Kendala yang Dihadapi dalam Pemungutan Pajak Restoran

Keuangan dan Asset Daerah sudah cukup baik mengingat penerimaan yang diperoleh melebihi target yang telah ditetapkan, meskipun masih terdapat kegagalan dalam mencapai target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2007. Lalu berdasarkan surplusnya penerimaan tersebut, akan dimanfaatkan untuk Pembangunan Daerah Kota Sibolga menjadi lebih baik.

B. Kendala yang Dihadapi dalam Pemungutan Pajak Restoran

Meskipun pajak dipungut dari rakyat untuk rakyat, namun masih ada kendala-kendala yang timbul. Sedikit banyaknya kendala yang dihadapi harus tetap diperhatikan. Untuk diketahui sejauh mana kendala- kendala tersebut berpengaruh atau berdampak bagi kelangsungan pemungutan Pajak Restoran. Maka berdasarkan pengumpulan data-data yang ada, termasuk diadakannya metode wawancara, ditemukan kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain : 1. Rendahnya Kesadaran Masyarakat atau Wajib Pajak. Masih rendahnya kesadaran masyarakat erhadap kewajiban membayar pajak disebabkan terjadinya tumpang tindih penagihan pajak Restoran. Hal ini menimbulkan rasa enggan bagi masyarakat untuk membayar pajak. Tingkat pendidikan wajib pajak yang masih rendah juga mempengaruhi masyarakat untuk sadar membayar pajak. Kebanyakan wajib pajak daerah yang enggan membayar pajak adalah Universitas Sumatera Utara wajib pajak yang memiliki hutang pajak Restoran yang mereka bayar ternyata relatif besar dan memberatkan mereka. Kesalahan dalam penulisan nama wajib pajak juga disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat sehingga membuat beban bagi unit-unit kerja terkait untuk melakukan perbaikan yang membutuhkan waktu yang lama. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka tindakan yang ditempuh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesadaran wajib pajak, Pihak DPKAD menempuh jalan dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan terhadap wajib pajak. Disamping itu dengan melalui sosialisasi himbauan dengan memasang pamflet-pamflet dibeberapa tempat strategis di Kota Sibolga seperti Pusat Perbelanjaan, Terminal dan Pelabuhan Kota Sibolga. Namun tindakan ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan bagi DPKAD Kota Sibolga sebab walau sudah diberikan penyuluhan dan himbauan masih saja ada wajib pajak daerah yang tetap melalaikan kewajibannya membayar pajak daerah sehingga hal ini menimbulkan kejengkelan para aparat pemungut. Selain dengan penyuluhan para aparat juga membuat Surat Tagihan Pajak Daerah STPD yang ditujukan bagi wajib pajak yang belum melunasi pajaknya agar segera melunasi pajak demi kelancaran Pembangunan Daerah Kota Sibolga. 2. Tingkat Profesional Petugas Pajak. Untuk melaksanakan tugas sebagai pemungut pajak daerah di lapangan membutuhkan tingkat pengalaman yang tinggi dan Universitas Sumatera Utara komunikasi yang baik karena tingkat pendidikan belum tentu menjamin aparat pelaksana di lapangan dapat menjalankan tugas pemngutan dengan baik. Hal ini disebabkan peran petugas pemungut dilapangan berhubungan langsung dengan masyarakat wajib pajak maka keadaan mentalitas aparat yang cukup bagus sangat diperlukan dalam mencapai target penerimaan pajak Restoran yang maksimal. Untuk mengatasi hambatan tersebut DPKAD mengadakan orientasi dan evaluasi secara berkala. Orientasi lapangan yang diberikan berbentuk pengarahan-pengarahan lapangan yang bertujuan untuk meninjau kembali dalam menentukan sikap yang tepat dan benar para aparat pemungut pajak serta evaluasi yang dilaksanakan bertujuan untuk memperbaiki sekaligus menilai hasil kinerja di lapangan sehingga memenuhi target yang diharapkan. 3. Lemahnya Penegakan Hukum. Peraturan Daerah adalah produk hukum Pemerintah Daerah yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh aparat Pemerintah Daerah dan seluruh Masyarakat Daerah. Selama ini Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran di kota Sibolga belum dapat ditegakkan dengan baik karena sistem peraturannya yang berliku-liku dan berlebihan sekaligus bersifat memaksa dalam artian lebih menitikberatkan kepentingan pada satu pihak yaitu pemerintah lalu masyarakat tidak dipedulikan sehingga berdampak negatif bagi masyarakat wajib pajak. Kemudian lemahnya sanksi hukum yang diberikan kepada Universitas Sumatera Utara wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya disebabkan adanya unsur nepotisme dalam hal memberikan sanksi kepada penunggak pajak termasuk juga pilih-pilih kasih. Hal ini terjadi karena tidak berfungsinya peran penyidik yang berwenang untuk menyidik dan mengumpulkan bukti-bukti pelanggaran Peraturan Daerah. Untuk menindak wajib pajak yang menolak pembayaran pajak daerah khususnya pajak Restoran maka Pemerintah Daerah melakukan upaya untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan melakukan pembinaan secara individu melalui pemanggilan secara pribadi wajib pajak yang melakukan pelanggaran untuk berhadapan langsung dengan staf Penganggaran dan Pembinaan DPKAD Kota Sibolga. Apabila upaya yang telah ditempuh Pemerinatah Daerah tidak mendapat respon positif dari wajib pajak, maka langkah selanjutnya adalah memberi wewenang kepada satuan Polisi Pamong Praja untuk melakukan pengambilan atau penyegelan objek pajak secara paksa melalui persetujuan dari Dinas Kepolisian Kota Sibolga. Peran dari DPKAD Kota Sibolga sebagai pemungut dalam memberikan sanksi kepada wajib pajak daerah dinilai belum maksimal. Aparat DPKAD masih terkesan kompromi terhadap para pelanggar dengan selalu memberikan keringanan pengunduran pembayaran pajak daerah tanpa disertai denda. Universitas Sumatera Utara

C. Upaya yang Dilakukan dalam Memaksimalkan Penerimaan Pajak