Mekanisme Pemungutan Dan Penetapan Tarif Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

(1)

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG

MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN TARIF PAJAK RESTORAN DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH

KOTA MEDAN DIAJUKAN OLEH

O L E H

Nama : Adi Putra Nim : 052600063

PROGRAM DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2008


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Pemerintah dalam negara kita mempunyai peranan penting untuk memajukan negara yang dipimpinnya. Salah satu indikator kemajuan suatu negara dapat dilihat dari pembangunan nasional yang berjalan secara berkesinambungan. Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan akan membawa dampak bagi meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Karena kesejahtraan merupakan hak semua warga negara maka pemerintah harus menciptakan kesinambungan pembangunan yang berdampak bagi kesejahtraan masyarakat, baik dari segi materi dan spritual. Berjalannya pembangunan negara kita tidak lepas dari masalah pembiayaan. Pembangunan harus ditunjang oleh anggaran yang digunakan negara setiap tahunnya.

Hal ini tercermin dalam susunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Anggaran tersebut dikelompokkan menjadi biaya rutin dan biaya pembangunan. Biaya pembangunan digunakan untuk membangun sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Salah satu cara bagi pemerintah untuk menghimpun dana bagi pembangunan adalah melalui pemungutan pajak. Hasil pemungutan pajak dikumpulkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan termasuk pendapatan rutin khususnya disektor bukan migas. Pajak mempunyai kontribusi yang sangat besar


(3)

untuk membiayai anggaran bagi penyelenggara pemerintah, pelayanan umum dan pembangunan.

Dari sekian banyak pajak yang dipungut di negara kita, salah satu pajak yang di andalkan untuk menghasilkan dana bagi anggaran adalah pajak restoran. Objek pajak restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di restoran termasuk bar, kafe, rumah makan, buffet, kantin, kedai nasi/kopi dan meliputi penjualan makanan minuman ditempat yang disertai tempat penyantapan maupun di antar dan dibawa pulang.

Subjek Pajak Restoran adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran kepada restoran. Sedangkan objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

Tidak termasuk Objek Pajak Restoran adalah : 1. Pelayanan usaha jasa boga atau katering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang peredarannya

tidak melebihi batas tertentu yang ditetapkan oleh peraturan daerah.

Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan barang dan jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Tarif pajak restoran paling tinggi sebesar 10% dan ditetapkan dengan peraturan daerah atas undan-undang No 34 tahun 2000 .

Pajak Restoran yang terutang dipungut di wiliyah daerah tempat restoran berlokasi. Besarnya pokok pajak restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak restoran paling tinggi 10% dengan dasar pengenaan pajak,


(4)

yaitu jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai imbalan atas penyerahan baran dan atau jasa sebagai pembayaran kepada pemilik restoran. Proses Pemungutan Pajak yaitu : Pajak dikutip di Bank atau tempat yang telah ditentukan oleh Menteri Keuangan sebagai tempat pembayaran pajak lalu disetorkan kekas Bendaharawan. Dengan tujuan untuk menambahkan anggaran berikutnya apabila tidak mencapai target atau realisasi yang diharapkan.

Hambatan Pemungutan Pajak

1.1.1 Perlawanan Pasif

Masyarakat enggan (pasif) membayar pajak, yang dapat disebabkan antara lain : a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. Sistem perpajakan yang (mungkin) sulit dipahami masyarakat

c. Sistem kontrol yang tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik 1.1.2 Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak yaitu :

a. Tax Avoidance, Usaha meringankan beban pajak dengan tidak melanggar

Undang-undang

b. Tax Evasion, Usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar

Undang-undang (menggelapkan pajak)

Berdasarkan kondisi tersebut penulis akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “ Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan “ dan merupakan salah satu syarat untuk menamatkan


(5)

studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

1.2Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dengan diadakannya Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan, yang menjadi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program Diploma III Administrasi Perpajakan memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1.2.1 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

a. Untuk mengetahui Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran

Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

b. Untuk mengetahui kendala dan cara menanggulangi pajak terutang yang tidak

dapat dipungut atau dibayar oleh wajib pajak

c. Untuk mengetahui sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak taat

pajak

1.2.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Manfaat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)


(6)

a. Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman belajar pada suatu Instansi

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah.

2. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari seperti permasalahan yang timbul selama melaksanakan PKLM.

3. Meningkatkan Profesionalisme, memperluas wawasan dan memantapkan

pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya di bidang perpajakan.

4. Untuk menciptakan dan mengembangkan rasa tanggung jawab serta

kedisiplinan.

b. Bagi Dinas Pendapatan Daerah

1. Untuk memperoleh masukan, ide-ide, gagasan yang Konstruktif dari

Perguruan Tinggi untuk Mengoptimalkan Penerimaan Pendapatan Daerah

2. Agar dapat digunakan untuk pengembangan Ilmu dalam bidang Perpajakan

khususnya pada Dinas Pendapatan Daerah

3. Meningkatkan hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara

c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan

1. Meningkatkan hubungan kerjasama dengan Instansi-instansi Pemerintah

dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2. Memberikan uji nyata atas disiplin Ilmu yang telah disampaikan selama

perkuliahan.

3. Membuka interaksi antara Dosen Program Study Diploma III Administrasi


(7)

4. Untuk penyempurnaan kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu Pendidikan.

5. Promosi sumber daya Universitas Sumatera Utara.

1.3Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dilakukan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan. Penulis akan membahas secara rinci mengenai :

1.3.1 Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran Dalam Upaya

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

1.3.2 Kendala dalam Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Tarif Pajak Restoran

Dalam Upaya Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dan cara penanggulangannya

1.3.3 Denda yang dikenakan kepada wajib pajak yang tidak taat pajak

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam PKLM adalah disini penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengetahui hal yang berkaitan dengan mekanisme pemungutan dan penetapan pajak restoran dan akan mencari data dan informasi yang berasal dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Kotan Medan sebagai bahan reverensi untuk mengetahui dan mendalami mekanisme pemungutan dan penetapan pajak restoran dalam upaya peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Daerah


(8)

1.4Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan penentuan tempat Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan melakukan konsultasi dengan pihak Dosen yang bersangkutan. 2. Studi Literatur

Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti undang-undang, buku-buku, majalah maupun literatur lain yang berhubungan dengan pemungutan pajak restoran.

3. Observasi lapangan

Pada bagian ini penulis melakukan observasi lapangan di kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, mengenai Prosedur Pemungutan Pajak Restoran

4. Pengumpulan Data

penulis melakukan pengumpulan data mengenai mekanisme pemungutan dan penetapan Pajak Restoran melalui :

1. Data Skunder (bersumber dari buku-buku ilmiah, undang-undang yang

berhubungan dengan Pajak Restoran 2. Data dokumentasi


(9)

Setelah data yang diperlakukan terkumpul secara lengkap maka penulis melakukan analisa dan evaluasi terhadap data atau keterangan mengenai mekanisme pemungutan dan penetapan Pajak Restoran.

1.5Metode Pengumpulan Data Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun cara Pengumpulan sumber-sumber data adalah sebagai berikut : 1. Daftar Wawancara (interview guide)

Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan masukan data primer dan informasi tentang mekanisme pemungutan dan penetapan Pajak Restoran

2. Daftar Observasi (observasion guide)

Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang dilakukan dalam pencatatan terhadap penomena yang menjadi objek penelitian.

3. Daftar Dokumentasi (optional)

Yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan mekanisme Pemungutan Pajak Restoran, dan meminta berbagai dokumen dari kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(10)

1.6Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun yang menjadi sistematika dalam penulisan akhir ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan secara singkat alasan penulis melakukan Praktik kerja lapangan mandiri (PKLM). Tujuan dan mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

Pada bab ini dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, Struktur Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi, Gambaran Pegawai.

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN MEKANISME PEMUNGUTAN DAN PENETAPAN PAJAK RESTORAN.

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang data penerapan Mekanisme Pemungutan dan Penetapan Pajak Restoran yang ada di Kantor Dinas Pendapatan Daera Kota Medan

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai mekanisme


(11)

Pemungutan dan Penetapan Pajak Restoran Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi kesimpulan dan saran yang kiranya dapat meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak khususnya Kantor Dispenda Kota Medan.

LAMPIRAN

Pada lampiran ini berisi surat izin penelitian, dan kartu data-data pajak restoran seperti : Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD), Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (STPD). dll


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN

2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Penerimaan pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan/ pendapatan daerah. Mengingat pada saat itu potensi pajak maupun retribusi daerah di kota Medan belum banyak, maka dalam Sub-Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

Dengan pengingkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi pajak/ retribusi daerah kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub-Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktural Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten/ Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinasi Pendapatan Kotamadya Medan sebagaimana dimaksud dalam Instuksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisasi Dinas Pedapatan Daerah yang baru ini dipimpin oleh


(13)

seOrang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak/ Retribusi Daerah, Struktural Organisasi Dinas Pedapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten/ Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Propinsi/ Kabupaten/ Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 Tentang Struktur Organasasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Nomor : 16 Tahun 1990 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur dan ditetapkan dalam Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK.II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK. Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.


(14)

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan Pajak/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seOrang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, terdiri 1 (satu) bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub-bagian dan 5 (lima) Sub-Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta kelompok Jabatan Fungsional.

2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan terdiri dari : a. Kepala Dinas

b. Bagian Tata Usaha dari :

1. Sub Bagian Keuangan

2. Sub Bagian Kepegawaian

3. Sub Bagian Perlengkapan

4. Sub Bagian Umum

c. Sub Dinas Program terdiri dari :

1. Seksi Penyusunan Program

2. Seksi Pemantauan dan Pengendalian

3. Seksi Pengembangan dan Pendapatan

4. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

d. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan terdiri dari : 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran


(15)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Penetapan

4. Seksi Pemeriksaan

e. Sub Dinas Penagihan terdiri dari : 1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi 2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

3. Seksi Retribusi dan Pemindahan Bukuan

4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan

f. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan lain-lain terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Penerimaan Retribusi dan Penetapan lain-lain 2. Seksi Penerimaan lain-lain

3. Seksi Penerimaan BUMD dan Pendapatan lain-lain

4. Seksi Legalisasi Pembukuan Surat-surat Berharga g. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan terdiri dari :

1. Seksi Penata Usaha Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak 2. Seksi Bagi Hasil Pajak

3. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

4. Seksi Peraturan Perundang-undangan dan Pengkajian Pendapatan


(16)

2.3 Uraian Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sesuai dengan Keputusan Walikota Medan No.12 Tahun 2003 tentang Tugas Pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Daerah adalah Kota Medan ;

b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan ;

c. Kepala Daerah adalah Walikota Medan ;

d. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan ;

e. Kepala Dinas Pendapatan Daerah adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota

Medan ;

f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang perpajakan Daerah dan atau Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ;

g. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Medan ;

h. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan yang menurut Ketentuan Peraturan

Daerah ini ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan ;

i. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan, atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya ;

Dinas Pendapatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang


(17)

Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah.

Dinas Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang pendapatan daerah dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Untuk melakukan tugas tersebut, Dinas Pendapatan mempunyai tugas :

1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang Pendapatan Daerah.

2. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah,

retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan PBB.

3. Melaksanakan koordinasi di bidang pendapatan daerah dengan unit dan Instansi

terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi.

4. Melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah

lainnya serta PBB.

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya.

6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.

2.4 Tata Kerja

1. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seOrang Kepala Bagian Tata Usaha yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dinas di bidang ketatausahaan yang meliputi pengolahan


(18)

administrasi keuangan, kepegawaian, perlengkapan, perumahtanggaan, dan urusan umum lainnya.

Bagian tata usaha mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum

lainnya

c. Mengelola urusan keuangan dan perbendaharaan serta rencana

penyusunan laporan keuangan

d. Mengelola urusan administrasi kepegawaian

e. Mengelola urusan perlengkapan kerumatanggaan dan pengadaan barang

dinas

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya. Bagian tata usaha terdiri dari :

1. Sub Bagian keuangan mempunyai tugas mengelola keuangan dan

perbendaharaan serta menyusun laporan keuangan.

2. Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan

pengelolaan administrasi di bidang kepegawaian.

3. Sub Bagian Perlengkapan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang

perlengkapan perumahtanggaan dan pengadaan barang.

4. Sub Bagian Umum mempunyai tugas mengelola tata usaha dan surat


(19)

Serta sub bagian dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Bagian yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha.

2. Sub Dinas Program

Sub Dinas Program Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penyusunan program.

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Program mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Mengumpulkan bahan dan dana untuk penyusunan program kegiatan dan perencanaan pendapatan daerah

c. Menyusun kebijaksanaan teknis serta program kerja jangka pendek, menengah, dan panjang.

d. Menyusun penerimaan pendapatan daerah, merencanakan sistem dan prosedur kerja

e. Menyusun rencana serta mengkaji pengembangan potensi daerah

f. Melaksanakan pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit

yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah.

g. Menyajikan data statistik target dan realisasi pendapatan daerah serta mengidentikasikan permasalahan pendapatan daerah

h. Melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah

i. Melaksanakan tukar informasi tentang target/ realisasi penerimaan daerah dengan daerah lainnya


(20)

j. Mempersiapkan rancangan peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

k. Mengevaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan teknis operasional pengeloaann pendapatan daerah

l. Menyusun laporan realisasi pendapatan daerah

m. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya (pasal 14)

Sub Dinas Program terdiri dari : a. Seksi Penyusunan Program

b. Seksi Pemantauan Pengendaliannya c. Seksi Pengembangan Pendapatan

d. Seksi Evaluasi dan Pelaporan. (pasal 15)

e. Setiap seksi dipimpin oleh seOrang kapala seksi yang dalam melaksanakan

tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala sub dinas program. (pasal 16)

1) Seksi Penyusunan program mempunyai tugas merencanakan penerimaan

pendapatan daerah, sistem dan prosedur kerja serta menyusun kebijaksanaan teknis dan program jangka pendek, menengah serta jangka panjang

2) Seksi Pemantauan dan pengendalian mempunyai tugas melaksanakan

pembinaan teknis di bidang pendapatan terhadap semua unit yang melaksanakan pemungutan pendapatan daerah dan melaksanakan kegiatan


(21)

pemantauan dan pengendalian terhadap tugas yang dilaksanakan di bidang pendapatan serta melaksanakan penyuluhan di bidang pendapatan daerah.

3) Seksi Pengembangan Pendapatan mempunyai tugas menyusun rencana

serta mengkaji untuk pengembangan potensi pendapatan daerah dan mempersiapkan rencana peraturan daerah, keputusan kepala daerah tentang pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

4) Seksi Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas mengevaluasi dan

memonitoring pelaksanaan teknis operasional pengelolaan pendapatan daerah, menyajikan data statisktik target dan realisasi pendapatan daerah, mengidentifikasikan permasalahan pendapatan daerah dan menyusun laporan realisasi pendapatan daerah. (pasal 17)

3. Sub Dinas Pendataan dan Penetapan

Sub dinas pendataan dan penetapan dipimpin oleh seOrang kepala sub dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas (pasal 18)

Sub dinas pendataan dan penetapan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang pendapatan dan penetapan (pasal 19)

Untuk melaksanakan tugas, Sub Dinas Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja


(22)

c. Melaksanakan pengolahan data dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi yang terkait

d. Melaksanakan Penetapan Pajak Daerah, Retribusi daerah dan pendapatan

Daerah lainnya

e. Merencakan dan menatausahakan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan

Wajib Retribusi

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya. (pasal 20)

Sub Dinas Pendapatan dan Penetapan terdiri dari : a. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi c. Seksi Penetapan

d. Seksi Pemeriksaan (pasal 21)

Setiap seksi di pimpin oleh Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sub Dinas Pendataan dan Penetapan. (pasal 22)

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas melaksanakan pendataan

objek pajak Daerah/ Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya melalui Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak Daerah/ Wajib Pajak Daerah/ Wajib Retribusi Daerah melalui formulir pendaftaran dan pendataan.


(23)

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data objek pajak daerah/ retribusi daerah, menuangkan hasil pengolahan data dan informasi data ke dalam kartu data serta mengirimkan kartu data kepada seksi penetapan dan demikian sebaliknya.

3. Seksi penetapan mempunyai tugas melaksanakan perhitungan penetapan

pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah berdasarkan kartu data termasuk perhitungan denda dan sanksi lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan serta menyimpan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan, melaksanakan perhitungan jumlah ansuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak.

4. Saksi pemeriksaan mempunyai tugas menyusun rencana pemeriksaan dan

melaksanakan pemeriksaan tugas objek / retribusi , menatausahakan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak / retribusi serta mengirimkan laporan hasil pemeriksaan kepada Seksi Pengolahan Data dan Informasi. (pasal 23)

4. Sub Dinas Penagihan

Sub Dinas Penagihan dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (pasal 24)

Sub Dinas Penagihan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang penagihan meliputi kegiatan pembukuan, verifikasi, penagihan dan perhitungan restitusi, pemindah bukuan serta pertimbangan terhadap


(24)

keberatan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya. (pasal 25)

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Penagihan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

c. Melaksanakan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya

d. Melaksanakan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya

e. Melaksanakan telaah dan saran pertimbangan terhadap keberatan Wajib Pajak atas permohonan Wajib Pajak

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan bidang tugasnya. (pasal 26) Sub Dinas Penagihan terdiri dari : a. Seksi Pembukuan dan Verifikasi b. Seksi Penagihan dan perhitungan c. Seksi Rertitusi dan Pemindahbukuan

d. Seksi Pertimbangan dan Keberatan. (pasal 27)

Setiap seksi dipimpin oleh seOrang Kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Penagihan. (pasal 28)


(25)

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai tugas melaksanakan pembukuan dan Verifikasi tentang penetapan dan penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah Lainnya, melaksanakan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran beda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga, menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya serta menyiapkan laporan tentang realisasi penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan penagihan

atas tunggakan pajak daerah, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya, menerbitkan dan mendistribusikan seta menyimpan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan.

3. Seksi Retribusi dan Pemindahbukuan mempunyai tugas menerima

permohonan restirusi dan pemidahbukuan dari Wajib Pajak, meneliti kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan serta mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan

4. Seksi Pertimbangan dan Keberatan mempunyai tugas menerima surat

keberatan dari Wajib Pajak / retribusi dan meneliti keberatan Wajib Pajak / Retribusi dan mempersiapkan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang persetujuan atas keberatan tersebut. (pasal 29)


(26)

5. Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Dinas yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (pasal 30)

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang retribusi dan pendapatan lain-lain. (pasal 31)

Untuk melaksanakan tugas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain mempunyai :

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain

c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan pendapatan lain-lain

termasuk pinjaman daerah dan dana darurat

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) dan pendapatan lain-lain

e. Melaksanakan legalisasi dan pembukuan surat-surat berharga

f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. (pasal 32)

Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Penerimaan Lain-lain b. Seksi Penerimaan Lain-lain

c. Seksi Penerimaan Badan Usaha Milik Negara dan Pendapatn Lain-lain


(27)

Setiap seksi dipimpin oleh seOrang kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Retribusi dan Pendapatan Lain-lain. (pasal 34)

1. Seksi Penatausahaan Penerimaan Retribusi dan Pendapatan Lain-lain

mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi dan melaksanakan penatausahaan pendapatan lain-lain.

2. Seksi Penerimaan Lain-lain mempunyai tugas melaksanakan penatausahaan

penerimaan lain-lain, merencanakan dan mengupayakan penerimaan lain-lain baik dari Pemerintah, Wakil Pemerintah di daerah maupun dari lembaga-lembaga keuangan dan atau badan-badan lain termasuk pinjaman daerah dan dana darurat.

3. Seksi Penerimaan BUMD dan PLL mempunyai tugas melaksanakan

penatausahaan hasil pengolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

4. Seksi lagalisasi pembukuan surat-surat berharga mempunyai tugas

melaksanakan legalisasi surat-surat berharga dan melaksanakan pembukuan surat-surat berharga. (pasal 35)


(28)

6. Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh seOrang Kepala Sub Dinas yang dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (pasal 36)

Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang hasil pendapatan. (pasal 37)

Untuk melaksanakan tugas Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi : a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak c. Melaksanakan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan non

pajak

d. Melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK)

e. Melaksanakan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan

pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang bagi hasil pendapatan

f. Melaksanakan tugas lain-lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya. (pasal 38)

Sub Dinas Bagi hasil Pendapatan terdiri dari :

a. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak Non Pajak b. Seksi Bagi Hasil Pajak

c. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak


(29)

Setiap seksi dipimpin oleh seOrang Kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Sub Dinas Bagi Hasil Pendapatan. (pasal 40)

1. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil Pendapatan Pajak dan Non Pajak mempunyai

tugas melaksanakan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan menatausahakan pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak

2. Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas menerima dan mendistribusikan

Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPT) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP) Pajak Bumi dan Bangunan, melaksanakan penagihan PBB, melaksanakan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya serta membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) PBB kepada Wajib Pajak, menerima kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan PBB

3. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas melaksanakan perhitungan

penerimaan dari Dana Alokasi Umum, melaksanakan perhitungan penerimaan dari Dana Alokasi Khusus

4. Seksi Peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan mempunyai

tugas mengkaji tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan melaksanakan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan serta melaksanakan pengkajian atas penerimaan pendapatann atas penerimaan pendapatan daerah secara priodik. (pasal 41)


(30)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Pendapatan sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. (pasal 42)

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga dalam jenjang

jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagi kelompok sesuai dengan keahliannya.

2. Sesuai kelompok tersebut dipimpin oleh seOrang tenaga fungsional senior. 3. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan daerah.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut ditentukan sesuai dengan


(31)

2.5 GAMBARAN UMUM PEGAWAI DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN BULAN APRIL 2008

KETERANGAN :

PEGAWAI NEGERI SIPIL : 230 ORANG

PEGAWAI SWAKELOLA : 84 ORANG

JUMLAH TNI YANG DIKARYAKAN : 1 ORANG

JUMLAH : 315 ORANG

NO BAGIAN / SUBDIS /

BENDAHARAWAN / SWAKELOLA JUMLAH

1 KEPALA DINAS 1

2 BAGIAN TATA USAHA 19

3 SUBDIS PROGRAM 11

4 SUBDIS DATAP 52

5 SUBDIS PENAGIHAN 30

6 SUBDIS RETRIBUSI DAN PENDAPATAN LAIN-LAIN 20

7 SUBDIS BAGI PENDAPATAN 62

8 BENDAHARA PENERIMAAN / PENGELUARAN 23

9 PEMEGANG BARANG 7

10 PEMEGANG BARANG BERHARGA 5

11 SWAKELOLA 84


(32)

KETERANGAN JABATAN :

1. Golongan IV/b : 5 ORANG

2. Golongan IV/a : 2 ORANG

3. Golongan III/d : 34 ORANG

4. Golongan III/c : 24 ORANG

5. Golongan III/b : 78 ORANG

6. Golongan III/a : 43 ORANG

7. Golongan II/d : 22 ORANG

8. Golongan II/c : 17 ORANG

9. Golongan II/b : 4 ORANG

10. Golongan II/a : 1 ORANG

314 ORANG Keterangan lain

1. Penambahan Pegawai : 1 ORANG

2. Pengurangan Pegawai : 2 ORANG


(33)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK RESTORAN

3.1 Defenisi Pajak

Sebelum kita membahas mengenai gambaran data pajak Pajak Restoran, maka kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang defenisi pajak. Adapun defenisi pajak menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

1. Menurut Prof. P. J. A. Adriani, (1991:11) Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasinya kembali, yang dapat di tunjuk langsung dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang harus menyelenggarakan pemerintahan.

2. Menurut Prof. Rachmat Soemitro SH, (1994:7) Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (Kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.


(34)

Restoran atau mekan adalah tempat yang disediakan untuk menyantap makanan dan minuman dengan dipungut bayaran termasuk kedai nasi, kedai mie, kedai kopi, warung tempat jual makanan/ minuman, tempat berdiskotik dan berkaroke kecuali usaha jasa katering dan usaha jasa boga.

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan dengan pembayaran direstoran.

3.1.1 Sumber Pendapatan Daerah

Dasar hukum sumber pendapatan daerah adalah undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Daerah. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah Daera dan pembangunan untuk memantapkan Otonomi Daerah yang luas, dan bertanggung jawab.

Sumber Pendapatan Daerah berasal dari : a. Pajak Daerah

Menurut undang-undang No 34 tahun 2000 pengertian pajak daerah adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh Orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.


(35)

a. Pajak Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor dan Kenderaan di Atas Air

c. Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemamfaatan Air Bawah Tanah dan Air

Permukaan

Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari : a. Pajak Hotel

b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan

d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

g. Pajak Parkir

b. Retribusi Daerah

Menurut undang-undang No 34 Tahun 2000 pengertian Retribusi daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan Orang pribadi atau badan.


(36)

Retribusi dibagi atas tiga golongan :

a. Retribusi Jasa Umum

1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan pajak

dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu

2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi

3. Jasa tersebut memberi mamfaat khusus bagi Orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar Retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemamfaatan umum

4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan Retribusi

5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien serta merupakan salah satu sumber pendapatan Daerah yang potensial dan

7. Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut

dengan tingkat dan/ atau kualitas pelayanan yang lebih baik b. Retribusi Jasa Usaha

1. Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu

2. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang


(37)

terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimamfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu

1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang

diserahkan kepada Daerah dalam rangka asas desentralisasi

2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi

kepentingan umum dan

3. Biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin

tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari Retribusi perizinan

3.1.2 Fungsi Pajak

Dalam kedudukannya Pajak mempunyai dua fungsi yaitu :

a. Fungsi Budgeter : Pajak sebagai alat memasukkan uang ke dalam kas

negara untuk digunakan sebagai dana pembiayai pengeluaran negara. b. Fungsi Reguler / mengatur : Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai

tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan pengaturan ini biasanya ditujukan untuk mengatur sektor swasta misalnya :

4. Pajak minuman keras ditinggikan agar rakyat (masyarakat) tidak

terlalu banyak yang menyukai minuman keras.

5. Pajak ekspor direndahkan / dihilangkan untuk merangsang


(38)

3.1.3 Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu :

Menurut sifatnya :

1. Pajak Subjektif yaitu Pajak yang memperhatikan keadaan pribadi wajib

pajak untuk menetapkan besarnya pajak yang terutang

2. Pajak Objektif yaitu pajak yang dalam pengenaannya hanya

memperhatikan sifat objek pajak saja. Menurut Golongannya :

1. Pajak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya terlebih dahulu di daftar dengan memberikan nomor kohir (NPWP), yang pengenaannya dilakukan

secara berkal misalnya dikenakan untuk tiap-tiap tahun dan

pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada Orang lain. Contohnya : PPh dan PPB

2. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pengenaannya tidak didaftar

berdasarkan nomor kohir (NPWP) dan pengenaannya dilakukan secara berkala serta pajak tidak dapat dilimpahkan kepada Orang lain.

Contohnya : Bea Materai, Pajak penjualan, Cukai dan sebagainya Menurut Lembaga Pemungutannya

1. Pajak Negara / Pusat yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya

dilakukan oleh aparat pemerintah pusat untuk mengisi kas negara.

2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan


(39)

3.1.4 Mekanisme Pemungutan dan Penyetoran Pajak Restoran

Pemungutannya adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi kepada wajib pajak atau wajib pajak retribusi serta pengawasan penyetoran.

Pelaksanaan pemungutan pajak restoran dilakukan dengan sistem official assesment. Sistem self assesment adalah sistim dimana wajib pajak dipercayakan melakukan sendiri mengenai perhitungan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke kas daerah. Sedangkan official assesmet yaitu sistem dimana pemungutannya pajak dilakukan oleh fiskus, menetapkan pajak terutang melalui data-data dengan kata lain pajak yang terutang sudah dihitung dan ditetapkan oleh petugas pajak.

Adapun Mekasisme dari pemungutan dan penyetoran pajak restoran menurut peraturan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Pemungutan

a. Kegiatan yang terdiri dari : 1) Operasi Pemungutan :

a) Petugas pemungut setiap hari melaksanakan pemungutan ke

masing-masing WR dengan menyerankan lembar Benda Berharga sesuai dengan beban Retribusi

b) Petugas pemungut menerima uang hasil pemungutan

c) Petugas pemungut setiap hari menyerahkan uang hasil pemungut

dan bonggol Benda Berharga ke UKT


(40)

a) UKT tiap hari menerima uang hasil pemungutan da bonggol Benda Berharga

b) UKT tiap hari membuat Laporan Pemungutan dan Penyetoran 5

(lima) lembar

c) Koordinator Pemungut menyerahkan Laporan Pemungut dan

Penyetoran beserta uang hasil pemungutan kepada BKP Dipenda

d) UKT mencatat ke Buku Harian UKT

b. Formulir dan buku yang dipergunakan adalah : 1) Formulir terdiri dari :

a) Tanda Terima UKT

b) Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT

2) Buku terdiri dari :

a) Buku Harian UKT

b) Buku Harian Petugas Pemungut

2. Penyetoran Uang Hasil Pemungutan ke Kas Daerah a. Kegiatan yang dilaksanakan terdiri dari :

1) BKP Dipenda menerima Laporan Pemungutan dan Penyetoran uang

dari Uang dari UKT

2) BKP Dipenda menjumlahkan Buku Pembantu Penerimaan Sejenis

secara harian

3) BKP Dipenda mencatat Buku Pembantu Penerimaan Sejenis pada


(41)

4) BKP Dipenda tiap hari menyetor uang hasil pemungutan ke Kas Daerah dengan membuat Bukti Sektor Bank

5) Kas Daerah menerima penyetoran uang hasil pemungutan kemudian

menanda tangani dan menyerahkan Bukti Sektor Bank

6) BKP Dipenda atas dasar Bukti Setor Bank yang diterima dari Kas

Daerah mencatat ke dalam kolom penyetoran Buku Kas Umum

7) BKP Dipenda tiap akhir bulan menjumlahkan Buku Kas Umum

kemudian membuat Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang dan menyerahkan Laporan Realisasi Penerimaan dan Penyetoran Uang ke Kepala Daerah serta Buku Kas Umum

b. Formulir dan Buku yang dipergunakan adalah : 1) Formulir terdiri dari :

a. Laporan Realisasi Penerimaan dan

Penyetoran Uang

b. Laporan Pemungutan dan Penyetoran UKT 2) Buku terdiri dari :

a. Buku Pembantu Penerimaan Sejenis b. Buku Kas Umum


(42)

3.1.5 Mekanisme Penetapan Tarif Pajak Restoran Pasal 45

Dengan pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran.

Pasal 46

1. Tarif Pajak Restoran paling tinggi sebesar 10 % (sepuluh persen)

2. Tarif Pajak Restoran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan

dengan Peraturan Daerah Pasal 47

1. Besarnya pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara

mengalikan tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (2) dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 45

2. Pajak Restoran yang terutang dipungut di wilayah Daerah tempat restoran


(43)

3.2 Ketentuan

a. Undang-undang No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

b. Undang-undang No.34 Tahun 2000 Tentang perubahan atas undang-undang

No.18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

c. Peraturan pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak daerah dan Retribusi

Daerah

d. Undang-undang No.25 Tahun 1999 Tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan pemerintah daerah

e. Keputusan Menteri Dalam Negeri No.43 Tahun 1999 Tentang Sistem Dan

Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah Dan Penerimaan Pendapatan Lain-lain

f. Peraturan daerah No.4 Tahun 2001 Tentang pembentukan organisasi dan tata

kerja dinas-dinas daerah di lingkungan pemerintahan kota medan.

g. Keputusan Walikota Medan No.9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan

Daerah Kota Medan

h. Keputusan Walikota Medan No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota

Medan

i. Keputusan Walikota No.25 Tahun 2002 Tentang tugas pokok dan fungsi Dinas

Pendapatan Daerah Kota Medan.

j. Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 2000 Tentang pedoman organisasi perangkat


(44)

3.3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Restoran

Objek Pajak Restoran adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran direstoran termasuk Bar, Kafe, Rumah makan, Buffet, Kantin, Kedai nasi/Kopi dan meliputi penjualan makanan/ minuman di tempat yang disertai tempat penyantapannya maupun yang diantar / dibawa pulang (Take away)

Pengecualian Terhadap Objek Pajak Restoran adalah : 1. Pelayanan Jasa Boga/ Katering

2. Pelayanan yang disediakan oleh restoran atau rumah makan yang pendapatan

brutonya tidak melebihi batas Rp.600.000 (enam ratus ribu rupiah) per bulan.

3. Penjualan makanan dan atau minuman di tempat yang disertai dengan fasilitas

penyantapannya di hotel.

Subjek Pajak Restoran adalah Orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran

Wajib Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada Restoran

Tarif Pajak Restoran adalah sebesar 10% sepuluh perseratus

Besarnya Pokok Pajak Restoran yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada pasal 13 dengan dasar pengenaan sebagaimana dimaksud pada pasal 12 :

1. Pajak yang terutang dipungut di dalam daerah

2. Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu


(45)

3. Pajak Restoran terutang dalam masa pajak terjadi atau timbul pada saat kegiatan pelayanan restoran dilakukan

3.4 PENDAFTARAN DAN PENDATAAN PASAL 44

1. Pendaftaran dilakukan terhadap wajib pajak yang berdomisili di dalam maupun di luar Wilayah Daerah memiliki objek pajak di daerah

2. Kegiatan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diawali dengan

mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada Wajib Pajak

3. Wajib Pajak mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah

4. Formulir pendaftaran yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam induk

wajib pajak secara berurutan yang digunakan sebagai Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi Wajib Pajak

PASAL 45

1. Setiap wajib pajak wajib mengisi SPTPD dan formulir lain yang disamakan

dengan itu

2. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan

lengkap serta ditanda tangani oleh wajib pajak atau kuasanya

3. SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Kepala Daerah

atau Pejabat selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak


(46)

4. Bentuk, isi dan tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD ditetapkan oleh Kepala Daerah

3.5 PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK PASAL 46

1. Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 (1) Kepala Daerah

atau Pejabat menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD atau yang dipersamakan dengan itu

2. Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak kurang bayar setelah

lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan SKPD

PASAL 47

1. Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal

53 ayat (1) digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang

2. Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala

Daerah dapat menerbitkan :

a. SKPDKB

b. SKPDKBT


(47)

3. SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :

a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang

terutang tidak atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu yang lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak

b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan

telah ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak

c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang

dihitung secara jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan sejak saat terutangnya pajak

4. SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila

ditemukan data baru yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut

5. SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah


(48)

6. Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan SPTPD ditambah dengan sanksi administrasi berupa sebesar 2% (dua persen) sebulan

7. Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak

dikenakan pada Wajib Pajak apabila melaporkan sendiri sebelum dilakukan pemeriksaan.

3.6 TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK PASAL 48

1. Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh

Kepala Daerah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

2. Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil

penerimaan pajak harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Kepala Daerah.

3. Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan

dengan menggunakan SSPD.

4. Pembayaran Pajak dengan sistem membayar sendiri, dilakukan di Kas Daerah

atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah pada tanggal 7, 14, 21, dan 28 berdasarkan SPTPD atas pajak yang telah dipungut dalam masa pajak, bilamana tanggal tersebut jatuh pada hari libur maka jadwal pembayaran dimundurkan pada tanggal berikutnya


(49)

PASAL 49

1. Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas

2. Kepala Daerah atau pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib untuk

mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan

3. Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.

4. Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak

untuk menunda pembayaran pajak sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi parsyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar

5. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara

pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat.

PASAL 50

1. Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 diberikan tanda

bukti pembayaran dan di catat dalam bukti penerimaan.

2. bentuk, jenis, isi dan ukuran tanda bukti pembayaran dan bukti penerimaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah


(50)

3.7 TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN PASAL 51

1. SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPKBT, dan STPD dicatat dalam buku menurut

jenis pajak sesuai dengan NPWPD.

2. Besarnya penetapan dan penerimaan Pajak dihimpun dalam Buku Jenis Pajak dan

atas dasar Buku Jenis Pajak dibuat Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan per jenis Pajak.

3. Berdasarkan Daftar Penetapan, Penerimaan dan Tunggakan dibuat pelaporan

realisasi penerimaan dan tunggakan per jenis Pajak sesuai dengan Masa Pajak.

3.8 TATA CARA PENAGIHAN PAJAK PASAL 52

1. Surat teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagai awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.

2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat

Peringatan atau Surat lain yang sejenisnya, Wajib Pajak harus melunasi pajak yang terutang.

3. Surat teguran, Surat peringatan atau surat lain yang sejenisnya sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat. PASAL 53

1. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka


(51)

surat lain yang sejenisnya, jumlah pajak yang harus dibayar di tagih dengan Surat Paksa.

2. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak

tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenisnya. PASAL 54

Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.

PASAL 55

Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan, Pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara

PASAL 56

Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggl, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.

PASAL 57

Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.


(52)

PASAL 68

1. Kepala Daerah atau Pejabat berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat

memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.

2. Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak


(53)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

Dengan berkembang pesatnya masyarakat di Kota Medan ini mendorong pengusaha untuk membuka banyak restoran yang sesuai dengan selera dan keinginan masyarakat yang beraneka ragam tersebut. Dengan banyaknya restoran tersebut maka Dinas Pendapatan Daerah mengelompokkan restoran tersebut dalam beberapa bagian serta menghitung jumlah restoran tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini.

4.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Jumlah Wajib Pajak Restoran di Kota Medan Tahun 2007 adalah

No Kode Rekening Jenis Pajak Jumlah WP

Restoran

1 4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji 66

2 4.1.1.02.07 Restoran Nasional 156

3 4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah 90

4 4.1.1.02.09 Warung Nasi, Kedai Kopik, dll 723

5 4.1.1.02.10 Tempat Hiburan 35

Jumlah 1.070


(54)

Analisa Data

Dari data di atas dapat kita ketahui bahwa jumlah restoran yang terdapat di Kota Medan adalah 1.070 Restoran. Dengan banyaknya restoran tersebut Dinas Pendapatan Daerah Kotan Medan mengenakan Pajak atas Usaha tersebut. Hal ini berarti berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jika diperhatikan lebih jauh, potensi pajak restoran sangat besar apabila dilihat dari perkembangan jenis usaha restoran di Kota Medan misalnya :

1. Usaha Restoran yang cepat saji seperti KFC, Mc Donnal’s, A&W serta restoran lain yang mempunyai banyak cabang di Kota Medan.

2. Usaha Rumah makan seperti rumah makan ACC, Kesawan Square, Rumah makan

Garuda dan lain-lain

Dinas Pendapatan Daerah seharusnya melihat potensi ini dan berupaya agar mampu mengelola sumber pendapatan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak restoran dengan baik dan benar, sehingga pada tahun-tahun yang akan datang penerimaan pendapatan asli daerah dapat lebih ditingkatkan. Besarnya pengenaan Pajak tersebut tergantung dari maju tidaknya usaha restoran yang dikelola.

Dasar Pendaftaran dan Pemungutan Pajak adalah :

1. Self Assesment, yaitu untuk restoran-restoran yang besar 2. Official Assesment, yaitu restoran-restoran yang kecil.

Besarnya perkiraan Potensi Pajak Restoran Kota Medan tahun 2007 tidak sepenuhnya dapat direalisasikan walaupun ada juga yang dapat direalisasikan. Seperti yang telah tertera dalam tabel di bawah ini.


(55)

Target dan Realisasi Pajak Restoran Tahun 2007 Untuk Pajak :

Kode Rekening Jenis Pajak

4.1.1.02.06 Restoran Cepat Saji

4.1.1.02.07 Restoran Nasional

4.1.1.02.08 Restoran Khas Daerah

4.1.1.02.09 Warung Nasi, Kedai Kopi, Dll

4.1.1.02.10 Tempat Hiburan

Realisasi Penerimaan Pajak Daerah N

o Bulan Target APB Target Perbulan

Realisasi Bulan ini

Persentase ( %)

1. Januari 36.756.400.000 3.063.033.333 652.588.934,00 1,78

2 Februari 36.756.400.000 3.063.033.333 3.547.895.395,86 9,65

3 Maret 36.756.400.000 3.341.490.909 6.335.996.992,66 17,24

4 April 36.756.400.000 3.341.490.909 9.324.673.093,16 25,37

5 Mei 36.756.400.000 3.341.490.909,00 12.434.342.288,25 33,83

6 Juni 36.756.400.000 3.341.490.909,08 15.779.759.971,00 42,93

7 July 36.756.400.000 3.341.490.909,08 19.149.018.558,95 52,10

8 Agustus 36.756.400.000 3.341.490.909,08 22.601.749.495.55 61,49

9 September 36.756.400.000 3.341.490.909,08 25.815.674.531.45 70,23

10 Oktober 36.756.400.000 3.341.490.909,08 29.457.217.663,30 80,14

11 November 36.756.400.000 3.341.490.909,08 33.162.382.292,70 90,22

12 Desember 36.756.400.000 3.341.490.909,08 37.189.878.638,70 101,18

Data : Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Dari Uraian di atas maka realisasi dari target tersebut terdapat peningkatan dari Bulan Januari sampai Desember dilihat dari persentasenya 101,18% sedangkan bulan


(56)

Januari sebesar 1,78 %. Sebagai contoh perbandingan saya akan membandingkan perhitungan realisasi bulan Januari dan bulan Desember

1. Januari = 652.588.934,00 (1,78)

2. Desember = 37.189.878.638,70 (101,18 %)

Jumlah Desember – Januari

= Rp. 37.189.878.638,70 - 652.588.934,00 = Rp. 36.537.289.704,70

Jumlah persentasenya = 101.18 % – 1.78 % = 99,8 %

Rumus Perhitungan Pajak Restoran dapat dilakukan sebagai berikut :

Dimana : I1 : Pendapatan Restoran i per Hari

H : Hari per tahun = 365 hari 10% : Dasar pengenaan pajak

Analisa Data

Dari tabel di atas dapat kita lihat terjadinya peningkatan pendapatan pajak restoran bulan Desember sekitar 99,8 % berarti telah mencapai bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Bisa kita lihat 99,8 % = Rp. Rp. 36.537.289.704,70. Sungguh jumlah yang sangat besar dari pencapaian Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota atau


(57)

yang disebut dengan Over Target. Dari jumlah ini kita bisa menilai cara kinerja petugas pemungut Pajak daerah ini sangat Intensitas dalam menyukseskan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sehingga anggaran APBD untuk kota medan bisa distabilkan dengan pendapatan pajak daerah.

Meningkatnya pendapatan ini tidak terlepas dari pendataan dan pendaftaran Wajib Pajak yang semakin lama banyak dibangun tempat-tempat hiburan, restoran-restoran berkelas yang memungkinkan pajak bisa kita pungut dari sana.

Dalam mencapai target dan realisasi ini banyak kendala ataupun hambatan yang dihadapi, baik hambatan Internal maupun hambatan External. Target dan Realisasi tercapai dapat dilakukan karena banyaknya objek-objek pajak baru yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber pendapatan pajak restoran.

Hambatan Internal itu dapat berupa kendala administratif serta kurangnya kesiapan sumber daya manusia. Sedangkan hambatan External dapat berupa hambatan yang dihadapi langsung di lapangan

Intensifikasi dan Extensifikasi dalam target dan realisasi pajak restoran bulan Januari tahun 2007 adalah paling rendah diantara semua sektor pajak restoran yang ada di Kota Medan. Hal ini dapat terjadi karena intensifikasi dan extensifikasi merupakan suatu pemungutan-pemungutan pembayaran yang dilakukan oleh fiskus terhadap wajib pajak restoran sebagai pertambahan insidentil.

Dari target yang ditetapkan Rp.3.063.033.333, - untuk bulan Januari yang dapat direalisasikan hanya sebesar Rp.652.588.934,00 atau 1,78 %. Maka dapat dikatakan intensifikasi dan extensifikasi tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu :


(58)

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 652.588.934,00 - Rp.3.063.033.333, = Rp.2.410.445.399

Hal ini bisa terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan tidak mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang menyebabkan target jauh dari jangkauan untuk direalisasikan.

Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan evaluasi tentang Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.

4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang

telah diterbitkan (menunggak pajak)

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai

dengan yang dikutip dari subjek pajak

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang

dilaporkan (tunggakan pajak)

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut :


(59)

a. Kesadaran wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Rertoran, Cafe, Rumah makan, Kedai Nasi/

Kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan Kota Medan saat ini.

d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan

4.4Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya-upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan

melaksanakan penjagaan

b. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak yang

melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum

menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.


(60)

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi /

omzet yang sebenarnya.

h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak. i. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebagai akhir dari penulis ini menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan Pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sistem Official Assesment dan Sistem Assesmet.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Mendata ulang setiap potensi wajib pajak restoran yang memeliki

omzet yang besar

b. Menyampikan surat teguran pada wajib pajak yang belum

manyampaikan SPTPD.

c. Melakukan penagihan lansung pada wajib pajak.

d. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja optimal.

e. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak yang melakukan


(62)

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya belum sepenuhnya mencapai target.

6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan unsur pelaksana

pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan wali kota medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

5.2 Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi

daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan

pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang pajak


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harmein, 2002, Potensi Pajak Hotel dan Restoran Di Kota Medan. Medan.

Prakosa, Kesit Bambang, 2003 Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta.

Yani, Ahmad, 2002 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di

Indonesia. Jakarta.

Himpunan Peraturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 2003, Eko Jaya,

Jakarta.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.


(1)

Jumlah Realisasi – Target

= Rp. 652.588.934,00 - Rp.3.063.033.333, = Rp.2.410.445.399

Hal ini bisa terjadi karena pertambahan pendapatan insidentil itu tidak dapat dipungut karena banyak wajib pajak restoran yang menutup usahanya dan tidak mendaftarkan usahanya sebagai wajib pajak restoran, yang menyebabkan target jauh dari jangkauan untuk direalisasikan.

Dalam bab ini Penulis akan membahas mengenai analisa dan evaluasi tentang Pemungutan Pajak Restoran secara lebih lanjut lagi.

4.2 Hambatan-hambatan dalam Pemungutan Pajak Restoran

a. Wajib pajak belum melaksanakan pembayaran sesuai dengan SKPD yang telah diterbitkan (menunggak pajak)

b. Pembayaran yang dilakukan oleh wajib pajak tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

c. Terdapat beberapa wajib pajak yang menutup usahanya

d. Masih terdapat wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD

e. Wajib pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai dengan yang dikutip dari subjek pajak

f. Masih terdapat wajib pajak yang belum membayar pajak sesuai yang dilaporkan (tunggakan pajak)

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Restoran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak restoran adalah sebagai berikut :


(2)

a. Kesadaran wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya. b. Tersedianya peraturan daerah tentang pajak daerah.

c. Berdirinya atau terdapatnya usaha Rertoran, Cafe, Rumah makan, Kedai Nasi/ Kopi dan usaha lainnya yang sejenis dan sejalan dengan perkembangan Kota Medan saat ini.

d. Tidak sesuai pembayaran pajak yang sudah ditetapkan dengan penghasilan

4.4Upaya-upaya yang dilakukan dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Restoran

Agar penerimaan pajak restoran dapat mencapai target yang ditentukan, maka diperlukan langkah-langkah atau upaya-upaya yang perlu dilakukan demi peningkatan penerimaan pajak restoran tersebut.

Upaya-upaya tersebut adalah :

a. Melaksanakan pendataan ulang terhadap potensi atau wajib pajak dengan melaksanakan penjagaan

b. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran terhadap wajib pajak baru.

c. Melaksanakan upaya pendekatan secara persuasif kepada wajib pajak yang melaksanakan pembayaran tidak sesuai dengan nilai yang tercantum dalam SKPD

d. Melaksanakan Penagihan langsung kepada wajib pajak yang belum menyetorkan pajak sesuai dengan yang dilaporkan

e. Mengarahkan dan meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk dapat bekerja optimal melalui rapat evaluasi.


(3)

f. Menyampaikan surat teguran pada wajib pajak yang belum menyampaikan SPTPD

g. Mengembalikan SPTPD yang belum sepenuhnya menggambarkan potensi / omzet yang sebenarnya.

h. Melaksanakan pemeriksaan langsung terhadap wajib pajak. i. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran bagi wajib pajak


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis dari hasil data yang diperoleh pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, sebagai akhir dari penulis ini menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang telah disediakan dengan pembayaran di restoran.

2. Pemungutan Pajak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Sistem Official Assesment dan Sistem Assesmet.

3. Jenis usaha restoran jika dilihat dari besarnya target pada setiap tahunnya terus meningkat.

4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam meningkatkan penerimaan pajak restoran, antara lain :

a. Mendata ulang setiap potensi wajib pajak restoran yang memeliki omzet yang besar

b. Menyampikan surat teguran pada wajib pajak yang belum manyampaikan SPTPD.

c. Melakukan penagihan lansung pada wajib pajak.

d. Meningkatkan kinerja petugas lapangan untuk bekerja optimal.

e. Melakukan pengawasan terhadap wajib pajak yang melakukan penghindaran pajak


(5)

5. Kontribusi pajak restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) sangat besar dibandingkan penerimaan pajak lainnya. Namun dalam penerimaannya belum sepenuhnya mencapai target.

6. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangan wali kota medan di bidang pengelolaan dan pendapatan daerah.

5.2 Saran

Saran penulis untuk meningkatkan penerimaan pajak restoran adalah :

1. Pemerintah Kota Medan diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi daerah untuk memungut pajak sebanyak-banyaknya tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan

2. Peraturan Daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.

3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak restoran dalam melaksanakan ketentuan yang berlaku dan mensosialisasikan peraturan daerah kepada masyarakat.

4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya membayar pajak.

5. Diharapkan kepada aparat pengelola pajak restoran agar lebih mengawasi proses pemungutan pajak restoran.

6. Hendaknya petugas pemungut pajak restoran betul-betul mengerti tentang pajak daerah.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Harmein, 2002, Potensi Pajak Hotel dan Restoran Di Kota Medan. Medan.

Prakosa, Kesit Bambang, 2003 Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta.

Yani, Ahmad, 2002 Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah Di Indonesia. Jakarta.

Himpunan Peraturan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, 2003, Eko Jaya, Jakarta.

Keputusan Menteri Dalam Negeri No.43 Tahun 1999 Tentang Sistem dan Prosedur Peraturan Daerah No.12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan.

Peraturan Pemerintah No.65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.