Floriculture Research And Market Centre(Green Architecture)
FLORICULTURE RESEARCH AND MARKET CENTRE
( GREEN ARCHITECTURE )LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER B TAHUN AJARAN 2009 / 2010
Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur
Oleh:
NUR RATIH KUNTARI
050406041
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2010
(2)
FLORICULTURE RESEARCH AND MARKET CENTRE
(GREEN ARCHITECTURE)
Oleh :
NUR RATIH KUNTARI 050406041
Medan, Desember 2010
Disetujui Oleh :
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
( NIP. 196307161998021001 ) Dosen Pembimbing I
Ir. Samsul Bahri, MT
( NIP:196503181995011001 )
Dosen Pembimbing II
Andalucia, ST, M.Sc.
(3)
SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)
Nama : Nur Ratih Kuntari
NIM : 050406041
Judul Proyek Tugas Akhir : Floriculture Research and Market Centre
Tema : Green Architecture
Rekapitulasi Nilai :
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
No. Status
Waktu Pengumpulan
Laporan
Paraf Pembimbing I
Paraf Pembimbing II
Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung
2. Lulus Melengkapi
3. Perbaikan Tanpa Sidang
4. Perbaikan Dengan Sidang 5. Tidak Lulus
Medan, 24 Desember 2010
A
B+
B
C+
C
D
E
Ketua Departemen Arsitektur
Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, MT
Koordinator TKA-490
(4)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, karunia serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Salawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari orang tua saya tersayang Bapak Saikun dan Mamak Nurlarasati, Mbak Nursari Kunhariati, S.Sos., Mbak Nur Indah Kuntarti S.Si., Mas Yoga Satria Kuntara, SH., Adik Yogi Setia Kuntirta calon Sarjana Pertanian, serta keluarga besar saya; ponakan-ponakan yang lucu, serta abang ipar yang selalu memberikan masukan.
Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir bapak Ir. Samsul Bahri, MT dan kepada ibu Andalucia, ST,
M.Sc. sebagai pembimbing tugas akhir, atas kesediaannya membimbing, memotivasi,
mengarahkan dan keluangan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :
Ibu Ir.Morida Siagian, MURP, Bapak Achmad Delianur Nst, ST, MT, Bapak
Hajar Suwantoro, ST, MT, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan
masukan, saran, dan kritik.
Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Departemen dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2009/2010.
Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.
Para staf Pegawai PU Deli Serdang Khususnya Ibu Nizar, Staf Pegawai Bakesbang Deli Serdang Ibu Nuriani Damanik dan Ibu Riyani, serta Bapak Naibaho Selaku Sekretaris Camat Kecamatan Sibolangit, terima kasih atas data-data yang telah diberikan untuk menunjang kesuksesan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
(5)
Sahabat dalam suka dan duka, Aurora P. Sari, Kakak Dzikratul Hayati Srg, Fandi Ahmad, yang telah banyak membantu dalam proses survey dan memberi motivasi kepada saya...i’m alone without you all...
Sahabat baik saya, Ayu, Astri, Yuni, Nurul, dan Fitri yang telah banyak memberi bantuan dan semangat...makasih ya friend...serta Rudi alias Wak Labu yang sudi memberikan saran dan kritiknya.
Sahabat yang tak kenal lelah, Yudha Pratama Atmadja, ST dan Widya Ningsih, ST terima kasih atas dukungan yang kuat sehingga saya mampu memulai dan mengakhiri Tugas Akhir ini...you are always in my heart...
Teman-teman 2005 HMI sebagai maketers amatiran Habibi alias Bobby, Irun, Andi S. Ritonga, dan Mora.
Teman-teman Kelompok Sidang saya; Eva Kenny Tambunan adik seperjuangan masa perbaikan sampai akhir, Andi Foe, M.Taufik Ridho, serta yang tidak mengikuti sidang sampai akhir Berlianto dan Bang Andi.
Abang-abang, kakak-kakak, dan adik-adik di HMI sebagai motivator saya.
Teman seperjuangan TA, Klara Theresya terimakasih atas komparasi idenya, Taufik Ismail Hutasuhut yang sok cool padahal culun, Faisal Somarta yang nyantai, Zhili Izzadati Khairuni adik yang punya semangat tinggi, serta seluruh peserta TA yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Semua pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Akhir kata, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, Desember 2010 Hormat saya,
Nur Ratih Kuntari
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... viii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ... 1
I.2. Maksud dan Tujuan ... 3
I.3. Perumusan Masalah ... 4
I.4. Metoda Pendekatan ... 5
I.5. Lingkup dan Batasan Proyek ... 5
I.6. Kerangka Berpikir ... 7
I.7. Sistematika Penulisan Laporan ... 8
BAB II DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul ... 10
II.1.1. Pengertian Floriculture Research & Market Centre ... 11
II.1.2. Fungsi Floriculture Research & Market Centre ... 11
II.1.3. Lingkup Pelayanan ... 12
II.2. Tinjauan Umum ... 12
II.2.1. Tinjauan Tentang Ekowisata ... 12
II.2.2. Jenis Kegiatan Wisata ... 13
II.2.3. Eksistensi Proyek ... 14
II.2.4. Tinjauan Terhadap Tanaman Hias ... 16
II.3. Tinjauan Khusus ... 20
II.3.1. Tinjauan Rumah Kaca... 20
II.3.2. Sistem Hidroponik... 23
(7)
II.3.4. Tinjauan Laboratorium ... 36
II.3.5. Sistem Penghawaan Laboratorium ... 38
II.3.6. Pengelompokan Tanaman Hias ... 40
II.3.7. Tinjauan Lokasi ... 44
II.4. Tinjauan Fungsi ... 58
II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 54
II.4.2. Deskripsi Perilaku ... 56
II.4.3. Studi Banding Proyek Sejenis ... 58
BAB III ELABORASI TEMA III.1. Green Architecture ... 65
III.1.1. Pengertian Green Architecture ... 65
III.1.2. Ciri-ciri Green Architecture ... 65
III.1.3. Hal-hal yang mungkin dapat dilakukan dalam arsitektur.. 67
III.2. Latar Belakang Tema ... 70
III.3. Studi Banding Arsitektur Tema Sejenis ... 71
III.3.1. Heping Park, Tianjin, Cina ... 71
III.3.2. Editt Tower, Singapura ... 72
III.3.3. ACROS Fukuoka, Jepang ... 74
BAB IV ANALISIS IV.1. Analisis Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 79
IV.1.1. Analisis Jarak dan Waktu Tempuh ……… ... 79
IV.1.2. Analisis Kontur dan Drainase ... 80
IV.1.3. Analisis Matahari ... 81
IV.1.4. Analisis Angin... 83
IV.1.5. Analisis Sirkulasi Kendaraan & Pejalan kaki ... 84
IV.1.6. Analisis Utilitas ... 85
IV.1.7. Analisis View dari Berbagai Posisi ... 86
IV.1.8. Analisis Garis Langit ... 87
IV.1.9. Analisis Lokasi Tapak dan Kota dalam Region ... 88
IV.1.10. Analisis Ukuran Tapak dan Batas-batas ... 89
IV.1.11. Analisis Kebisisingan ... 90
(8)
IV.1.13. Analisis Pola Arsitekur Bangunan ... 91
IV.1.15. Analisis View dari Luar Site ... 93
IV.2. Analisis Fungsional ... 98
IV.2.1. Analisis Pengguna dan Aktifitas ... 98
IV.2.2. Analisis Persyaratan dan Kebutuhan Ruang ... 100
IV.2.3. Analisis Kebutuhan dan Besaran Ruang ... 102
BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Dasar ... 105
V.2. Konsep Perancangan Tapak ... 106
V.3. Konsep Penerapan Tema ... 111
V.4. Konsep Pemilihan Bahan Konstruksi ... 115
V.5. Konsep Perletakkan Utilitas ... 116
BAB VI HASIL PERANCANGAN VI.1. Hasil Perancangan ... 118
VI.1.1. Site Plan ... 118
VI.1.2. Ground Plan ... 119
VI.1.3. Denah Bangunan ... 120
VI.1.4. Tampak Bangunan ... 125
VI.1.5. Potongan ... 127
VI.1.6. Rencana Atap ... 128
VI.1.7. Rencana Pembalokan ... 129
VI.1.8. Rencana Pondasi ... 134
VI.1.9. Rencana Sanitasi Kawasan ... 139
VI.1.10.Rencana Elektrikal ... 140
VI.2. Perspektif Bangunan ... 143
VI.3. Perspektif Kawasan ... 144
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Produksi Tanaman Hias Utama Indonesia ... 14
Tabel 2.1. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura ... 15
Tabel 2.2. Penilaian Alternatif Lokasi ... 52
Tabel 4.1. Analisa Potensi Tapak ... 94
Tabel 4.2. Analisa Fungsional ... 98
Tabel 5.3. Konsep Penerapan Tema ... 111
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Petunia Ditanam di Pot untuk Memperindah Ruangan ... 16
Gambar 2.2. Struktur Tanaman ... 18
Gambar 2.3. Jaringan Daun ... 20
Gambar 2.4. Struktur Tumbuhan ... 23
Gambar 2.5. Media Hidroponik ... 24
Gambar 2.6. Hidroponik Sistem NFT ... 25
Gambar 2.7. Hidroponik Sistem Dengan Media Lembaran Tipis ... 26
Gambar 2.8. Berbagai Macam Pot Yang Digunakan Pada Hidroponik... 27
Gambar 2.9. Hidroponik Teknik Penetesan Akar ... 28
Gambar 2.10. Hidroponik Teknik Terapung ... 29
Gambar 2.11. Hidroponik Teknik Aksi Kapilaritas ... 29
Gambar 2.12. Teknik Kantung Gantung ... 30
Gambar 2.13. Teknik Kantung Gantung Pada Tanaman Strawberry ... 31
Gambar 2.14. Teknik Kantung Tumbuh ... 31
(10)
Gambar 2.16. Teknik Pot ... 32
Gambar 2.17. Teknik Aeroponik ... 33
Gambar 2.18. Struktur Tanaman Hias Bunga ... 43
Gambar 2.19. RUTRW Deli Serdang ... 46
Gambar 2.20. Peta Lokasi Sibolangit ... 48
Gambar 2.23. Lokasi TAIP ... 58
Gambar 2.24. Ruang Training TAIP ... 58
Gambar 2.26. Gedung Pameran dan Pelelangan ... 61
Gambar 2.27. Gedung Pemasaran ... 61
Gambar 2.28. Loading Doack di Aalsmeer ... 61
Gambar 3.1. Hepping Park ... 71
Gambar 3.3. Edit Tower ... 72
Gambar 3.5. Acros Fukuuoka Jepang ... 74
Gambar 6.1. Site Plan ... 118
Gambar 6.2. Ground Plan ... 119
Gambar 6.3. Denah Bangunan... ... 120
Gambar 6.4. Tampak Bangunan... 125
Gambar 6.5. Potongan ... 127
Gambar 6.6. Rencana Atap... 128
Gambar 6.7. Rencana Pembalokan... 129
Gambar 6.8. Rencana Pondasi... 134
Gambar 6.9. Rencana Sanitasi... 139
Gambar 6.10. Rencana Elektrikal ... 140
Gambar 6.11. Perspektif Bangunan ... 143
(11)
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 1.1. Kerangka Berfikir ... 7
Diagram 2.1. Skema Pemilihan Perkembangbiakan Tanaman Hias ... 44
Diagram 2.2. Skema Kegiatan Pengunjung ... 56
Diagram 2.3. Skema Kegiatan Pengelola ... 57
Diagram 2.4. Skema Kegiatan Laboratorium ... 57
Diagram 2.5. Skema Kegiatan Teknisi ... 57
Diagram 5.1. Skematik Instalasi Penyiraman Air Penyiraman Tanaman... 116
Diagram 5.2. Skematik Instalasi air Bersih... 116
Diagram 5.3. Skematik Rencana Pembuangan Air Kotor... 117
(12)
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki keragaman bunga dan tanaman hias ( floriculture ) yang cukup besar. Namun kekayaan flora tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal dan belum ditangani dengan sungguh-sungguh. Bila dikelola dengan baik, kekayaan tersebut dapat menjadi potensi yang mendukung perekonomian nasional kita.
Bicara tentang flora dan fauna tidak dapat dilepaskan dari pembicaraan tentang hutan, khususnya hutan tropis. Keanekaragaman flora dan fauna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hutan tropis. Lebih dari 70 persen jenis tumbuhan dan satwa (berarti lebih dari 13 juta jenis) di dunia hidup di hutan tropis. Berbeda dengan hutan di daerah lain yang jenis pohonnya hanya beberapa segelintir saja, di hutan tropis dapat ditemukan lebih dari 200 jenis pohon per hektarnya. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu. Keadaan ini membawa indonesia kepada isu global warming.
Perbandingan suhu bumi antara th 1960-2004 dengan prediksi th 2070-2100
(13)
Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global. Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global. Menurut Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alam lainnya. Pemanasan global yang terjadi tidak hanya dapat dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien dan efektif saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan.dengan menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Manusia sebagai pelaku utama dalam aktifitas lingkungan harus menjadi penyelamat bumi. Dimana pada setiap rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada alam.
Tidak terlepas dari kekayaan alam Indonesia yang belum optimal penanganannya dan sebagai salah satu cara mengurangi dampak global warming, maka diperlukan usaha untuk mengembangkan lahan hijau dengan cara yang bijaksana yaitu pengembangan industri florikultural di Indonesia. Dengan prinsip berpikir global bertindak lokal, maka pendekatan industri florikultural ini di fokuskan pada pengembangan berupa tanaman hias seperti bunga. Karena sistem pertumbuhannya relatif mudah untuk dikembangkan oleh setiap manusia.
Indonesia yang memiliki kekayaan keragaman flora mempunyai prospek baik untuk berkembang menjadi negara pengekspor bunga. Menurut buletin statistik perdagangan luar negeri peluang pasar luar negeri bagi bunga asal Indonesia adalah : Singapura, Malaysia, Hongkong, Brunei, Jepang, Australia, negara-negara Eropa dan Arab. Selain ekspor, pasar dalam negeripun perlu mendapatkan perhatian sebagai peluang pemasaran hasil produksi bunga yang berkualitas. Sehingga pengembangan industri ini dapat tersebar secara perlahan ke berbagai kota maupun negara, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Namun permintaan pasar internasional terhadap kuantitas bunga yang berkualitas dirasakan masih sangat kurang. Penelitian bunga di Indonesia masih sedikit dibandingkan dengan penelitian tanaman pangan. Sebagian besar petani dan pengusaha
(14)
bunga khususnya di daerah pedesaan masih mempraktekan teknik budidaya yang sederhana, disebabkan oleh kesulitan sarana produksi dan pengendalian keadaan lingkungan.
Setelah memperhatikan hal-hal diatas, maka perlu direncanakan suatu wadah promosi, penjualan, pengembangan dan penelitian bunga dengan modal dan keuangan, penanganan ekspor, pengendalian mutu, pengendalian harga, transportasi serta pemasaran yang dikelola oleh suatu organisasi yang baik. Dengan demikian diperlukan suatu wadah yang dapat memfasilitasi kegiatan tersebut dan akan mengintegrasikan aspek perdagangan dengan ilmu pengetahuan. Dimana wadah tersebut merupakan sektor industri pariwisata yang edukatif yang akan didukung geografis lokasi. Wadah ini bernama “ Floriculture Research & Market Centre ”.
I.2. Maksud dan Tujuan Proyek
Adapun maksud dan tujuan dari “Floriculture Research & Market Centre” ini merupakan wadah penelitian dan pengembangan, promosi, dan penjualan, bunga yang mengintegrasikan fungsi-fungsi tersebut dengan ilmu pengetahuan yang akan didukung dengan fasilitas pariwisata yang berada disekitar site.
Maksud
• Menyediakan fasilitas pengembangan dan penelitian bunga dengan maksud : 1) Meningkatkan kualitas bunga potong dan tanaman hias.
2) Meningkatkan produksi dan produktifitas untuk memenuhi kebutuhan rutin maupun insidensial.
• Menyediakan suatu wadah untuk suatu pusat promosi yang berintegrasikan dengan perdagangan melalui prosedur yang ada
• Menumbuhkan sikap peduli lingkungan terhadap masyarakat sekitar pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya lewat daya tarik pengembangan florikultural yang dikemas dengan cara berbeda.
• Mengembangkan salah satu produk wisata agro lewat daya tarik wisata : Budi daya florikultural.
(15)
• Memasyarakatkan dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang aneka bunga dan tanaman hias.
• Menjadikan bunga sebagai pemasukan devisa negara nonmigas
• Meningkatkan taraf hidup petani dan pengusaha bunga dengan menciptakan suatu lapangan kerja di bidang pertanian.
Tujuan
Menyediakan wadah bagi masyarakat agar memperoleh kesempatan untuk meningkatkan apresiasi terhadap bunga dengan merencanakan sarana pengembangan dan penelitian, serta promosi.
I.3. Perumusan Masalah
Didalam “Floriculture Research & Market Centre” ini terdapat berbagai kegiatan yang dibagi-bagi menurut fungsinya. Masing-masing bidang ini mempunyai kegiatan-kegiatan khusus untuk mencapai tujuannya. Mengingat banyaknya kegiatan-kegiatan yang harus di tampung, dengan sifat dan fungsinya yang berbeda-beda maka banyak permasalahan didalam perancangannya yang harus dipecahkan dengan baik. Masalah perancangan yang diperkirakan dapat muncul dalam proyek ini adalah :
• Bagaimana menggabungkan fungsi-fungsi bangunan yang berbeda menjadi suatu kompleks tempat pengembangan dan penelitian bunga, promosi, penjualan, yang saling menunjang.
• Bagaimana pengaturan sirkulasi antara kegiatan utama, yaitu kegiatan penelitian dan penjualan yang menyenangkan bagi para pengunjung yang tidak tertarik terhadap bunga sebelumnya, sehingga tidak mengganggu satu sama lain.
• Bagaimana menggabungkan pola sirkulasi penjualan, penelitian dan pengembangan yang mementingkan efisiensi (tegas, jelas, lugas) dan terkait sistem florikultutal dengan fungsi wisata yang pola sirkulasinya bersifat lebih bebas. Keduanya mempunyai kepentingan yang berbeda, disatu pihak membutuhkan efisiensi penjualan, sedangkan dilain pihak membutuhkan suasana rekreatif.
(16)
• Bagaimana merencanakan dan merancang suatu kompleks bangunan Floriculture Research & Market Centre yang mampu menarik pengunjung sebanyak-banyaknya dan membuat mereka nyaman dan merasa selalu ingin kembali ke tempat ini.
• Bagaimana menemukan suatu bentuk arsitektur yang benar-benar ideal dalam mendekati suatu bentuk dan karakter yang bercirikan bunga, sehingga fungsi bangunan tercermin dari bentuk fisik bangunannya.
• Bagaimana pengolahan dan peletakkan massa bangunan didalam tapak yang berkontur, tanpa banyak merusak kondisi tapak existingnya.
• Bagaimana menerapkan sistem pencahayaan, pengkodisian udara, dan pengairan yang baik dalam sebuah bangunan yang memiliki perpaduan fungsi yang berbeda.
I.4. Metode Pendekatan
Untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam proses perencanaan dan perancangan Floriculture Research & Market Centre dilakukan berbagai desain, yaitu :
• Studi Pustaka yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang digunakan untuk memperoleh informasi dan bahan literatur yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.
• Studi Literature terhadap kasus dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan.
Sumber dapat berasal dari buku, majalah, internet dan sebagainya.
• Studi Lapangan mengenai kondisi sekitar lokasi studi dan lingkungan fisik lapangan yang berhubungan dengan kasus.
I.5. Lingkup Batasan Proyek.
Pada proyek ini direncanakan sarana penelitian dan pengembangan, promosi, penjualan di bidang florikultural yang terintegrasi dengan aspek perdagangan dan pariwisata. Namun dalam hal ini batasan perancangan lebih ditekankan pada sarana penelitian dan pengembangan, promosi dan penjualan bunga disertai dengan beberapa
(17)
lahan penanaman bunga, sedangkan fasilitas rekreasi yang disediakan hanya sebagai sarana pendukung kegiatan yang ada.
Adapun lingkup bahasan yang akan digunakan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam perencanaan Floriculture Research & Market Centre ini adalah :
• Memperkenalkan keaneragaman Tanaman Hias bagi pecinta bunga yang terdapat di Indonesia.
• Menelusuri pengetahuan akan pentingnya peranan Tanaman Hias dalam menjaga kelestarian alam hijau dengan bunga.
• Mempelajari cara-cara melestarikan dan memelihara keberlangsungan hidup Tanaman Hias.
• Mengetahui kriteria bangunan yang dapat dijadikan tempat meneliti dan mengembangbiakkan Tanaman Hias.
• Mengembangkan potensi alam sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan dan pendapatan negara.
Sedangkan yang menjadi batasan dalam merencanakan suatu Floriculture Reserach
& Market Centre adalah :
• Membahas masalah-masalah yang dihadapi dalam mengembangbiakkan Tanaman Hias.
• Mencari solusi dari masalah-masalah tersebut dan menjadikannya sebuah kriteria dalam membangun sebuah fasilitas penelitian dan produksi Tanaman Hias.
• Penerapan tema Green Architecture ke dalam bangunan sebagai salah satu solusi dari pemecahan masalah pencemaran lingkungan.
• Membahas apa saja peranan fasilitas tersebut bagi keberlangsungan keseimbangan ekosistem alam setempat dan sebagai tempat penelitian yang syarat dengan ilmu pengetahuan.
(18)
(19)
I.7. Sistematika Penulisan Laporan
Adapun sistematika pembahasan pada laporan ini terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang proyek maksud dan tujuan masalah perancangan, metoda pendekatan, lingkup/batasan kajian, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II DESKRIPSI PROYEK
Berisi tentang terminologi judul, lokasi, dan tinjauan fungsi. Secara umum mencakup pengertian Floriculture Research & Market Centre, fungsinya, lingkup pelayanannya, eksistensinya terhadap perkembangan ekonomi dan pariwisata. Sedangkan secara khusus mencakup lokasi, luas lahan, peraturan bangunan, luas dan ketinggian bangunan, pemilik, sumber dana dan kelengkapan fasilitas. Lalu membahas tentang program kegiatan, kebutuhan ruang dan studi banding proyek sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Berisi tentang tinjauan teoritis pengertian tema, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding tema sejenis.
BAB IV ANALISIS
Bab ini membahas tentang analisis kondisi lingkungan yang mencakup lokasi, kondisi dan potensi lahan, peraturan bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan, pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain-lain. Lalu membahas tentang analisis fungsional yang mencakup organisasi ruang, pemintakan, program ruang, dan persyaratan teknis, untuk kemudian ditarik kesimpulan.
(20)
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Berisi tentang konsep-konsep dasar tapak, konsep perancangan tapak, konsep perancangan bangunan, konsep perancangan struktur bangunan, dan konsep perancangan utilitas bangunan.
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR
Berisi gambar-gambar dan foto-foto hasil perancangan akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai literature selama proses perencanaan dan perancangan kasus proyek.
(21)
BAB II
DESKRIPSI PROYEK II.1. Terminologi Judul
Untuk mengartikan “Floriculture Research & Market Centre” secara defenitif dapat dilakukan dengan pendekatan makna seagai berikut dengan pembatasan pengertian yang berhubungan dengan keberadaan bisnis bunga di Medan :
Floriculture
Dalam kamus bahasa Inggris Florikultural disebut ke dalam Floriculture yang artinya adalah pemeliharaan bunga. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bunga yaitu bagian tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi buah, indah dan harum baunya. Jika diartikan sebagai sesuatu yang indah, maka dapat dikatakan bahwa sesuatu yang indah itu berfungsi untuk menghiasi. Sehingga defenisi florikultural adalah keragaman bunga dan tanaman hias.
Research
Menurut kamus ilmiah research adalah penelitian, mengkaji, meneliti. Penelitian dengan kata dasar teliti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cermat, seksama, hati-hati, memeriksa, menyelidiki dengan cermatdan seksama. Sehingga defenisi Research adalah mengungkap, membahas sesuatu dengan tujuan mencari kebenaran dan menerapkan kebenaran tersebut dalam kehidupan.
Market
Menurut kamus ilmiah Market adalah Pasar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah tempat orang berjual beli, tempat berbagai pertunjukkan, kedai, lingkungan tempat suatu barang dagangan dapat laku. Sehingga defenisi Market dalam hal ini adalah wadah tempat penjualan bunga dan tanaman hias.
Centre
Menempatkan untuk fasilitas tertentu.
Pusat, sentral, bagian yang paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi
(22)
Suatu tempat dimana sesuatu yang menarik aktivitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi.
II.1.1. Pengertian Floriculture Research & Market Centre
Floriculture Research & Market Centre adalah wadah yang menjadi pusat dilakukannya kegiatan penelitian dan pengembangan, promosi, penjualan, dan kegiatan-kegiatannya lainnya yang menunjang seperti, seminar, pengajaran, wisata dan sebagainya.
II.1.2. Fungsi Floriculture Research & Market Centre
Adapun fungsi-fungsi yang dapat ditampung dalam proyek ini, yaitu : 1. Tempat untuk meneliti varietas-varietas bunga yang baru
2. Wadah atau tempat untuk memamerkan bunga dalam dan luar negeri 3. Wadah informasi jual beli bunga
4. Tempat untuk menyimpan dan merawat bunga dalam dan luar negeri 5. Tempat untuk berekreasi
6. Tempat untuk mengadakan seminar tentang dan kursus merangkai bunga atau kegiatan lain yang menunjang proyek ini
7. Tempat untuk pelanggan bunga
Dengan memenuhi berbagai kebutuhan di atas maka diharapkan proyek ini dapat menjalankan fungsinya sebagai pusat penelitian dan pemasaran bunga dan tanaman hias di Sumatera Utara khususnya.
II.1.3. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan “Floriculture Research & Market Centre” ini meliputi sarana pengetahuan/ pendidikan, promosi, perdagangan, dan rekreasi yang bersifat nasional dan internasional. Serta terbuka bagi seluruh lapisan masyarkat dari semua golongan usia.
Lingkup pelayanan adalah seluruh pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri. Diharapkan melalui wadah ini dapat meningkatkan kepedulian masyarakat akan lingkungan hidup.
(23)
II.2. Tinjauan Umum
II.2.1. Tinjauan Tentang Ekowisata
Wisata alam telah dipecah ke dalam beberapa kategori, diantaranya ekowisata, penggunaan hutan belantara, perjalanan petualang dan car-camping. Wisata alam merupakan jenis kegiatan rekreasi/ wisata yang memanfaatkan alam, seperti danau, gunung, hutan, dsb.
Adapun prinsip dari pengembangan ekowisata menurut The Ecotourism Society, yaitu:
1. Mencegah dan menanggulangi dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam dan budaya, pencegahan dan penanggulangan disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat.
2. Pendidikan konservasi lingkungan
Yaitu, mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi. Proses pendidikan ini dapat dilangsungkan di alam.
3. Pendapatan langsung untuk kawasan
Yaitu, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelolaan dan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan. Retribusi dan conservation tax dapat dipergunakan secara langsung untuk membina, melestarikan dan meningkatkan kualitas pelestarian alam.
4. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan
Yaitu, masyarakat diajak dalam perencanaan pengembangan ekowisata. Demikian pula dalam pengawasan, peran masyarakat diharapkan ikut secara aktif.
5. Penghasilan masyarakat
Yaitu, keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat dari kegiatan ekowisata mendorong masyarakat menjaga kelestarian kawasan.
(24)
6. Menjaga keharmonisan dengan alam
Yaitu, semua upaya pengemabangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas harus tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Apabila ada upaya disharmonize dengan alam akan merusak produk ekologis ini.
7. Daya dukung lingkungan
Yaitu, pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung yang lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan.
8. Peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap Negara
Yaitu, apabila suatu kawasan pelestarian dikembangkan untuk ekowisata, maka devisa dan belanja wisatawan didorong sebesar-besarnya dinikmati oleh Negara atau pemerintah daerah setempat.
II.2.2. Jenis Kegiatan Wisata
Kegiatan wisata utama didalam rencana dibagi menjadi 3 program, yaitu: 1. Kegiatan wisata pengetahuan/ pendidikan.
Berupa kegiatan wisata yang dilakukan baik di alam terbuka maupun di dalam bangunan untuk mendapatkan pengetahuan/ pendidikan tentang dan sumber daya alam yang ada di lokasi, keanekaragaman hayati: khususnya Tanaman Hias, dan lingkungan fisik sekitarnya.
2. Kegiatan wisata konvensi
Kegiatan wisata dengan batasan usaha jasa konvensi, dan pameran merupakan usaha dengan kegiatan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (usahawan, cendikiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama.
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah konvensi, lokakarya, seminar, rapat dan acara pertemuan yang dapat dipesan berkelompok dengan kegiatan yang dilakukan di alam terbuka sambil berwisata.
3. Kegiatan wisata rekreasi
Berupa rekreasi di alam terbuka sambil menikmati keindahan, keunikan, kesejukan, gejala, dan panorama lainnya.
(25)
Komposisi program kegiatan wisata yang disediakan kurang lebih : 15 % kegiatan wisata pendidikan, 25 % kegiatan wisata konvensi, 60 % kegiatan wisata rekreasi.
II.2.3. Eksistensi Project
II.2.3.I. Terhadap Perkembangan Ekonomi
Berbicara mengenai pengembangan komoditi florikultural di Indonesia kita harus mengakui secara jujur bahwa pengembangan komoditi eksport bunga negara kita relatif tertinggal dibanding negara tetangga seperti Thailand. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kebijaksanaan pemerintah, selama Pelita I sampai Pelita VI yang selalu memfokuskan pada usaha swaswmbada beras. Sehingga pengembangan komoditi bunga kurang menjadi perhatian.
Jika dilihat dari potensi dan peluang pasar, maka komoditi florikultural mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di masa mendatang. Penduduk kota yang terus meningkat dan bersamaan dengan pendapatan yang terus membaik, serta berkembangnya industri pariwisata dengan pengembangan hotel-hotel dan rumah-rumah makan di beberapa kota besar Indonesia dan dunia memberikan dampak positif terhadap komoditi ini.
Produksi tanaman hias pada tahun 2004 meningkat sebesar 26,5 persen dibandingkan tahun 2003. Peningkatan yang terbesar terjadi pada produksi bunga gladiol, yang pada tahun 2004 meningkat hampir satu setengah kali lipat dibandingkan produksi tahun 2003. Peningkatan ini terutama didorong oleh permintaan pasar domestik dan ekspor yang sangat tinggi (Tabel 1).
Tabel 1. Produksi Tanaman Hias Utama Indonesia (tangkai)
No Komoditas 2002 2003 2004
1 2 3 Anggrek Gladiol Krisan
T O T A L
4.995.735 10.876.948 25.804.630 41.677.313 6.904.109 7.114.382 27.406.464 41.424.955 8.027.720 16.686.134 27.683.449 52.397.303
(26)
Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Tahun Tanaman
Hias
Sayur-Sayuran
Buah-Buahan
Aneka Tanaman
Total
Volume (ton)
2001 16.662 146.753 188.040 1.515 352.970
2002 19.905 157.568 225.365 2.162 405.000
2003 14.671 133.042 189.648 2.774 340.135
2004 15.427 114.855 210.182 3.668 344.132
Nilai (Ribu USD)
2001 9.834 63.084 100.629 2.108 175.655
2002 12.134 56.942 138.373 2.211 209.660
2003 13.871 59.240 131.500 3.341 207.952
2004 14.446 59.465 122.836 3.630 200.377
Sumber data tersebut membuktikan bahwa bisnis dan industri bunga dan tanaman hias cukup besar pengaruhnya bagi pertumbuhan ekonomi bangsa dan sudah seharusnya selalu dikembangkan sesuai tema proyek ini yang bergerak di bidang florikultural. Sektor industri dan bisnis bunga yang dikemas dalam kemasan pariwisata edukatif.
II.2.3.2. Terhadap Perkembangan Pariwisata
Sebagai wadah penelitian dan pengembangan tanaman hias yang membutuhkan banyak ruang-ruang terbuka menjadikan tempat ini juga sarana rekreasi yang menunjang kepariwisataan dalam negeri. Menurut Ir. Yos Sutiyoso dalam buku Flora Indonesia Untuk Lingkungan Hidup mengatakan bahwa dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut “atraksi” atau lazim juga disebut
(27)
sebagai objek wisata. Atraksi disini dapat berupa potensi alam yang indah dan objek-objek buatan manusia.
Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki alam flora dan fauna yang merupakan perpaduan dunia barat dan timur, sehingga hal ini menjadikan negara kita kaya akan flora dan fauna bercirikhas tersendiri. Ciri khas inilah yang menjadikan bunga/ tanaman hias Indonesia digemari oleh masyarakat Eropa. Karena bunga/ tanaman hias Indonesia dianggap memiliki eksotik yang tinggi.
Sekarang saja telah banyak objek wisata yang topik kunjungannya adalah flora, kebun, taman sentra produksi, pusat budidaya bunga (nursery) dan sebagainya yang mendapat kunjungan yang cukup meriah. Apalagi dihari-hari mendatang objek-objek tersebut mendapat peningkatan kualitas, menurut Noman S. dalam buku Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana Pradya Paramita.
World Tourism Organization (WTO) memprediksi Special Interest Tourism akan tumbuh 15 % pertahun sampai dengan tahun 2000 dan setelah itu tingkat pertumbuhan dapat mencapai 30 %-40%. Hal ini menunjukkan sektor pariwisata mempunyai masa depan yang cerah sebagai penghasil devisa terbesar. Dan dalam project ini bahkan lebih menguntungkan karena benar-benar memanfaatkan potensi alam Indonesia dalam hal flora.
II.2.4. Tinjauan TerhadapTanaman Hias II.2.4.1. Pengertian Tanaman Hias
Tanaman adalah makhluk hidup yang selalu tumbuh dan berkembang. Setiap tanaman memiliki ciri dan karakter sendiri yang membuatnya berbeda satu dengan yang lainnya. Keindahan dan keunikan suatu tanaman membuat tanaman tersebut menjadi popular,dicari oleh banyak orang, memiliki harga yang tinggi, dan diinginkan `kehadirannya dalam sebuah taman.
Tanaman hias mencakup semua
kompone
Ga m ba r I I .1 .
m em p erindah r uangan.
(28)
Dalam konteks umum, tanaman hias adalah salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanama tetapi kesan keindahan yang dimunculkan oleh tanaman ini. Selain aroma), Sebagai contoh, beberapa ranting tumbuhan yang mengeluarka diletakkan di ruangan untuk mengharumkan ruangan dapat menjadikannya sebagai tanaman hias.
Dalam pertimbangan yang penting. Isu lainnya yang penting dalam tanaman hias adalah habitat alami yang disukai tumbuhan tersebut serta bent pengertian ini, tanaman hias dapat mencakup pula tanaman tepi jalan serta tanaman penaung (di ruang terbuka).
Karena tanaman hias dikelompokkan berdasarkan fungsinya, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu tanaman sayuran, tanaman obat, atau tanaman buah menjadi tanaman hias, atau sebaliknya1.
II.2.4.2. Struktur Tanaman Hias
Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai membentuk satu tubuh tumbuhan. Di sini akan dibahas macam-macam jaringan dan organ yang membentuk tubuh tumbuhan.
Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam : 1. Jaringan meristem
2. Jaringan dewasa
(29)
ORGAN TUMBUHAN
Organ tumbuhan biji yang penting ada 3, yakni: akar, batang, daun. Sedang bagian lain dari ketiga organ tersebut adalah modifikasinya, contoh: umbi modifikasi akar, bunga modifikasi dari ranting dan daun.
1) AKAR
Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut.
Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum, dinamakan kolumela.
1.1. Fungsi Akar
a. Untuk menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah b. Dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan c. Menyerap air dam garam-garam mineral terlarut
2) BATANG
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya
(30)
2.1. Batang Dikotil
Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang.
Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
2.2. Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas
seberang (Agave sp)
3) DAUN
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun.
3. Jaringan Pembuluh
Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di dalam tulang daun dan urat-urat daun.
(31)
Ga m b a r I I .3 . Jaringan daun II.3. Tinjauan Khusus
II.3.1 Tinjauan Rumah Kaca
Istilah green house berasal dari kata green yang berarti hijau dan house yang berarti rumah. Karenanya, istilah itu bisa diterjemahkan sebagai rumah hijau. Selain itu, penamaan ini juga disebabkan oleh adanya tanaman yang ditanam di dalamnya yang terlihat hijau dari luar karena dinding green house yang tembus pandang (tembus cahaya), dengan memanfaatkan radiasi matahari untuk pertumbuhan tanaman.
Pengertian green house di negara 4 musim pada umumnya mengacu pada suatu bentuk naungan dengan atap kaca. Green house tersebut biasanya dibuat permanen dari bahan-bahan yang kuat dan awet, serta dilengkapi dengan peralatan canggih seperti heater, blower, alat penyiram otomatis, dan lainnya. Green hosue dapat menciptakan iklim mikro yang diinginkan.
Di daerah tropis, green house berfungsi sebagai pelindung tanaman terhadap curah hujan dan sinar matahari yang berlebihan.
II.3.1.1 Gambaran umum Green House
Iklim mikro yang diinginkan pada sebuah greenhouse juga bertujuan untuk meningkatkan hasil budidaya tanaman baik secara kualitas maupun kuantitas. Sebuah rumah kaca pada daerah subtropis harus dilengkapi dengan alat pengatur iklim, sedangkan di daerah tropis seperti Indonesia, yang harus dipenuhi oleh sebuah green house adalah
(32)
melindungi tanaman dari guyuyran hujan, tiupan angin secara langsung, dan intensitas sinar matahari yang berlebihan.
Lebar standar untuk sebuah rumah kaca komersil berdasarkan penelitian di Belanda adalah 3.2 m, 6.4 m, 9.6 m, dan seterusnya. Ukuran ini dinilai efisien dari segi produktivitas dan kenyamanan kerja. Selain itu, dengan ukuran tersebut penggunaan rumah kaca dapat bersifat fleksibel yaitu dapat digunakan untuk berbagai jenis tanaman, seperti tanaman buah, bunga ataupun sayuran.
Rumah kaca yang berbentuk rumah lebih cocok diterapkan pada daerah yang bersuhu panas, karena mempertimbangkan pertukaran udara dalam ruangan melalui lubang ventilasinya. Sedangkan pada daerah tinggi dengan suhu udara yang relatif dingin, rumah kaca sebaiknya berbentuk hanggar.
Green house lebih efektif diterapkan pada daerah dengan topografinya yang rata, karena mempertimbangkan produksi pembuatan rumah kaca lebih mudah dan murah di daerah yang topografinya rata daripada daerah yang bergelombang, selain itu juga mempertimbangkan penerimaan cahaya matahari yang lebih merata.
Yang utama dari pembangunan green house adalah harus mendapatkan sinar matahri yang cukup dari pagi sampai sore, ini berarti bahwa green house tidak boleh terhalang oleh bangunan yang lain, ataupun rindangan pohon yang dapat menghalangi cahaya matahari.
Selain itu bahan atap green house tidak hanya dapat dibuat dari kaca, salah satu pertimbangannya adalah biaya. Pemilihan bahan untuk atap juga bertujuan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tanaman terhadap iklim yang berbeda ( terutama kebutuhan sinar matahari).
Klasifikasi Green House berdasarkan materialnya:
Green House Kaca
Green house kaca mempunyai kelebihan dari green house dengan materialnya yang lain, kelebihannya adalah awet, tahan terhadap curah hujan dan sinar matahari, kuat dan bersifat permanen. Namun green house kaca biayanya lebih mahal, maka penggunaannya juga terbatas. Misalnya utuk kegiatan penelitian. Jenis kaca pada umumnya yang sering
(33)
digunakan di Indonesia adalah yang mempunyai ketebalan 2-5 mm yang dapat menyerap sinar matahari 80%.
Penggunaan kaca untuk atap mempunyai beberapa kelabihan. Salah satu kelebihannya adalah mampu meneruskan cahaya matahari yang diterimanya dengan persentase cukup tinggi. Dari 100% sinar matahari yang diterima kaca, bagian terbesar diteruskan 90-92 % dan sebagian dipantulkan 8-10%. Selain itu dapat mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk, atap kaca juga mempunyai sifat selektif terhadap spektrum cahaya tertentu, sekaligus dapat mengurangi permeabilitasnya. Dengan demikian, akan terbentuk iklim mikro yang khas.
Green House Plastik
Jenis rumah kaca ini sering digunakan untuk kepentingan komersial, karena materialnya yang murah namun dapat juga digunakan untuk melindungi tanamannya yang di dalamnya dari faktor-faktor iklim.
Jenis plastik yang digunakan antara lain plastik UV, plastik film, polyethylene, polyethylene terepthalate, PVC (polyvinyl Chloride), rigid PVC, PVF (polyvinyl Flouride), FRP ( fiberglass reinforced plastic), dan sebagainya. Dan yang sering digunakan di Indonesia adalah jenis plastik UV dan fiberglass.
1. Plastik fiberglass
Intensitas sinar matahari yang diteruskan plastik jenis ini adalah 80%. Jenis plastik UV yang umumnya diperdagangkan di Indonesia untuk kebutuhan greenhouse adalah UV 6 %, 8%, dan 12% dengan ketebakan sekitar 0,15 mm. 2. Fiberglass (serat kaca)
Jenis plastik ini terbuat dari akrilik atau polyester. Seperti jenis plastik lain, fiberglass juga transparan dan tahan terhadap pelapukan bahkan oleh bahan kimia sekalipun. Dalam pemakaiannya, fiberglass relatif lebih tahan dari bahan lainnya.
Green House Paranet
Paranet terbuat dari bahan yang mengandung polyethylene dan dibuat dengan cara dianyam. Sebenarnya paranet lebih sering digunakan sebgai shading (peneduh) tanaman
(34)
untuk mengurangi sinar matahari yang diterima. Paranet untuk atap dapat diterapkan pada green house kaca. Di Indonesia paranet banyak digunakan sebagai atap ledhouse yaitu bangunan pelindung tanaman. Jenis Paranet yang diperdagangkan antara lain paranet 55%, 65%, dan 75%.
Green House Asbes
Keuntungannya adalah mudah untuk mendapatkannya dibanding dengan kaca, asbes memiliki resiko yang lebih rendah. Namun, sifat asbes yang meyimpan panas dalam waktu lama menyebabkan bahan ini tidak dapat dipakai untuk melindungi seluruh jenis tanaman. Hanya tanaman yang panas saja yang dapat diletakkan di dalamnya.
( sumber : Yustina Erna Widyastuti,1996, GreenHouse rumah untuk tanaman, Jakarta: Penebar Swadaya)
II.3.2 Sistem Hidroponik
Tanah biasanya digunakan sebagai media tumbuh dari tanaman yang paling mudah didapat. Tanah menyediakan nutrisi, air dan udara serta mineral lainnya bagi tumbuhan untuk menyokong pertumbuhannya. Modifikasi dari tanah sebagai media tumbuh cenderung mahal. Bagaimanapun, ada kalanya tanah menyebabkan beberapa hambatan pertumbuhan serius bagi tanaman. Munculnya penyakit berarti munculnya organisme dan nematoda yang tidak sesuai dengan reaksi tanah, kerusakan drainase, degradasi terhadap erosi, dan sebagainya.
Lebih jauh lagi, pengembangbiakan tanaman secara berkelanjutan telah menghasilkan penurunan kesuburan tanah, yang mana juga mengurangi keberadaan tanah alami subur tempat mikroba tinggal. Situasi ini menghasilkan panen yang buruk dari segi kualitas. Sebagai tambahan, sistem penumbuhan tanaman konvensional di tanah membutuhkan area yang luas dan jumlah air yang sangat besar.
(35)
II.3.2.1.1 Keuntungan Hidroponik
• Perawatan lebih praktis serta gangguan hama lebih terkontrol
• Pemakaian pupuk lebih hemat (efisien)
• Tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru
• Tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih hemat dan memiliki standardisasi
• Tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak.
• Hasil produksi lebih kontinu dan lebih tinggi dibanding dengan penanaman di tanah
• Bebeberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim
• Tidak ada risiko bajir, erosi, kekeringan atau ketergantungan kondisi alam
• Tanaman hidrponik dapat dilaukan pada lahan atau ruang yang terbatas seperti atap, dapur atau garasi.
II.3.2.1. Klasifikasi Hidroponik
Tipe utama dari hidroponik adalah pemeliharaan dengan larutan dan pemeliharaan dengan medium. Pemeliharaan dengan larutan tidak menggunakan medium solid pada bagian akar, hanya dialirkan dengan larutan nutrisi. Tiga jenis dari pemeliharaan dengan larutan (solution culture) yaitu static solution culture, continuous flow solution culture dan aeroponik. Sedangkan untuk pemeliharaan dengan medium memiliki beberapa jenis medium, seperti pasir, kerikil atau rockwool. Ada dua variasi utama dari masing-masing medium, yaitu subirigasi dan irigasi. Untuk semua teknik, media tumbuh terbuat dari plastik atau material lain seperti beton, metal, dan kayu yang tidak dapat dimasuki cahaya untuk mencegah algae tumbuh di larutan nutrisi.
(36)
Ada banyak jenis teknik hidroponik yang telah dikembangkan. Berikut merupakan faktor-faktor dari pemilihan teknik yang ada, yaitu:
• Ruang dan bahan-bahan yang ada
• Ekspektasi produktivitas
• Medium tumbuh yang sesuai dan tersedia
• Kualitas produksi yang diharapkan – warna, wujud, dan lainnya. 1. LIQUID ATAU SOLUTION CULTURE
Metode Sirkular
Larutan nutrisi dipompakan melalui sistem akar tanaman. Kelebihan larutan akan dikumpulkan kembali, diisi ulang dan digunakan kembali.
• Nutrient Film Technique (NFT)
NFT merupakan sistem hidroponik dimana akar tanaman langsung diberikan larutan nutrisi. Sebuah lapisan tipis (film) 0.5 mm larutan solusi dialirkan pada saluran-saluran tempat tumbuhan diletakkan.
Saluran tersebut terbuat dari bahan flexibel, dan letak tanaman berada ditengah. Panjang maksimal dari saluran tersebut adalah 5 – 10 meter dan diletakkan miring. Larutan nutrisi dipompakan pada bagian tertinggi dari saluran sehingga larutan tersebut akan mengalir sesuai dengan gaya gravitasi ke bagian yang lebih rendah dan membasahi akar. Sistem ini telah mengalamai beberapa modifikasi sehingga dapat menggunakan bahan lain selain lembaran tipis (film)
(37)
Deep Flow Technique (DFT) – sistem Pipa
Sesuai dengan namanya, 2-3 cm larutan nurtrisi dialirkan didalam pipa PVC dengan diameter 10 cm, dimana tanaman dengan pot-pot plastik telah diletakkan juga diantaranya. Pot plastik tersebut mengandung material tumbuh dan bagian bawahnya mengenai larutan nutrisi yang mengalir didalam pipa. Pipa PVC dapat diatur dan disusun dalam bentuk linear ataupun zig-zag, gergantung dari tipe tanaman.
Ga m ba r I I .7 . H i dr o pon ik sit e m de n a n m e dia l e m ba r a n t ipis ( film )
(38)
Tanaman dikembangkan dalam pot berpori yang terbuat dari plastik dan letaknya dicocokkan dengan lubang yang dibuat pada pipa PVC. Sekam dan sabut atau campuran dari keduanya dapat digunakan sebagai material tumbuh untuk mengisi pot plastik tersebut.
Ketika larutan yang sudah digunakan kembali ke tank larutan nutrisi, larutan nutrisi tersebut akan dianginkan. Pipa PVC harus memiliki lubang tetes antara 30 – 40. Cat berwarna putih dapat membantu sistem ini untuk menghalangi panas.
Ga m ba r I I .8 . b e r ba g a i m a ca m pot y a n g di gu n a k a n pa d a h idr o pon ik
(39)
Metode non sirkular
• Teknik Penetesan akar
Pada teknik ini, tanaman tumbuh dalam pot kecil berisi sedikit media tumbuh. Pot-pot tersebut direndamkan sekitar 2 – 3 cm di dalam larutan nutrisi.
Sejumlah akar akan tercelup didalam larutan tersebut, sementara sejumlah akar yang lain akan tergantung di atas larutan sehingga absorpsi air dan udara akan terjadi.
Teknik ini mudah dan dapat dikembangkan dengan material yang tersedia. Metode tumbuh “low-tech” ini tidak mahal untuk dibangun dan membutuhkan sedikit perawatan. Sistem ini juga tidak membutuhkan listrik, pompa air, saluran dan lainnya. Untuk penumbuhan tanaman akar seperti umbi dan lobak, medium tumbuh yang digunakan haruslah bersifat lembek.
(40)
• Teknik Terapung
Teknik ini sama dengan metode penetesan akar, namun pada sistem ini kontainer yang rendah (dengan kedalaman 10cm) sudah dapat digunakan. Tanaman dalam pot kecil ditempatkan pada styrofoam atau plat yang ringan dan dibiarkan terapung pada larutan nutrisi yang ada di kontainer dan larutan tersebut secara buatan di anginkan.
• Teknik Aksi Kapilaritas
Pot tanaman dengan ukuran dan bentuk yang berbeda dengan lubang pada bagian bawahnay digunakan dalam sistem ini. Isi pot tersebut dengan media tumbuh yang lembek dan biji tumbuhan diletakkan didalam media tumbuh tersebut. Kemudian pot tersebut diletakkan di kontainer dengan kedalaman rendah yang telah diisi dengan larutan nutrisi.Larutan tersebut akan mencapai bagian dalam medium menuju biji dengan aksi kapilaritas.
Aerasi (penganinan) sangat penting pada teknik ini. Teknik ini sangat sesuai untuk tanaman ornamental, bunga dan tanaman dalam ruangan.
Ga m ba r I I .1 0 . H id r opon i k t e k n ik t e r a pu n g
(41)
2. SISTEM SOLID MEDIA CULTURE
Teknik ini menggunakan media tumbuh yang solid. Material yang dipilih haruslah bersifat flexibel, rapuh, dan dapat dimasuki oleh air dan udara dengan mudah. Sebagai tambahan, bahan-bahan yang digunakan haruslah bebas dari zat racun, pestisida dan penyakit yang disebabkan mikroorganisme, nematoda dan lainnya. Adapun beberapa material tumbuh yang dapat digunakan yaitu:
- Media alami yang non-organik, seperti kerikil
- Media alami organik, seperti sekam, serbuk gergaji, serat kelapa, sabut - Media buatan non-organik, seperti rockwool, perlit, vermikulit
- Media buatan organik, seperti polyurethane, polypenol, polyether, polyvinyl
• Teknik Kantung Gantung (sistem terbuka)
Kantung polythene dengan warna luar putih dan warna dalam hitam dengan panjang 1 meter yang dibentuk silinder dan diisi dengan serat kelapa dapat digunakan. Kantung ini kemudian diikat pada bagian ujungnya dan diikatkan ke pipa PVC kecil dibagian atasnya.
Kantung-kantung ini digantungkan secara vertikal dan dari bagian atas dialirkan larutan nutrisi. Oleh karena itu, sistem ini juga dikenal sebagai teknik “verti-grow”. Biji atau material tumbuh yang dikembangkan pada pot dengan pori ditekan ke
(42)
dalam lubang pada sisi kantung gantung. Larutan nutrisi dipompakan ke atas melalui sprinkler mikro yang kemudian mendistribusikan nutrisi ke dalam kantung gantung tersebut. Larutan nutrisi tersebut akan jaduh kebawah bagian kantung gantung dan mengalir kembali ke tank nutrisi.Kantung tersebut tidak berat karena diisi dengan serat kelapa dan dapat digunakan selama dua tahun. Jumlah tanaman per kantung bervariasi, tergantung dari jenis tanamannya. Sekitar 20 tanaman timun dapat dikembangkan dalam satu kantung gantung. Sistem ini sangat sesuai dengan tanaman sayuran, strawberry dan tanaman dengan bunga kecil.
• Teknik Kantung Tumbuh
Pada teknik ini, 1 -1.5 meter kantung polythene diisi dengan sabut. Kantung ini memiliki ukuran tinggi sekitar 6 cm dan lebar 18 cm. dan diletakkan pada dua sisi dan membuat area berjalan diantaranya
Ga m ba r I I .1 3 . t e k n ik k a n t u n g ga n t u n g p a d a t a n a m a n st r a w b e r r y
(43)
• Teknik parit atau Menerus
Pada sistem terbuka ini, tumbuhan tumbuh di parit sempit dalam tanah atau diatas tanah yang dibangun dari batu bata atau beton.
Kedua parit akan disejajarkan dengan material tahan air untuk memisahkan media tumbuh dengan tanah. Kedalamannya bervariasi tergantung dari jenis tanaman dan minimum harus berukuran 30 cm.
• Teknik Pot
Teknik ini sama dengan sistem parit, namun media tumbuhnya diisi kedalam pot plastik. Volume kontainer dan media tumbuh tergantung dari kebutuhan tumbuh tanaman dan biasanya berkisar 1 hinga 10 liter.
Ga m ba r I I .1 5 . t e k n ik pa r it a t a u m e n e r u s
(44)
3. TEKNIK AEROPONIK
• Teknik pengabutan akar
• Teknik pemberian nutrisi dengan pengabutan
Aeroponik adalah metode menumbuhkan tanaman, dimana tanaman akan disusun pada lubang –lubang di stryofoam dan akarnya tergantung dalam panel yang berada diantara kedua panel stryofoam. Larutan nutrisi disemprotkan dalam bentuk kabut ke akar-akar tersebut. Pengkabutan dilakukan dalam beberapa detik setiap 2- 3 menit untuk menjaga kelembapan akar.
Sistem aeroponik cocok untuk digunakan dalam menumbuhkan salada, bayam dan jenis tanaman sayuran lainnya.
II.3.3 Tinjauan Herbatorium II.3.3.1. Pengertian Herbatorium
Herbatorium is growing collection of dried or pressed plants that permits us to
build knowledge about every known plant species or population, and to assist in the
discovery of new species. (http://www.sra.pt/jarbot/ing/general/infgera.htm)
Alan Lane dalam bukunya “The Penguin Dictionary of Botany” mendefinisikan
Herbarium is a collection of dried pressed plant, mounted on sheets of thin card, a companied by data labels and stored in press-proof wooden or metal cabinets. Smaller organs, including pollen grains, are perfectly preserved in this way, and many other features of the plants (e.g. anatomy, morphology, and chemistry) maybe retained virtually unaltered. Detailed of floral structure can be observed by boiling or soaking in a wetting
(45)
agent. The data labels, besides giving the plant’s name, usually also include the data and place of collection and the collector’s name. Notes on habitat, local names, and local uses of the plant maybe invaluable in later research for new sources of drugs,etc.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan herbarium adalah bangunan yang mempunyai fungsi sebagai tempat pengawetan tanaman yag diawetkan dengan cara pengeringan ataupun dengan menggunakan bahan-bahan kimia yang bersifat basah, dengan tujuan ada peninggalan spesies tanaman yang diperlukan untuk kemajuan penelitian di bidang tanaman yang dapat juga digunakan untuk kemajuan penelitian di bidang obat-obatan dari tanaman. Dan juga sebagai tempat pengawetan spesies-spesies tanaman yang sudah langka agar terus dapat diawetkan dan dipelihara. Herbarium juga memegang peranan penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan di bidang tanaman. Sistem klasifikasi tanaman juga merupakan informasi yang dapat diberikan oleh herbarium dari nama yang dicantumkan pada label masing-masing tanaman.
Tujuan umum Herbatorium
1. Untuk mengawetkan dan menyimpan daftar tanaman untuk tujuan referensi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Untuk memfasilitasi studi identifikasi yang cepat dengan membandingkan antara tumbuhan yang ditemukan di alam dengan tumbuhan koleksi herbatorium dan untuk meneliti kaitan antara tumbuhan yang berbeda.
3. Sebagai sumber yang dapat dipercaya untuk nama yang benar dari tiap spesies botani. Yang membutuhkan referensi dari studi yang lain di dunia tanaman yaitu studi tentang tata nama dan klasifikasi tumbuhan.
4. Untuk membuat data tanaman yang paling komplit dari kingdom tanaman dan macam-macam genetiknya dari berbagai daerah yang berbeda. Tujuan ini digabungkan dengan kemungkinan koleksi yang paling besar dari contoh pembuktian ilmu pengetahuan yang berharga. Dalam prosesnya, lokasi yang tepat dimana masing-masing contoh yang diambil harus dicatat sama baiknya dengan data ekologis dan lingkungannya seperti data ketinggiannya dari permukaan laut, penutup tanah, dan data lainnya. Sebagai kelanjutan dari tujuan di atas harus ada pertukaran pengetahuan dengan herbaria lainnya.
(46)
5. Spesimen yang disimpan di herbatorium disediakan sebagai objek studi atau dapat juga dipinjam untuk menjamin setiap tanaman dapat menghasilkan jumlah yang maksimum dari ilmu pengetahuan yang berguna
II.3.3.2. Proses Pembuatan Spesimen Herbarium dan Cara Penyusunan
Proses pembuatan spesimen herbarium adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan contoh tumbuhan langsungan dari alam
2. Proses pengepresan
3. Proses pengeringan yang dilakukan dengan cara memakai oven listrik yang suhunya tetap sekitar 60° C
4. Proses pengeplakan (mounting) yang dilakukan dengan menggunakan isolasi. Bila terjadi kerusakan maka akan diadakan pengeplakan ulang dengan media yang baru 5. Proses terakhir adalah proses penyimpanan material herbarium ke dalam ruang
koleksi. Untuk material herbarium yang telah diambil dari ruang koleksi, sebelum dikembalikan terlebih dahulu dimasukkan ke ruang pendingin dengan suhu -20° C Koleksi Herbatorium dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Koleksi Khusus, disimpan pada ruangan tersendiri yang dilengkapi dengan
penyejuk ruangan. Koleksi ini disimpan di lemari besi dengan memakai plastik dan map. Penyusunannya dapat diguanakan secara alfabetik dan sistematik.
2. Koleksi Umum, dikelompokkan berdasarkan jenis-jenis tumbuhan seperti Algae,
Fungi, Lichenes, Bryophyta, Pteridophyta, gymnospermae, monocotyledonae, dan dicotyledonae. Yang disusun secara alfabetik berdasarkan kalsifikasinya ataupun daerah asal tanaman tersebut. Material herbarium yang diawetkan dan dikeringkan, disimpan di dalam lemari besi. Sedangkan koleksinya yang basah disimpan dalam botol yang mengandung alkohol dengan kadar 70%.
(47)
Sebagai perawatan agar koleksi tetap awet dilakukan:
1. Spesimen dibawa ke dalam frezeer ataupun dikeringkan berdasarkan jenis koleksinya ( basah atau kering)
2. Pembekuan dilakukan di dalam frezeer selama 3 hari dengan suhu -20° C
3. Ruang koleksi dilengkapi dengan jendela kasa untuk menghindari masuknya serangga
4. Spesimen yang sudah dibekukan disimpan dalam kantong plastik berziplock sebelum disimpan dalam lemari
5. Khusus ruang laboratorium biosistematik, temperatur, dan di dalam ruangan harus tetap dijaga. Temperatur yang ideal adalah 20°-30° C dengan kelembapan ± 55%
II.3.4 Tinjauan Laboratorium
Berdasarkan “Time Savers Standard for bulidng Type” membagi fasilitas laboratorium menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Laboratorium Kelas A. Laboratorium khusus untuk penelitian ilmu pengetahuan
dasar dan penerapannya seperti biologi, kimia, dan fisika. Laboratorium ini dirancang dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi pada penelitian yang sedang dilakukan.
2. Laboratorium Kelas B. Laboratorium yang digunakan untuk penelitiaan yang
tidak begitu luas seperti laboratorium kesehatan, sosial, psychiatry, epidemiology
3. Laboratorium Kelas C. Lebih banyak digunakan sebagai fasilitas pelengkap
seperti untuk gudang barang, kandang, dan juga laboratorium untuk bengkel pesawat.
4. Laboratorium Kelas D. Jenis laboratorium ini adalah untuk penelitian tertentu
yang memerlukan lingkungan tersendiri. Laboratorium jenis ini hanya memiliki satu jenis penelitian seperti penelitian biotron, betatron, ruang hyperbaric, dll.
(48)
Jenis laboratorium yang digunakan pada proyek ini adalah Laboratorium Kelas A, yaitu laboratorium yang digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang biologi khususnya untuk tanaman.
II.3.4.1. Persyaratan Bangunan Laboratorium
Dalam “ Himpunan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup” menyebutkan bahwa persyaratan bangunan berdasarkan atas:
a. Jenis kegiatan dan beban Laboratorium b. Jenis, dimensi dan jumlah peralatan
c. Jumlah sumber daya manusia laboratorium d. Faktor keselamatan
e. Jarak meja analisis dan koridor
f. Memperhatikan rencana pengembangan Laboratorium g. Lantai Laboratorium harus memenuhi persyaratan:
1.Permukaannya rata dan halus serta kedap air
2.Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan
3.Mempunyai daya tahan struktur dan mekanik yang cukup kuat
4.kompatibel dengan cara kerja di Laboratorium dan keamanan personil 5.Anti slip
6.Sambungan papan sebaiknya dihindari, namun bila harus juga digunakan maka perlu ditutup dan terhindar dari penerasi bahan berbahaya
7.Perlu dibuat dan dirancang lubang di lantai untuk mengantisipasi seandainya terjadi tumpahan cairan.
8.Resiko terjadinya tumpahan cairan mungkin tidak dapat dihindari oleh karena itu sambungan antara lantai dan dinding dan tiang yang terbuka, harus dibuat saluran kecil untuk mempermudah pembersihan
(49)
h. Dinding di area kerja laboratorium harus mempunyai persyaratan sebagai berikut: 1. Permukaannya rata dan halus serta kedap air
2. Tidak bereaksi dengan bahan kimia yang digunakan 3. Mudah dibersihkan
i. Langit-langit area kerja Laboratorium harus mempunyai konstruksi yang kuat, permukaan yang halus, tidak menyerap bahan kimia, dilapisi eternit, dicat dengan bahan cat yang halus dan mudah dibersihkan serta berwarna terang.
j. Lemari asam, digunakan untuk keamanan bagi pelaksana laboratoium saat melakukan pekerjaanya dan juga untuk personil laboratorium lainnya. Secara teknis, alat ini bekerja dengan cara menangkap uap, mengencerkannya, dan membuang semua resid yang bisa menyebabkan kontaminasi udara, khususnya yang mennadung bahan berbahaya. Efisiensi dan keamanan dari alat ini tergantung pada kelancaran udara yang masuk, daya tampung efektif, pemilahan kontaminan udara dari ruangan, hal tersebut berkaitan dengan mekanisme pergerakan udara dan sistem penghawaan, bahan yang dipakai dalam konstruksi sistem pembuang kontaminan dan keamanan serta radius penyebaran kontaminan atmosfer.
Secara utilitas terdiri dari sistem penghawaan, sistem penerangan, sistem pengadaan air bersih, dan tata ruang.
II.3.5. Sistem Penghawaan Laboratorium
Sistem penghawaan terdiri dari:
1. Sistem penghawaan alami, yaitu sistem yang dilengkapi:
ventilasi terbuka yang mempunyai luas minimal 10% dari luas lantai dinding dan letaknya berseberangan agar terjadi perubahan udara yang memadai
proses laboratorium dan instrumentasi yang tidak memerlukan kontrol temperatur dan kelembapan yang wajib dipenuhi sesuai dengan metoda tertentu
(50)
ventilasi alamiah tidak digunakan sebagai cara utama untuk pengenceran kontaminan atau kontrol
ventilasi laboratorium terpisah dari ruangan non-laboratorium. Partisi antar laboratorium dan non-laboratorium tidak mempunyai akses terbuka dan tidak ada pintu.
2. Sistem mekanik, yaitu sistem penghawaan mekanik untk laboratorium yang dirancang sebagai berikut:
Memenuhi kecepatan suplai udara minimum
Dilengkapi dengan ventilasi exhaus lokal sesuai dengan As 1668.2 dan kebutuhan proses khusus yang dihasilkan di laboratorium
Mencegah dispersi yang tidak terkontrol dan akumulasi udara yang berbahaya
Mencegah percampuran resirkulasi udara dengan udara lain untuk suplai area non-laboratorium
3. Sistem penghawaan buatan ( air conditioning/ AC)
Kebutuhan AC diperhitungkan berdasarkan perhitungan 1 PK untuk 20 m2. Penggunaan AC terutama ditujukan untuk memperoleh suhu optimal yang dibutuhkan dalam proses pengukuran dan pengujian serta untuk memberikan perlindungan terhadapa alat-alat instrumentasi serta ruangan-ruangan lain yang tidak memungkinkan memakai penghawaan alami maupun mekanik.
II.3.5.1 Sistem penerangan Laboratorium
Sistem penerangan lboratorium harus dilengkapi dengan sistem pencahayaan yang memenuhi nilai ilumnasi yang direkomendasikan dalam AS 1680.1. sistem penerangan terdiri dari dua macam yaitu:
1. sitem penerangan alami, yaitu sistem yang memanfaatkan cahaya matahari
dengan jarak jangkauan sinar (sky light) dan ruang tepi berkisar antara 6-7.5 m 2. sistem penerangan buatan buatan (listrik), diperlukan untuk membantu
(51)
adalah 200 LUX (lumen/m2) atau 5 watt/m2, kebutuhan listrik lingkungan laboratorium sebaiknya 40 kVA. Sebagai cadangan sumber listrik mati diperlukan generator set yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium
II.3.5.2 Sistem penerangan Laboratorium
Kebutuhan air bersih yang dipakai untuk kegiatan laboratorium dan staff diperkirakan sekitar 50-100 liter/orang/hari untuk itu persediaan air bersih yang diperlukan sebaiknya minimal 2 m3/hari. Disarankan laboratorium mempunyai menara air dengan kapasitas volume minimal 2 m3
II.3.5.3 Tata Ruang
Pembagian ruang terdiri dari bagian administrasi,laboratorium, dan bagian penunjang. Bagian administrasi terdiri dari ruangan yang terdiri dari ruangan pimpinan, tata usaha, penerimaan contoh, pengelolaan data, ruang rapat, perpustakaaan,dan penyimpanan. Luas ruangan untuk kebutuhan seperti yang disebutkan disesuaikan dengan kebutuhan ketersediaan lahan.
II.3.6. Pengelompokkan Tanaman Hias
II.3.6.1. Berdasarkan kebiasaan hidup tanaman
Dikenal tanaman yang berumur pendek dan tanaman yang berumur panjang. Tanaman yang berumur pendek terdiri dari :
• Tanaman semusim
Siklus hidup tanaman semusim atau annuals hanya dalam satu musim, seperti bayam-bayaman (Amaranthus sp.), portulaka (Portulaca grandiflora), dan bunga tahi kotok (Tagetes erecta).
• Tanaman dua musim
Tanaman yang hidup dalam dua musim disebut biennials atau tanaman dua tahunan. Contohnya, anyelir (Dianthus barbatus) dan kembang sungsang (Gloriosa superba).
(52)
Tanaman yang berumur panjang terdiri dari :
• Golongan tanaman ini adalah tanaman yang hidup terus menerus dalam waktu lama, seperti anggrek, suplir (Adiantum sp.), aster (Aster sp.), krisan (Chrysanthemum sp.), gerbera (Gerbera jamesonii), dadap (Erythrina sp.), bungur (Lagerstoemia indica), dan flamboyan (Delonix regia).
II.3.6.2. Berdasarkan bentuk tumbuh tanaman
Tanaman dikelompokkan menjadi 10 jenis tanaman, yaitu :
• Herba dan semak
Tumbuhan berbatang kecil serta sedikit mengayu dengan percabangan rendah atau menempel pada tanah.
• Perdu
Tanaman berbatang lebih besar dan lebih keras serta percabangannya relatif tinggi daripada semak. Biasanya perdu berbatang tegak, contohnya kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan kacapiring (Gardenia augusta).
• Tanaman merambat
Tanaman yang batangnya memerlukan sandaran, seperti alamanda (Allamanda cathartica), bugenvil (Bougainvillea sp.), dan lampion irian (Mucuna benetii).
• Pohon
Sebutan untuk tanaman yang berbatang besar dengan percabangan umumny tinggi di atas tanah. Contohnya, glodogan (Polyalthea longifolia), pohon bodi (Ficus religiosa), dan tanjung (Mimusops elengii).
• Tanaman Air
Tanaman yang habitatnya di air, seperti teratai (Nymphaea sp.), paku ekor kuda (Equisetum hymale), dan tipa (Typha angustifolia).
(53)
• Palem
Tanaman yang termasuk kelompok famili Palmae. Contohnya, phunix (Phoenix roebelinii), lontar (Borassus flabelifer), palem segitiga (Dypsis decaryi), kamedoria (Chamaedorea metalica), kariota (Caryota no), aren (Arenga pinnata), dan ekor tupai (Wodyetia bifurcata).
• Bambu
Kelompok tanaman yang termasuk famili Graminae atau Poaceae. Contohnya, rumput air (Cecorus grammineus), bambu kuning (Bambusa vulgaris ‘Vittata), dan rumput sate (Pennisetum galucum).
• Paku-pakuan
Kelompok tanaman yang seolah-olah tidak memiliki batang karena tubuhnya langsung menancap di tanah dengan kaki banyak. Famili yang termasuk ke dalam kelompok paku-pakuan, diantaranya Polypodiaceae, Pteridaceae, Selaginellaceae, Oleandraceae, Davalliaceae, Marattiaceae, dan Aspleniaceae.
• Kaktus dan sukulen
Jenis tanaman lunak yang tidak berkayu. Tanaman janis ini memiliki batang dan daun yang mampu menyimpan air dan tahan terhadap kondisi yang kering. Contohnya, Neorogelia sp., Aloe sp.,dan Mammilaria elongata.
• Tanaman buah
Kelompok tanaman yang menghasilkan buah yang dappat dikonsumsi, seperti durian (Durio zibethinus), rambutan (Nephelium lappaceum), dan pala (Myristica fragrans).
II.3.6.3. Berdasarkan daya tarik utama
Tanaman hias juga dikelompokkan berdasarkan daya tarik utamanya, yaitu :
• Tanaman hias bunga
Bunga merupakan salah satu daya tarik tanaman yang utama. Ada tanaman yang berbunga sepanjang tahun, artinya tidak bergantung pada musim, seperti kembang
(54)
merak (Casalpinia citrinus), dan bugenvil ( Bougainvillea sp.), tetapi ada juga tanaman yang berbunga pada bulan-bulan tertentu saja, seperti bunga kecrutan (Spathodea campanulata) dan flamboyan (Delonix regia). Selain itu, ada tanaman yang memiliki massa bunga sangat lebat, seperti flamboyan. Ada massa bunga sedang karena bercampur dengan daun, seperti bungur dan melati. Massa bunga sedikit, seperti sutra bombay (Portulaca grandiflora) dan kembang sepatu. Jika ingin ditampilkan massa warna bunga yang kuat, tanaman dengan massa bunga yang lebat adalah pilih yang baik. Namun, apabila ingin menampilkan warna bunga yang terus menerus sepanjang tahun, sebaiknya menggunakan tanaman yang berbunga tidak berbatas musim.
Ga m b a r I I .1 8 . St ru kt ur t anam an hias bunga
• Tanaman hias daun
Tanaman hias daun menonjolkan keindahan daun untuk dinikmati pencintanya. Bentuk dan warna daunnya sangat menarik perhatian. Jenis tanaman ini mulai ramai disukai setelah muncul varian-varian baru yang menarik dan warna yang beragam. Keindahan tanaman hias daun relatif lebih lama dari tanaman hias bunga karena masa vegetatif umumnya lebih lama daripada umur berbunga. Dengan demikian keindahan tanaman hias daun bisa dikatakan dapat dinikmati sepanjang usia tanaman tersebut. Jenis tanaman hias daun, diantaranya cemara kipas (Thuja occidentalis), bromelia (Noeregelia sp.), kaktus, dan sirih-sirihan (Epipremnum).
(55)
II.3.6.4. Kriteria pemilihan tanaman hias
Berdasarkan berbagai kelompok tanaman hias yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kriteria tanaman hias yang akan diproduksi didalam Floriculture Research & Market
Centre akan dijelaskan dalam bagan berikut ini :
II.3.7. Tinjauan Lokasi
Lokasi yang dipilih berdasarkan kriteria umum yaitu, harus dekat dengan salah satu generator aktifitas seperti shopping mall, kantor, tempat rekreasi, perumahan dan permukiman, serta pertanian. Terdapat tiga alternatif tapak yang mendekati kriteria umum tersebut, yaitu :
Berdasarkan bentuk tumbuh tanaman
(tanaman yang tumbuh tidak lebih tinggi dari 150 cm, menyesuaikan fungsi bangunan dan ketinggian efektif jarak pandang manusia)
Berdasarkan daya tarik utama tanaman
Tanaman hias bunga Tanaman hias daun
Berdasarkan kebutuhan hidup tanaman
Kebutuhan habitat/ ketinggian lingkungan hidup terkait dengan udara
Kebutuhan cahaya Kebutuhan air
Berdasarkan produksi tanaman hias utama Indonesia
D ia g r a m I I .1 . sk em a pem ilihan per k em bangbiakan t anam an hias pada proyek
(56)
1) Lokasi berada di Taman Wisata Alam Sibolangit di Jalan Jamin Ginting KM.38-Berastagi, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara, sekitar 40Km dari kota Medan dengan jarak tempuh ±1 jam dengan luas site sekitar 5 Ha.
2) Lokasi terletak di desa Bandar Baru, Kecamatan sibolangit, jalan Jamin Ginting km 45, Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas wilayah 439794 km2. Letak dari permukaan laut 500-1000 m dpl. Luas lahan sekitar 6,5 Ha. Jarak lahan dari Hillpark 5m, tepat bersebelahan dengan Hillpark.
3) Lokasi terletak di desa Bandar Baru, Kecamatan sibolangit, jalan Jamin Ginting km 45, Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas wilayah 439794 km2. Letak dari permukaan laut 500-1000 m dpl. Luas lahan sekitar 5 Ha. Jarak lahan dari Hillpark sekitar 500 meter.
II.3.7.1. Kriteria Khusus Pemilihan Lokasi
Sebagai sebuah tempat penelitian sekaligus pasar yang mengadopsi sistem kepariwisataan maka, hal utama yang harus dilakukan adalah memilih lokasi yang mendukung fungsi dan keberadaan Floriculture Research & Market Centre, yaitu :
Lokasi merupakan suatu daerah yang masih asri dan masih dijaga kelestariannya.
Aksesibilitasnya mudah dicapai dari pusat kota.
Lokasi berada dekat dengan daerah wisata lainnya sebagai generator aktifitas.
Memiliki iklim yang mendukung, yaitu bersuhu berkisar antara 15ºC-17ºC.
Jauh dari kebisingan dan polusi udara.
Keunggulan relative lainnya, ketersediaan tenaga listrik, air, sarana transportasi, dan sebagainya.
II.3.7.1.a. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Dalam pemilihan lokasi untuk Floriculture Research & Market Centre perlu pula diperhatikan Rencana Tata Ruang Kota (RUTRK).
(57)
Adapun keadaan dalam site berupa kebun campuran, hutan, hutan bakau, sawah dan permuiman penduduk.
II.3.7.1.b. Pencapaian
Untuk sebuah bangunan pusat penelitian, promosi dan pemasaran dengan tujuan pengetahuan dan pengembangan yang diharapkan dapat dikunjungi oleh khalayak ramai, perlu diperhatikan beberapa faktor, yaitu:
Ga m ba r I I .1 9 . RU TRW D e li Se r d a n g Ga m ba r I I .1 9 . RU TRW D e li Se r d a n g
(58)
Mudah diakses dari tempat-tempat yang penting di luar site, seperti bandara, hotel, pelabuhan, bank, dan sarana rekreasi lainnya.
Peletakan lokasi haruslah dekat dengan jalan transportasi utama yang menghubungkan lokasi tersebut dengan sarana public.
Adanya transportasi menuju dan keluar site.
Tidak berada di kawasan yang sering mengalami kemacetan dan nyaman bagi orang yang berkendaraan dan berjalan kaki.
Dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat.
II.3.7.1.c Area Pelayanan
Adapun tujuan didirikannya Floriculture Research & Market Centre adalah memberikan pelayanan dalam hal seperti berikut ini:
Menghidupkan suasana alam yang selama ini kurang diperhatikan.
Memberikan pengetahuan bagi khalayak ramai akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem alam melalui budidaya tanaman hias.
Memperlihatkan keindahan tanaman hias dalam dan luar negeri serta memberikan sebuah sarana menambah ilmu pengetahuan dengan sifat yang rekreatif.
II.3.7.2. Analisis Pemilihan Lokasi II.3.7.2.a Alternatif Lokasi
Beberapa alternatif pemilihan lokasi perancangan berada di kabupaten Deli serdang kecamatan sibolangit, ditunjukan dengan gambar berikut:
Alt ernat if 1
Alt ernat if 2 Alt ernat if 3
(59)
Ga m ba r I I .2 0 : Pe t a Lo k a si Sibola n git
Kelebihan:
Lokasinya berada jauh dari polusi dan kebisingan.
Kondisi alamnya masih cukup asri dan terdapat banyak tumbuhan
Lahannya cukup luas sehingga banyak kemungkinan untuk dieksplorasi.
Berada di kawasan konservasi hutan sehingga masih banyak terdapat tumbuh-tumbuhan rindang.
Berada di kawasan wisata alam.
Memiliki suhu yang sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman hias
Jalan utama merupakan jalan lintas wisata medan-berastagi
Alternative I:
Lokasi berada di Taman Wisata Alam Sibolangit di Jalan Jamin Ginting KM.38-Berastagi, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera Utara, sekitar 40Km dari kota Medan dengan jarak tempuh ±1 jam.
Luas Site ±5 Ha. Batas-batas site:
- Utara : Cagar Alam Sibolangit
- Selatan : Jl. Jamin Ginting (Medan-Berastagi), Cagar Alam Sibolangit
- Barat : Cagar Alam Sibolangit
(60)
Kekurangan:
Kawasan disekitar lokasi jarang dikunjungi wisatawan karena kondisinya yang kurang menarik sebagai tempat wisata. Hal ini disebabkan lokasinya kurang dieksplorasi sebagai salah satu tempat wisata.
Karena berada di kawasan konservasi, maka kawasan ini tidak dapat secara bebas digunakan untuk membangun sebuah bangunan. Hal ini dikarenakan seluruh tanaman yang ada di kawasan hutan konservasi tidak dapat ditebang.
Alternatif II : Lokasi terletak di desa Bandar Baru, Kecamatan sibolangit, jalan
Jamin Ginting km 45, Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas wilayah 439794 km2. Letak dari permukaan laut 500-1000 m. Berbatasan dengan kota Kabupaten Langkat disebelah Utara dan Barat, Kabupaten Karo disebelah selatan, kabupaten Asahan disebelah timur. Lahan terletak di dataran tinggi dengan keadaan tanah berkontur dengan iklim yang sejuk dan suhunya relatif rendah. Lokasi ini terletak dipinggir jalan lintas Medan-Berastagi sehingga mudah dikenal masyarakat. Luas lahan sekitar 4,2 Ha. Site terletak di sebelah HILLPARK, berseberangan dengan pemancar TV one.
(61)
Kelebihan:
Lokasinya berada jauh dari polusi dan kebisingan.
Kondisi alamnya masih cukup asri dan terdapat banyak tumbuhan yang masih hijau.
Lahannya cukup luas sehingga banyak kemungkinan untuk dieksplorasi.
Berada di kawasan wisata Hillpark dan terdapat Green Hill Resort sehingga menarik pengunjung untuk mengunjungi lokasi proyek.
Memiliki suhu yang sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman hias.
Berpotensi untuk dapat terus berkembang menjadi daerah wisata alam utama di Sumatera Utara untuk semua lapisan masyarakat.
Dekat dengan sarana transportasi dan fasilitas umum yang mendukung pergerakan pengunjung.
Dekat dengan sumber air, yaitu anak sungai Banua
Tanaman dalam site berupa hutan bambu yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi bangunan.
Akses ke site flexibel dari perumahan Greenhill sehingga mudah di jangkau dengan berjalan kaki oleh penduduk perumahan tersebut.
Jalan utama merupakan jalan lintas wisata Medan-Berastagi Kekurangan:
Pola pengembangan tempat wisata sekitar bersifat kondisional, yaitu ramai pada saat akhir minggu dan hari libur.
Alternatif III : Lokasi terletak di desa Bandar Baru, Kecamatan sibolangit, jalan
Jamin Ginting km 45, Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas wilayah 439794 km2. Letak dari permukaan laut 500-1000 m. Berbatasan dengan kota Kabupaten Langkat disebelah Utara dan Barat, Kabupaten Karo disebelah selatan, kabupaten Asahan disebelah timur. Lahan terletak di dataran tinggi dengan keadaan tanah berkontur dengan iklim yang sejuk dan suhunya relatif rendah. Lokasi ini terletak dipinggir jalan lintas Medan-Berastagi sehingga mudah dikenal masyarakat. Luas lahan sekitar 5 Ha. Site terletak 500 m setelah Hillpark, bersebelahan dengan stasiun pemancar RCTI.
(62)
Kelebihan:
Lokasinya berada jauh dari polusi dan kebisingan.
Kondisi alamnya masih cukup asri dan terdapat banyak tumbuhan yang masih hijau.
Lahannya cukup luas sehingga banyak kemungkinan untuk dieksplorasi.
Berada di kawasan wisata Hillpark dan terdapat Green Hill Resort sehingga menarik pengunjung untuk mengunjungi lokasi proyek.
Memiliki suhu yang sesuai dengan kebutuhan hidup tanaman hias.
Berpotensi untuk dapat terus berkembang menjadi daerah wisata alam utama di Sumatera Utara untuk semua lapisan masyarakat.
Dekat dengan sarana transportasi dan fasilitas umum yang mendukung pergerakan pengunjung.
Dekat dengan sumber air, yaitu anak sungai Banua
(63)
Tanaman dalam site berupa hutan bambu yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi bangunan.
Jalan utama merupakan jalan lintas wisata Medan-Berastagi Kekurangan:
Pola pengembangan tempat wisata sekitar bersifat kondisional, yaitu ramai pada saat akhir minggu dan hari libur.
II.3.7.2.b Penilaian Alternatif Lokasi
NO. FAKTOR DAN KRITERIA PEMILIHAN PRIORITAS NILAI KRITERIA ALTERNATIF TAPAK I II III
1. KONDISI TANAH 1
tanah padat 2 2 2 2
tanah rawa 1 1
2. KONTEKS PERUNTUKAN RUTRK 1
Taman Wisata Alam 3 2 3 3
Permukiman 2 2 3 2
Resort 1 1 3 2
3. SALURAN DRAINASE 1
cukup tersedia 3 3 3 3
kurang tersedia 2
tidak ada 1
4. TRANSPORTASI 1
Bus 3 3 3 3
Truk 2 3 3 3
Kendaraan pribadi 1 3 3 3
5. IKLIM SEKITAR 2
mendukung 3 2 3 3
kurang mendukung 2
tidak mendukung 1
6. JARAK KE MEDAN 2
sangat dekat 3 3 2 2
dekat 2
jauh 1
7. PERLUASAN AREAL 2
cukup besar 3 2 3 3
kecil 2
tidak ada 1
8. ALTERNATIF AKSES 2
lebih dari 2 3 2 3 3
2 alternatif 2
1 alternatif 1
9. KESESUAIAN LOKASI 2
sesuai 3 2 3 3
kurang sesuai 2
tidak sesuai 1
10. PENGARUH KE TRAFIK 2
mengurangi 3 3 3 3
tetap 2
menambah 1
11. GENERATOR AKTIFITAS
sangat dekat 3 2 3 2
dekat 2
TOTAL 35 43 40
KETERANGAN :
Prioritas : 1 syarat mutlak (paling utama) 2 tidak mutlak (tidak utama)
(1)
140
Gambar 6.10. Rencana Elektrikal VI.1.10. RENCANA ELEKTRIKAL
(2)
141
(3)
142
(4)
143
Gambar 6.11. Perspektif Bangunan VI.2. PERSPEKTIF BANGUNAN
(5)
144
Gambar 6.12. Perspektif Kawasan VI.3. PERSPEKTIF KAWASAN
(6)
145
DAFTAR PUSTAKA
Soerotaroeno, Iin Hasim, (2002) Tanaman hias Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya.
Indriani, Yuvita Hety,(1995) Hidroponik Tanaman Hias. Jakarta: Penebar Swadya. Zulkarnain, Dr.Prof,(2009) Dasar-Dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara. Braun, hardo, research & technology Buildings. Boston
Brambilla, Roberto and Gianni Longo. For Pedestrian Only. Watson-Guptil Publications, New York.
Ashihara, Yoshinobu. Exterior Design In Architecture. Van Nostrand Reinhold Company. New York.
Todd, Nancy Jack & John Todd. Bioshelters, Ocean Arks, City Farming. Sierra Club Books. San Fransisco.
White, Edward T. Analisis Tapak. Intermatra.
Jeong, Kwang Yeong. Environment & Landscape. Archiworld.
Lippsmeier, Georg, (1994), Bangunan Tropis, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga,
D.K..Chink, Francis, Arsitektur Bentuk, Ruang dan Susunannya, Penerbit Erlangga, Jakarta
WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.