Universitas Sumatera Utara
pada lidah kandidiasis oral. Ketika sistem imun sudah semakin buruk, maka muncul penyakit oportunistik berat yang sangat bervariasi atau neoplasma yang
tidak umum, terutama sarkoma kaposi. Penderita pada tahap ini sudah dikategorikan ke dalam AIDS Sonenklar, 2011.
2.4.1 Klasifikasi menurut CDC
CDC mengklasifikasikan HIVAIDS pada remaja 13 tahun dan dewasa berdasarkan dua sistem, yaitu dengan melihat jumlah supresi kekebalan tubuh
yang dialami pasien serta stadium klinis. Jumlah supresi kekebalan tubuh ditunjukkan oleh limfosit CD4. Sistem ini didasarkan pada tiga kisaran CD4 dan
tiga kategori klinis, yaitu: 1.
Klasifikasi berdasarkan tiga kisaran CD4 a.
Kategori 1 : ≥ 500 selμ l b.
Kategori 2 : 200-499 selμ l c.
Kategori 3 : ≤ 200 selμ l Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4 yang terendah
dari pasien. Kurniawati, 2011. 2.
Klasifikasi Berdasarkan Kategori Klinis a.
Kategori Klinik A Klinik Laten Meliputi infeksi HIV tanpa gejala asimptomatik, limfadenopati
generalisata yang menetap, dan infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut Kurniawati, 2011.
Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukkan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada orang dewasa yang terinfeksi HIV, fase ini
Universitas Sumatera Utara
berlangsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA dan Western Blot atau Imunofluorescence Assay IFA menunjukan hasil positif dengan jumlah
limfosit CD4 500 sel
μ l Kurniawati, 2011. b.
Kategori B Simptomatik Terdiri atas kondisi dengan gejala simptomatik pada remaja atau
orang dewasa yang terinfeksi HIV yang tidak termasuk dalam kategori C dan memenuhi paling sedikit satu dari kriteria berikut yaitu keadaan yang
dihubungkan dengan infeksi HIV atau adanya kerusakan kekebalan dengan perantara sel cell mediated immunity, atau kondisi yang dianggap oleh
dokter telah
memerlukan penanganan
klinis atau
membutuhkan penatalaksanaan akibat komplikasi infeksi HIV. Termasuk kedalam kategori
ini yaitu Angiomatosis basilari, Kandidiasis orofaringeal, Kandidiasis vulvovaginal, Displasia leher rahim, Herpes zoster, Neuropati perifer,
penyakit radang panggul, listeriosis, oral hairy leukoplakia,purpura idiopatik trombositopenik, serta demam 38,5
ᵒ atau diare lebih dari satu bulan Kurniawati, 2011.
Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama beberapa tahun dan tanda dan gejala minor dari infeksi HIV mulai nampak. Jumlah
virus dalam darah akan menunjukkan peningkatan, sementara pada saat yang sama jumlah limfosit CD4 menurun hingga mencapai 500 sel
μ l. Individu dengan kondisi kategori B, akan tetap dalam kategori B. Tapi keadaan ini
bersifat tidak tetap karena dapat berkembang menjadi kategori C apabila terjadi kondisinya semakin parah, dan juga tidak dapat kembali lagi ke
kategori A bila bersifat asimptomatik Kurniawati, 2011.
Universitas Sumatera Utara
c. Kategori C AIDS
Meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS. Pada tahap ini, individu yang terinfeksi HIV menunjukkan perkembangan infeksi dan
keganasan yang mengancam kehidupan, meliputi: Kandidiasis bronki, trakea, dan
paru, kandidiasis
esophagus, kanker
leher rahim
invasif, Coccidiodomycosis menyebar atau di paru, kriptokokosis di luar paru, retinitis
virus stimegalo, ensefalopati yang berhubungan dengan HIV, Herpes simpleks dan ulkus lebih dari sebulan lamanya, bronkitis, esofagitis atau
pneumonia, histoplasmosis menyebar atau di luat paru, Isosporiasi intestinal kronis lebih sebulan lamanya, Sarkoma Kaposi, Limfoma Burkitt, Limfoma
imunoblastik, Limfoma primer di otak, Mycobacterium avium complex atau M. kansassi tersebar atau di luar paru, Mikobakterium jenis lain atau jenis
yang tidak dikenal menyebar atau di luar paru, Pneumonia Pneumocystis carinii, Pneumonia yang berulang, Leukoensefalopati multifokal progresif,
Toksoplasmosis di otak, serta Septikemia Salmonella yang berulang Kurniawati, 2011.
CDC juga membagi kategori C AIDS ke dalam 2 tahapan, yaitu; tahap tanda dan gejala lanjut HIV serta tahap akhir penyakit HIV.
Tahap Tanda dan Gejala Lanjut HIV, individu yang terinfeksi HIV menunjukkan
infeksi dan keganasan yang mengancam kehidupan. Perkembangan pneumonia Pneumocystis carinii, toxoplasmosis, cyptosporidiosis, dan
infeksi oportunistik lainnya yang biasa terjadi. Individu dapat pula mengalami kehilangan atau penurunan berat badan, jumlah virus terus meningkat, jumlah
Universitas Sumatera Utara
limfosit CD4 menurun hingga 200 sel μ l. Pada keadaan ini individu akan
dinyatakan sebagai penderita AIDS Kurniawati, 2011. Sedangkan pada tahap akhir penyakit HIV, Individu yang terinfeksi
HIV menunjukkan perkembangan infeksi oportunistik baru seperti infeksi sitomegalovirus, kompleks Mycobacterium avium, Meningitis cyptococcal,
Leukoencephalophaty multyfocal yang progresif, dan infeksi lain yang biasanya terjadi sekunder terhadap penurunan sistem imun. Jumlah virus
sangat meningkat dan jumlah limfosit CD4 50 sel μ l. Kematian bisa
dikatakan sudah sangat dekat. Sekali kondisi kategori C ini terjadi, maka individu akan tetap pada kategori ini walaupun ada kemungkinan kondisi ini
dapat berubah Kurniawati, 2011. Klasifikasi CDC juga bisa digunakan untuk surveilans penyakit, penderita
yang dikategorikan ke kelas A3, B3, C1-3 dikategorikan AIDS. Sekali dilakukan klasifikasi, maka pasien tidak dilakukan klasifikasi ulang, meskipun terjadi
perbaikan status imunologi misalnya peningkatan nilai CD4 karena pengaruh
terapi atau faktor fisik Kurniawati, 2011.
2.4.2 Klasifikasi Menurut WHO