Kebijakan Moneter , Suku Bunga dan Portofolio Bank Kebijakan Moneter dan Pasar Obligasi

Dari hasil sebuah simposium mengenai transmisi kebijakan moneter, Mishkin 1995 mengidentifikasi empat jalur utama bagaimana kebijakan moneter mempengaruhi aktivitas ekonomi, yaitu jalur suku bunga interest rate channel, jalur nilai tukar exchange rate channel, jalur harga aset asset price channel, dan jalur kredit credit channel yang diuraikan menjadi bank lending channel dan balance sheet channel. Dari berbagai jalur transmisi tersebut dapat dilihat secara jelas bahwa setiap jalur transmisi kebijakan moneter akan melalui dan memanfaatkan pasar keuangan. Jalur suku bunga dan jalur kredit terutama akan memanfaatkan perbankan dan pasar uang, sementara jalur nilai tukar memanfaatkan pasar valas, dan jalur harga aset memanfaatkan pasar modal. Hal ini membuktikan pentingnya peran pasar keuangan dalam mentransmisikan kebijakan moneter.

2.3.7 Kebijakan Moneter , Suku Bunga dan Portofolio Bank

Dalam teori lifecycle setiap individu diasumsikan bersifat forward-looking. Ketika menentukan jumlah konsumsi dan simpanan, mereka tidak hanya mempertimbangkan tingkat pendapatan dan keinginan saat ini, tetapi secara rasional juga mempertimbangkan tingkat pendapatan dan keinginan dimasa mendatang. Dalam teori ini, suku bunga sangat mempengaruhi keputusan jumlah konsumsi dan simpanan setiap individu. Sementara besaran pengaruh suku bunga terhadap perilaku konsumsi dan simpanan tergantung pada dua aspek, yaitu intertemporal elasticity of subtitution dan rate of time preference. Secara teoritis, Universitas Sumatera Utara peningkatan suku bunga akan meningkatkan minat menabung masyarakat untuk konsumsi di masa yang akan datang sehingga jumlah dana yang mengalir dan dapat dikelola di pasar keuangan mengalami peningkatan. Perbankan merupakan salah satu institusi pasar keuangan yang secara langsung terpengaruh oleh perubahan kebijakan moneter. Pengaruh perubahan kebijakan moneter kepada perbankan tersebut lebih signifikan dibandingkan dengan institusi pasar keuangan lainnya karena i pada umumnya perbankan berada di bawah pengawasan bank sentral sehingga bank sentral akan berusaha membuat regulasi untuk meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneternya; dan ii perbankan mempunyai peran yang cukup dominan di pasar keuangan. Hanya sejumlah kecil negara, terutama negara maju, dimana pasar modalnya lebih dominan daripada perbankan market-based financial system seperti Amerika, Hongkong SAR, dan Singapura.

2.3.8 Kebijakan Moneter dan Pasar Obligasi

Secara teoritis, pergerakan pasar obligasi dan pasar saham berlawanan arah karena bersifat subtitusi. Namun demikian, kontraksi moneter sama-sama memberikan dampak negatif terhadap harga saham dan obligasi. Secara sederhana, harga obligasi dapat dinotasikan sebagai berikut: P = V 1+ i ............................................................................................. 2.1 dimana, Universitas Sumatera Utara P : harga obligasi i : suku bunga V : nilai nominal pada saat jatuh tempo face value Dari persamaan 2.1 di atas, dapat dilihat bahwa harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Harga obligasi akan selalu lebih rendah dari face value-nya jika suku bunga positive PV, jika i0. Harga obligasi akan turun jika suku bunga meningkat, atau sebaliknya. Dengan demikian, kontraksi moneter yang menyebabkan kenaikan suku bunga akan menurunkan harga obligasi. Turunnya harga obligasi akan menarik minat investor untuk berinvestasi karena return yang diperoleh pada saat jatuh tempo akan meningkat, sehingga pasar obligasi menjadi lebih atraktif dan bergairah. Nilai imbal hasil atau return dari obligasi ini di dalam pasar keuangan di kenal dengan istilah yield. Yield mempunyai hubungan terbalik dengan harga obligasi, namun selaras dengan tingkat suku bunga. Kurva yield yang normal pada saat bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang kontraktif mempunyai slope yang positif. Dalam kondisi kontraksi moneter, suku bunga di masa yang akan datang diekspektasikan akan cenderung meningkat, sehingga yield jangka panjang lebih tinggi dari yield jangka pendek. Sebaliknya, kurva yield akan mempunyai slope yang negatif jika bank sentral menerapkan kebijakan yang ekspansif. Mizrach dan Kopecky 2007 menjelaskan alur transmisi kebijakan moneter terhadap pasar obligasi yang kurang lebih sama dengan penjelasan Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Kebijakan moneter akan mempengaruhi distribusi uang kas cash balance dan pengeluaran konsumsi masyarakat. Peningkatan suku bunga mendorong masyarakat untuk memegang lebih banyak obligasi dan mengurangi uang kas dan konsumsi karena expected return dari obligasi meningkat. Sementara Campbell dan Ammer 1993 mengungkapkan bahwa pengumuman mengenai inflasi ke depan expected inflation merupakan faktor yang paling mempengaruhi pergerakan yield obligasi jangka panjang. Hal ini masih selaras dengan kesimpulan di atas karena bank sentral, terutama yang telah mengimplementasikan inflation targeting framework ITF, akan bereaksi jika terjadi perubahan perkiraan inflasi ke depan. 2.4 Saham 2.4.1 Defenisi Saham Menurut Fakhruddin dan Sopian 2001, saham adalah tanda penyerahan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Tujuan berinvestasi tentunya untuk mendapatkan keuntungan, baik capital gain maupun dividen. Namun dalam memprediksi keuntungan perlu diperhitungakan pergerakan saham perusahaan itu sendiri di pasar saham tidak dapat diprediksi bisa naik dan turun sewaktu-waktu.

1. Bearish, yaitu keadaan dimana harga saham turun terus-menurus dan

merugikan investor. Investor yang mempunyai saham ini dapat melakukan Universitas Sumatera Utara