STUDI LAPANGAN

BAB III STUDI LAPANGAN

A. TINJAUAN UMUM 1.Asumsi Lokasi

Pertimbangan Perancangan Lokasi Secara Umum Dalam penentuan loksai Solo Batik Center diperlukan suatu pertimbangan yang matang dan faktor pendukung antara lain :

1. Lokasi Strategis dan mudah dijangkau

2. Terletak ditengah kota namun tetap mempunyai tingkat ketenangan yang memadai untuk relaksasi.

3. Lokasi tersebut dekat dengan Pusat Kegiatan Masyarakat

Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka lokasi yang ditentukan yaitu di daerah Jl.Slamet Riyadi, Surakarta, yang merupakan kawasan kegiatan masyarakat Surakarta. tepatnya berdekatan dengan museum Radya Pustaka, lokasi ini dianggap tepat karena lokasinya di tengah kota serta dekat dengan pusat kegiatan batik di kota surakarta.

Ket :

A. Museum radya pustaka

B. Kampung Laweyan

C. Kampung Kauman

(Gambar 3. 1 Peta Kota Surakarta,Denah Lokasi) (Sumber : google map)

commit to user

Letak geografis kota Surakarta berada di antara 110 45’15’ -110 45’35’ Bujur Timur ; 70 36’-70 56’ Lintang Selatan. Daerah-daerah yang berbatasan dengan

wilayah kota Surakarta :

a. Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali

b. Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

c. Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo

d. Sebelah barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

Kota Surakarta berada didataran rendah,antara kaki Gunung Lawu dan Gunung Merapi, dua buah sungai; kali Pepe dan kali Jenes membelah tengah kota, sungai Bengawan Solo mengalir disebelah Timur kota. Luas wilayah kota

Surakarta adalah 44.04km 2 .

(Gambar 3. 2 Peta Kota Surakarta )

(Sumber : www.google.com)

commit to user

 Potensi Ekonomi

Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah. Persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah merupakan daerah penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat maupun DKI Jakarta. Persisnya, terletak di sebelah Selatan.Daerah ini, menempati posisi letak yang sangat strategis. Jalur transportasi darat, sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain. Jalur Kereta Api (KA), sebagai penghubung kota besar di Pulau Jawa. Belum lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi Sumarmo ditingkatkan dari penerbangan domistik menjadi ke Internasional. Tidak aneh, bila kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai aktivitas manusia. dengan jumlah penduduk 550.251 jiwa berdasar sensus tahun 2000. Tingkat pertumbuhan 0,77% per tahun. Kepadatan rata-rata 117 jiwa per ha. Sedang tingkat kemakmuran tercermin dalam income per kapita Rp. 2.147.830.

A.Potensi Iklim dan Cuaca

1)

Suhu Udara kota Surakarta termasuk dalam kelompok iklim tropis panas pada daerah equator 7,5 0 LS, 111 0 BT. Perbedaan temperatur pada wilayah equator pada umumnya berkisar antara 8 0 C dengan maksimal temperatur pada siang hari berkisar 30 0 C dan malam hari 24 0 C. suhu rata-rata tercatat pada tahun 1995 maksimal 32,64 0 C dan minimal 19,82 0 C.

commit to user

Curah hujan yang tejadi pada wilayah tropis equator pada umumya antara 2000 – 5000 mm/th dengan maksimal curah hujan sebesar 500 mm/bl pada musim penghujan, dan 50 mm/bl pada musin kemarau . Pada tahun 1994 di Surakarta banyaknya curah hujan maksimal adalah 2790 mm/ bulan dan minimal 30 mm/ bulan.

3) Kelembaban Udara Kelembaban udara relatif umumnya berkisar 75 % dan dapat terjadi antara 55 – 100 % yang relatif basah. Pada tahun 1995 kelembaban udara yang terjadi di kota surakarta adalah 74 %. wilayah kota Surakarta adalah

44.04km 2 .

4.Perkembangan Potensi Kota

Sejalan dengan pertumbuhan penduduk Surakarta yang besar, bidang perekonomian juga tumbuh pesat. Untuk mendukung pesatnya aktivitas ekonomi tersebut, di Surakarta telah tersedia sarana dan prasarana seperti jalan yang panjang keseluruhan mencapai 591 Km yang pada umumnya dalam kondisi baik. Pusat-pusat perekonomian dan fasilitas komersial yang terdapat di Surakarta dapat dikelompokkan antara lain :

a. Fasilitas Perdagangan Meliputi fasilitas pertokoan, pasar skala kota dan supermarket. Kegiatan ini

tumbuh dan berkembang di jalur-jalur pergerakan lalulintas kota yang kemudian berfungsi sebagai jalur ekonomi kota.

commit to user

Tumbuh di sepanjang Jalan Slamet Riyadi, Jalan Yosudarso, Jalan Diponegoro, Jalan Dokter Rajiman, Jalan Honggowongso, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Jenderal Urip Sumoharjo, kawasan Secoyudan, pusat grosir dan perbelanjaan Beteng.

2) Pasar skala kota Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Kliwon, Pasar Kadipolo, Pasar Hardjodaksimo, Pasar Legi, Pasar Gading.

3) Supermarket Kawasan Purwasari, kawasan Secoyudan ( singosaren ), Jalan Honggowongso, Jalan Jend. S. Parman, Jalan Gading barat.

b. Fasilitas Jasa Komersial Meliputi fasilitas-fasilitas akomodasi ( hotel, losmen ), jasa keuangan atau

perbankan, serta perkantoran perdagangan.

c. Sarana lain yang cukup penting Adanya terminal angkutan darat dan bandara Adi Sumarmo yang telah

mulai dipersiapkan untuk penerbangan internasional.

5.Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Surakarta

Menurut Permendagri no.2 tahun 1987 yang dimaksud dengan rencana pemanfaatan ruang kota mencakup arahan pemanfaatan ruang yang menggambarkan lokasi intensitas tiap penggunaan, baik kegiatan fungsi primer dan fungsi sekunder yang ada di dalam kota sampaiu akhir tahun perencanaan. Jadi dalam hal ini mencakup materi yang berupa pengaturan lokasi dan luas lahan yang dirinci dalam Sub Wilayah Pembangunann (SWP), untuk kegiatan primer maupun sekunder.

commit to user

dipertimbangkan atas kenyataan fisik, sodial, ekonomi dan budaya masyarakat dan kotanya, agar dicapai suatu perimbangan penggunaan ruang yang efisien, harmonis dan wajar. Secara lebih konkret, konsep rencana pemanfaatan ruang kota akan disusun dengan mempertimbangkan potensi setiap lokasi terhadap kegiatan yang ada sekarang dengan mengingat :

a. Ketersediaan lahan kota.

b. Keterkaitan antar kegiatan.

c. Sifat fleksibilitas suatu kegiatan.

d. Peranan dan fungsi kawasan tersebut terhadap kota.

e. Karakteristik budaya masyarakat.

f. Peninggalan budaya dan sejarah kota. Adapun kegiatan-kegiatan yang disediakan ruangnya didalam wilayah kota Surakarta mengacu pada pengembangan fungsi-fungsi kota Surakarta di masa mendatang (2013), yakni :

a. Penyediaan areal pusat pariwisata.

b. Penyediaan areal pusat pengembangan kebudayaan.

c. Penyediaan areal olahraga.

d. Penyediaan areal relokasi industri.

e. Penyediaan areal perluasan dan pembangunan pendidikan.

f. Penyediaan areal pusat perdagangan, pertokoan dan perbelanjaan.

g. Penyediaan areal pusat perkantoran/pusat administrasi.

h. Penyediaan areal lingkungan perumahan.

commit to user

tahun 2013 ini merupakan aktivitas-aktivitas primer bagi kota Surakarta. Berdasar faktor lokasi, kecenderungan perkembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan pengembangan maka potensi lokasi untuk penyediaan ruang dari kedelapan fungsi tersebut nampak dalam tabel berikut ini ( lembar berikutnya )

6.Penataan Bangunan Kota Surakarta

a. Penataan Lingkungan dan Bangunan Penataan kepadatan bangunan pada penggal jalan utama untuk tiap SWP di kota Surakarta :

1) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) tinggi (>75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 4 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan.

2) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) sedang (50 - 75%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) maks. 8 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 Lantai untuk perumahan.

3) Kawasan peruntukan Angka Lantai Dasar (ALD) rendah (20 - 50%), untuk bangunan dengan Ketinggian Bangunan (KB) min. 9 Lantai, yang berfungsi komersial di daerah perdagangan, serta KB maks. 2 Lantai untuk industri.

b. Penataan Bangunan Bertingkat banyak

1) Sangat Potensial

commit to user

Gatot Subroto, dan Dr. Rajiman (Coyudan)

2) Potensial Sepanjang jalan A. Yani, Kapt. Mulyadi, Gajah Mada, Sutan Syahrir, S. Parman, Sudiarto, Veteran, Honggowongso, dan Kol. Sutarto.

3) Cukup Potensial Sepanjang jalan R.M Said, Akhmad Dahlan, Juanda Teuku umar, Ronggowarsito, Kartini, Monginsidi, Dr. Rajiman (Laweyan), Adi Sucipto, Dr. Moewardi, dan Katamso.

4) Kurang Potensial Sepanjang jalan Kyai Mojo, Cokroaminoto, Suryo, Yosodipuran, Bhayangkara, Perintis Kemerdekaan, Dr. Wahidin, Hasanuddin, MT Haryono, Ir. Sutami, dan Sugiyono

5) Tidak Potensial Sepanjang jalan Cipto Mangun Kusumo, Sugiyopranoto, Prof. Dr. soeharso, Mangun Sarkoro, Adi Sumarmo, dan Ki Hajar Dewantara.

c. Penataan Perpetakan Bangunan jalan-jalan Utama

1) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak > 5000 m 2

untuk KB min. 9 lantai.

2) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak 2000 -

5000 m 2 untuk KB max. 8 lantai.

commit to user

KB max. 4 lantai.

4) Kawasan peruntukan dan penggal jalan dengan petak < 1000 m 2 untuk KB max. 2 lantai.

d. Penataan Ketinggian Bangunan Materi atau kirteria perancangan yang diatur dalam penataan ketinggian bangunan adalah jumlah lantai ketinggian bangunan maksimum pada jalan- jalan utama di tiap Sub Wilayah Pengembangan Kota Surakarta yaitu:

1) Ketinggian bangunan sangat rendah, yaitu blok dengan bangunan tidak bertingkat maksimum 2 lantai dengan tinggi puncak dasar dan dengan Angka Luas Lantai = 2 x Angka Lntai Dasar

2) Ketinggian Bangunan Rendah, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimim 4 lantai dengan tinggi puncak maksimum 20m dan minimum 12m dan lantai dasar dan dengan Angka Luas Lantai maksimum =4xAngka Lantai Dasar.

3) Ketinggian Bangunan Sedang, yaitu blok dengan bangunan bertingkat maksimum 8 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimim 36m dan minimum 24m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai maksimum =8xAngka Lantai Dasar. Ketinggian Bangunan Tinggi, yaitu blok dengan bangunan bertingkat

minimum 9 lantai dengan tinggi puncak bangunan minimum 40m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai minimum=9xAngka Lantai Dasar, maksimum

20 lantai dengan tinggi puncak bangunan maksimum 84m dari lantai dasar dan Angka Luas Lantai =20xAngka Lantai Dasar.

commit to user

Tinjuan Lapangan

1. Museum Batik Danar Hadi Surakarta

(Gambar 3. 3 Museum Danar Hadi) (Sumber : Dok. Pribadi)

Museum danar Hadi terletak di Jl. Slamet riyadi 261 – 263, Surakarta. Museum ini diprakarsai oleh Bp. Santosa doellah pemilik perusahaan batik Danar Hadi. Museum yang diresmikan pada tanggal 20 Oktober 2000 oleh wakil presiden RI Megawati Soekarno Putri ini memiliki koleksi batik kurang lebih 10.000 potong, yang berasal dari koleksi pribadi Bapak Santosa Doellah, yang ditata dalam 11 ruangan dan dibagi berdasarkan tema dan asal batik.

Koleksi di dalam museum ini antara lain mencakup Batik Belanda (batik yang dibuat oleh para pengusaha Belanda di Jawa pada masa kolonial), Batik Keraton (Surakarta, Yogyakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran), Batik Pengaruh Keraton (Batik Madura, Cirebon, Garut, Tasikmalaya), Batik Sumatra (batik yang diproduksi di Sumatra, seperti Batik Jambi dan Batik Lampung), Batik Sudagaran (batik yang dibuat oleh para pengusaha batik), Batik Petani (batik yang dibuat oleh kaum petani untuk dikenakan sehari-hari), Batik Indonesia (batik yang dikembangkan oleh Bung Karno untuk menjadi pakaian nasional), dan Batik Cina (batik dengan motif yang dipengaruhi budaya Cina, umumnya diproduksi di Pekalongan, Semarang, Demak, Lasem dan Kudus). Selain menampilkan koleksi batik, museum ini juga memiliki peragaan alat-alat dan

commit to user

pembuatan batik di pabrik milik Danar Hadi yang terletak di bagian belakang museum.

a. Fasilitas dan Tema Fasilitas yang ada pada House of Danar Hadi antara lain Showroom Batik Danar Hadi (Menyediakan beraneka ragam produk batik eksklusif dan juga cinderamata khas Solo, beragam jenis batik mulai dari batik tulis, batik cap, maupun batik printing tersedia dengan harga yang bervariasi) , Museum Batik Kuno (Memamerkan koleksi batik-batik kuno dari berbagai kurun waktu sebelum dan sewaktu penjajahan Belanda dan Jepang sampai saat kemerdekaan Indonesia) , Workshop Batik Tradisional, Ndalem Wuryaningratan, Sasana Mangunsuka, Café. Tema pada House of Danar Hadi ini adalah modern klasik.

b. Elemen Pembentuk ruang - Dinding Dinding pada bangunan ini mengaplikasikan perpaduan finising berupa cat, material kayu dan kaca.

- Lantai Lantai menggunakan perpaduan keramik dan parquet. - Ceiling Ceiling yang di gunakan berupa gypsum board dengan finishing cat plafon warna putih.

c. Interior Sistem - Penghawaan

commit to user

ruangan maka pengawaan yang digunakan adalah penghawaan buatan dengan menggunakan AC split.

- Pencahayaan Pencahayaan pada siang hari sebagian menggunakan pencahayaan alami dari bukaan jendela serta dinding kaca. Namun tetap menggunkan bantuan pencahayaan buatan.

- Akustik Akustik pada bangunan dilakukan dengan aplikasi kayu pada dinding untuk mengurangi kebisingan dari luar sedangkan untuk ruangan yang memerlukan ketenangan diletakkan lebih kedalam sehingga kebisingan terkurangi oleh jarak.

d. Furniture Furniture yang digunakan menggunakan meterial kayu dengan finishing

melamik warna natural agar kesan alami dapat terwujud, desain yang digunakan merupakan perpaduan etnik dengan modern

Foto survey lapangan :

(Gambar 3. 4 Display Batik Belanda)

(Dok.Pribadi)

commit to user

(Gambar 3. 5 Display Batik Pengaruh Keraton) (Dok.Pribadi)

Pada display batik pengaruh keratin, tidak terlalu memiliki interior yang khas, dinding yang di cat putih dan lantai keramik yang hanya diberi beberapa karpet berwarna merah bermotif floral.

(Gambar 3. 6 Display Batik Pengaruh Cina) (Dok.Pribadi)

Pada display batik pengaruh cina, suasana ruangan terlihat dominan warna merah, selain karena adanya gebyok dengan motif dan warna khas oriental, juga karena kain batik yang ditampilkan mayoritas memiliki warna dasar merah.

(Gambar 3. 7Display Batik)

(Dok.Pribadi)

commit to user

(Gambar 3.8Display Batik) (Dok.Pribadi)

Pada display batik jawa, digunakan sebuah gebyok sebagai unsure dekoratif ruangan. Pada gambar sisi kiri ruangan display batik ditambahkan kayu-kayu utuh ukuran sedang yang dipasang melintang diantara dinding.

(Gambar 3.9 Workshop Batik)

(Dok.Pribadi)

commit to user

(Gambar 3.10 Batik Mahkota Laweyan) (Dok.Pribadi)

Batik Mahkota adalah penerus dari “Batik Puspowidjoto” yang berdiri sejak tahun 1956 di Sayangan Kulon no 9 Laweyan Solo. ”Batik Puspowidjoto”

didirikan oleh almarhum/almarhumah Bpk. Radjiman Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowijoto dengan produksi batik tradisionil tulis dan cap yang salah satunya terkenal bermerk ”Mahkota PW”. Produk yang menjadi unggulan pada masa itu adalah batik motif ”Tirto Tejo”. Sepeninggal pendirinya, antara tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 ”Batik Puspowidjoto” mengalami kevakuman

produksi.

Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik pada tanggal 25 September 2004, memacu para pengusaha batik yang telah lama mengalami kevakuman untuk berproduksi kembali. Salah satu perusahaan batik yang bangkit

kembali adalah ”Batik Puspowidjoto” dengan menggunakan nama ”BATIK MAHKOTA LAWEYAN”. BATIK MAHKOTA LAWEYAN didirikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh salah satu puteri Bpk/Ibu Puspowidjoto (Juliani

commit to user

dari perusahaan ini adalah batik tulis mode

e. Fasilitas dan Tema Fasilitas yang ada pada Mahkota Batik Laweyan antara lain galeri Batik, workshop pelatihan batik dan shop Elemen Pembentuk ruang - Dinding Dinding yang digunakan pada mahkota batik laweyan menggunakan material kayu dan dinding batu bata.

- Lantai Lantai menggunakan keramik dan concrete kasar. - Ceiling Ceiling yang di gunakan berupa gypsum board dengan finishing cat plafon warna putih.

f. Interior Sistem - Penghawaan Mahkota Batik Laweyan menggunakan penghawaan alami yang berasal dari bukaan-bukaan bangunan.

- Pencahayaan Pencahayaan pada siang hari sebagian menggunakan pencahayaan alami dari bukaan jendela serta dinding kaca. Namun tetap menggunkan bantuan pencahayaan buatan.

g. Furniture

commit to user

melamik warna natural agar kesan alami dapat terwujud, desain yang diguakan adalah desain etnik.

Foto Survey lapangan:

(Gambar 3.11 display penyimpanan Batik) (Dok.Pribadi)

Display penyimpanan batik menggunakan furniture yang terbuat dari kayu dengan finishing polyture. Furniture tang digunakan adalah furniture model jawa klasik, yang menurut pengelolanya memiliki usia puluhan tahun.

b) c) d) e) f)

(Gambar 3.12 display Batik) (Dok.Pribadi)

Pada display batik yang terletak disebelah kiri display penyimpanan batik, menggunakan bahan display berupa bambu yang disusun bertingkat, untuk display kain batik.

commit to user

(Gambar 3.13 pencahayaan di galeri) (Dok.Pribadi)

Pencahayaan pada Galeri menggunakan pencahayaan alami yang dipasang di plafond dan lampu gantung.

(Gambar 3.14 Lantai pada Galeri) (Dok.Pribadi)

Material lantai yang digunakan pada galeri adalah keramik. Motif keramik dipilih yang menyerupai marmer. Pemilihan motif dan warna keramik terlihat sesuai dengan penggunaan urniture dan penggunaan lampu gantung dengan model jawa klasik

(Gambar 3.15display Batik Bagian depan)

(Dok.Pribadi)

commit to user

(Gambar 3.16 workshop batik) (Dok.Pribadi)

Bagi para pengunjung yang ingin kursus batik secara intensif. Disediakan tempat kursus bersebelahan dengan workshop yang ada di belakang rumah. Letak workshop sedikit terpencil karena untuk melewati workshop, pengunjung harus melewati dapur milik pemilik mahkota batik laweyan, hal ini dirasa kurang nyaman dan kurang aman.

(Gambar 3.17 workshop batik) (Dok.Pribadi)

(Gambar 3.18 pengeringan batik) (Dok.Pribadi)

Proses pengeringan batik di mahkota batik laweyan menggunakan pencahayaan alami sinar matahari, namun tidak secara langsung. Pengelola memanfaatkan bahan polycarbonate warna putih sebagai perantara sinar matahari.

commit to user

(Gambar 3.19House Of Sampoerna) (Dok.Pribadi)

a. Fasilitas dan Tema Fasilitas yang ada pada House Of Sampoerna adalah museum, shop, café dan art galery Elemen Pembentuk ruang - Dinding Dinding yang digunakan pada House Of Sampoerna menggunakan material Dinding batu bata yang dicat warna putih.

- Lantai Lantai menggunakan keramik dan parquet - Ceiling Ceiling yang di gunakan berupa gypsum board dengan finishing cat plafon warna putih.

b. Interior Sistem - Penghawaan Karena letaknya di kota Surabaya yang memiliki suhu udara yang panas, House of sampoerna menggunakan penghawaan buatan untuk kenyamanan dan menjaga keawetan tembakau.

commit to user

Pencahayaan menggunakan pencahayaan buatan, karena gedungnya tertutup dan tidak memanfaatkan jendela sebagai bukaan (untuk menjaga kebersihan)

c. Furniture Furniture yang digunakan menggunakan meterial kayu dengan finishing

warna natural yang serasi dengan barang yang dipamerkan.

Foto survey lapangan:

(Gambar 3.20 House Of Sampoerna) (Dok.Pribadi)

Galeri Pada House of Sampoerna terbagi menjadi dua, yaitu galeri pada lantai satu yang menampilkan berbagai macam tembakau dan dari asalnya dan bagaimana perusahaan sampooerna merintis usaha rokok dari awal. Pada Lantai 1, pengunjung diijinkan mengambil gambar, namun di lantai2 pengunjung tidak diijinkan mengambil gambar atau dokumentasi.

(Gambar 3.21 House Of Sampoerna)

(Dok.Pribadi)

commit to user