LATAR BELAKANG Efektifitas fase intensif program DOTS pada penderita TB Paru putus berobat dan factor – faktor yang mempengaruhinya di beberapa pusat pengobatan TB Paru di Medan.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penemuan Mycobacterium tuberculosis pada tahun 1882 oleh Robert Koch merupakan suatu momen yang sangat penting dalam penemuan dan pengembangan obat antituberkulosis untuk mengendalikan penyakit ini, walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak 8000 tahun sebelum tahun Masehi. 1 Secara umum dikatakan bahwa TB memang merupakan suatu penyakit utama masyarakat dunia di masa lalu. Penemuan basil penyebabnya oleh Robert Koch jelas merupakan pilar yang amat penting yang mengubah perjalanan kehidupan dan dunia kesehatan selanjutnya. Setelah penemuan basil penyebab ini, para ahli mulai berlomba-lomba untuk mencari obat yang ampuh dan dapat membunuh basil TB. Akhirnya, pada tahun 1940an para ahli menemukan obat yang mampu membunuh basil TB yang terus dilanjutkan dengan penemuan obat-obatan lainnya, sehingga di tahun 1970an kita sudah mendapat paduan obat yang sangat ampuh untuk menyembuhkan penyakit ini, asal dimakan dengan teratur dalam jangka waktu tertentu. 2 Penyakit Tuberkulosis TB paru di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, survey kesehatan rumah tangga SKRT Departemen Kesehatan RI 2001, penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah sistem sirkulasi, pada semua kelompok umur dan menurut survey kesehatan rumah tangga SKRT Departemen Kesehatan RI 1992 TB paru sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit saluran pernapasan, sedang pada 2001 TB nomor satu penyebab kematian dari golongan infeksi. Penyebab paling penting peningkatan TB di seluruh dunia adalah ketidakpatuhan terhadap program, diagnosis dan pengobatan yang tidak adekuat, migrasi, human immunodeficiency virus HIV. Penyakit ini mengenai sebagian besar kelompok kerja usia produktif dan kebanyakan dengan status sosioekonomi rendah, sehingga memberikan dampak ekonomi yang cukup bermakna. 3 1 Universitas Sumatera Utara WHO memperkirakan di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TB dan terdapat 550.000 kasus baru TB. Sedangkan data Departemen Kesehatan pada tahun 2001 di Indonesia terdapat 50.443 penderita TB paru dengan BTA positif yang diobati. Tigaperempat dari kasus berusia 15 – 49 tahun dan baru 20 yang tercakup dalam program pemberantasan TB yang dilaksanakan oleh pemerintah. 4 Pada tahun 1992 WHO mengumumkan penyakit TB sebagai keadaan darurat global karena peningkatan jumlah kasus TB di dunia akibat epidemi penyakit HIVAIDS. Pada tahun 1995 diperkirakan 9 juta kasus baru dengan dengan 3 juta kematian akibat TB. 95 kasus TB dan 98 kematian akibat TB terjadi di negara berkembang. 75 kasus TB menyerang usia produktif 15 – 50 tahun. Penanggulangan TB dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS Directly Observed Treatment Short Course, yang mengandung lima komponen yaitu perlu komitmen politik penentu kebijaksanaan, diagnosis mikroskopis yang baik, pemberian obat yang baik dan diawasi secara baik, jaminan ketersediaan obat serta pencatatan dan pelaporan dalam mengawasi penderita menelan obat secara teratur dan benar oleh PMO. DOTS merupakan strategi WHO yang paling efektif untuk memastikan kepatuhan berobat dan kelengkapan pengobatan, dapat mengurangi biaya pengobatan TB paru, mengurangi frekuensi resistensi obat, resistensi MDR-TB, kasus kambuh, kasus gagal pengobatan dan meningkatkan angka kesembuhan. 2,3,5 Ada beberapa faktor yang diketahui dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan TB paru yaitu faktor individual, dimana berpengaruh langsung terhadap pasien seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, tingkat sosioekonomi, faktor komorbid dan keadaan khusus, diantaranya gangguan metabolisme, gangguan jantung, kelainan hati, malnutrisi, HIVAIDS, kehamilan, kepatuhan berobat dan jumlah kunjungan dan efek samping obat. 1,2,3,4 Suatu harapan baru yang lebih baik dalam penanggulan TB paru dengan dilaksanakannya cara pengobatan strategi DOTS dan diketahuinya hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan serta perkembangan baru obat-obatan antituberkulosis, sehingga cakupan dan keberhasilan pengobatan akan meningkat. 2 Universitas Sumatera Utara Pada akhirnya prevalensi TB di negara kita akan turun dan suatu saat TB bukan merupakan masalah kesehatan lagi. 1

1.2. PERUMUSAN MASALAH