Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor aspek fundamental keuangan perusahaan dan resiko sistematik yang ada di pasar terhadap harga
saham perusahaan tersebut. Saham perusahaan yang dianalisis adalah saham perusahaan perbankan yang dominan di Indeks LQ 45 tahun 2008-2012. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Harga saham perbankan di Indonesia, sedangkan variabel bebasnya adalah aspek fundamental yang berupa ROA, ROE,
DER, EPS, PER dan suku bunga antar bank JIBOR serta BI Rate.
2.4.10 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian Azwar, 2004:49. Hipotesis penelitian ini dibentuk berdasarkan teori-teori yang
membahas tentang hubungan antar variabel. Jawaban sementara ini didasarkan pada teori yang ada, namun belum merupakan hasil pengujian data dan penelitian
secara empiris. Hipotesis penelitian ini adalah dimana variabel bebas yang merupakan faktor-faktor fundamental yang terdiri dari Return On assets ROA,
Return On Equity ROE, Debt to Equity Ratio DER, Earning Per Share EPS, Price Earning Ratio PER, dan Suku Bunga Antarbank JIBOR serta BI Rate
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Harga Saham secara parsial ataupun keseluruhan.
2.5 BI Rate www.bi.go.id
BI Rate merupakan suku bunga instrumen yang berfungsi sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur
Universitas Sumatera Utara
triwulan untuk berlaku selama triwulan berjalan satu triwulan, kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama. BI Rate
ditetapkan oleh Dewan Gubernur secara diskresi dengan mempertimbangkan: rekomendasi BI Rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model
ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi, dan berbagai informasi lainnya seperti leading indicators, survei, informasi, variabel informasi, expert opinion, asesmen
fakto risiko dan ketidakpastian serta hasil-hasil riset ekonomi dan kebijakan moneter.
BI Rate diumumkan ke publik setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal stance kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran
inflasi ke depan. BI Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku
Bunga SBI 1 bulan hasil lelang OPT suku bunga instrumen liquidity adjustment berada di sekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1 bulan diharapkan
mempengaruhi suku bunga PUAB dan suku bunga jangka yang lebih panjang. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke depan agar tetap
berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Perubahan BI Rate dilakukan terutama jika deviasi proyeksi inflasi terhadap targetnya inflation gap dipandang telah
bersifat permanen dan konsisten dengan informasi dan indikator lainnya. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate SBI tenor 1 bulan
secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis points bps. Dalam
Universitas Sumatera Utara
kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25
bps dalam kelipatan 25 bps. Dengan adanya BI Rate sebangai sinyal kebijakan moneter diharapkan
dapat lebih mudah dan lebih pasti dapat ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya diharapkan pula dapat meningkat efektivitas kebijakan
moneter.
2.6 Jakarta