Tinjauan tentang Pusat Perbelanjaan

F. Tinjauan tentang Pusat Perbelanjaan

1. Pengertian Pusat Perbelanjaan

Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi) dibidang barang maupun jasa yang bersifat kegiatannya untuk melayani umum dan lingkungan sekitarnya atau dapat juga diartikan sebagai tempat perdagangan eceran atau retail yang lokasinya digabung dalam satu bangunan atau kompleks. Hal ini dapat dilihat pada definisi pusat perbelanjaan di bawah ini.

Menurut Jeffrey D. Fisher, Rober. Martin dan Paige Mosbaugh (1991:

21) definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada, toko grosir dan tempat parkir.

Menurut Manson, Mayer dan Wilkinson (1993: p.771) pusat perbelanjaan adalah “A cluster of retail outlets under a single roof that

1 A. B. Susanto, Managing Partner The Jakarta Consulting Group, 1 A. B. Susanto, Managing Partner The Jakarta Consulting Group,

Bloch, Ridgway dan Nelson (1991: p.445-456) mengatakan bahwa pusat perbelanjaan telah menjadi pusat perkumpulan, menawarkan daya tarik rekreasi pada pengunjung seperti musik, bioskop, permainan, aktifitas seperti makan di luar, menghadiri pertemuan dan bertemu dengan teman.

Pusat perbelanjaan tidak hanya sebagai tempat untuk membeli produk atau jasa dapat juga sebagai tempat untuk melihat-lihat, memegang, tempat bersenang-senang, tempat rekreasi, tempat yang dapat menimbulkan rangsangan yang mendorong orang untuk membeli dan bersosialisasi dengan tujuan untuk tempat bersantai juga dapat terjadi.

2. Perkembangan Pusat Perbelanjaan

Kegiatan berbelanja merupakan aktifitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia dalam masyarakat. Sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi, maka pusat perbelanjaan juga mengalami perkembangan. Dari sini pengertian berbelanja tidak hanya terbatas pada transaksi jual beli antara konsumen dan produsen namun kearah Kegiatan berbelanja merupakan aktifitas manusia sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan hampir setiap manusia dalam masyarakat. Sejalan dengan kemajuan di bidang teknologi, maka pusat perbelanjaan juga mengalami perkembangan. Dari sini pengertian berbelanja tidak hanya terbatas pada transaksi jual beli antara konsumen dan produsen namun kearah

Menurut jenis fisik dari bangunan, toko dibedakan menjadi:

Shopping Street: toko-toko yang berderet di sepanjang kedua sisi jalan. Shopping Center: kompleks pertokoan yang terdiri dari stan toko yang

disewakan atau dijual. Shopping Precinct: kompleks pertokoan dimana bagian depan stan-stan (toko) menghadap ke ruang terbuka yang bebas dari kendaraan. Departement Store: merupakan toko yang sangat besar, terdiri dari beberapa lantai, menjual macam-macam barang. Supermarket: toko yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari

dengan “self service”. Super Store: toko satu lantai yang menjual barang-barang kebutuhan

sandang dengan sistem “self service”. Shopping Mall: shopping prencinct dimana ruang terbuka (mall)

merupakan pusat orientasi dari kompleks pertokoan ini. Retail Shop: toko eceran yang menjual bermacam-macam jenis barang. Whole Sale: toko yang menjual berbagai macam barang secara grosir.

b. Menurut variasi barang yang di jual

Adalah toko yang menjual barang menurut barang yang dijual yaitu :

Speciality Shop: toko yang menjual barang sejenis seperti sepatu, pakaian dan sebagainya.

Variety Shop: toko yang menjual bermacam-macam barang dengan skala kecil (Beddington, 1982 : 113).

c. Menurut lokasi dan kemampuan pelayanan Yaitu pusat perbelanjaan yang dibedakan berdasarkan penyewa utama, antara lain :

Neighbourhood Shopping Center: terdiri dari sebaris toko atau lebih yang berparalel dengan jalan raya, juga dengan pusat pelayanan sehari-

hari bagi penduduk suatu lingkungan yang berjumlah 300 sampai 30.000 penduduk. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya supermarket.

Community Shopping Center: terdiri dari satu atau beberapa baris toko yang lebih besar dan neighbourhood, dengan jangkauan pelayanan meliputi 30.000 penduduk sampai 200.000 penduduk. Barang yang

diperdagangkam pada umumnya kebutuhan sekunder. Pusat perbelanjaan ini penyewa utamanya junior departement store yang memberi harga obral serta specialy goods, seperti: sepatu, pakaian dan sebagainya.

Regional Shopping Center: pusat perbelanjaan dengan penyewa utama satu atau lebih departement store yang lengkap dengan 50 sampai 100 toko dan fasilitas lainnya dengan jangkauan pelayanan meliputi 200.000

sampai 1.000.000 penduduk.

d. Menurut fungsi kegiatan Yaitu pusat perbelanjaan yang dilihat dari fungsi dan kegiatan yang ada pada bangunan. Macam-macamnya adalah:

Murni: pusat perbelanjaan yang tidak hanya sebagai tempat berbelanja tetapi juga suatu “Community Center”.

Multi Fungsi: merupakan fungsi sama dengan pusat perbelanjaan murni, tidak hanya kegiatan berbelanja dan rekreasi, tetapi juga

mempunyai kegiatan perkantoran atau apartemen. fX lifestyle X’nter memposisikan dirinya bukan mal, ataupun plaza,

akan tetapi sebagai pusat gaya hidup. Dalam hal ini fX termasuk kategori pusat perbelanjaan Multi Fungsi yang di dalamnya terdapat berbagai fasilitas bisnis dan hiburan seperti fPOD ruang berfasilitas bisnis maupun hiburan, fCONE ruang seminar yang bermulti fungsi, apartement, fX Music studio musik, Digital Sky F1 Atrium dilengkapi beragam visual bagian plafon lobby beserta screen oval yang dioptimalkan sebagai pendukung pameran di dalamnya, ATMOSTFEAR dry slider hiburan yang memacu adrenalin dan penghilang stres serta F1 Atrium khusus untuk pameran seluncur Atmostfear (dry slider), termasuk area landing-nya. Selain itu terdapat tenant yang beragam seperti shopping center pada umunya, antara lain resto, café, coffee shop, bar & lounge, club, fitness center, yoga & spa, beauty center, hair salon, gourmet delicatessen, music & gadget center, hobbies store, cinema, dan tour & travel.

e. Menurut konfigurasi bangunan Merupakan hal yang penting dari proses perancangan site bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan bagi developer adalah menentukan pola bangunan dan menempatkan penyewa utama. Penyewa-penyewa ini di atas e. Menurut konfigurasi bangunan Merupakan hal yang penting dari proses perancangan site bagi penyewa maupun developer. Pertimbangan bagi developer adalah menentukan pola bangunan dan menempatkan penyewa utama. Penyewa-penyewa ini di atas

Bentuk linier dan variasinya: bentuk linier merupakan suatu deretan toko- toko yang membentuk garis lurus yang dipersatukan oleh kanopi dan

pendestrian yang terdapat di sepanjang depan toko-toko. Bangunan tipe ini biasanya dimundurkan diri batas jalan dan sebagian besar parkir terletak antara jalan dan bangunan. Pengaturan dengan tipe ini paling sering diterapkan pada neighbourhood shopping center dengan peletakan penyewa- penyewa utama pada ujungnya. Bentuk L dan U merupakan perkembangan dari bentuk linier. Bentuk L dan U diterapkan pada neighbourhood shopping center yang besar dan community shopping center yang kecil, sedangkan bentuk U sesuai dengan community shopping center yang besar.

Mal: merupakan daerah bagi pejalan kaki yang terletak diantara bangunan linier yang berhadapan, kemudian mal menjadi daerah bagi pejalan kaki

untuk hilir-mudik dalam berbelanja. Mal telah menjadi standart regional shopping center dan sedang diterapkan pula pada community shopping center .