Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Miskin Di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENDUDUK MISKIN

DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Oleh

HERMAN

087018006/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

S

E K

O L A

H P

A S

C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENDUDUK MISKIN

DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERMAN

087018006/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENDAPATAN PENDUDUK

MISKIN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM

KABUPATEN DELI SERDANG

Nama Mahasiswa : Herman

Nomor Pokok : 087018006

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 10 Pebruari 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si

Anggota : 1. Dr. Rahmanta, M.Si

2. Irsad Lubis, M.Soc,Sc. PhD 3. Drs. Rujiman, M.A


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

PENDUDUK MISKIN DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN

DELI SERDANG”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Pebruari 2010 Yang membuat pernyataan

H E R M A N 087018006/EP


(6)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan pertanian, akses kesehatan dan jarak ke pusat kota terhadap Pendapatan Penduduk Miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Lubuk Pakam Dalam Angka. Responden adalah penduduk yang menerima bantuan langsung tunai (BLT) yang berjumlah 98 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Proporsional Stratified Random Sampling. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan luas lahan pertanian mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk miskin sedangkan jarak mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan tersebut mengindikasikan adanya peningkatan terhadap pendapatan penduduk miskin, sedangkan variabel yang berpengaruh negatif dan signifikan tersebut mengindikasikan adanya penurunan pendapatan penduduk miskin pada  = 5%. Di lain pihak variabel akses kesehatan berpengaruh tetapi tidak signifikan. Tidak signifikannya variabel akses kesehatan karena penduduk miskin sudah memiliki jaminan kesehatan (berobat gratis). Walaupun dari uji parsial dijumpai satu variabel yang tidak signifikan, namun secara serempak (simultan) variabel yang digunakan berpengaruh signifikan pada  = 5% terhadap kemiskinan di Kecamatan Lubuk Pakam.

Kata Kunci: Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Luas Lahan Pertanian, Akses Kesehatan, Jarak ke Pusat Kota dan Kemiskinan.


(7)

ABSTRACT

This research is to analyze the effect of education, number of family member, width of landfarming, health access and distance to center of city on income of poor population in Lubuk Pakam.

The collection of data is from primary and secondary data, primary data is as questionnaire while secondary data is data of Lubuk Pakam in numbers. Respondent is population receiving the cash direct assistance (BLT), 98 people. Technich of sampling used is using proportional stratified radom sampling. The model used in this research is econometric model with Ordinary Least Square (OLS) method.

The result of research indicates that variables of education, number of family member and width of landfarming have positive and sifnificant effect on income of poor people, while distance has negative and significance effect on poverty indicating that there is increase on income of poor people, while negative and significant variable indicates there is a decrease in income of poor people at = 5%. And then varible of health access has effect but insignificant. Insignificant of health access variable is caused by poor people has received the free health service security. Although in partial test there is insignificant variable, but simultaneously the variable used has significant effect at = 5% on poverty in subdistrict of Lubuk Pakam.

Keywords: Education, Number of Family Member, Width of Landfarming, Health Access, Distance to Central City and Poverty.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Penduduk

Miskin di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang” sebagai tugas

akhir pada Program Magister Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, sebagai Pembimbing I, dan Dr. Rahmanta, MSi sebagai Pembimbing II, yang banyak memberikan arahan, bimbingan dukungan dan dorongan pemikiran hingga tesis ini dapat selesai.

2. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dengan arif dan bijaksana dapat mengarahkan kami sehingga mampu menyelesaikan pendidikan pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan pegawai, khususnya pada Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama proses perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.

4. Kedua orang tuaku Ayahanda Ponimin Pranoto dan Ibunda Kamaliah, serta seluruh keluarga besarku yang ada di Pematang Tatal Kecamatan Perbaungan yang selama ini turut memberikan dorongan moril dan materil hingga penulis mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik.


(9)

5. Prof. Dr. Syaifuddin, M.A., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.

6. Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, selaku Pembantu Rektor I Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan dukungan bagi penulis.

7. Abang Supratman dan Keluarga, yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Bapak Barto Simatupang yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Angkatan 14 yang telah bersama-sama berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan banyak bantuan dan dukungan yang luar biasa.

Sesungguhnya, masih banyak lagi ucapan terima kasih yang selayaknya saya ucapkan kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. Namun, pada kesempatan yang terbatas ini tidak mungkin penulis sampaikan satu persatu. Oleh karena itu, penulis mohon dimaafkan dan diperkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, selain itu penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya selama ini.

Medan, Maret 2010 Penulis,

HERMAN NIM. 087018006


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Herman

Tempat dan Tanggal Lahir : Pematang Tatal, Perbaungan, 22 Agustus 1982

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : Ponimin Pranoto

Ibu : Kamaliah

Alamat Rumah : Jln Besar Pasar Bengkel, Pematang Tatal No 10, Perbaungan, Serdang Bedagei.

Pendidikan

1. Tahun 1989-1995 : SDN No 101949 Pematang Tatal, Sergai. 2. Tahun 1995-1998 : SMP Negeri 1 Perbaungan, Sergai.

3. Tahun 1998-2001 : SMU Swasta Setia Budi Perbaungan, Sergai. 4. Tahun 2001-2005 : Universitas Islam Sumatera Utara - Medan.

5. Tahun 2008-2010 : Sekolah Pascasarjana Program Studi Ekonomi Pembangunan USU - Medan.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Penduduk dan Kemiskinan... 7

2.2. Pendidikan dan Kemiskinan... 10

2.3. Kesehatan dan Kemiskinan ……….……….. 20

2.4. Pendapatan dan Kemiskinan ... 21

2.5. Luas Lahan dan Kemiskinan... 26

2.6. Penyebab Kemiskinan ... 27

2.7. Indikator Kemiskinan... 30

2.8. Penelitian Sebelumnya ……….. 32


(12)

2.10. Hipotesis Penelitian ……… 34

BAB III. METODE PENELITIAN... 36

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………. 36

3.2. Sumber Data………... 37

3.3. Populasi dan Sampel ………. 37

3.4. Model Analisis ……… ……… 39

3.5. Defenisi Operasional ………. 40

3.6. Metode Analisis ………... 41

3.7. Test Goodness of Fit……………. .. 42

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……….. 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 45

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian... ... 45

4.2. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lubuk Pakam... 48

4.3. Deskripsi Data Pendidikan... 49

4.4. Deskripsi Data Pertanian... 50

4.5. Deskripsi Data Akses Kesehatan dan Kondisi Fisik Rumah... 51

4.6. Karakteristik Responden... 53

4.7. Hasil Analisis Data dan Pembahasan.... ... 55

4.7.1 Deskripsi Data ... 55

4.7.2 Uji Statistik Hasil Estimasi Model... 60

4.7.3 Uji Asumsi Klasik... 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 69

5.1. Kesimpulan... 69

5.2. Saran-saran... ... 70


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumut Tahun 1999-2006... 3

3.1. Sampel Penelitian di Kecamatan Lubuk Pakam... 37

3.2. Jumlah Sampel Tiap-tiap Desa di Kecamatan Lubuk Pakam... 39

4.1. Luas Wilayah, Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Lubuk Pakam dan Jarak Kecamatan ke Kantor Kepala Desa (Km) Tahun 2007... 47

4.2. Mata Pencarian Penduduk Menurut Desa di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007... ... 48

4.3. Banyaknya Sekolah, Guru, dan Murid untuk SD, SLTP, SMU di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007... 49

4.4. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Sawah di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007... 50

4.5. Banyaknya Rumah Sakit, Puskesmas, Puspem, dan Posyandu di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007...……….. 51

4.6. Banyaknya Rumah Tempat Tinggal di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007... 52

4.7. Rata-rata Harga Eceran 9 Bahan Pokok di Kecamatan Lubuk Pakam Tahun 2007 ………..………... 53

4.8. Responden Menurut Jenis Pekerjaan... 54

4.9. Responden Menurut Jumlah Tanggungan Rumah Tangga... 54

4.10. Data Jenjang Pendidikan...… 55

4.11. Data Jumlah Tanggungan Anggota Keluarga... 56


(14)

4.13. Data Akses Kesehatan Pertahun... 58

4.14. Data Jarak dari Desa ke Pusat Kota... 59

4.15. Tabulasi Pendapatan Reponden... 59

4.16. Hasil Uji Jarque-Bera... 66

4.17. Hasil Uji Ramsey... 66

4.18. Hasil Uji Multikolinieritas... 67


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kurva Lorentz dan Garis Pemerataan Pendapatan... 23 2.2 Skema Kerangka Pemikiran... 34


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Variabel………. 74

2. Regresi Berganda...……… 77

3. Normalitas Data...……….. 78

4. Stabilitas Test ..………. 79

5. Heterokedastisitas..……… 80

6. Multikolinearitas……… 81

7. Multikolinearitas……… 82

8. Multikolinearitas……… 83

9. Multikolinearitas……… 84


(17)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan pertanian, akses kesehatan dan jarak ke pusat kota terhadap Pendapatan Penduduk Miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan data sekunder, data primer berupa angket sedangkan data sekunder berupa data Lubuk Pakam Dalam Angka. Responden adalah penduduk yang menerima bantuan langsung tunai (BLT) yang berjumlah 98 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode Proporsional Stratified Random Sampling. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan luas lahan pertanian mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan penduduk miskin sedangkan jarak mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, variabel yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan tersebut mengindikasikan adanya peningkatan terhadap pendapatan penduduk miskin, sedangkan variabel yang berpengaruh negatif dan signifikan tersebut mengindikasikan adanya penurunan pendapatan penduduk miskin pada  = 5%. Di lain pihak variabel akses kesehatan berpengaruh tetapi tidak signifikan. Tidak signifikannya variabel akses kesehatan karena penduduk miskin sudah memiliki jaminan kesehatan (berobat gratis). Walaupun dari uji parsial dijumpai satu variabel yang tidak signifikan, namun secara serempak (simultan) variabel yang digunakan berpengaruh signifikan pada  = 5% terhadap kemiskinan di Kecamatan Lubuk Pakam.

Kata Kunci: Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Luas Lahan Pertanian, Akses Kesehatan, Jarak ke Pusat Kota dan Kemiskinan.


(18)

ABSTRACT

This research is to analyze the effect of education, number of family member, width of landfarming, health access and distance to center of city on income of poor population in Lubuk Pakam.

The collection of data is from primary and secondary data, primary data is as questionnaire while secondary data is data of Lubuk Pakam in numbers. Respondent is population receiving the cash direct assistance (BLT), 98 people. Technich of sampling used is using proportional stratified radom sampling. The model used in this research is econometric model with Ordinary Least Square (OLS) method.

The result of research indicates that variables of education, number of family member and width of landfarming have positive and sifnificant effect on income of poor people, while distance has negative and significance effect on poverty indicating that there is increase on income of poor people, while negative and significant variable indicates there is a decrease in income of poor people at = 5%. And then varible of health access has effect but insignificant. Insignificant of health access variable is caused by poor people has received the free health service security. Although in partial test there is insignificant variable, but simultaneously the variable used has significant effect at = 5% on poverty in subdistrict of Lubuk Pakam.

Keywords: Education, Number of Family Member, Width of Landfarming, Health Access, Distance to Central City and Poverty.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, terutama di negara sedang berkembang. Banyak negara yang sedang berkembang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tetapi tidak membawa manfaat yang berarti bagi penduduk miskinnya. Kemiskinan memiliki banyak dimensi, bukan hanya ekonomi saja tetapi juga masalah-masalah seperti kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan merupakan masalah kompleks karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang terkait. World Bank (2002) mengkategorikan karakteristik penduduk miskin menurut komunitas, wilayah, rumah tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, infrastruktur merupakan determinan utama kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, selain itu memudahkan investor untuk melakukan investasi di daerah yang bersangkutan. Indikator pembangunan infrastruktur yang penting adalah saluran irigasi, akses listrik, dan kondisi jalan utama transportasi. Indikator lain dari karakteristik faktor komunitas adalah akses yang sama terhadap usaha atau pekerjaan seperti keberadaan lembaga keuangan dan industri.

Pada tingkat wilayah ada bermacam-macam karakteristik yang mungkin berkaitan dengan kemiskinan. Hubungan dari karakteristik tersebut dengan kemiskinan


(20)

adalah sesuai dengan kondisi wilayah tersebut. Meskipun demikian, secara umum tingkat kemiskinan akan tinggi di wilayah dengan ciri-ciri sebagai berikut: terpencil secara geografis, sumberdaya yang rendah, curah hujan yang rendah, dan kondisi iklim yang tidak ramah.

Konsentrasi spasial kemiskinan sendiri memiliki definisi yang berbeda dengan kemiskinan yang konvensional. Menurut Kazemipur dan Halli, secara konvensional, kemiskinan menunjuk pada individu/keluarga yang tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya atau membelanjakan lebih dari proporsi tertentu dari pendapatannya untuk mencapai standar hidup tertentu sedangkan konsentrasi spasial kemiskinan melihat tingkat kemiskinan pada suatu komunitas tertentu (Ardyanto, 2003). Komunitas dapat disebut miskin jika lebih dari 20 persen populasinya orang miskin. Tingkat kemiskinan suatu komunitas ini memberikan informasi perbandingan antar wilayah seperti halnya perbandingan kemiskinan antarnegara.

Sebagai gambaran tentang perkembangan persentase penduduk miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 1999 sampai tahun 2006 (Tabel 1.1). Terlihat bahwa di mana posisi Kabupaten Deli Serdang jika dibandingkan dengan kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Secara rata-rata penurunan jumlah penduduk miskin jauh lebih baik dibandingkan dengan kabupaten lainnya, namun penurunan yang terjadi tidak sesuai dengan keadaan di Kabupaten Deli Serdang. Karena daerah tersebut sebagai kawasan industri dan juga memiliki pusat penelitian untuk pertanian, namun yang terjadi malah sebaliknya seharusnya penurunan penduduk miskin harus lebih besar lagi.


(21)

Tabel 1.1. Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut Tahun 1999-2006

Persentase No. Kabupaten/Kota

1999 2002 2003 2004 2006 1 Nias 55,99 31,42 32,41 31,58 36,19 2 Mandailing Natal - 23,77 23,77 21,31 20,40 3 Tapanuli Selatan 12,40 21,87 21,87 22,08 24,17 4 Tapanuli Tengah 21,06 29,89 31,50 31,47 31,26 5 Tapanuli Utara 14,00 20,89 21,33 19,16 21,73 6 Toba Samosir - 24,03 21,92 19,21 17,85 7 Labuhan Batu 16,49 15,06 15,78 14,16 14,20 8 Asahan 17,47 15,66 14,61 12,91 13,38 9 Simalungun 20,76 18,87 18,99 17,94 19,39 10 Dairi 16,06 24,66 22,89 21,16 22,16 11 Karo 5,02 23,20 20,35 20,00 20,96 12 Deli Serdang 10,46 9,98 8,30 7,72 6,29 13 Langkat 19,54 20,60 21,21 19,89 19,65 14 Nias Selatan - - - 32,15 37,66 15 Humbang Hasudutan - - - 20,11 22,14 16 Pakpak Barat - - - 22,26 23,67

17 Samosir - - - 21,89 30,59

18 Serdang Bedagai - - - 8,20 12,34 19 Sibolga 13,30 10,10 9,34 9,01 10,09 20 Tanjung Balai 6,66 14,62 13,19 12,53 12,51 21 Pematang Siantar 20,91 12,28 12,14 11,55 12,07 22 Tebing Tinggi 12,89 11,94 11,01 10,10 10,42 23 Medan 11,81 4,80 7,25 7,13 7,77 24 Binjai 8,75 6,14 7,05 6,40 6,38 25 Padang Sidempuan - - - 13,65 12,22

Sumatera Utara 16,74 15,84 15,89 14,93 15,66

Sumber: BPS Survei Sosial Ekonomi Nasional 1999-2006.

Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa tingkat kemiskinan masih tetap besar, di mana dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2006 penurunannya hanya sebesar 1,08 persen, di sini jelas bahwa masih banyaknya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Deli Serdang. Jumlah penduduk miskin selain cukup besar juga penurunannya masih relatif lambat sehingga dapat memperlambat pembangunan yang ada di Kabupaten


(22)

Deli Serdang, Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan yang lebih besar lagi. Berdasarkan penjelasan penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan, namun untuk memperkecil ruang lingkup penelitian ini dan juga terbatasnya waktu dan dana maka penulis membatasi penelitian hanya di Kecamatan Lubuk Pakam. Adapun judul penelitian ini adalah “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Miskin di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh pendidikan terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

2. Bagaimanakah pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Bagaimanakah pengaruh luas lahan pertanian terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

4. Bagaimanakah pengaruh akses kesehatan terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

5. Bagaimanakah pengaruh jarak ke pusat pasar (perdagangan) terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk menganalisis pengaruh pendidikan terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

3. Untuk menganalisis pengaruh luas lahan pertanian terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

4. Untuk menganalisis pengaruh kesehatan terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

5. Untuk menganalisis pengaruh jarak ke pusat pasar (perdagangan) terhadap pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.

2. Sebagai masukan/input bagi Pemerintah Daerah Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang dalam mengambil keputusan mengenai Rencana Penurunan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pada khususnya dan di Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.


(24)

3. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis yang berhubungan dengan tingkat kemiskinan.

4. Sebagai bahan acuan atau referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti masalah tentang pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penduduk dan Kemiskinan

Salah satu hambatan dalam pembangunan ekonomi di negara-negara yang sedang berkembang dan yang sekaligus merupakan ciri negara-negara tersebut ialah adanya ledakan penduduk. Telah kita ketahui bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah meningkatkan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan, yang biasa diukur dengan kenaikan penghasilan riil perkapita. Penghasilan riil per kapita adalah sama dengan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan jumlah penduduk seluruhnya. Jadi standar hidup tidak dapat dinaikkan kecuali jika output meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output total diperlukan penambahan investasi yang cukup besar agar supaya dapat menyerap, pertambahan penduduk; yang berarti naiknya penghasilan riil per kapita. Ada teori-teori yang memperbincangkan mengenai berapa jumlah penduduk yang seharusnya atau yang cocok bagi suatu negara. Untuk itu ada teori penduduk yang dikenal dengan "teori penduduk optimum" (optimum population theory). Adapun yang dimaksud dengan penduduk optimum ialah jumlah penduduk yang dapat memberikan/menghasilkan tingkat upah riil atau tingkat penghasilan riil per kapita yang maksimum.


(26)

Menurut Malthus dalam Todaro (Todaro, 2000), pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan kekurangan stok bahan makanan. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menekan pesatnya pertumbuhan penduduk menurut Todaro (2000), yaitu:

a. Menggalakkan program KB atau Keluarga Berencana untuk membatasi jumlah anak dalam suatu keluarga secara umum dan masal, sehingga akan mengurangi jumlah angka kelahiran.

b. Menunda masa perkawinan agar dapat mengurangi jumlah angka kelahiran yang tinggi.

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk:

a. Penambahan dan penciptaan lapangan kerja. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat maka diharapkan hilangnya kepercayaan banyak anak banyak rezeki. Di samping itu pula diharapkan akan meningkatkan tingkat pendidikan yang akan merubah pola pikir dalam bidang kependudukan. b. Peningkatkan kesadaran dan pendidikan kependudukan. Dengan semakin

sadar akan dampak dan efek dari laju pertumbuhan yang tidak terkontrol, maka diharapkan masyarakat umum secara sukarela turut mensukseskan gerakan keluarga berencana.


(27)

c. Mengurangi kepadatan penduduk dengan program transmigrasi dengan menyebar penduduk pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan penduduk rendah diharapkan mampu menekan laju pengangguran akibat tidak sepadan antara jumlah penduduk dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia.

d. Meningkatkan produksi dan pencarian sumber makanan. Hal ini untuk mengimbangi jangan sampai persediaan bahan pangan tidak diikuti dengan laju pertumbuhan. Setiap daerah diharapkan mengusahakan swasembada pangan agar tidak ketergantungan dengan daerah lainnya.

Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah atau berkurang. Menurut Todaro (2000), dinamika penduduk atau perubahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu:

a. Kelahiran (natalitas). b. Kematian (mortalitas). c. Migrasi (perpindahan).

Pemerintah Indonesia memiliki beberapa model kesejahteraan dan kemiskinan; misalnya, Badan Pusat Statistik yang mengukur kemiskinan dengan fokus konsumsi dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang berfokus pada kesejahteraan keluarga. Lembaga-lembaga internasional, seperti

United Nations Development Programme (UNDP) juga memperhatikan isu

pengembangan manusia, yang didefinisikan sebagai harapan hidup, tingkat melek huruf, pendidikan, dan tingkat daya beli per kapita.


(28)

Konsep-konsep tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dilihat dari sudut pandang pemerintah daerah, misalnya Kutai Barat, model-model tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a. Tidak menggambarkan ciri khas lokal (misalnya, kondisi perumahan atau preferensi makanan setempat).

b. Tidak menyentuh konteks kemiskinan (misalnya, tidak ada dari model tersebut yang berhubungan dengan sumber daya alam atau konteks sosial). c. Data yang ada sering kontradiktif.

d. Tidak terkait dengan pengurangan kemiskinan atau perencanaan pembangunan.

2.2. Pendidikan dan Kemiskinan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja yang selanjutnya akan meningkatkan produktivitas kerja sehingga terhindar dari kemiskinan.

Definisi pendidikan versi UU No. 20 Tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.


(29)

Menurut Heijrahman dan Husnan (2000) pengertian pendidikan adalah suatu pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya meningkatkan penguasaan teori keterampilan memutuskan persoalan yang menyangkut kegiatan mencapai tujuan.

Menurut Agus (2001), Pendidikan (Education) secara umum merupakan usaha yang sengaja diadakan dan dilakukan secara sistematis. Berita terus menerus dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan tingkatannya, guna menyampaikan, menumbuhkan dan mendapatkan pengetahuan sikap, nilai, kecakapan atau keterampilan yang dikehendaki. Pendidikan secara sadar diadakan untuk menyiapkan pekerja agar siap diserahi pekerjaan yang berbeda dari pekerjaan yang ditangani sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan perkembangan ekonomi, menurut Tilaar (2000) pendidikan merupakan suatu pengeluaran yang semakin meningkat dan semakin berpusat kepada kepentingan anak dan keluarga; ekonomi meminta tenaga kerja yang terdidik untuk meningkatkan produktivitasnya.

Pendidikan adalah pengembangan SDM. Tujuan pendidikan sebagai pengembangan SDM adalah pengembangan potensi yang ada pada masing-masing individu itu sebagai perorangan dalam hubungannya dengan hidup bermasyarakat. Pendidikan sebagai pengembangan SDM adalah mengembangkan tanggung jawab pribadi bagi peningkatan kualitas hidup individu, dan sekaligus tanggung jawab pribadi dalam membengun masyarakat. Di mana menurut Hidayat dalam buku Tilaar (2000) menandakan bahwa suatu daerah tidak akan sanggup membangun apabila


(30)

daerah itu tidak mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakatnya dan memanfaatkan secara efektif untuk kepentingan pembangunan. Dengan pendidikan yang berkualitas akan menjamin kelangsungan pembangunan suatu daerah. Pendidikan sangat penting dalam menemukan sebuah masa depan yang baik. Pendidikan adalah modal dasar pembangunan yang perlu dipertahankan. Pemerintah perlu mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana pendidikan. Di samping itu berbagai upaya proaktif dan reaktif yang mendukung akan potensi individu masyarakat perlu dilakukan.

Selanjutnya, sebagai ilustrasi terakhir atas rendahnya standar hidup penduduk di negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya, berikut ini disajikan uraian mengenai distribusi kesempatan menikmati pendidikan. Penyediaan fasilitas pendidikan dasar merupakan prioritas utama bagi semua negara-negara berkembang. Di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, bagian terbesar anggaran pengeluaran pemerintah dialokasikan ke sektor pendidikan. Walaupun jumlah penduduk usia sekolah yang telah menikmati pendidikan sudah banyak meningkat, namun tingkat buta huruf masih sangat tinggi, apalagi jika dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju. Sebagai contoh, di antara negara-negara yang paling terbelakang, tingkat melek huruf (konsep kebalikan dari buta huruf) rata-rata hanya mencapai 45 persen dari jumlah penduduk (itu artinya tingkat buta hurufnya masih berkisar 55 persen). Untuk negara-negara Dunia Ketiga lainnya yang relatif sudah berkembang, tingkat melek hurufnya 64 persen. Sedangkan angka untuk negara-negara maju telah mencapai 99


(31)

persen. Dewasa ini, di berbagai penjuru negara-negara Dunia Ketiga, diperkirakan lebih dari 300 juta anak-anak terpaksa keluar (dropped out) dari bangku sekolah dasar dan menengah, karena berbagai alasan. Selain itu, sekitar 842 juta penduduk negara-negara Dunia Ketiga berusia dewasa masih buta huruf, dan 60 persen diantaranya adalah wanita. Hal lain yang patut dicatat adalah materi-materi pendidikan yang diberikan kepada anak-anak itupun acapkali kurang relevan dengan kebutuhan pembangunan nasional.

Selanjutnya, bertolak dari semua pembahasan di atas, kita dapat menarik beberapa rangkuman mengenai kesamaan karakteristik negara-negara berkembang sebagai berikut:

1. Pada umumnya, tingkat pendapatan nasional negara-negara berkembang terbilang rendah, dan laju pertumbuhan ekonominya pun tergolong lambat. 2. Pendapatan per kapita negara-negara Dunia Ketiga masih sangat rendah dan

pertumbuhannya amat sangat lambat, sehingga pantas saja bila ada pengamat yang mengatakan bahwa kondisi ekonomi negara-negara berkembang itu sebenarnya mengalami stagnasi (kemacetan).

3. Distribusi pendapatan sangat timpang atau sangat tidak merata; 20 persen penduduk yang paling kaya menerima 5 hingga 10 kali lipat pendapatan yang diterima oleh 40 persen golongan yang paling miskin.

4. Konsekuensinya, mayoritas penduduk di negara-negara Dunia Ketiga harus hidup di bawah tekanan kemiskinan absolut. Jumlah mereka sekarang ini


(32)

berkisar 1,3 miliar jiwa. Pendapatan total mereka kurang dari US$370 per tahun.

5. Sebagian besar penduduk masih amat menderita sebagai akibat dari fasilitas-fasilitas dan pelayanan kesehatan yang serba buruk dan sangat terbatas, malnutrisi (kekurangan gizi), dan banyaknya wabah penyakit sehingga tingkat kematian bayi di negara-negara Dunia Ketiga sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang ada di negara-negara maju.

6. Fasilitas-fasilitas pendidikan di kebanyakan negara-negara berkembang maupun isi kurikulumnya relatif masih kurang relevan dan kurang memadai. Di samping itu, tingkat kegagalan penyelesaian pendidikan (dropped out) relatif tinggi, sedangkan tingkat melek huruf relatif masih sangat rendah. Masing-masing dari keenam karakteristik itu memerlukan penelitian dan perhatian lebih lanjut agar kita bisa memperoleh suatu pemahaman yang benar-benar komprehensif mengenai aneka permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara Dunia Ketiga dan memikirkan cara-cara untuk menanggulanginya. Namun, di luar itu masih ada unsur lain yang lebih penting, yakni interaksi antara keenam karakteristik tersebut, karena ternyata interaksi itulah yang sesungguhnya mengakibatkan berlarut-larutnya masalah-masalah "kemiskinan, keacuhan dan penyakit" yang mencekik begitu banyak manusia yang tinggal di negara-negara berkembang.

Sebagian besar ekonom sepakat bahwa sumber daya manusia (human

resources) dari suatu bangsa, bukan modal fisik ataupun sumber daya material,


(33)

sosial dan ekonomi bangsa yang bersangkutan. Keyakinan para ekonom tersebut antara lain nampak jelas bahwa sumber daya manusia merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif, manusialah yang merupakan agen-agen aktif yang akan mengumpulkan modal, mengeksploitasikan sumber-sumber daya alam, membangun berbagai macam organisasi sosial, ekonomi dan politik, serta melaksanakan pembangunan nasional, maka untuk selanjutnya negara tersebut tidak akan dapat mengembangkan apapun.

Mekanisme kelembagaan pokok dalam pengembangan keahlian dan pengetahuan manusia itu adalah sistem pendidikan formal. Namun, sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga terlanjur diyakinkan oleh gagasan-gagasan keliru yang mengatakan bahwasanya penciptaan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang cepat secara kuantitatif merupakan kunci utama mensukseskan pembangunan nasional: semakin bertambah kesempatan pendidikan, akan semakin cepat pula proses pembangunannya. Bertolak dari keyakinan tersebut, maka negara-negara berkembang langsung bergerak cepat, seakan saling berlomba-lomba, untuk mengadakan upaya-upaya perluasan pendidikan (sistem sekolah) dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Bidang ini bahkan menjadi begitu sensitif secara politis (setiap pemerintah memiliki kepentingan-kepentingan politik untuk mengembangkan pendidikan sehingga suatu rezim atau pemerintah yang tidak bersedia mengembangkan pendidikan akan menghadapi ancaman politik yang serius dari warganya sendiri), walaupun secara ekonomis upaya-upaya tersebut sangat mahal.


(34)

Baru belakangan ini saja sejumlah kecil politisi, negarawan, ekonom, dan perencana pendidikan dari negara-negara berkembang serta negara-negara maju mulai berani menentang "mitos" pendidikan formal tersebut secara terbuka.

Tantangan tersebut selanjutnya mulai mendapatkan momentum dan dukungan yang berasal dari berbagai sumber. Hal ini dapat dengan jelas dilihat pada karakter dari hasil-hasil dari proses pembangunan itu sendiri. Setelah hampir tiga dasawarsa lamanya, perluasan kesempatan bersekolah secara cepat yang telah menelan biaya hingga beratus-ratus miliar dolar telah terlaksana, akan tetapi kondisi dasar rata-rata penduduk di berbagai negara-negara berkembang di Asia Selatan, Afrika dan Amerika Latin tidak banyak mengalami perbaikan yang berarti. Kemiskinan absolut yang menjerat mereka justru menjadi semakin kronis dan tersebar luas kemana-mana. Jurang kesenjangan kemakmuran antara penduduk kaya dan penduduk miskin terus menerus melebar dari tahun ke tahun. Proporsi pengangguran, baik yang terbuka maupun yang terselubung, juga terus melonjak, dan yang paling mengejutkan dan menyedihkan, jumlah pengangguran yang "terdidik" di berbagai negara-negara Dunia Ketiga semakin bertambah banyak. Adalah tidak mungkin untuk menyatakan bahwasanya kegagalan sistem pendidikan formal (formal educational system) tersebut merupakan penyebab atas semua permasalahan di atas. Namun, kita juga harus mengakui bahwa sebagian besar pernyataan terdahulu yang begitu menonjolkan pentingnya perluasan kesempatan bersekolah demi pertumbuhan ekonomi; meningkatkan taraf hidup, terutama kalangan penduduk miskin, serta mendorong


(35)

terciptanya sikap-sikap positif yang "modern" terlampau berlebihan, sehingga gagal memperhitungkan segala kelemahan dan dampak negatifnya.

Ilmu ekonomi pendidikan (economics of education) sangatlah penting walaupun belum mempunyai bentuk atau wujud yang pasti sebagai salah satu komponen dari ilmu ekonomi pembangunan. Hal itu termasuk ilmu mutakhir yang baru muncul pada awal dekade 1960-an sebagai cabang ilmu ekonomi yang berdiri sendiri. Apabila kita ingat bahwa motivasi utama atas "permintaan" terhadap pendidikan di negara-negara Dunia Ketiga adalah untuk mempercepat perbaikan ekonomi yang dicita-citakan (melalui pengembangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan pendapatan lebih tinggi bagi segenap anggota masyarakat) maka kita juga perlu berusaha memahami proses-proses ekonomi yang pada akhirnya akan menentukan terpenuhi atau tidaknya aspirasi-aspirasi tersebut.

Dalam bab ini, kita akan membahas hubungan-hubungan (baik yang positif maupun negatif) antara pembangunan dan perluasan pendidikan secara kuantitatif dan kualitatif, dengan bertumpu kepada enam masalah pokok pembangunan negara-negara Dunia Ketiga yang telah kita ketahui dari bab-bab sebelumnya. Selanjutnya, pembahasan kita dalam bab ini akan terpusat pada enam pertanyaan fundamental sebagai berikut:

1. Bagaimana pendidikan mempengaruhi tingkat, struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi? Sebaliknya, bagaimana tingkat, struktur, dan karakter pertumbuhan ekonomi itu mempengaruhi sistem pendidikan.


(36)

2. Apakah pendidikan pada umumnya dan struktur sistem pendidikan di kalangan negara-negara Dunia Ketiga pada khususnya, membantu atau sebaliknya justru menghambat upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan penanggulangannya ketimpangan distribusi pendapatan.

3. Apa hubungan antara pendidikan, migrasi dari desa ke kota, dan lonjakan pengangguran di daerah perkotaan? Apakah meningkatnya jumlah pengangguran yang "terdidik" itu hanya bersifat sementara saja, ataukah justru merupakan suatu fenomena yang kronis.

4. Apakah tingkat pendidikan kaum wanita, memang tertinggal apabila dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang telah dienyam oleh kaum pria, dan apakah ada suatu hubungan yang pasti atau jelas antara peningkatan kesempatan pendidikan bagi wanita dengan pengangguran jumlah anak yang diinginkan oleh keluarga (ini terkait dengan persoalan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat di negara-negara Dunia Ketiga).

5. Apakah sistem pendidikan formal di negara-negara Dunia Ketiga sekarang ini cenderung mendukung, ataukah justru sebaliknya menghambat upaya-upaya pembangunan sektor pertanian dan daerah pedesaan.

6. Bagaimanakah sifat-sifat hubungan, jika hubungan tersebut memang ada, antara sistem pendidikan di negara Dunia Ketiga, Sistem pendidikan di negara-negara maju, dan terjadinya migrasi internasional tenaga-tenaga profesional yang berpendidikan tinggi dari negara-negara berkembang ke negara-negara maju.


(37)

Data-data yang terkumpul, terbukti bahwa diskriminasi pendidikan terhadap kaum wanita turut menjadi sebab terhambatnya pembangunan ekonomi, karena hal itu memang memperburuk ketimpangan kesejahteraan sosial.

Sebagai penutup atas topik bahasan ini, kita perlu menegaskan di sini bahwa peningkatan kesempatan bagi kaum wanita untuk mendapatkan pendidikan, ditinjau dari sudut ekonomi, harus dilaksanakan atas dasar empat alasan sebagai berikut: 1. Hasil pendidikan wanita di negara-negara Dunia Ketiga ternyata lebih besar dari

pada hasil pendidikan kaum pria.

2. Peningkatan pendidikan kaum wanita tidak hanya memacu produktivitas sektor-sektor pertanian maupun industri, tetapi juga akan menurunkan usia pernikahan, meredakan tingkat fertilitas, serta memperbaiki mutu kesehatan dan nutrisi anak-anak.

3. Peningkatan kualitas kesehatan dan tingkat gizi anak-anak, serta membaiknya pendidikan ibu-ibu mereka, dengan sendirinya akan sangat memperbaiki kualitas sumber daya manusia selama beberapa generasi mendatang.

4. Karena kaum wanitalah yang menanggung beban terbesar dari kemiskinan dan kelangkaan lahan garapan di banyak negara-negara Dunia Ketiga, maka setiap perbaikan peranan dan status ekonomi mereka melalui peningkatan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan akan melipat gandakan daya dan kekuatan mereka guna menghancurkan lingkaran setan kemiskinan dan keterbatasan pendidikan.


(38)

2.3. Kesehatan dan Kemiskinan

Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Karena dengan penduduk yang sehat, pembangunan diharapkan dapat berjalan dengan lancar. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Dengan adanya upaya tersebut diharapkan agar tercapai derajat kesehatan yang baik.

Di dunia ketiga lain harus membanting tulang untuk mendapatkan penghasilan yang tidak seberapa, banyak penduduk di negara-negara Dunia Ketiga yang masih harus berjuang melawan kekurangan gizi dan hama penyakit. Tidak sedikit kemudian yang terpaksa menyerah, mati karena penyakit atau malnutrisi. Meskipun kondisi kesehatan di banyak negara berkembang sudah mengalami perbaikan berarti sejak tahun 1960, namun pada kenyataannya, pada tahun 1998, rata-rata usia harapan hidup di negara-negara paling terkebelakang di dunia hanya mencapai 48 tahun; bandingkan dengan usia 63 tahun di negara-negara, Dunia Ketiga lainnya, dan usia 75 tahun di negara-negara maju. Tingkat kematian bayi (infant

mortality rates), yakni jumlah anak yang mati sebelum berusia 1 tahun untuk setiap

1.000 kelahiran, di negara-negara paling terkebelakang rata-rata mencapai 96; sedangkan di banyak negara berkembang lainnya mencapai 64 dan 8 di negara-negara maju.


(39)

2.4. Pendapatan dan Kemiskinan

Pendapatan nasional adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi dalam perekonomian pada suatu kurun waktu tertentu (Dornbusch, 2001). Dari konsep dasar pendapatan nasional dapat dihitung pendapatan pribadi (personal

income) dan selanjutnya dapat dihitung pula pendapatan siap pakai (disposable income). Pendapatan seseorang individu dapat didefinisikan sebagai jumlah

penghasilan siap pakai yang diperolehnya dari jasa-jasa produksi yang diserahkannya pada suatu waktu tertentu atau yang diperolehnya dari harta kekayaannya (Ackley, 2002). Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari semua pendapatan individu yang diukur dengan jalan mencatat dan menjumlahkan transaksi-transaksi pendapatan individu yang terjadi selama suatu periode waktu tertentu. Apabila pendapatan pribadi perorangan dikurangi pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan, maka nilai yang tersisa dinamakan pendapatan siap pakai. Pendapatan siap pakai adalah sejumlah uang yang sesungguhnya diterima oleh masyarakat rumah tangga, yang boleh dibelanjakan oleh para penerimanya untuk membeli barang dan jasa sesuai dengan keinginannya (Samuelson, 2002).

Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan produksi yang memakai faktor-faktor produksi dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan (skill). Perusahaan dalam melakukan kegiatan memerlukan faktor-faktor produksi yang tersedia di masyarakat. Dalam perputaran kegiatan perekonomian yang terdiri dari rumah tangga (masyarakat) dengan perusahaan terjadi arus timbal balik


(40)

di mana rumah tangga mendapat pendapatan dari batas jasa faktor-faktor produksi yang diberikan pada perusahaan.

Distribusi pendapatan dapat berwujud pemerataan maupun ketimpangan, yang menggambarkan tingkat pembagian pendapatan yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi (Rahayu, 2000). Distribusi dari suatu proses produksi terjadi setelah diperoleh pendapatan dari kegiatan usaha. Pengukuran masalah pemerataan telah sejak lama menjadi perdebatan di kalangan ilmuan. Namun, pendekatan pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur ketidakmerataan dari distribusi pendapatan adalah Gini coefficient yang dibantu dengan menggunakan Lorentz curve (Gambar 2.1). Sedangkan untuk mengukur tingkat kemiskinan digunakan metode

headcount measure dan poverty gap. Ukuran yang dipakai dalam menentukan

ketidakmerataan baik di tingkat wilayah maupun rumah tangga adalah gini coefficient dan tingkat kemiskinan.


(41)

% Kumulatif Pendapatan

% Kumulatif Populasi

Gambar 2.1. Kurva Lorentz dan Garis Pemerataan Pendapatan

Gini coefficient merupakan alat ukur atau indikator yang menerangkan

distribusi pendapatan aktual, pengeluaran-pengeluaran konsumsi atau variabel-variabel lain yang terkait dengan distribusi di mana setiap orang menerima bagian secara sama atau identik (Bappenas, 2002). Menurut Cobwell (1977) yang dikutip oleh Mitchell (1991) menyatakan bahwa pengukuran ketidakmerataan dapat menggunakan gini coefficient. Selain itu, tingkat ketimpangan dapat diukur juga melalui personal income dengan menggunakan Kurva Lorenz, yaitu yang menggambarkan hubungan kuantitatif antara persentase populasi penerima pendapatan dengan persentase total pendapatan yang benar-benar diperoleh selama


(42)

jangka waktu tertentu, seperti terlihat pada Gambar 2.1 (Santosa dan Prayitno, 1996 yang dikutip oleh Rahayu, dkk., 2000). Pada gambar tersebut, sumbu horisontal mewakili jumlah populasi penerima pendapatan dan sumbu vertikal menggambarkan pendapatan yang diterima oleh masing-masing persentase penduduk (Todaro, 2000). Garis Kurva Lorenz akan berada di atas garis horisontal, bila kurva tersebut menjauh dari kurva diagonal maka tingkat ketimpangan akan semakin tinggi.

Badan Pusat Statistik memberikan pengertian pendapatan dan penerimaan dibedakan dalam dua bentuk yaitu: (BPS, 2008)

1. Pendapatan faktor yang didistribusikan, yang dapat dibagi menurut sumber yang meliputi: penghasilan sebagai gaji atau upah, penghasilan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, serta penghasilan dari pemilikan kekayaan. 2. Transfer yang bersifat redistributif, terutama terdiri atas transfer pendapatan

yang tidak bersifat mengikat dan biasanya bukan merupakan imbalan atas penyerahan barang atau harta milik.

Dilihat dari pengertian terdahulu maka pendapatan pada dasarnya dapat dikelompokkan pada pendapatan yang berasal dari sektor formal, pendapatan sektor informal, kemudian pendapatan sektor subsisten dan penerimaan yang bukan merupakan pendapatan hasil jerih payah. Pendapatan sektor formal adalah segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya reguler dan diterima sebagai batas jasa atau kontra prestasi dari kegiatan formal misalnya gaji dan upah. Pendapatan sektor informal diperoleh misalnya dari hasil produksi pertanian, kerajinan rumah tangga, berjualan atau pendapatan dari investasi dan lain sebagainya.


(43)

Pendapatan subsisten dan penerimaan yang bukan pendapatan di mana suatu pengeluaran yang seharusnya dikeluarkan tapi tidak dikeluarkan dan penerimaan berupa bantuan yang disebut dengan transfer payment.

Ditinjau dari segi taraf hidup kesejahteraan masyarakat di dunia ini biasanya dibedakan dalam dua golongan, yakni negara-negara maju dan negara yang sedang berkembang. Pada dasarnya yang menjadi ukuran penilaian perbedaan tersebut adalah pendapatan. Di mana negara-negara yamg sedang berkembang mempunyai tingkat pendapatan perkapita masyarakatnya yang rendah.

Masalah pokok yang dihadapi negara-negara berkembang adalah kemiskinan yang menimpa sebagian penduduknya. Usaha untuk mengatasinya dengan jalan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya, atau sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita masyarakat bertambah dalam jangka panjang.

Masalah pendapatan merupakan masalah yang sangat kompleks, karena salah satu tolak ukur tinggi rendahnya taraf hidup suatu masyarakat dapat dilihat dari kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup (konsumsi) yang paling mendasar menurut masing-masing rumah tangga. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar sangat erat kaitannya dengan pendapatan yang diperoleh. Apakah pendapatan yang diterima oleh masyarakat tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya atau tidak.


(44)

Untuk mengetahui meningkat atau tidaknya kesejahteraan suatu masyarakat dapat dilihat dengan beberapa indikator. Salah satu indikatornya adalah melihat perilaku konsumen dalam mengkonsumsi pendapatannya untuk makanan dan bukan non makanan.

Engel dalam studinya tentang pengeluaran rata-rata 153 rumah tangga di Belgia, menyimpulkan bahwa proporsi untuk pangan menurun jika pendapatan masyarakat bertambah. Selanjutnya dari studi perbandingan antarnegara menunjukkan bahwa pada umumnya masyarakat di negara berkembang membelanjakan persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan persentase pengeluaran pendapatan untuk bahan pangan di negara maju, dan proporsi pengeluaran untuk pangan digunakan sebagai indikator kemiskinan (Nicholson, 2001).

2.5. Luas Lahan dan Kemiskinan

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di negara-negara miskin dan sedang berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakat, maka satu-satunya cara adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian ini. Cara ini bisa ditempuh dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan yang dihasilkan dengan meningkatkan kepemilikan lahan


(45)

pertanian. Indonesia dikenal dengan negara agraris yang jumlah penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

Sebagian besar penduduk negara sedang berkembang dengan alam yang agraris mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani buruh dan petani sendiri) yaitu dalam usaha tani, upaya untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, dengan menambah luas lahan, skill, penggunaan tekhnologi yang lebih maju dan tepat guna, menambah modal, dan lain-lain. Oleh karena itu, melihat kondisi ini kiranya penting untuk menambah luas lahan bagi para petani, sebab pertumbuhan jumlah penduduk menyerupai deret ukur sedangkan pertumbuhan produksi mendekati deret hitung sehingga tidak seimbang antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan produksi sehingga mengakibatkan permintaan terhadap pangan bertambah banyak sehingga mengakibatkan lahan pertanian semakin sempit. Dengan menyempitnya luas lahan pertanian akibat ledakan penduduk maka penduduk yang bekerja sebagai petani akan bertambah sehingga kemiskinan akan bertambah.

2.6. Penyebab Kemiskinan

Kemiskinan dikonseptualisasikan sebagai ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar atau dengan kata lain, kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang sifatnya mendasar.


(46)

Ada banyak definisi dan konsep tentang kemiskinan. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang. World Bank (2002) membagi dimensi kemiskinan ke dalam empat hal pokok, yaitu lack of opportunity, low capabilities, loe leve security, dan low capacity. Kemiskinan dikaitkan juga dengan keterbatasan hak-hak sosial, ekonomi, dan politik sehingga menyebabkan kerentanan, keterpurukan, dan ketidakberdayaan.

Meskipun fenomena kemiskinan itu merupakan sesuatu yang kompleks dalam arti tidak hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi-dimensi lain di luar ekonomi, namun selama ini kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks ketidakcukupan pendapatan dan harta (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan, yang semuanya berada dalam lingkungan dimensi ekonomi (Nanga, 2006). Pengukuran tingkat kemiskinan di Indonesia pertama kali secara resmi dipublikasikan BPS pada tahun 1984 yang mencakup data kemiskinan periode 1976-1981. Semenjak itu setiap tiga tahun sekali BPS menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin, yaitu pada saat modul konsumsi tersedia. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas yang disebut batas miskin atau garis kemiskinan. Berdasarkan hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978, seseorang dapat dikatakan hidup sehat apabila telah dapat memenuhi kebutuhan energinya minimal sebesar 2100 kalori perhari. Mengacu pada ukuran tersebut, maka batas miskin untuk makanan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya sebesar 2100 kalori perhari.


(47)

Agar seseorang dapat hidup layak, pemenuhan akan kebutuhan makanan saja tidak akan cukup, oleh karena itu perlu pula dipenuhi kebutuhan dasar bukan makanan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta aneka barang dan jasa lainnya. Ringkasnya, garis kemiskinan terdiri atas dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan bukan makanan (BPS, 2007).

Analisis faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan atau determinan kemiskinan pernah dilakukan oleh Ikhsan (2007). Ikhsan, membagi faktor-faktor determinan kemiskinan menjadi empat kelompok, yaitu modal sumber daya manusia (human capital), modal fisik produktif (physical productive capital), status pekerjaan, dan karakteristik desa. Modal SDM dalam suatu rumah tangga merupakan faktor yang akan mempangaruhi kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan. Dalam hal ini, indikator yang sering digunakan adalah jumlah tahun bersekolah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Secara umum semakin tinggi pendidikan anggota keluarga maka akan semakin tinggi kemungkinan keluarga tersebut bekerja di sektor formal dengan pendapatan yang lebih tinggi. Variabel modal fisik, yang antara lain luas lantai perkapita dan kepemilikan asset seperti lahan, khususnya untuk pertanian. Kepemilikan lahan akan menjadi faktor yang penting mengingat dengan tersedianya lahan produktif, rumah tangga dengan lapangan usaha pertanian akan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Kepemilikan modal fisik ini dan kemampuan memperoleh pendapatan sebagai tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota rumah tangga yang tidak


(48)

memiliki modal fisik terpaksa menerima pekerjaan dengan bayaran yang rendah dan tidak mempunyai alternatif untuk berusaha sendiri. Komponen selanjutnya adalah status pekerjaan, di mana status pekerjaan utama kepala keluarga jelas akan memberikan dampak bagi pola pendapatan rumah tangga.

2.7. Indikator Kemiskinan

Meskipun fenomena kemiskinan itu merupakan sesuatu yang kompleks dalam arti tidak hanya berkaitan dengan dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi-dimensi lain di luar ekonomi, namun selama ini kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks ketidakcukupan pendapatan dan harta (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan, yang semuanya berada dalam lingkungan dimensi ekonomi (Nanga, 2006). Pengukuran tingkat kemiskinan di Indonesia pertama kali secara resmi dipublikasikan BPS pada tahun 1984 yang mencakup data kemiskinan periode 1976-1981. Semenjak itu setiap tiga tahun sekali BPS menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin, yaitu pada saat modul konsumsi tersedia. Penduduk miskin adalah penduduk yang berada di bawah suatu batas, yang disebut batas miskin atau garis kemiskinan. Berdasarkan hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978, seseorang dapat dikatakan hidup sehat apabila telah dapat memenuhi kebutuhan energinya minimal sebesar 2100 kalori perhari. Mengacu pada ukuran tersebut, maka batas miskin untuk makanan adalah nilai rupiah yang harus dikeluarkan seseorang dalam sebulan agar dapat memenuhi kebutuhan energinya sebesar 2100 kalori perhari.


(49)

Agar seseorang dapat hidup layak, pemenuhan akan kebutuhan makanan saja tidak akan cukup, oleh karena itu perlu pula dipenuhi kebutuhan dasar bukan makanan, seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pakaian, serta aneka barang dan jasa lainnya. Ringkasnya, garis kemiskinan terdiri atas dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan dan bukan makanan (BPS, 2007). Analisis faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan atau determinan kemiskinan pernah dilakukan oleh Ikhsan (2007). Ikhsan, membagi faktor-faktor determinan kemiskinan menjadi empat kelompok, yaitu modal sumber daya manusia (human capital), modal fisik produktif (physical productive capital), status pekerjaan, dan karakteristik desa. Modal SDM dalam suatu rumah tangga merupakan faktor yang akan mempangaruhi kemampuan suatu rumah tangga untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan. Dalam hal ini, indikator yang sering digunakan adalah jumlah tahun bersekolah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, dan jumlah anggota keluarga. Secara umum semakin tinggi pendidikan anggota keluarga maka akan semakin tinggi kemungkinan keluarga tersebut bekerja di sektor formal dengan pendapatan yang lebih tinggi.

Variabel modal fisik, yang antara lain luas lantai perkapita dan kepemilikan asset seperti lahan, khususnya untuk pertanian. Kepemilikan lahan akan menjadi faktor yang penting mengingat dengan tersedianya lahan produktif, rumah tangga dengan lapangan usaha pertanian akan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih baik. Kepemilikan modal fisik ini dan kemampuan memperoleh pendapatan sebagai tenaga kerja akan menjadi modal utama untuk menghasilkan pendapatan keluarga. Anggota rumah tangga yang tidak memiliki modal fisik terpaksa menerima pekerjaan


(50)

dengan bayaran yang rendah dan tidak mempunyai alternatif untuk berusaha sendiri. Komponen selanjutnya adalah status pekerjaan, di mana status pekerjaan utama kepala keluarga jelas akan memberikan dampak bagi pola pendapatan rumah tangga. World Bank (2002) mengkategorikan karakteristik penduduk miskin menurut komunitas, wilayah, rumah tangga, dan individu. Pada faktor komunitas, infrastruktur merupakan determinan utama kemiskinan. Keadaan infrastruktur sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejehtaraan masyarakat. Infrastruktur yang baik akan memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas ekonomi maupun sosial kemasyarakatan, selain itu memudahkan investor untuk melakukan investasi di daerah yang bersangkutan.

2.8. Penelitian Sebelumnya

Usman, Bonar M. Sinaga, dan Hermanto Siregar (2004) meneliti tentang analisis determinan kemiskinan sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor determinan kemiskinan sebelum dan sesudah penerapan desentralisasi fiskal. Studi ini menggunakan data Survey Sosial Ekonomi Nasional modul kor (Susenas kor) tahun 1999 dan tahun 2002. Selain itu, data Potensi Desa (Podes) tahun 2002 juga digunakan. Data Susenas digunakan sebagai sumber data karakteristik rumah tangga dan individu, sedangkan data Podes sebagai sumber data variabel karakteristik komunitas dan wilayah.

Hasil pembahasan diketahui faktor determinan kemiskinan pada karakteristik rumah tangga dan individu relatif tidak berubah. Variabel yang dapat menambah


(51)

kemiskinan berturut-turut dari nilai marginal effect terbesar adalah jumlah anggota rumah tangga, kepala keluarga sebagai buruh tani, sumber air yang tidak terlindung, dan kepala keluarga bekerja di bidang pertanian. Dua variabel merupakan bidang usaha pertanian sehingga kelompok ini perlu mendapat perhatian khusus. Variabel yang dapat mengurangi kemiskinan adalah kepala rumah tangga yang bekerja, kepemilikan aset lahan pertanian, dan jumlah tahun bersekolah seluruh anggota keluarga.

Sunarwan Arif Wicaksana (2007) meneliti tentang Analisis Kesenjangan Kemiskinan Antarpropinsi di Indonesia Periode Tahun 2000-2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan kemiskinan spasial di Indonesia, antarpulau dan dalam pulau pada periode tahun 2000-2004.

Hasil penelitian menyatakan bahwa analisa indeks entropi theil kurun waktu tahun 2000-2004, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: a) Kesenjangan kemiskinan dalam pulau tertinggi dipegang oleh kelompok pulau lainnya yang terdiri dari Propinsi Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua. Hal ini disebabkan karena kelompok pulau lainnya terdapat konsentrasi persentase penduduk miskin terbanyak. Sedangkan terendah berada di Pulau Sulawesi. b) Kesenjangan kemiskian antarpulau tertinggi dipegang oleh Pulau Jawa. Hal ini disebabkan karena terdapat konsentrasi kemiskinan terbanyak. Sedangkan terendah dipegang oleh Pulau Kalimantan. c) Kesenjangan kemiskinan di Indonesia relatif stabil walaupun terjadi penurunan yang relatif kecil.


(52)

2.9. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teoritis dan hasil penelitian terdahulu, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan kepustakaan dan dari berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan penduduk miskin, Ceteris

Paribus.

2. Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pendapatan penduduk miskin, Ceteris Paribus.

Jumlah anggota rumah tangga Pendidikan

Luas areal pertanian

Akses kesehatan

Pendapatan Penduduk Miskin


(53)

3. Luas areal pertanian berpengaruh positif terhadap pendapatan penduduk miskin,

Ceteris Paribus.

4. Akses kesehatan berpengaruh positif terhadap pendapatan penduduk miskin,

Ceteris Paribus.

5. Jarak ke pusat pasar (perdagangan) berpengaruh negatif terhadap pendapatan penduduk miskin, Ceteris Paribus.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan penduduk miskin di Kecamatan Lubuk Pakam. Ukuran kemiskinan dapat dilihat dari penduduk yang mendapatkan program bantuan langsung tunai dan yang tidak menerima bantuan langsung tunai pada tahun 2005 yakni di Kecamatan Lubuk Pakam. Dengan alasan bahwa pendataan rumah tangga miskin dilaksanakan pada seluruh rumah tangga yang teridentifikasi/diduga miskin melalui berbagai sumber maupun pengamatan langsung sampai pada unit yang terkecil. Dalam pendataan ini digunakan kriteria 14 variabel untuk menentukan apakah suatu rumah tangga layak atau tidak layak dikategorikan miskin, ke 14 variabel tersebut adalah luas bangunan, jenis lantai, jenis dinding, fasilitas buang air besar, sumber air minum, sumber penerangan, jenis bahan bakar untuk memasak, frekuensi membeli daging, membeli ayam dan susu dalam seminggu, frekuensi makan sehari-hari, jumlah stell pakaian baru yang dibeli setahun, akses ke puskesmas, lapangan pekerjaan, serta kepemilikan beberapa aset. Dan jangka waktu penelitian 4 bulan, yaitu mulai dari bulan September sampai Nopember 2009.


(55)

3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama yang berasal dari hasil kuesioner yang disebarkan kepada responden yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel

Sugiyono (2003) menyatakan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diteliti yang mempunyai kuantitas jumlah dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini meliputi seluruh penduduk miskin yang ada di Kecamatan Lubuk Pakam dengan alasan jumlah penduk yang paling terbanyak menerima BLT, yang dikategorikan penduduk miskin sebanyak 4.194 rumah tangga.

Tabel 3.1. Sampel Penelitian di Kecamatan Lubuk Pakam

No Desa/Kelurahan Rumah

Tangga Rumah Tangga Miskin % Rumah Tangga Miskin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Paluh Kemiri Petapahan

Tanjung Garbus Dua Pagar Merbau Tiga

Cemara

Pasar Melintang Pagar Jati Syahmad

Lubuk Pakam Tiga Lubuk Pakam I/II Lubuk Pakam Pekan Bakaran Batu Skip 484 406 706 760 1558 1356 1390 791 1051 1620 1507 1734 3153 240 174 137 170 344 406 544 207 230 329 257 247 909 49.59 42.86 19.41 22.37 22.08 29.94 39.14 26.17 21.88 20.31 17.05 14.24 28.83

Jumlah 16516 4.194 25.39


(56)

Sugiyono (2003): "Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Cara pengambilan sampel dengan menggunakan rumus Slovin dalam Husein Umar (2008), sebagai berikut:

2

1 N x e

N n

 

n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = tingkat kesalahan

Tingkat kesalahan ditetapkan 10%.

Berikut adalah perhitungan untuk ukuran sampelnya:

2

1 . 0 4194 1 4194   

n n = 97.67, Dibulatkan menjadi 98 rumah tangga.

Jadi sampel ditetapkan sebanyak 98 rumah tangga miskin di Kecamatan Lubuk Pakam yang akan diteliti.

Dari hasil di atas kriteria penentuan responden atau jumlah rumah tangga miskin yang akan diteliti dari tiap-tiap desa yang ada di Kecamatan Lubuk Pakam yaitu sebanyak 13 desa, sedangkan teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel tersebut adalah dengan cara proporsional stratified random

sampling, yaitu: di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun untuk penentuan sampelnya dari tiap-tiap desa adalah sebagai berikut:


(57)

Sampel Jumlah x Miskin Tangga Rumah Total Desa tiap Miskin Tangga Rumah Jumlah Desa tiap untuk Sampel

Tabel 3.2. Jumlah Sampel Tiap-tiap Desa di Kecamatan Lubuk Pakam

No. Kelurahan/Desa Sampel

1 Paluh Kemiri 6

2 Petapahan 4

3 Tanjung Garbus Satu 3

4 Pagar Merbau Tiga 4

5 Cemara 8

6 Pagar Melintang 9

7 Pagar Jati 13

8 Syahmad 5

9 Lubuk Pakam Tiga 5

10 Lubuk Pakam I/II 8

11 Lubuk Pakam Pekan 6

12 Bakaran Batu 6

13 Sekip 21

Jumlah 98

Sumber: Data Primer, diolah 2009.

3.4. Model Analisis

Untuk mengidentifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Penduduk Miskin di Kecamatan Lubuk Pakam digunakan persamaan regresi linier berganda (multiple linear regression). Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah pendapatan penduduk miskin dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas lahan pertanian, akses kesehatan, dan jarak ke pusat pasar. Untuk itu fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(58)

Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan ke dalam model regresi linier sebagai berikut:

PPM = á0 + á1PDD+á 2JAK + á3 LLP+ á4AK+ á 5JRK+ áµ ...2)

Di mana:

PPM = Pendapatan penduduk miskin (Rp/bulan).

PDD = Pendidikan (tahun).

JAK = Jumlah anggota keluarga (jiwa).

LLP = Luas lahan pertanian (M2).

AK = Akses kesehatan (kali).

JRK = Jarak ke pusat pasar (perdagangan) (Km).

µ = Kesalahan pengganggu.

á0,,,á 5 = Koefisien regresi.

3.5. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut:

1. Pendapatan penduduk miskin adalah keseluruhan pendapatan yang diterima penduduk yang berdomisili di Lubuk Pakam yang memperoleh bantuan langsung tunai dan ditambah pendapatannya yang dihitung dalam satuan rupiah perbulan.

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh kepala rumah tangga yang diukur dalam satuan tahun.


(59)

3. Jumlah anggota keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga yang mendiami satu rumah tangga dalam hitungan orang.

4. Luas lahan pertanian adalah jumlah lahan pertanian yang dimiliki oleh penduduk miskin dalam satuan M2.

5. Tingkat kesehatan adalah frekuensi penduduk miskin yang berobat ke Puskesmas atau ke tempat berobat lainnya dalam satuan berapa kali perbulan. 6. Jarak ke pusat pasar (perdagangan) adalah rentang pemisah antara rumah

dengan pusat kota, diukur dengan satuan kilometer.

3.6. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode

Ordinary Least Square (OLS). Hal ini digunakan untuk melihat elastisitas Variabel

Independen terhadap Variabel Dependen Penelitian ini. Dan sebagai alat analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 4,1. Metode ini banyak digunakan karena:

1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan parameter yang bersifat optimum.

2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak membutuhkan banyak data.


(60)

3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.

4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.

5. Metode Kuadrat Terkecil adalah komponen yang penting dalam ekonometrika.

3.7. Test Goodness of Fit

Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan program statistik Eviews Versi 4,1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan Uji – F (F-test). Uji – t dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi variabel secara partial, sementara Uji – F mengetahui signifikansi statistik secara serentak, Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.

3.8. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.


(61)

Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Insukindro, 2000).

3.8.1. Uji Normalitas

Pengujian Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal di sini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya yakni melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data yang kita pakai.

Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Selain itu data yang mempunyai distribusi secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak. Tentu saja cara ini sangat subyektif.

Uji normalitas data yang digunakan di sini adalah uji Jarque Bera. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut:

a. Formulasi hipotesis

H0 : distribusi ut normal


(1)

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.917047 Probability 0.521533

Obs*R-squared 9.344931 Probability 0.499711

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 15/11/09 Time: 01:38 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.70E+10 4.55E+10 0.593177 0.5546

PDD -4.07E+09 1.13E+10 -0.360144 0.7196

PDD^2 2.36E+08 7.65E+08 0.308025 0.7588

JAK -8.21E+09 6.87E+09 -1.195163 0.2353

JAK^2 1.10E+09 7.55E+08 1.454458 0.1494

LLP 1.64E+09 1.57E+09 1.043340 0.2997

LLP^2 -4.57E+08 3.40E+08 -1.344787 0.1822

AK 3.23E+09 6.66E+09 0.485527 0.6285

AK^2 -6.60E+08 1.25E+09 -0.528608 0.5984

JRK 3.61E+09 6.54E+09 0.552053 0.5823

JRK^2 -1.04E+09 1.54E+09 -0.672910 0.5028

R-squared 0.095356 Mean dependent var 2.84E+09 Adjusted R-squared -0.008626 S.D. dependent var 6.93E+09 S.E. of regression 6.96E+09 Akaike info criterion 48.27153 Sum squared resid 4.22E+21 Schwarz criterion 48.56168

Log likelihood -2354.305 F-statistic 0.917047

Durbin-Watson stat 1.489690 Prob(F-statistic) 0.521533

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !


(2)

PPD=F(JKL,LLP,AK,JRK)

Dependent Variable: PDD

Method: Least Squares Date: 15/11/09 Time: 01:40 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6.221785 0.747246 8.326286 0.0000

JAK 0.250347 0.112802 2.219356 0.0289

LLP 0.034035 0.075334 0.451781 0.6525

AK 0.129619 0.149727 0.865699 0.3889

JRK -0.273131 0.140830 -1.939435 0.0555

R-squared 0.133055 Mean dependent var 7.204082 Adjusted R-squared 0.095767 S.D. dependent var 1.054780 S.E. of regression 1.003002 Akaike info criterion 2.893546 Sum squared resid 93.55928 Schwarz criterion 3.025432

Log likelihood -136.7837 F-statistic 3.568312

Durbin-Watson stat 1.761472 Prob(F-statistic) 0.009401

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !


(3)

JAK=F(PDD,LLP,AK,JRK)

Dependent Variable: JAK

Method: Least Squares Date: 15/11/09 Time: 01:45 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.843328 0.833818 3.410011 0.0010

PDD 0.200916 0.090529 2.219356 0.0289

LLP 0.184895 0.064785 2.853988 0.0053

AK 0.042599 0.134600 0.316486 0.7523

JRK -0.135323 0.127922 -1.057857 0.2929

R-squared 0.180939 Mean dependent var 4.591837 Adjusted R-squared 0.145711 S.D. dependent var 0.972156 S.E. of regression 0.898542 Akaike info criterion 2.673586 Sum squared resid 75.08613 Schwarz criterion 2.805472

Log likelihood -126.0057 F-statistic 5.136178

Durbin-Watson stat 1.892859 Prob(F-statistic) 0.000877

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !


(4)

LLP=F(PDD,JKL,AK,JRK)

Dependent Variable: LLP

Method: Least Squares Date: 15/11/09 Time: 01:46 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.979363 1.353598 0.723526 0.4712

PDD 0.064343 0.142421 0.451781 0.6525

JAK 0.435546 0.152610 2.853988 0.0053

AK -0.082379 0.206521 -0.398890 0.6909

JRK -0.276766 0.195417 -1.416286 0.1600

R-squared 0.137319 Mean dependent var 2.622449 Adjusted R-squared 0.100215 S.D. dependent var 1.453863 S.E. of regression 1.379091 Akaike info criterion 3.530399 Sum squared resid 176.8759 Schwarz criterion 3.662285

Log likelihood -167.9895 F-statistic 3.700881

Durbin-Watson stat 1.634096 Prob(F-statistic) 0.007681

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !


(5)

AK=F(PDD,JKL,LLP,JRK)

Dependent Variable: AK

Method: Least Squares Date: 15/11/09 Time: 01:48 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.079681 0.645928 3.219679 0.0018

PDD 0.061673 0.071241 0.865699 0.3889

JAK 0.025256 0.079800 0.316486 0.7523

LLP -0.020733 0.051977 -0.398890 0.6909

JRK 0.016885 0.099072 0.170427 0.8650

R-squared 0.011428 Mean dependent var 2.622449 Adjusted R-squared -0.031091 S.D. dependent var 0.681347 S.E. of regression 0.691858 Akaike info criterion 2.150799 Sum squared resid 44.51601 Schwarz criterion 2.282685

Log likelihood -100.3892 F-statistic 0.268766

Durbin-Watson stat 2.300624 Prob(F-statistic) 0.897382

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !


(6)

JRK=F(PDD,JKL,LLP,AK)

Dependent Variable: JRK

Method: Least Squares Date: 15/311/09 Time: 01:49 Sample: 1 98

Included observations: 98

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 3.763999 0.596253 6.312757 0.0000

PDD -0.142324 0.073384 -1.939435 0.0555

JAK -0.087863 0.083057 -1.057857 0.2929

LLP -0.076285 0.053863 -1.416286 0.1600

AK 0.018491 0.108500 0.170427 0.8650

R-squared 0.108635 Mean dependent var 2.183673 Adjusted R-squared 0.070297 S.D. dependent var 0.750902 S.E. of regression 0.724028 Akaike info criterion 2.241701 Sum squared resid 48.75220 Schwarz criterion 2.373587

Log likelihood -104.8433 F-statistic 2.833594

Durbin-Watson stat 1.835603 Prob(F-statistic) 0.028804

p d fMachine

I s a pdf w r it e r t ha t pr oduce s qua lit y PD F file s w it h e a se !

Produce quality PDF files in seconds and preserve the integrity of your original docum ents. Com patible across nearly all Windows platform s, if you can print from a windows application you can use pdfMachine.

Get yours now !