Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia di Klinik Bersalin
Niar Jalan Balai Desa Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yaitu “bagaimanakah hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia di
Klinik Bersalin Niar Jalan Balai Desa Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011”?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia di Klinik Bersalin Niar Jalan Balai Desa Kecamatan Medan Patumbak
tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil tentang bayi makrosomia
b. Untuk mengetahui sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi
makrosomia D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman dalam penerapan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan terutama tentang bayi makrosomia.
Universitas Sumatera Utara
b. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan baru mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi
makrosomia, serta dapat digunakan sebagai wahana kepustakaan bagi mahasiswa tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia.
c. Bagi Klinik Bersalin
Sebagai sumbangsih pemikiran bagi tenaga kesehatan agar dapat menginformasikan kepada ibu ibu hamil tentang bayi makrosomia dalam
meningkatkan kesehatan pelayanan preventif.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGETAHUAN 1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari usaha manusia untuk tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, insaf, mengerti, dan pandai Salam, 2003.
Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan knowledge adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior. Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk
mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang
berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan Notoatmodjo, 2003.
2. Kategori Pengetahuan
Menurut Arikunto 2006, pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a.
Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76 - 100
dari seluruh petanyaan b.
Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56 - 75 dari
seluruh pertanyaan c.
Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40 - 55 dari
seluruh pertanyaan
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo 2003 pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu Know
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang
paling rendah
b. Memahami Comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi Aplication
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Universitas Sumatera Utara
e. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada.
f. Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
B. SIKAP 1. Pengertian Sikap
Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang dimaksud dengan sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain bila dibandingkan dengan ahli lainnya.
Untuk memberikan gambaran tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang diajukan oleh beberapa ahli, antara lain:
a. Thustone berpendapat bahwa sikap merupakan suatu tingkatan afeksi, baik
bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, seperti: simbul, prase, slogan, orang, lembaga, cita-cita dan gagasan
Zuriah, 2003. b.
Howard Kendle mengemukakan, bahwa sikap merupakan kecendrungan tendency untuk mendekati approach atau menjauhi avoid, atau melakukan
sesuatu, baik secara positif maupun secara negative terhadap suatu lembaga, peristiwa, gagasan atau konsep.
Universitas Sumatera Utara
c. Paul Massen dan David Krech, berpendapat sikap merupakan suatu system dari
tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi pengenalan, feeling perasaan, dan action tendency kecendrungan untuk bertindak Yusuf, 2006.
d. Sarlito Wirawan Sarwono mengemukakan, bahwa “sikap adalah kesiapan
seseorang bertindak terhadap hal-hal tertentu Azwar, 2007. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
kondisi mental relative menetap untuk merespon suatu objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti baik bersifat positif, netral, atau negative yang mengangkat aspek-
aspek kognisi, afeksi, dan kecendrungan untuk bertindak.
2. Unsur Komponen Sikap
Menurut Yusuf 2006 unsur komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: a.
Komponen kognitif komponen perceptual, yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan bagaimana persepsi orang terhadap objek sikap. Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap. Berisi persepsi dan kepercayaan
yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif disamakan dengan pandangan opini apabila menyangkut masalah issu atau
problem controversial. b.
Komponen afektif komponen emosional, yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa senang atau rasa tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang
merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap, yaitu positif dan negatif.
Merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional ini yang biasanya berakar paling dalam sebagai
Universitas Sumatera Utara
komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen afeksi disamakan
dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. c.
Komponen konatif komponen perilaku, atau action component, yaitu komponen yang berhubungan dengan kecendrungan bertindak terhadap objek sikap.
Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan besar kecilnya kecendrungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap.
Merupakan aspek kecendrungan berperilaku sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan
cara-cara tertentu dan berkaitan dengan objek yang akan dihadapi 3. Kategori Sikap
a.
Menurut Heri Purwanto, sikap terdiri dari:
1 Sikap Positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
menghadapkan objek tertentu. 2
Sikap Negatif, terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.
b. Menurut Azwar 2007, sikap terdiri dari:
1 Menerima Receiving
Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Misalnya, sikap orang terhadap gizi dapat dilihat
dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap gizi. 2
Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu
Universitas Sumatera Utara
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang tersebut menerima ide
tersebut. 3
Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
suatu indikasi tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain tetangga, saudara, dan sebagainya untuk pergi menimbang anaknya ke
Posyandu adalah bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4 Bertanggung Jawab Responsible
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun ibu tersebut mendapatkan tantangan dari mertua dan orang tuanya sendiri
4. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap
Menurut Azwar 2007 sikap dapat dibentuk atau diubah melalui 4 macam cara, yaitu:
a. Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan
terus-terusan, lama kelamaan secara bertahap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman,
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut terbentuk
sikap.
Universitas Sumatera Utara
c. Intelegensi, tadinya secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan suatu hal tertentu. d.
Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman
traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap
Menurut Purwanto 1998 factor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap, yaitu:
a. Faktor intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsanga dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana yang akan
kita teliti dan mana yang harus diajauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecendrungan-kecendrungan dalam diri kita.
b. Faktor ekstern, yang merupakan factor di luar manusia yaitu:
1 Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.
2 Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.
3 Sifat orangkelompok yang mendukung sikap tersebut.
4 Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.
5 Situasi pada saat sikap dibentuk Purwanto, 1998.
6. Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu
subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang
Universitas Sumatera Utara
tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survei misal public option survey. Sedangkan secara
langsung yang berstruktur yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan pertanyaan- pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan
dan langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti Arikunto, 2002.
7. Pengukuran Sikap Model Guttman
Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan ya, dan tidak,
positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar
nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala likert Hidayat, 2007.
C. MAKROSOMIA 1. Pengertian
Makrosomia atau bayi besar adalah bila berat badan bayi melebihi dari 4000 gram. Wiliiam, 2001. Dalam dunia kedokteran makrosomia disebut giant baby.
Menurut Cunningham 2005 semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa memandang usia kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
2. Karakteristik Makrosomia
a. Mempunyai wajah berubi menggembung, pletoris wajah tomat
b. Badan montok dan bengkak
c. Kulit kemerahan
d. Lemak tubuh banyak
e. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari rata-rata
Universitas Sumatera Utara
3. Etiologi
a. Genetik, obesitas dan overweight yang dialami ayah ibu dapat menurun pada bayi.
b. Pertambahan berat badan ibu yang berlebihan selama kehamilan, porsi makanan
yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh pada berat badan ibu. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat di atas rata-rata.
c. Ibu dengan diabetes milletus, tingginya gula darah ibu bisa berpengaruh pada berat
badan bayi. Jika fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka janin dapat tumbuh makin subur.
d. Ibu hamil dengan riwayat melahirkan bayi makrosomia, ibu yang sebelumnya
pernah melahirkan bayi makrosomia berisiko 5-10 kali lebih tinggi untuk kembali melahirkan bayi makrosomia dibandingkan ibu yang belum pernah melahirkan
bayi makrosomia. e.
Multigravida, ada kecendrungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak pertama.
f. Usia gestasi lama
g. Usia ibu
h. Wanita hamil yang memiliki berat badan yang lebih dari 150 kg, janinnya
memiliki risiko 30 mengalami makrosomia Pendit, 2004.
4. Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat diperkirakan dengan cara:
a. Keturunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkannya dan
adanya diabetes milletus
Universitas Sumatera Utara
b. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya edema dan
sebagainya c.
Pemeriksaan teliti tentang disproporsi sefalo atau feto-pelvik, dalam hal ini dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi Mochtar, 1998.
5. Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan 4000-4500 gram umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Distosia akan diperoleh bila janin lebih besar
dari 4500-5000 gram atau pada kepala yang sudah keras postmaturitas dan pada bahu yang lebar. Apabila disproporsi sefalo atau feto-pelvic ini dibiarkan maka
terjadi kesulitan baik pada ibu maupun pada janin Mochtar, 1998.
6. Penanganan
a. Pada disproporsi sefalo dan feto-pelvic yang sudah diketahui dianjurkan untuk
seksio caesar. b.
Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar dan janin diusahakan lahir, atau bahu diperkecil dengan melakukan
kleidotomi unilateral atau bilateral. Setelah dilahirkan dijahit kembali dengan baik dan untuk cedera postkleidotomi dikonsulkan ke bagian bedah.
c. Apabila janin meninggal lakukan embriotomi Mochtar, 1998.
7. Komplikasi
a. Komplikasi pada Ibu
1 Ibu mengalami robekan perineum
2 Persalinan dengan operasi caesar
3 Kehilangan darah dalam jumlah banyak saat persalinan
4 Ruptur uteri dan serviks
Universitas Sumatera Utara
b. Komplikasi pada bayi
1 Bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadangkala bayi lahir dengan
trauma tulang leher dan bahu. 2
Distosia atau macet pada bahu 3
Hipoglikemia Istilah hipoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi dibawah kadar rata-
rata. Dikatakan hipoglikemia apabila kadar glukosa darah kurang dari 30 mgdl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hipoglikemia. Umumnya hipoglikemia terjadi pada neonatus usia 1-2 jam Rudolph, 2006.
8. Pencegahan
a. Pencegahan dilakukan dengan melakukan penimbangan berat badan ibu secara
teratur, dan ANC yang teratur. b.
Ibu harus selalu menjaga berat badannya agar tetap normal, ibu hamil sebaiknya melakukan pengaturan pola makan sesuai kebutuhan kalori. Ngemil boleh saja
dilakukan, tapi hindari cemilan manis. c.
Lakukan olahraga ringan. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli dari Norwegia menyebutkan, risiko bayi lahir dengan ukuran besar bisa berkurang hingga 28
bila di masa kehamilan ibu tetap berolahraga secara teratur terutama pada trimester dua dan tiga.
d. Ibu hamil hendaknya memeriksakan kadar gula darahnya, meskipun sebelumnya
tidak ada diabetes milletus Rukiyah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep konsep yang diamati atau diukur pada penelitian yang akan dilakukan. Sebagai variabel
independen adalah pengetahuan ibu hamil tentang bayi makrosomia dan variabel dependen adalah sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia. Dapat dilihat pada skema
berikut ini.
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema 1. Kerangka konsep penelitian hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil
tentang bayi makrosomia.
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternative Ha yaitu ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia di Klinik Bersalin Niar Jalan
Balai Desa Kecamatan Medan Patumbak tahun 2011. Pengetahuan Ibu Hamil
tentang Bayi Makrosomia Sikap Ibu Hamil tentang
Bayi Makrosomia
Universitas Sumatera Utara
C. Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional
Alat Ukur
Cara
Ukur
Hasil Ukur
Skala
1 Pengetahuan
ibu tentang bayi
makrosomia Kemampuan
ibu untuk mengungkap
kembali apa yang
diketahuinya tentang bayi
makrosomia. Kuesioner
yang berisi 10
pertanyaan Dengan
menghitung jawaban
responden pada
kuesioner -
Baik: jika jawaban
benar 5 butir soal
50 -
Kurang: jika
jawaban benar 5
butir soal
50
Rasio
2 Sikap ibu
tentang bayi makrosomia
Pandangan atau perasaan
ibu, penilaian ibu terhadap
bayi makrosomia
Kuesioner yang berisi
10 pernyataan
Dengan menghitung
jawaban responden
pada kuesioner
- Sikap
positif: jika
jawaban benar 5
butir soal
50 -
Sikap negatif:
jika jawaban
benar 5 butir soal
50
Rasio
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional study, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang bayi makrosomia, dan apabila ada seberapa erat hubungannya serta berarti atau tidak hubungan itu Arikunto, 2006: 270.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi