TB PARU PUTUS BEROBAT

Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci: 2,3,6 1. Komitmen politis 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya. 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan. 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu. 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan. Angka kesembuhan pasien TB di negara-negara yang mengikuti strategi DOTS dapat mencapai 95. WHO menargetkan bahwa di tahun 2001 sedikitnya 70 kasus TB di dunia ini dapat didiagnosis dan diobati dengan angka kesembuhan setidaknya 85. Bila hal ini tercapai artinya kita dapat mencegah sedikitnya seperempat kasus baru dan kematian akibat TB dalam 20 tahun mendatang. Strategi DOTS di atas telah dikembangkan oleh Kemitraan global dalam penanggulangan TB stop TB partnership dengan memperluas strategi dots sebagai berikut : 6 1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS 2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya 3. Berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan 4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. 5. Memberdayakan pasien dan masyarakat 6. Melaksanakan dan mengembangkan riset

2.7.1. TB PARU PUTUS BEROBAT

Secara definisi TB paru putus berobat adalah penderita TB paru yang sedang menjalani pengobatan telah menghentikan pengobatan OAT selama fase intensif atau fase lanjutan sesuai jadwal yang ditentukan dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter yang mengobatinya. 3 Penderita yang menghentikan pengobatannya 2 minggu pengobatan OAT dapat dilanjutkan sesuai jadwal. 15 Universitas Sumatera Utara Penderita menghentikan pengobatannya ≥ 2 minggu : a. Berobat ≥ 4 bulan, BTA negatif dan klinis, radiologis negatif OAT STOP b. Berobat ≥ 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama. c. Berobat 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama. d. Berobat 4 bulan, berhenti berobat 1 bulan, BTA negatif, akan tetapi klinis dan radiologis positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat yang sama. e. Berobat 4 bulan, BTA negatif, berhenti berobat 2 – 4 minggu pengobatan dilanjutkan kembali sesuai jadwal. Di RS Persahabatan Jakarta, keberhasilan pengobatan penderita TB Paru hanya sebesar 44,94, keberhasilan dengan menggunakan strategi DOT 58,4 dan SAT 45,6. Ini jauh dari dibawah target program nasional yaitu angka kesembuhan minimal 85. Keberhasilan pengobatan rendah kemungkinan disebabkan karena : 5 1. Pasien yang datang sendiri ataupun dirujuk sudah dalam keadaan lanjut dan penderita sudah berobat ditempat fasiliti kesehatan lain 2. Penderita TB paru yang menggunakan DOT hanya mendapatkan obat secara gratis tanpa ada insentif yang lain seperti pemberian uang transpor, uang makan, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan BTA sputum dan tidak ada kunjungan ke rumah. 3. Petugas poliklinik paru yang terbatas untuk memberikan obat dan pencatatan Pengawas Minum Obat PMO biasanya keluarga sendiri dan tidak pernah dilatih tentang TB paru selama jangka waktu tertentu. 4. Penderita TB paru kurang mendapat konseling dan edukasi yang adekuat sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dan ketidakberhasilan pengobatan karena kurang pengetahuan tentang penyakit TB. Pada penelitian lainnya, Syafrizal mendapatkan keberasilan DOT sebesar 81 sedangkan SAT 68,9. Amril mendapatkan keberhasilan DOT sebesar 93,9 sedangkan pada kelompok SAT 82,3, lebih tinggi dibanding penelitian di 16 Universitas Sumatera Utara RS Persahabatan dan Syafrizal. Hal ini karena PMO boleh mengambil obat, edukasi diberikan oleh dokter yang merawat dilanjutkan oleh petugas penyuluh, sosial budaya yang bersifat kekeluargaan dan biaya pemeriksaan yang murah serta pada beberapa penderita tidak mampu dibebaskan biaya pendaftaran, darah rutin dan foto toraks. Davidson 25 di Amerika Serikat pada tahun 1994 mendapat pengobatan lengkap pada 8 bulan kelompok DOT sebesar 52 sedangkan kelompok SAT 35 dan 12 bulan pengobatan kelompok DOT 70 sedangkan kelompok SAT 53. Pada penelitian tersebut hasil pengobatan lengkap lebih tinggi dibandingkan penelitian di RS Persahabatan karena diberikan insentif dan pemberian kupon makanan, uang transpor dan makanan ringan. Di tahun 2003 di Rusia hanya 23 penderita TB paru yang terjangkau oleh DOTS, hal ini sangat jauh perbandingannya dengan 22 negara yang mempunyai penyebaran TB yang banyak yaitu sebesar 79. 18 Akkslip di Thailand tahun 1996 – 1997 mendapatkan bahwa supervisi keluarga memberikan kontribusi pada strategi DOT. Chowdhury di Bangladesh tahun 1995 – 1996 mendapatkan strategi DOT dapat mencegah gagal pengobatan dan resistensi sekunder. Diel 26 melakukan penelitian di Hamburg tahun 1997 – 2001 memperlihatkan faktor-faktor seperti ketergantungan alkohol, penyalahguna obat, tunawisma dan tidak bekerja, secara bermakna berhubungan dengan putus berobat. Gagal pengobatan disebabkan pengobatan yang tidak adekuat karena penggunaan paduan obat tidak sesuai, penghentian jadwal paduan obat yang terlalu cepat, lalai atau putus obat, resistensi kuman terutama resistensi awal dan faktor anatomi berupa kerusakan jaringan paru luas destroyed lung serta kaviti berdinding tebal.

2.7.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGOBATAN