Transmisi Seksual Etiologi dan Patogenesis HIVAIDS

Universitas Sumatera Utara 2.3 Transmisi HIVAIDS Pola transmisi yang berhubungan dengan unsur tempat ke luar dan masuknya agen adalah transmisi seksual yang berhubungan dengan semen dan cairan vaginaseviks, serta transmisi non seksual yang berhubungan dengan darah. Hal ini juga terjadi pada transmisi HIV Ditjen PPPL, 1989. Proses penularan virus HIV melalui berbagai cara yaitu: secara horizontal melalui hubungan seksual dan melalui darah yang terinfeksi, atau secara vertikal penularan dari ibunya ke bayi yang dikandungnya Murtiastutik, 2008. Penularan HIVAIDS terjadi akibat masuknya cairan tubuh yang mengandung virus HIV melalui hubungan seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada penggunaan narkoba, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dilahirkannya. Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap HIVAIDS adalah pengguna narkotika, pekerja seks komersial dan pelanggannya, serta narapidana Djoerban, 2010. Penyebaran HIV saat ini masih terkonsentrasi pada populasi kunci dimana penularan terjadi melalui penderita yang berisiko seperti penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada kelompok penasun dan perilaku seks yang tidak aman baik pada hubungan heteroseksual maupun homoseksual KPA, 2009.

2.3.1 Transmisi Seksual

Penularan utama dari HIV adalah melalui hubungan seksual dengan orang terinfeksi. Virus HIV dapat memasuki tubuh melalui vagina, vulva, penis, rektum atau mulut saat melakukan hubungan seksual. Hal ini karena pada area-area tersebut, kulit sangat tipis dan dapat mudah robek sehingga menjadi pintu masuknya virus HIV Sonenklar, 2011. Universitas Sumatera Utara Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV tanpa alat pelindung bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual Kurniawati, 2011. Hubungan seksual penetrative sexual intercourse baik vaginal maupun oral merupakan cara transmisi yang paling sering terutama pada pasangan seksual pasif yang menerima ejakulasi semen pengidap HIV. Diperkirakan ¾ dari jumlah pengidap HIV di dunia mendapatkan infeksi dengan cara ini. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksaul dari pria-wanita, wanita-pria, dan pria-pria Irianto, 2014. Pada hubungan seksual ano-genital, yang dilakukan oleh para homoseks, mukosa rektum mudah mengalami perlukaan karena lapisan mukosa tipis dan tidak diperuntukkan untuk hubungan seksual seperti halnya dinding vagina Irianto, 2014. Cara hubungan seksual ano-genital merupakan perilaku seksual dengan risiko tertinggi, khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari seorang pengidap HIV, karena mukosa rektum sangat tipis dan mudah sekali mengalami perlukaan saat berhubungan seksual secara ano- genital. Risiko ini bertambah bila terjadi perlukaan dengan tangan fisting pada anusrektum. Tingkat risiko kedua adalah hubungan oro-genital termasuk menelan semen dari mitra seksual pengidap HIV. Dan tingkat risiko ketiga adalah hubungan genito-genito heteroseksual Ditjen PPPL, 1989. Universitas Sumatera Utara Transmisi HIV melalui hubungan heteroseks dapat terjadi dari pria-wanita maupun sebaliknya. Di negara-negara Afrika, kebanyakan pengidap HIVAIDS mendapat infeksi melalui hubungan heteroseks. Data yang ada menunjukkan bahwa transmisi dari pria pengidap HIVAIDS kepada wanita pasangannya lebih sering terjadi dibandingkan dari wanita pengidap HIV kepada pria pasangannya. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang melaporkan bahwa 10 wanita pasangan seks telah terinfeksi HIV yang berasal dari 55 pria pengidap HIV dan hanya 2 pasangan seks terinfeksi HIV dari 25 wanita pengidap HIV Irianto, 2014. Berbagai aktivitas seksual memberikan risiko penularan HIV yang berbeda-beda. Berdasakan urutan gradasi kemungkinan risiko penularan HIV dari yang paling tinggi sampai yang terendah pada berbagai aktivitas seksual adalah sebagai berikut: 1. Hubungan seksual lewat liang dubur ano-genital. 2. Hubungan seksual lewat liang vagina genito-gaenital. 3. Kontak dengan menggunakan mulut oro-genital. 4. Hubungan seksual menggunakan kondom. 5. Ciuman mulut dengan mulut Irianto, 2014.

2.3.2 Transmisi Non-seksual