Sistem Limfatik Faring dan Tonsil Persarafan Faring dan Tonsil Etiologi Patogenesis

tengkorak. Kedua plika ini akan bertemu diatas untuk bergabung dengan palatum molle, serta kebagian bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral faring. Dinding luar fossa tonsil terdiri dari M. konstriktor faringeus superior. sedang M. tonsilofaringeus melekat pada kapsul tonsil pada pertemuan lobus atas dan bawah. Ballanger JJ .1994 Gambar 2. Dikutip dari pustakaan 26

2.2.5. Sistem Limfatik Faring dan Tonsil

Sistim pembuluh limpatik dari tonsil menembus fasia bukofaringeal dan melalui bagian atas kelenjar servikal . Beasley. P 1997 Universitas Sumatera Utara

2.2.6. Persarafan Faring dan Tonsil

Sistem persarafan tonsil berasal dari saraf palatina , yang diteruskan ke ganglion sfenopalatina, untuk rangsangan sensori terutama dibentuk oleh cabang – cabang saraf glosofaringeus Paparella, 1991 2.3.Glomerulonefritis Akut. 2.3.1. Definisi Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan adanya inflamasi pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel –sel glomerulus akibat proses imunologi. Glomerulonefritis terbagi atas akut dan kronis. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronis dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar bersifat imunologis Noer , 2002

2.3.2. Etiologi

Glomerulonefritis akut paska streptokokus menyerang anak umur 5 – 15 tahun, anak laki – laki berpeluang menderita 2 kali lebih sering dibanding anak perempuan , timbul setelah 9 – 11 hari awitan infeksi streptokokus. Noer . 2006. Nelson .2002 Timbulnya GNA didahului oleh infeksi bakteri streptokokus ekstra renal, terutama infeksi di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh bakteri streptokokus golongan A tipe 4, 12, 25. Hubungan antara GNA dengan infeksi streptokokus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein tahun 1907 dengan alasan; a. Timbul GNA setelah infeksi skarlatina b. Diisolasinya bakteri streptokokus β hemolitikus Universitas Sumatera Utara c. Meningkatnya titer streptolisin pada serum darah Faktor iklim, keadan gizi, keadaan umum dan faktor alergi mempengaruhi terjadinya GNA, setelah terjadi infeksi kuman streptokokus. Hasan . 1991 .

2.3.3. Patogenesis

.Glomerulonefritis paska streptokokus dapat didahului oleh infeksi streptokokus β hemolitikus grup A. Glomerulonefritis paska streptokokus dapat terjadi setelah radang tenggorokan dan jarang dilaporkan bersamaan dengan demam rematik akut. Hal ini disebabkan terjadinya pembentukan komplek imun yang bersirkulasi dan terjadi pembentukan komplek imun in situ ini telah ditetapkan sebagai mekanisme patogenesis glomerulonefritis paska streptokokus. Noer 2002 Suzuki et al, pada penelitiannya di Niigata, Jepang tahun 2004 terhadap 52 orang penderita Ig A nepropati, mendapatkan hasil kultur tonsil terbanyak adalah haemopilus parainfluenza yang merupakan bakteri paling banyak dijumpai pada saluran napas. Diduga bakteri ini merangsang tonsil untuk menghasilkan Ig A yang akan tertumpuk di mesengium glomerulus ginjal sehingga dapat terjadi kerusakan ginjal yang menyebabkan glomerulnefritis . Suzuki . 2004 Rekola et al 2004 di Jepang, pada penelitiannyan dari 187 penderita Ig A nepropati dijumpai 38 penderita glomerulonefritis akut , 53 penderita dengan peningkatan ASTO dengan hasil swab tonsil bakteri streptokokus β hemolitikus. Hal ini diyakini merupakan penyebab terjadinya beberapa kasus Ig A nephropati. Xie Y. 2004 Universitas Sumatera Utara Barta et al di Jepang pada penelitiiannya terhadap 35 penderita nephropati Ig A mendapati perbaikan fungsi ginjal yang signifikan setelah 6 bulan setelah menjalani tonsilektomi Barta, 2004 Inci et al di Turki , pada penelitian pada 58 penderita yang akan dilakukan tonsilektomi mandapatkan hasil dari aspirasi biopsi tonsil menemukan bakteri terbanyak adalah stapilokokus 26 penderita 52 . Inci 2005 2.3.4.Gejala klinis Gejala yang sering ditemukan berupa hematuria, kadang dijumpai edema pada daerah sekitar mata atau seluruh tubuh. Gambaran GNAPS yang paling sering ditemukan adalah: hematuria, oligouria, edema dan hipertensi. Gejala – gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit seperti rasa lelah, anoreksia, demam, mual, muntah dan sakit kepala. Hipertensi dijumpai 60 – 70 GNA pada hari pertama, dijumpai juga gejala gastrointestinal berupa muntah, tidak nafsu makan, konstipasi dan diare. Noer . 2002

2.4. Impetigo