2. Subjek Pajak Restoran
Yang menjadi Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran makanan dan minuman atas pelayanan Restoran.
Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoranrumah makan.
3. Wajib Pajak Restoran
Yang menjadi Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan Restoran. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada
restoran tidak sama. Konsumen yang menikmati setiap pelayanan yang disediakan restoran merupakan subjek pajak yang menanggung pajak sedangkan pengusaha
restoran bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen.
C. Cara Perhitungan Pajak Restoran
Sebelum mengetahui cara menghitung Pajak Restoran terlebih dahulu menjelaskan dasar pengenaan pajak dan tarif pajak Restoran di kota Sibolga.
Dasar pengenaan pajak adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel dan atau restoran sedangkan tarif pajak restoran di kota Sibolga ditetapkan sebesar
10 sepuluh persen. Lalu besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran dengan dasar pengenaan
pajak restoran. Secara umum rumus perhitungan Pajak Restoran adalah :
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak DPP
Sebagai contoh, misalnya seseorang menikmati hidangan yang disediakan oleh Restoran “XYZ” yang berada di Sibolga dan melakukan pembayaran atas :
Universitas Sumatera Utara
Makanan Rp. 120.000
Minuman Rp. 30.000 +
Jumlah Pembayaran Rp. 150.000 Pembayaran yang dimaksud adalah Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp. 150.000
Maka besarnya tarif pajak Restoran pada Kota Sibolga ditetapkan sebesar 10 sepuluh persen, sehingga dapat dihitung besarnya pajak Restoran yg terutang,
yaitu sebesar : 10 x Rp. 150.000 = Rp. 15.000
D. Prosedur Pendaftaran dan Penilaian Pajak Restoran
Mula-mula Wajib Pajak Restoran wajib mendaftarkan usahanya pada Dinas Pengelola Keuangan dan Asset Daerah untuk dikukuhkan dan diberikan
NPWD Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah selambat-lambatnya 30 tiga puluh hari sebelum dimulainya usaha.
Setelah wajib pajak Restoran dikukuhkan, maka wajib pajak melaksanakan pendaftaran dan pendataan. Kegiatan pendaftaran dan pendataan
diawali dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak. Setelah
dokumen disampaikan kepada wajib pajak, lalu wajib pajak mengisi formulir pendaftaran dengan benar, jelas dan lengkap dan diserahkan kembali kepada
petugas pajak agar jumlah besarnya pajak yang terutang dapat dinilai dan ditentukan oleh petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir
pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan sebagai dasar untuk
menerbitkan NPWPD. Maka setelah Wajib Pajak mendapatkan NPWD, sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel dan Restoran yang menyangkut Pendaftaran, Penetapan dan Tata Cara
Pembayaran diantaranya : Pasal 10
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah 2.
SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 harus diisi dengan jelas, benar, dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Pajak atau kuasanya.
3. SPTPD sebagaimana dimaksud dengan pada ayat 1 harus disampaikan
kepada Kepala Daerah selambat-lambatnya 15 lima belas hari setelah berakhirnya masa pajak.
4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 11 1.
Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1, Kepala Daerah menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD
Surat Ketetapan Pajak Daerah. 2.
Apabila SKPD sebagimana dimaksud pada ayat 1 tidak atau kurang setelah lewat waktu paling lama 30 tiga puluh hari sejak SKPD diterima,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD Surat Tagihan Pajak
Daerah.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 12 1.
Wajib Pajak membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1 digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan
menetapkan pajak sendiri yang terutang. 2.
Dalam jangka waktu 5 lima tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat menerbitkan :
a. SKPDKB Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar.
b. SKPDKBT Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan.
c. SKPDN Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil
3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 dua persen sebulan dihitung dari pajak
yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang
terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi
Universitas Sumatera Utara
berupa kenaikan sebesar 25 dua puluh lima persen dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua
persen sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak. 4.
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 seratus persen dari
jumlah kekurangan pajak tersebut. 5.
SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak. 6.
Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a dan b tidak atau
tidak sepenuhnya dibayar dalam janga waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga 2 dua persen sebulan. 7.
Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagiamana dimaksud pada ayat 4 tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan.
Universitas Sumatera Utara
Pasal 13 1.
Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD. 2.
Apabila pembayaran pajak dilakukan tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24
jam atau dalam jangka waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah. 3.
Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dilakukan dengan menggunakan SSPD Surat Setoran Pajak Daerah
Pasal 14 1.
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. 2.
Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan. 3.
Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 2, harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga
sebesar 2 dua persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
4. Kepala Daerah dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga 2 dua
persen sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
Universitas Sumatera Utara
5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata
cara pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 4, ditetapkan oleh Kepala Daerah.
Pasal 15 1.
Setiap Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
2. Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan
pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ditetapkan oleh Kepala Daerah.
E. Sistem Pemungutan Pajak