Dampak Umum yang terjadi sebagai Akibat Polemik Surat Kabar

C. Dampak Umum yang terjadi sebagai Akibat Polemik Surat Kabar

Djawi Hisworo

Kasus polemik surat kabar Djawi Hisworo sebenarnya adalah akibat dari pertentangan antara dua ideologi di Indonesia pada zaman pergerakan nasional. Yaitu : ideologi nasionalisme Jawa dan ideologi nasionalisme Islam.

Pertama, ideologi nasionalisme Jawa yang merupakan ideologi yang berkembang di Pulau Jawa(daerah Keraton). Ideologi ini muncul dan berkembang sejak zaman masuknya paham Hindu-Budha di Indonesia dan dikembangkan oleh

penduduk di Pulau Jawa khususnya daerah Keraton. 20 Kaum nasionalisme Jawa

sebagian besar beragama Islam akan tetapi mereka lebih senang melestarikan kebudayaan nenek moyang daripada melaksanakan ajaran Islam dengan benar.

17 Ibid, hlm. 20.

18 Ibid, hlm. 28-31

19 Deliar Noer, 1996, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, hlm. 192.

Orang-orang nasionalisme Jawa seperti Martodarsono sebenarnya tidak terlalu suka dengan model ajaran agama Islam yang asli datang dari negri Arab. Orang- orang nasionalisme Jawa menganggap Islam datang sama hal nya seperti penjajah dari Belanda. Bedanya, ini dilakukan oleh bangsa Arab. Mereka (bangsa Arab) berusaha mempengaruhi perilaku masyarakat Jawa untuk melakukan aktifitas sesuai dengan ajaran agama Islam yang dinilai hanya menguntungkan bangsa Arab. Sebagai contoh orang Islam harus pergi ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, ini berarti akan menguntungkan dan menambah penghasilan dari negara Arab sendiri. Golongan nasionalisme Jawa yang beragama Islam, memang penganut agama Islam tapi mereka hanya menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran nenek moyang. Padahal, ajaran-ajaran tersebut menurut pandangan Islam banyak yang mengandung unsur syirik (menyekutukan Tuhan).

Kedua, ideologi nasionalisme Islam. Ideologi ini merupakan ideologi perjuangan yang hadir karena ingin benar-benar mengamalkan ajaran Islam yang

murni. 21 Menurut kaum nasionalisme Islam seperti Cokroaminoto, Islam merupakan agama perdamaian dan menginginkan kebaikan-kebaikan bagi para pemeluknya. Jadi, mengamalkan ajaran Islam secara benarakan menguntungkan yang menjalankannya dan berdampak baik pula bagi orang lain. Ajaran Islam bagi kaum nasionalisme Islam bukan hanya sekedr agama yang datang dari negri Arab, tapi agama yang sempurna dan paling cocock diamalkan pada zaman sekarang ini. Menurut pandangan kaum nasionalisme Islam, kaum nasionalisme Jawa harus segera diluruskan. Maksudnya cara berfikir mereka mengenai Islam sebagai agama yang diibaratkan sebagai penjajah harus diluruskan. Ajaran Islam bukan murni. 21 Menurut kaum nasionalisme Islam seperti Cokroaminoto, Islam merupakan agama perdamaian dan menginginkan kebaikan-kebaikan bagi para pemeluknya. Jadi, mengamalkan ajaran Islam secara benarakan menguntungkan yang menjalankannya dan berdampak baik pula bagi orang lain. Ajaran Islam bagi kaum nasionalisme Islam bukan hanya sekedr agama yang datang dari negri Arab, tapi agama yang sempurna dan paling cocock diamalkan pada zaman sekarang ini. Menurut pandangan kaum nasionalisme Islam, kaum nasionalisme Jawa harus segera diluruskan. Maksudnya cara berfikir mereka mengenai Islam sebagai agama yang diibaratkan sebagai penjajah harus diluruskan. Ajaran Islam bukan

Pertentangan inilah yang pada akhirnya memancing Martodarsono untuk menulis artikel dalam surat kabar Djawi Hisworo yaitu mengenai kontroversi penghinaan Nabi Muhammad yang berjudul “Percakapan Marto dan Djojo”.

Martodarsono sebagai pimpinan redaksi dan penganut nasionalisme Jawa yang beragama Islam menganggap bahwa minum ciu dan opiat yang saat itu menjadi kebiasaan rakyat Jawa khususnya kalangan Keraton dapat mendekatkan diri kita pada Tuhan. Nabi Muhammad digambarkan dalam artikel tersebut memang suka minum ciu dan opiat seperti rakyat Jawa waktu itu. Ini berarti Martodarsono telah menciptakan nabinya sendiri sesuai dengan falsafah kaum nasionalisme Jawa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Martodarsono bahwa yang dimaksud nabi di sini adalah nabinya masing-masing orang.

Kemunculan artikel ini kemudian berdampak pada semakin rendahnya hubungan antara kaum nasionalisme Jawa dan kaum nasionalisme Islam. Kaum nasionalisme Jawa dengan munculnya polemik Djawi Hisworo tersebut justru semakin dipersalahkan, disudutkan dan dikucilkan oleh kaum nasionalisme Islam. Mereka dianggap bersalah dan bertanggungjawab atas polemik ini. Martodarsono sebagai wakil dari kaum nasionalisme Jawa dianggap telah melakukan pelecehan terhadap agama Islam dan kaum nasionalisme Islam. Bagi kaum nasionalisme Islam polemik tersebut justru menguntungkan, wakil dari nasionalisme Islam yaitu Cokroaminoto mendapatkan dukungan dari kaum nasionalisme Islam yang

kemudian bersatu melawan kaum nasionalisme Jawa dengan cara berusaha melakukan pencekalan terhadap surat kabar Djawi Hisworo dan redakturnya. Hal ini membuat kaum nasionalisme Islam dapat dipersatukan kembali setelah sebelumnya mengalami perpecahan, khususnya di tubuh Sarekat Islam. Melalui Tjokroaminoto lah gerakan mereka terakomodir dalam Tentara Kandjeng Nabi Muhammad (TKNM). Namun Cokroaminoto bukanlah orang yang lugu, keadaan ini kemudian dia manfaatkan untuk kepentingannya sendiri dalam keanggotaannya di Volksraad. Persatuan kaum nasionalisme Islam melalui TKNM dimanfaatkanya guna memperkuat posisinya dalam volksraad (Dewan Rakyat). Cokroaminoto berambisi menjadikan Negara Indonesia sebagai negara

persemakmuran Belanda dengan ideologi Islam bukan negara yang merdeka. 22