Kritik Balik Sarekat Islam Surakarta Terhadap TKNM Terkait

B. Kritik Balik Sarekat Islam Surakarta Terhadap TKNM Terkait

Polemik Surat Kabar Djawi Hisworo

1. Gerakan dari Kelompok Haji Misbach

Semakin tidak jelasnya kepastian terhadap kasus Djawi Hisworo membuat sebagian aktivis SI mulai berbalik arah. Misbach ketika itu, mulai mempersalahkan TKNM. Misbach berharap TKNM menjadi wadah bagi umat muslim di Hindia untuk melawan dominasi kolonial. Tapi harapan terscbut agaknya belum sepenuhnya terpenuhi. Harapan yang diberikan kepada Tjokroaminoto justru tidak digunakan untuk menyelesaikan masalah persoalan

penghinaan nabi tersebut. 6 Padahal salah satu pihak yang awalnya bersemangat

untuk memunculkan kasus tersebut ke permukaan adalah Cokroaminoto, tetapi ia semakin sibuk dengan urusan Dewan Rakyat. Alhasil, TKNM seolah macan ompong. Kelihatan mengerikan tetapi tidak mampu bcrbuat apapun.

Misbach akhirnya memilih untuk tidak berharap banyak pada TKNM. Justru sebaliknya melalui suratkabarnya, Islam Bergerak mengritik TKNM. Bahkan pada 10 Juni 1918, Misbach meloloskan artikel dari Mr Zahid yang isinya

6 A Suryana Sudrajat. 2006, Kearifan Guru Bangsa: Pilar Kemerdekaan, Erlangga: 6 A Suryana Sudrajat. 2006, Kearifan Guru Bangsa: Pilar Kemerdekaan, Erlangga:

"...Dana eomite sekarang soedah djadi sate jang dimakan oleh sepertjik noda pes dan sekarang tinggal toesoeknja sadja. Ingat pemimpin comitc, bangsa soedah siap membangoen kekoeatan loear biasa jang teroes meningkat dari hari ke hari. Dan apa jang telah kamoe lakoekan, pemimpin comite? Bersoeka ria dan berdiam diri.

Djanganlah membisoe, pemimpin comite!. 7

Zaid berpendapat dana tersebut telah lenyap entah kemana. Namun penulis artikel terscbut tidak memerinci sebab hilangnya dana tersebut. Sama seperti Misbach, ia berharap Cokroaminoto segcra bcrgerak karena kekuatan yang terhimpun sudah sedemikian besar. Hingga sampai pertengahan Agustus 1918, kasus Martodharsono tersebut menguap karena tidak ada gerakan nyata dari TKNM.

Ternyata kegiatan TKNM tidak lebih daripada mengumpulkan uang sumbangan dan menyampaikan petisi kepada gubemur jenderal agar Djojodikoro dan Martodharsono dihukum. Namun. tidak lama kemudian, kampanye menghukum keduanya diam-diam diakhiri oleh Cokroaminoto. Dalam hal ini, Hasan bin Semit tidak sependapat, lalu perselisihannya dengan Cokro merembet ke soal uang sumbangan kepada TKNM yang tidak jelas penggunaannya. Hasan bin Semit kemudian keluar dari TKNM dan CSI.

Sebagai salah satu reaksi terhadap kekisruhan itu, Misbach bersama generasi muda santri mendirikan Sidiq Amanat Tableg Vatonah (SATV), untuk menunjukkan satunya kata dan perbuatan sebagai "Islam sedjati", bukan "Islam lamisan". Hal itu berlangsung pada minggu-minggu terakhir Mei 1918, ketika

Volksraad memulai sidangnya yang pertama di Batavia. Termasuk dalam generasi muda santri itu adalah Koesen, Harsoloemekso, Darsosasmito. 8

Misbach menganggap TKNM telah mengkhianati tujuan membela Islam dan memanipulasikannya. Baginya, pegawai keagamaan, kiai, guru ngaji dan orang-orang Arab yang memimpin TKNM itu tidak ada bedanya dengan Martodharsono dan Djojodikoro yang sudah menodai Nabi dan Islam. Kaum muda Islam pun pccah. Misbach kemudian mengambil alih kepemimpinan Medan Moeslimin dari Hisamzaijnie. Dalam artikel pertamanya "Seroean Kita", ia antara lain menulis:

" Njatalah soedah bahwa agama kita Islam di Hindia ini tidak dapat bantoean dari siapa poen. Orang moeslimin jang kaja kaja merika banjak jang tak soeka menetapi prentah agamanja, ia itoe tidak soeka

membantoeken ”. 9

Kasus terkait Martodharsono kemudian memudar seiring dengan berjalannya waktu. TKNM tidak banyak mengambil tindakan atas mengambangnya kasus hukum terhadap Djawi Hisworo. Tokoh-tokoh yang dulunya sepaham dengan Cokro dan TKNM kini mulai memposisikan diri sebagai pengkritik kebijakan Cokro. Islam Bergerak pada 10 Juni 1918 memuat artikel terkait dengan tidak berjalannya TKNM sekaligus menyindir soal dana umat yang tidak transparan . Penggalan tulisan dengan judul “Perasaan tentang adanja Tentara K N Moehammad” tersebut sebagai berikut :

8 Hidoep . “Korban Pergerakan Rakyat”, 1 September 1924 .

... ... sampai saat ini waktoe beloem kelihatan boentoetnja si Comite tadi, saja mendengar djoega soearanja, tetapi tinggal soeara sadja beloem ada njatanja, tjoema sadja saja dengar dari sahabat saja jang boleh dipertjaja, bahwa Comite akan mendirikan sekolah jang ditjampoeri agama Islam, tetapi ja tinggal kabar sadja, alias tida njata.

Sjahadan saja mendengar chabar poela, bahwa kas Comite di Soerabaia ada banjak sekali, ada koeatir sampai sakarang masih nihil, djangan-djangan nanti oeang jang sebanjak itoe dimakan “pest kepala itam" ada-ada sadja. en di Solo ada apa? ja, baroe remboeg sadja. Djangan-djangan nanti wang kas abis di makan “remboeg sadja”

O ja Allah ja Comite, bergeraklah kamoe, kerdjakanlah maksoedmoe pada ini waktoe, en maoe toenggoe apa lagi?? apa toenggoe angin jang akan membawa kaboer wang kasmoe??

Sasoenggoehnja tioeri itoe djika tiada dipraktikan tida ada goenanja, alias kosong sadja, apakah tida maloe kamoe Comite! kamoe telah bertrijak-trijak setinggi langit sap toedjoe, abis bertrijak tinggal angop sadja, bangsa lain tinggal tertawa, tjis tjis tjis kata bangsa lain. “Comite wang kasnja djadi sate, dimakan pest kepala

itam sampai kasnja tinggal meleng”. 10

Ternyata comite TKNM Solo tidak sekedar mengurusi soal kasus pelecehan Islam lewat surat kabar. Beberapa wacana lain yang juga digulirkan adalah pembangunan sekolah dengan pelajaran agama Islam. Disamping itu direncanakan pula pembangunan rumah sekolah dengan subsidi pemerintah. Tapi seperti yang dikatakan penulis arti kelnya “sesoenggoehnja tiori itoe djika tiada dipraktikkan tidak ada goenanja alias kosong sadja ”:

Djikalau comite tida maoe lantas menoetoeti bekerdja, soedah tentoe semangkin lama semangkin djaoeh katjeknja, tjarilah dan koempoelkanlah bangsa kita jang kaja-kaja, dan diberi taoe-Sah, djakatnja saben tahoen soepaja diberikan kepada comite, dan comite moelai sekarang moesti melahirkan maksoednja, jaitoe membikin roemah sekolah jang baik sekali dan dimintakan subsidie kepada Kangdjeng Gouvernement, seberapa begrootingnja diangkat orang banjak jang kaja-kaja itoe perkara tjari goeroe dan bajarannja diremboeg, diblakang asal soedah kelihatan roemah jang baik, nanti gampang sadja, asal ada boektinja lebih doeloe, sasoenggoehnja bangsa kita jang kaja ini masih banjak jang beloem mengarti, djadi kalau beioem ada boektinja masih beloem pertjaja, takoet kalau-kalau wangnja tjoema dimakan pest sadja, memang doeloe-doeloenja soedah banjak pest jang soeka makan wang kas perkoempoelan itoe .

Tjobalah perhatikan voorstel saja ini, dan djangan ajal lagi atas voorstel saja ini djikalau t. t pengandjoer comite masih menggoenakan kemalesannja, soedah tentoe tiada akan bisa kedjadian maksoednja

comite. 11

2. Gesekan Kepentingan Kepemimpinan SI Surakarta

Adanya gejolak terkait TKNM yang belum mereda itu, terjadi gesekan kepentingan dalam tataran elit pusat dan Surakarta. Upaya sayap radikal SI Surakarta untuk mengambil-alih kepemimpinan SI Surakarta berlangsung kira- kira sebagai berikut: Tampuk kepemimpinan SI Surakarta berada di tangan dua kelompok. Yang satu merupakan pendukung Samanhoedi dan anti- Tjokroaminoto, kebanyakan saudagar batik dari Laweyan. Yang kedua pendukung Tjokroaminoto, terdiri dari pemimpin TKNM Surakarta yang sebagian besar adalah ulama dan Arab. Kedua kelompok itu sama-sama tidak aktif melibatkan SI Surakarta dalam pergerakan sehingga itulah yang sesungguhnya menyatukan mereka. Dengan kata lain, karena sikap mereka tersebut, SI Surakarta hanya tinggal nama saja.

Pihak yang bergerak mengambilalih kepemimpinan SI Surakarta juga ada beberapa kelompok. Pertama adalah kelompok Sidiq Amanah Tabligh Vatonah (SATV) yang dipimpin oleh Misbach, dengan corongnya Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Yang kedua, Toenggal Boedi dan Djawa Dipa. Toenggal Boedi didirikan pada Mei 1918, dipimpin oleh Djojopanatas, Tirtodanoedjo, dan Soedarman yang juga ketua PPPB. Djawa Dipa Surakarta dipimpin oleh Sosrokardono dan Tirtodanoedjo (bekas pemimpin Darma Kanda). Kebetulan Djojopanatas ialah mertua Sosrokardono dan Moedi Wignjosoetomo. Dalam Pihak yang bergerak mengambilalih kepemimpinan SI Surakarta juga ada beberapa kelompok. Pertama adalah kelompok Sidiq Amanah Tabligh Vatonah (SATV) yang dipimpin oleh Misbach, dengan corongnya Medan Moeslimin dan Islam Bergerak. Yang kedua, Toenggal Boedi dan Djawa Dipa. Toenggal Boedi didirikan pada Mei 1918, dipimpin oleh Djojopanatas, Tirtodanoedjo, dan Soedarman yang juga ketua PPPB. Djawa Dipa Surakarta dipimpin oleh Sosrokardono dan Tirtodanoedjo (bekas pemimpin Darma Kanda). Kebetulan Djojopanatas ialah mertua Sosrokardono dan Moedi Wignjosoetomo. Dalam

Poerwodihardjo yang juga sekretaris TKNM Surakarta. 12

Sejak Agustus 1918, kelompok ini mulai aktif bergerak. Pemogokan buruh percetakan (PBT) yang dipimpin oleh Santoso adalah gerakan yang pertama. Gerakan ini kemudian disusul dengan terbentuknya Fonds Sarnarasa atas prakarsa Sosrokoernio. Pemogokan itu disokong oleh SI Semarang dan oleh Insulinde. Dalam rapat pimpinan CSI di Surabaya pada 15 Februari 1919, atas desakan Marco dan Semaoen, disetujui untuk mengaktifkan SI Surakarta dengan Marco sebagai ketua, Misbach wakil ketua, dan Hadiasmara sekretaris. Kondisi SI di bawah Marco tidak berjalan dengan begitu baik karena kapasitas Marco lebih pada aktivis jurnalis bukan sebagai front terdepan organisasi. Kondisi demikian sebenarnya sudah terjadi sebulan sebelumnya. Dorongan kepada SI Solo untuk bangkit oleh kubu Samahudi muncul kembali. Samanhudi/papahnja SI diangkat

sebagai pelindung SI (bukan pengurus). 13 Darmo Kondo pada 20 Januari 1919

memuat kabar usulan pembentukan pengurus SI Solo lagi. Mereka adalah :

1. T. H. Samanhoedi (beschremheeren)

2. T. M Marco (president)

12 Parakitri T Simbolon, 2006, Menjadi Indonesia, Yogyakarta: Kompas Media Nusantara, hlm. 592-594

3. R. Ng Wiroekoesoemo (vice president)

4. M. H Abdoelsalam (thesaurer)

5. R. Hadiasmoro (Sekretaris 1)

6. R. Wirowongso (Sekretaris 2)

7. M. Ng. Darsosasmito

8. R. Ng. Djiwopradoto

9. M H Misbach

10. M Soekarno 14

Begitulah usulan tersebut dibuat agar menjadi perhatian. Terdapat juga tambahan kalimat-kalimat yang menyindir di antara tulisannya tersebut. Bahwasanya menjadi penuntun pergerakan rakyat hanyalah untuk kemanusiaan jadi jangan dipergunakan sebagai alat pencari kekayaan.

Penoentoen pergerakan rakjat jang tertindas djangan mentjari KEKAJAAN, tetapi mentjari KEMANOESIAAN! Doea patah perkataan itoe manalah jang mesti dipilih oleh penoentoennja SI Solo jang akan datang? Pikirlah sampai masak!!

Djangan seperti anak ketjil!! 15

Konsentrasi kaum pergerakan memang terbiasa terbang dalam beberapa aktivitas yang sama. Tapi kelesuan dari SI Solo memang mulai menjamur. Biarpun demikian, ada usaha-usaha yang dilakukan demi tercapainya kesuksesan seperti yang pernah terjadi dulu.

Rapat besar bersama antara PKBT, SI Surakarta, dan Insulinde pada 18 Februari 1919, keputusan CSI ini diumumkan. Segera Marco menerbitkan corong SI yang baru berupa mingguan, Medan Bergerak. Pada awal Maret 1919,

14 Darmo Kondo, 20 Januari 1919

Hadiasmara dan kawan-kawannya mendesak agar diadakan rapat umum SI Surakarta untuk menghidupkannya kembali. Diusulkan pula agar SI Surakarta bergabung dengan CSI. dan Samanhoedi hanya dijadikan sebagai ketua kehormatan tanpa wewenang memberi nasihat.

Rapat umum itu jadi diadakan di Sriwedari pada 6 April 1919 ketika gerakan tani yang dipimpin oleh Misbach dan Insulinde sedang memuncak. Khawatir SI Surakarta akan betul-betul dikuasai oleh Misbach, Marco, dan sekutunya, Samanhoedi dan seluruh pendukungnya ramai-ramai datang dalam rapat umum. Mereka berhasil menguasai jalannya rapat dan menggagalkan upaya Marco dan Misbach untuk mengambil alih kepemimpinan.

SATV mengadopsi sistem tabligh yang dilaksanakan oleh Muhammadiyah. Tradisi tabligh K.H. Ahmad Dahlan itu dilembagakan dalam pendidikan guru agama, mula-mula dalam Kweekschoool Muhammadiyah (1918) kemudian menjadi Madrasah Mu'ailimin Muhammadiyah dan Madrasah Mu'allimat Muhammadiyah (1930). Lulusan sekolah-sekolah itu dikirim ke daerah-daerah untuk bertabligh. Para muballigh tentu saja termasuk ahli syariah, sckalipun tidak pcrnah discbut sebagai virtuosi, tctapi qua ilmu mercka

sebenarnya pantas disebut demikian. 16

Berbeda dengan Misbach, Ahmad Dahlan memiliki sikap tersendiri dalam melawan gejolak Jawaisme yang masih kental. Dalam menghadapi Jawaisme, K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode positive action (dengan mengedepankan amar maruf dan tidak secara frontal mcnycrangnya (nahi munkar). Rupanya metode ini diambil Dahlan karena ia sadar betul bahwa cita- Berbeda dengan Misbach, Ahmad Dahlan memiliki sikap tersendiri dalam melawan gejolak Jawaisme yang masih kental. Dalam menghadapi Jawaisme, K.H. Ahmad Dahlan menggunakan metode positive action (dengan mengedepankan amar maruf dan tidak secara frontal mcnycrangnya (nahi munkar). Rupanya metode ini diambil Dahlan karena ia sadar betul bahwa cita-

Kasus yang dapat menjadi petunjuk tentang sikap tout comprendre est toutpardonner (mengerti berarti memaafkan) dari Ahmad Dahlan terhadap Jawaisme ialah kasus Djawi Hisworo. Martodarsono dikabarkan dapat

menunjukkan surat dukungan dari K.H. Ahmad Dahlan. 18 Lingkup kasus Djawi

Hisworo yang terjadi pada awal tahun 1918 itu berskala kecil dan dapat diselesaikan dengan militansi Islam yang kecil pula. 19