/ nir-laba. Namun bila dilihat lebih jauh dari ketentuan perundangan tersebut yang menyatakan bahwa: 1) BP MIGAS memperoleh penerimaan berupa imbalan atas pelaksanaan fungsi dan tugasnya, 2) Besarnya penerimaan dimaksud ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagai suatu persentase
Dari uraian unsur-unsur BHMN terhadap kelembagaan BP MIGAS tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa meskipun secara tegas/ eksplisit dinyatakan bahwa BP MIGAS adalah BHMN, namun demikian dengan adanya keuntungan (Surplus dana selisih penerimaan BP MIGAS dengan dana pembiayaan kegiatan dana cadangan pembiayaan operasional) BP MIGAS yang diterima/ diambil oleh negara sebagai PNBP tersebut patut dipertanyakan unsur nirlaba BP MIGAS sebagai suatu BHMN. Bahkan dilihat dari sisi organ BP MIGAS yang hanya terdiri dari Organ Pengurus yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden yang dalam hal ini kedudukan Presiden bukanlah merupakan Organ BP MIGAS, sehingga dengan adanya posisi Presiden dengan demikian BP MIGAS tersebut tidak mempunyai kemandirian Organ sebagaimana halnya pada badan hukum lainnya. 114