PENGARUH PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI DAN TINGKAT KELAYAKAN USAHATANI
Metode Analisis Data
untuk mengetahui perusahaan tersebut layak diusahakan
Untuk menguji hipotesis 1, dapat perhitungan R/C ratio. Dari hasil perhitungan
dihitung dengan rumus Regresi Linier Berganda didapat R/C ratio sebesar 1,45 yang artinya
adalah:
setiap investasi yang ditanamkan atau biaya produksi (TC), maka akan diperolah revenue
Y=a+b 1 x 1 +b 2 x 2 +b 3 x 3 +b 4 x 4 +e atau penerimaan sebesar 1,03 kali dari nilai
investasi yang ditanamkan. Sehingga usaha Dimana:Y = pendapatan a = konstanta tersebut layak untuk diusahakan. Hal ini terjadi karena dalam usaha budidaya jamur tersebut
x 1 = tenaga kerja (Rp/Borongan) menghasilkan biaya penerimaan yang lebih besar dari biaya produksinya sehingga didaerah
x 2 = bibit (Rp/Botol) penelitian tersebut mendapatkan keuntungan
hasil yang besar. 7 x 3 = bahan baku (Rp/Kg)
C. METODE PENELITIAN
x 4 = bahan tambahan (Rp/Kg)
Metode Penelitian
b 1, b 2 ,b 3 = koefesien regresi Metode penelitian ini menggunakan studi
e = error
kasus (Case Study) yaitu metode yang didasarkan pada kajian atau fenomena yang di
Untuk menguji pengaruh secara parsial temukan pada suatu tempat dan waktu yang
digunakan uji-t dengan rumus: digunakan uji-t dengan rumus:
H 1 di tolak
Se (bi) Untuk menguji hipotesis 2, digunakan Dimana:
metode Benefit Cost Ratio (B/C) yaitu: bi = koefesien regresi
Benefit
B/C =
Se= simpangan baku Cost Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Dimana:
Jika t hitung ≤ t tabel H 0 diterima dan H 1 ditolak
Benefit = pendapatan
= biaya produksi Untuk menguji pengaruh secara serempak
Jika t hitung ≥ t tabel H 0 ditolak dan H 1 diterima
Cost
Dengan kriteria:
digunakan uji F hitung dengan rumus: - Jika nilai B/C ≥ maka usaha budidaya jamur
Jk Reg/k tiram putih sudah efisien
F hitung = Jk Res/(n –k-1)
- Jika nilai B/C ≤ maka usaha budidaya jamur tiram putih tidak efisien Dimana: Jk Reg = jumlah kuadrat regresi
Karakteristik
Petani Sampel Usaha
Jk Res = jumlah kuadrat sisa
Budidaya Jamur Tiram Putih
k= jumlah variabel bebas Berdasarkan hasil wawancara kepada petani jamur tiram putih maka dapat diketahui
n = jumlah sampel karakteristik petani sampel yaitu berdasarkan tenaga kerja, bibit, bahan baku, dan bahan
dengan kriteria pengujian:
tambahan
- Jika F hitung ≥ F tabel, maka H 0 ditolak, H 1
diterima
Tabel 1. Karakteristik Petani Sampel Usaha Budidaya Jamur Tiram Putih No
Uraian
Rataan
1 Umur (Tahun)
2 Tingkat Pendidikan (Tahun)
3 Pengalaman Budidaya (Tahun)
1,6 Sumber: Data Primer Diolah Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 1. Dari
4 Jumlah Tanggungan (Orang)
tiram putih untuk meningkatkan produksinya. tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata
Tingkat pendidikan yang pernah diikuti oleh umur petani jamur tiram putih adalah 31,65
petani jamur tiram putih rata-rata sebesar 16,1 tahun, yaitu antara 23-46 tahun yang berarti
tahun, yaitu antara 12-19 tahun. Hal ini dapat masih tergolong umur produktif dan masih bisa
dilihat bahwa rata-rata tingkat pendidikan petani berusaha dan mengelola usaha budidaya jamur
adalah pada tingkat pendidikan sarjana (S 1 ).
Pendidikan yang diperoleh petani jamur tiram pada mulanya akan tinggi dan secara berangsur- putih mempengaruhi tingkat wawasan dan
angsur akan berkurang pada tahapan panen berpengaruh terhadap kegiatan atau tindakan
berikutnya. Walaupun demikian media tumbuh yang akan dilakukan oleh petani jamur tiram
jamur tersebut dapat bertahan sampai 5-6 bulan. putih untuk memilih suatu jenis usaha yang akan mereka usahakan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa produksi, biaya produksi, penerimaan dan
Pengalaman atau lamanya usaha yang pendapatan yang diterima oleh petani jamur dijalankan petani jamur tiram putih rata-rata
tiram putih berbeda-beda ini disebabkan karena adalah 2,5 tahun, yaitu antara 1-5 tahun yang
jumlah (banyaknya) pembuatan jamur baru berarti para petani yang memiliki pengalaman
dalam satu bulan berbeda, dimana ada yang lebih lama dalam budidaya jamur tiram putih
membuat dua kali dalam sebulan, ada yang tiga akan mendapatkan pengetahuan lebih banyak
kali, dan ada yang empat kali. tentang teknik dan cara-cara berbudidaya yang
dilakukannya. Dari hasil penelitian dapat diketahui rata- rata produksi, biaya produksi, penerimaan, dan
Jumlah tanggungan petani jamur tiram pendapatan petani sampel jamur tiram putih putih rata-rata adalah 1,6 orang, yaitu antara 0-5
yang dinyatakan dalam Rp/bulan dapat dilihat orang yang berarti setiap petani jamur tiram
pada tabel 2. Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa putih memiliki tanggungan yang berbeda-beda.
produksi rata-rata petani jamur tiram putih adalah 139,75 kg setiap bulannya, biaya
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi rataan petani jamur tiram putih adalah Rp. 708.925/bulannya, penerimaan rataan petani
Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih
putih adalah sebesar Pendapatan petani jamur tiram putih
jamur
tiram
2.795.000/bulannya, dan pendapatan rataan adalah selisih antara penerimaan (revenue)
petani
putih adalah Rp. 2.086.075/bulannya dimana dalam hal ini rataan
jamur
tiram
dengan total biaya pengeluaran yang dinyatakan luas rumah jamur (kumbung) petani jamur tiram
dalam Rp/bulan. Produksi jamur tiram putih putih di daerah penelitian adalah 55,4 m .
Tabel 2. Produksi, Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih/Bulan No
Keterangan
Rataan
1. Produksi Jamur Tiram Putih (Kg/Bulan) 139,75
2. Biaya Produksi Jamur Tiram Putih (Rp/Bulan) 708.925
3. Penerimaan (Rp/Bulan) 2.795.000
4. Pendapatan (Rp/Bulan) 2.086.075 Sumber: Data Primer Diolah Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m 2 dapat dinyatakan layak harus mempunyai
(panjang 12 m dan lebar 7 m) dan tinggi 3,5 jumlah produksi antara 750-1250 kg/hari atau m. 12 Berdasarkan petani sampel jamur tiram di
rataannya 1.000 kg/hari, maka untuk satu bulan daerah
produk tersebut berjumlah 30 x 1.000 kg – dihasilkan dalam sebulan antara 85-280
penelitian produksi jamur
yang
Produksi, biaya produksi, kg/bulan dengan rataannya/bulan adalah 139.75.
kg.
juga pendapatan tidak Menurut Suriawiria (2009), untuk memelihara
penerimaan, dan
selamanya memiliki angka yang sama pada 10.000 subtrat tanam (baglog), luas ruangan
setiap petani jamur tiram putih yang salah satu yang diperlukan minimal 8 m x 12 m. Sesuai
produksinya sama karena dengan
faktor-faktor
tergantung bagaimana cara/kemampuan teknik agrobisnis jamur kayu, yang secara ekonomi
perhitungan-perhitungan
dasar
budidayanya, kesterilan, penggunaan bibit, budidayanya, kesterilan, penggunaan bibit,
tersebut bisa memberikan dihasilkan, dan banyaknya pembuatan jamur
faktor-faktor
pengaruh yang negatif terhadap pendapatan baru dalam sebulan. Terkadang ada juga para
petani jamur tiram putih apabila salah satu petani jamur tiram putih yang mengalami
faktor tersebut kurang baik. Untuk lebih kerugian akibat terjadinya kontaminasi atau
jelasnya melihat pengaruh tenaga kerja, bibit, tidak sterilnya media pada waktu sterilisasi
bahan baku, dan bahan tambahan terhadap sehingga terjadi kerusakan media dan akibatnya
pendapatan petani jamur tiram putih dapat pertumbuhan dan perkembangan jamur menjadi
dilihat pada tabel 3.Dari Tabel 3 di atas dapat terhambat.
diketahui bahwa persamaan fungsi Regresi Linier Berganda adalah sebagai berikut: Y=
Pengaruh Faktor-Faktor Tenaga Kerja,
458336,58 + 0,11 X 1 + 8,42 X 2 + 22190,60 X 3
Bibit, Bahan Baku, Bahan Tambahan
+ 6390,23 X 4 +e
Terhadap Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih
Dari hasil pengujian data diketahui bahwa nilai koefesien determinasi (R – Square) Pengaruh faktor-faktor tenaga kerja, bibit,
dari penelitian ini adalah 0,93. Nilai ini bahan baku, dan bahan tambahan akan
bahwa secara simultan memberikan pengaruh yang positif apabila
mengindikasikan
(serempak) pendapatan petani jamur tiram putih masing-masing dari faktor tersebut saling
dipengaruhi oleh tenaga kerja, bibit, bahan mendukung satu sama lainnya. Faktor-faktor
baku, dan bahan tambahan sebesar 93%, tersebut tidak selamanya memberikan pengaruh
selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di yang positif terhadap pendapatan yang diterima
variabel. oleh petani jamur tiram putih, adakalanya
luar
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Antara Faktor Tenaga Kerja, Bibit, Bahan Baku, Bahan Tambahan Terhadap Pendapatan Petani Jamur Tiram Putih
Variabel
Koefesien Regresi
Standart Error t - Hitung
Tenaga Kerja (Borongan) X 1 0,11
Bibit (Botol) X 2 8,42
Bahan Baku (Goni) X 3 22190,60
7770,34 0,82 Konstanta
Bahan Tambahan (kg, liter, unit) X 4 6390,23
R – Square
Multiple R
F – Hitung
F – Tabel
t- Tabel
Sumber: Data Primer Diolah Dari hasil pengujian secara statistik diperoleh
jamur tiram putih yaitu sebesar 96%. Hal ini nilai Multiple R sebesar 0,96 yang mengartikan
didukung oleh nilai f – hitung 4044,26 > f – bahwa secara menyeluruh ada hubungan yang
tabel 2,39 pada taraf kepercayaan 95% (α 0,05), erat antara tenaga kerja, bibit, bahan baku, dan
dengan demikian H 1 diterima dan H 0 ditolak, bahan tambahan terhadap pendapatan petani
yang berarti terdapat pengaruh yang nyata yang berarti terdapat pengaruh yang nyata
tanam: satu hari pekerjaan adukan bahan-bahan, jamur tiram putih.
dua hari pekerjaan kompos bahan-bahan, satu hari pekerjaan pewadahan, satu hari pekerjaan
Untuk melihat pengaruh secara parsial sterilisasi, satu hari pekerjaan pendinginan, satu antara tenaga kerja, bibit bahan baku, dan bahan
hari pekerjaan inokulasi. 13 tambahan terhadap pendapatan petani jamur tiram putih dapat dilihat pada uraian dibawah
Tenaga kerja pada usaha budidaya jamur ini:
dengan skala produksi cukup besar terdiri dari- tenaga tetap dan tenaga borongan. Tenaga tetap
Pengaruh Tenaga
Kerja
Terhadap
diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
Pendapatan Petani jamur Tiram Putih
menuntut kemampuan
Penggunaan tenaga kerja dalam berusaha khusus, misalnya pemeliharaan, inokulasi, dan jamur tiram putih juga harus diperhitungkan
penangkaran bibit. Tenaga kerja tetap harus dengan cermat mulai dari persiapan media
diberi bekal kemampuan khusus yang dituntut sampai pada tahap pemanenan hasil agar hasil
dalam tugasnya. 1
produksi diperoleh secara optimal, walaupun kenyataannya di daerah penelitian hanya sampai
Upah borongan adalah upah yang kepada tahap inokulasi. Tenaga kerja juga
diberikan sesuai dengan perjanjian antara merupakan faktor yang penting dalam berusaha
dengan pekerja tanpa jamur tiram putih karena orang yang digunakan
pemberi
kerja
memperhatikan lamanya waktu kerja. Upah tenaganya
borongan ini cenderung membuat para pekerja berlangsung dan sangat berpengaruh pula
untuk proses
produksi
yang
untuk secepatnya menyelesaikan pekerjaannya terhadap besarnya produksi, dimana semakin
agar segera dapat mengerjakan pekerjaan baik dalam hal pemakaian tenaga kerja yaitu
borongan lainnya. 14
sesuai dengan kebutuhan dan luas kumbung yang ada maka produksi yang diperoleh akan
Pengaruh Bibit Terhadap Pendapatan Petani
semakin optimal dan berpengaruh pula terhadap
Jamur Tiram Putih
pendapatan petani jamur tiram putih. Bibit jamur yang digunakan oleh petani jamur Berdasarkan hasil survey di lapangan
tiram di daerah penelitian adalah bibit jamur diketahui bahwa petani jamur tiram putih
turunan F 1 dan F 2 yaitu bibit jamur hasil dari menggunakan tenaga kerja baik dari keluarga
turunan pertama dan kedua. Bibit jamur yang maupun luar keluarga. tenaga, baik perempuan
dipesan dan dibeli oleh petani jamur tiram putih maupun pria (anak-anak maupun remaja). Upah
adalah bibit yang berkualitas karena bibit yang tenaga kerja adalah sistem borongan dimana
berkualitas merupakan kunci keberhasilan rataan penggunaan tenaga kerja, upah dan
dalam budidaya jamur tiram putih dan para rataan hari kerja borongan budidaya jamur
petani jamur di daerah penelitian telah tiram putih/bulan dapat dilihat pada tabel 4.
memahami tentang kualitas bibit yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
Hasil pengujian dengan uji t untuk tenaga pemilihan bibit jamur tiram putih ini yaitu bibit kerja diperoleh nilai t – hitung 0,07 < t – tabel
berasal dari strain atau varietas unggul, umur 2,13 pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05).
bibit optimal 45-60 hari, warna bibit putih
Dengan demikian H 1 ditolak dan H 0 diterima
yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang merata, bibit tidak terkontaminasi, belum nyata antara tenaga kerja terhadap pendapatan
ditumbuhi jamur. Biasanya petani jamur tiram petani jamur tiram putih. Tenaga kerja
putih membeli bibit kepada produsen/penangkar memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat
bibit yang ada di daerah Jawa, dimana para pendapatan petani jamur tiram putih yaitu
petani memesan membeli dalam satuan per sebesar 0,11. Apabila penggunaan tenaga kerja
botol dengan harga Rp. 20.000/botol dan harga telah sesuai dengan yang dibutuhkan dan faktor-
tersebut sudah termasuk dengan ongkos faktor lain yang mendukung usaha budidaya
kirimnya.
telah baik (terpenuhi) maka akan dapat mempengaruhi pendapatan petani jamur tiram
Pada umumnya di daerah penelitian satu putih.
botol bibit jamur dapat menghasilkan 38-45 botol bibit jamur dapat menghasilkan 38-45
jamur tiram putih sehingga produksi dan petani jamur tiram putih tidak efisien maka akan
pendapatan petani jamur tiram putih menjadi mengurangi jumlah baglog yang dihasilkan
berkurang.
sehingga mempengaruhi jumlah produksi dan pendapatan petani jamur tiram putih. Dalam
Penggunaan bibit petani jamur tiram penggunaan bibit jamur, kesterilan (media, alat)
putih di daerah penelitian dalam satu kali dan
pembuatan jamur berkisar antara 4-7 botol. penanaman bibit jamur (inokulasi) merupakan
kebersihan orang
yang
melakukan
Penggunaan bibit dalam sebulan berkisar antara salah satu hal yang penting dalam menjamin
8-28 botol, dimana jumlah tersebut tergantung keberhasilan budidaya jamur tiram putih karena
kepada kebutuhan dan banyaknya pembuatan apabila ada kesalahan maka akan menyebabkan
jamur dalam sebulan. Sedangkan penggunaan - Tabel 4. Rataan Penggunaan Tenaga Kerja, Upah dan Rataan hari kerja Borongan Budidaya Jamur
Tiram Putih/Bulan. Rataan Jumlah Tenaga
Tenaga Kerja
Kerja/Bulan
Rataan Upah/Bulan
Rataan Hari Kerja/bulan
(Hari) Persiapan
2,65 Sumber: Data Primer Diolah bibit untuk rataan/bulannya adalah 13,75 botol
budidaya jamur ditentukan oleh kualitas media dan biaya bibit rataan/bulannya Rp. 275.000.
tanam, proses budidaya, dan kualitas bibit yang digunakan. Bibit yang berkualitas dapat dibuat
Hasil pengujian dengan uji t untuk bibit dengan perlakuan-perlakuan yang teliti dan diperoleh nilai t – hitung 6,53 > t – tabel 2,13
sarana yang cukup memadai, seperti ruang pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05).
pembuatan bibit, peralatan, dan kemampuan
Dengan demikian H 1 diterima dan H 0 ditolak
pelaksana.
yang berarti terdapat pengaruh yang nyata antara bibit terhadap pendapatan petani jamur
Pengaruh
Bahan
Baku Terhadap
tiram putih. Bibit mempunyai pengaruh yang
Pendapatan Petani Jamur Tiram putih
positif terhadap tingkat pendapatan petani jamur tiram putih sebesar 8,42 yang berarti bibit
Bahan baku yang digunakan petani jamur tiram mempunyai pengaruh yang cukup besar
putih di daerah penelitian adalah menggunakan terhadap keberhasilan dalam budidaya jamur
serbuk kayu, dimana serbuk kayu merupakan tiram putih. Apabila bibit yang digunakan
hasil limbah pengolahan kayu yang jumlahnya berkualitas
melimpah dan harganya relatif murah yaitu Rp. mendukung
dan faktor-faktor
lain
yang
2.000/goni. Serbuk kayu yang digunakan petani (terpenuhi)
usaha budidaya
telah
baik
jamur tiram putih di daerah penelitian adalah pendapatan petani jamur tiram putih. Menurut
maka dapat
meningkatkan
serbuk kayu yang bersih, tidak busuk, tidak Winarni dan Rahayu (2002), bibit jamur yang
ditumbuhi jamur lain, dan masih segar. Selain berkualitas merupakan kunci keberhasilan
itu juga petani jamur tiram lebih memilih serbuk dalam budidaya jamur. Bila bibit yang
kayu yang berasal dari kayu yang keras dan juga digunakan telah kadaluwarsa, maka dapat
tidak mengandung minyak ataupun getah karena dipastikan hasilnya tidak akan maksimal.
itu adalah serbuk kayu yang terbaik bagi petani Menurut Cahyana dkk (2002) keberhasilan
jamur tiram putih. Biasanya serbuk kayu yang jamur tiram putih. Biasanya serbuk kayu yang
jamur tiram putih terdiri dari beberapa macam yaitu dedak (bekatul), kapur karbonat (CaCO 3 ), jenis kayu. Bahan baku merupakan bahan
gipsum (CaSO) 4 , metanol. Adapun harga utama atau yang paling banyak digunakan.
bahan tambahan dalam budidaya jamur tiram Bahan baku yang baik akan menjamin
putih di daerah penelitian dapat dilihat pada pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram
tabel berikut:
putih sehingga jamur yang dihasilkan akan memuaskan dan sesuai yang diharapkan serta
Tabel 5. Harga Bahan Tambahan Budidaya produksi dan pendapatan petani jamur tiram
Jamur Tiram putih
putih juga meningkat. Harga Bahan Tambahan
Penggunaan bahan baku (serbuk kayu) di daerah penelitian dalam satu kali pembuatan
CaCO 3 CaSO 4 Metanol jamur berkisar antara 4-7 goni. Penggunaan bahan baku dalam sebulan berkisar antara 8-28
Dedak
(Rp/Kg) (Rp/Ltr) goni serbuk kayu, dimana penggunaan bahan
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
4.000 5.000 banyaknya bibit yang dimiliki petani dan
baku tersebut harus
disesuaikan dengan
banyaknya pembuatan jamur dalam sebulan. Sumber: Data Primer Diolah Sedangkan penggunaan bahan baku (serbuk
kayu) untuk rataan/bulannya adalah 13,75 goni
ini digunakan untuk dan biaya bahan baku rataan/bulannya Rp.
Bahan
tambahan
mendukung pertumbuhan jamur lebih optimal 27.500.
dan sesuai dengan yang diharapkan sehingga dapat meningkatkan produksi dan pendapatan
Hasil pengujian dengan uji t untuk bahan petani jamur tiram putih. Bahan-bahan tersebut baku diperoleh nilai t – hitung 0,77 < t – tabel
merupakan bahan pelengkap untuk mendukung 2,13 pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05).
keberhasilan dalam usaha budidaya jamur tiram
putih karena tanpa peranan dari bahan tambahan yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang
Dengan demikian H 1 ditolak dan H 0 diterima
ini pertumbuhan jamur tiram putih dan nyata antara bahan baku terhadap pendapatan
kurang memuaskan. petani jamur tiram putih. Bahan baku
produksinya
akan
Penggunaan bahan tambahan tersebut harus mempunyai pengaruh yang positif sebesar
disesuaikan dengan banyaknya bahan baku yang 22190,60. Apabila penggunaan bahan baku
dimiliki petani dan banyaknya pembuatan jamur telah sesuai dengan yang dibutuhkan atau
dalam sebulan. Adapun rataan penggunaan dan efisien dan faktor-faktor lain yang mendukung
rataan biaya bahan tambahan budidaya jamur usaha budidaya telah baik (terpenuhi) maka
tiram putih/bulan dapat dilihat pada tabel 6. dapat meningkatkan pendapatan petani jamur
tiram putih. Hasil pengujian dengan uji t untuk bahan tambahan diperoleh nilai t – hitung 0,82 < t –
Kayu atau serbuk kayu yang digunakan tabel 2,13 pada tingkat kepercayaan 95% (α sebagai tempat tumbuh jamur mengandung
0,05). Dengan demikian H 1 diterima dan H 0 karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari
ditolak yang berarti bahwa terdapat pengaruh kandungan tersebut ada yang berguna dan
yang nyata antara bahan tambahan terhadap membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula
pendapatan petani jamur tiram putih. Bahan yang
tambahan memiliki pengaruh yang positif dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain
terhadap tingkat pendapatan petani jamur tiram karbohidrat, serat, dan lignin, sedangkan faktor
putih sebesar 6390,23. Apabila penggunaan yang menghambat antara lain adanya getah dan
bahan tambahan telah sesuai dengan yang zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat
dibutuhkan atau efisien dan faktor-faktor lain pada kayu). 1 yang mendukung usaha budidaya telah baik
(terpenuhi)
maka
dapat meningkatkan
Pengaruh Bahan Tambahan
jamur tiram putih.
Pendapatan Petani Jamur Tiram putih Pendapatan Petani Jamur Tiram putih
Rataan Biaya Bahan Tambahan Budidaya Jamur
serbuk kayu 100 kg, dedak/bekatul 10 kg, kapur
karbonat (CaCO 3 ) 2,5 kg, gipsum (CaSO 4 ) 0,5 kg. Pada formulasi tersebut ditambahkan air Penggunaan Bahan Tambahan/Bulan
Tiram Putih/Bulan
Biaya Bahan Tambahan/Bulan secukupnya (kadar air media diatur hingga 50- 65%) kemudian diaduk secara merata sampai edak
CaCO 3 CaSO 4 Metanol
Dedak
CaCO 3 CaSO campuran tersebut dapat dikepal tetapi tidak 4 Metanol meneteskan air. Komposisi ini berbeda dengan
(kg) (kg) (Kg)
(Rp) di daerah penelitian karena hal tersebut (Rp) berdasarkan pengalaman masing-masing petani
7.300 jamur tiram putih, akan tetapi walaupun 6.625 demikian jamur tiram putih tetap bisa
berproduksi. 1
Sumber: Data Primer Diolah
Formulasi tersebut di atas untuk 100 kg serbuk kayu dapat menghasilkan baglog
berkisar antara 150 baglog atau lebih, dimana
digunakan petani sebagai pelengkap dan untuk
jumlah ini tergantung dari ukuran plastik PP
yang digunakan dan berat media (baglog) pada
maksud agar pertumbuhan jamur tiram putih
saat ditimbang. Pada daerah penelitian sebagian
lebih baik/terjamin. Jika bahan-bahan tambahan
besar petani jamur tiram putih menggunakan
tersebut tidak digunakan, jamur tiram putih
plastik PP ukuran 20 x 30 cm dan berat media
masih bisa tumbuh akan tetapi petani tidak mau
(baglog) antara 0,9 – 1,2 kg. Menurut Cahyana
mengambil resiko kegagalan dalam budidaya
dkk (2002), ukuran dan ketebalan plastik PP dari
jamur tiram putih. Apabila bahan tambahan
berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang
telah sesuai dengan yang dibutuhkan dan faktor-
biasanya digunakan dalam budidaya jamur
faktor lain yang mendukung usaha budidaya
antara lain 20 cm x 30 cm, 17 cm x 35 cm, 14
telah baik (terpenuhi) maka dapat meningkatkan
cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3 mm – 0,7 mm
pendapatan petani jamur tiram putih.
atau dapat juga lebih tebal.
Analisis Efisiensi Usaha Budidaya Jamur
ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media
Tiram Putih
tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen. Kapur karbonat
Menurut hasil penelitian yang dilakukan
(CaCO 3 ) ditambahkan sebagai sumber kalsium
dapat
dilihat
apakah penerimaan dan
(Ca) dan juga sebagai pengatur pH media selain
pendapatan petani jamur tiram putih sudah
itu unsur kalsium dan karbon digunakan untuk
efisisen dan apakah usaha budidaya jamur tiram
meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Gipsum (CaSO) 4
digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media sehingga media tidak mudah rusak. Menurut Suriawiria (1986), maksud penambahan bahan campuran ini adalah untuk meningkatkan sumber nutrisi yang
pertumbuhan dan perkembangannya lebih baik dan hasil yang didapatkan lebih tinggi, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Formulasi kebutuhan bahan-bahan dalam budidaya jamur tiram yaitu: formulasi 1 adalah serbuk kayu 100 kg, dedak/bekatul 15 kg, kapur
karbonat (CaCO 3 ) 5 kg, gipsum (CaSO 4 ) 1 kg. Formulasi 2 adalah serbuk kayu 100 kg, dedak/bekatul 5 kg, kapur karbonat (CaCO 3 ) 2,5 karbonat (CaCO 3 ) 5 kg, gipsum (CaSO 4 ) 1 kg. Formulasi 2 adalah serbuk kayu 100 kg, dedak/bekatul 5 kg, kapur karbonat (CaCO 3 ) 2,5
tiram putih tidak efisien
untuk
diusahakan. Hal ini dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini:
B/C = Benefit/Cost =
= 2,94 Dapat dilihat dari hasil perhitungan diatas
bahwa nilai B/C > 1 yaitu 2,94 nilai ini mengartikan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih sudah efisien atau layak untuk diusahakan oleh petani jamur tiram putih yaitu pembagian antara rata-rata pendapatan (2086075) dibagi dengan rata-rata biaya produksi (708925) yaitu didapat hasil B/C adalah 2,94.
Peralatan budidaya jamur tiram putih seperti: drum sterilisasi, lampu Bunsen, spatula, pisau, dan knapsack solo, tabung gas, dan plastik PP memiliki estimasi umur kegunaan yang berbeda. Dengan demikian petani jamur tiram putih tidak mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan dalam waktu dekat. Dalam penelitian ini biaya peralatan
diperoleh biaya penyusutan peralatan dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus (Straight Line Method).
Metode penyusutan ini mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah digunakan dalam praktek dan lebih mudah dalam menentukan tarif penyusutan. Sedangkan kelemahan dari metode
pemeliharaan dan perbaikan dianggap sama setiap periode, manfaat ekonomis aktiva setiap tahun sama, beban penyusutan yang diakui tidak mencerminkan upaya yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan, laba yang dihasilkan setiap tahun tidak menggambarkan tingkat pengembalian yang sesungguhnya dari umur kegunaan aktiva (dalam matching principle, beban penyusutan harus proporsional pada
penghasilan yang dihasilkan). 15
Alat-alat tersebut
memiliki
umur
ekonomis yang panjang dan dapat digunakan lebih lama sampai tahunan (kecuali plastik PP yang bertahan 5-6 bulan karena media dapat bertahan sampai umur tersebut). Penggunaan
kantong plastik 1 bertujuan untuk mempermudah pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan
panas sampai dengan suhu 100 0 C. Jenis plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam budidaya jamur tiram putih adalah 20 cm x 30 cm, 17 cm x 35 cm, 14 cm x 25 cm dengan ketebalan 0,3 mm – 0,7 mm atau dapat juga lebih tebal.
Komiditi jamur tiram putih belum begitu dikenal
oleh
masyarakat
luas dan membudiyakannya juga sulit, maka harga yang ditawarkan untuk konsumen pun mahal sebesar Rp. 20.000/Kg dan hanya pasar-pasar tertentu yang menjual jamur tiram putih tersebut. Usaha budidaya jamur tiram putih belum begitu banyak diusahakan oleh petani oleh karena kurangnya pengetahuan tentang teknik budidaya karena itu diperlukan pengetahuan yang khusus tentang teknik budidaya yang baik seperti: bentuk pembuatan rumah jamur (kumbung) yang sesuai, kesterilan, mutu bibit, alat-alat yang digunakan, syarat-syarat tumbuh jamur dan lain sebagainya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Jamur tiram putih juga mempunyai rasa yang enak apabila dikonsumsi dan kandungan gizi dan manfaatnya sangat baik untuk kesehatan sehingga harga dipasaran cukup mahal. Untuk itu diharapkan kedepannya agar lebih baik lagi kondisi keduanya supaya petani jamur dan masyarakat lebih mengenal jauh
dan lebih
terfokus
lagi dalam membudidayakan jamur tiram putih.
E. KESIMPULAN
Hasil pengujian dengan metode Benefit Cost Ratio (B/C) didapat nilai sebesar 2,94. Hal ini berarti nilai B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya jamur tiram putih efisien atau layak untuk diusahakan oleh petani, sehingga saha budidaya jamur tiram putih efisien atau layak untuk diusahakan oleh petani.
F. DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyana. Y.A, Muchrodji, dan Bakrun. M, 2002. Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta.
2. Pasaribu. T, Permana D. R, dan Alda. E R, (http://gedongan.wordpress.com, diakses 03 2000. Aneka Jamur Unggulan yang
Januari 2009).
Menembus Pasar. Grasindo, Jakarta.
11. Seragen, 2009. Budidaya Jamur Tiram
3. Suhardiman. P, 1983. Jamur Kayu. Modal Ringan Hasil Besar , (Online), Penebar Swadaya, Jakarta.
(http://www. sragen. go.id, diakses 16 Maret 2009).
4. Gunawan. A.W, 2000. Usaha Pembibitan Jamur . Penebar Swadaya, Jakarta.
12. Ganjar, 2008. Budidaya Jamur Tiram. (Online), (http://www.bbpp-
5. Suriawiria. U, 2002. Sukses Beragrobisnis lembang.info/index.php, diakses 20 April, Jamur Kayu (Shiitake, Kuping, Tiram) .
2010).
Kanisius, Yogyakarta.
13. Siswandi. B, 2009. Jual Bibit Jamur dan
6. Usry. M.. F dan Matz. A, 1986. Akuntansi Media Tanam Jamur Tiram Putih , Biaya (Perencanaan dan Pengendalian) .
(Online),
Erlangga, Jakarta. (http://www.budimushroom.co.cc/index.ph p?news&nid=8, diakses 7 Maret 2010).
7. Intan. A.R, 2003. Analisis Usaha Jamur Tiram Putih Dan Jamur Kuping , (Online),
14. Suratiyah. K, 2008. Ilmu Usaha Tani. (file:///G:/gdl.php.htm,
07 Penebar Swadaya. Jakarta. Desember 2009).
diakses
15. Setiawan. J.S, 2001. Kajian Terhadap
8. Suriawiria. U, 1986. Pengantar Untuk
Metode Penyusutan dan Mengenal dan Menanam Jamur . Angkasa,
Beberapa
Pengaruhnya Terhadap Perhitungan Beban Bandung.
Pokok
Penjualan, (Online) , (http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.ph
9. Suharya. T, 2000. Budidaya Jamur Kayu. p/aku/article/viewfile/15686/15678, diakses Tata Agribisnis, Bogor.
10 Februari 2010).