al-khamr. Kedua, pada tahun 364 H974 M, di mana perjalanan yang dilakukan untuk menyertai Abu Al-Fath Dzu al-Kifayatain ke kota damai Madinah Al-
Salam. Dalam kesempatan ini, ia mengikuti kegiatan dan perdebatan yang
dilakukan oleh para filosof. Kemudian ia kembali ke Iran, tepatnya di Rayy dan menghabiskan waktu selama lima tahun untuk belajar ilmu kepada Abu Al-Fadhl
ibn Al- „Amid. Namun pada tahun 375 H982 M, ia kembali ke tempat
kelahirannya Khurasan sampai meninggal dunia pada tahun 381 H991 M.
19
Dalam masa hidupnya ia mempunyai banyak teman dan pengikut, misalnya Abu Qasim al-Khatib, Ibn Hindun, Ibn Masykukah. Ia juga menjadi
rujukan Ibn Sina secara langsung sebagaimana disebutkan oleh Ibn Sina dalam kitab al-Najah dengan reservasi tentang kemampuan filsafatnya.
C. Karir dan Aktifitas al-Amiri
Seperti kebanyakan orang yang sezaman dengannya, Al- „Amiri melakukan
pengembaraan ke wilayah-wilayah yang jauh —sebagiannya adalah untuk mencari
pengetahuan dan pencerahan, dan sebagiannya lagi untuk mendapatkan perlindungan dari beberapa penguasa dan wazir perdana menteri. Kepada
mereka, Al- „Amiri mendedikasikan sebagian besar karya-karyanya, dan sebagian
lagi karena ketidakstabilan dan kekacauan dinasti-dinasti kecil tempat ia mencari perlindungan. Di tengah-tengah pengembaraannya, Al-
„Amiri mengunjungi Baghdad setidaknya dalam dua kesempatan. Dalam kesempatan itu, Al-
„Amiri
19
Joel L. Kramer, Renaisans Islam, terj., h. 233.
mengikuti pertemuan yang tidak disengaja dengan para filosof Baghdad dan perdebatan yang mengesankan dengan Abu Sa‟id Al-Sirafi. Dengan begitu, dapat
dipastikan bahwa Al- „Amiri mengunjungi Abu Al-Fadhl ibn Al-„Amid di Rayy
adalah setelah kunjungannya yang pertama ke Baghdad pada tahun 360 H970 M, karena Ibn Miskawaih menempatkan kunjungan ini setelah ia kembali dari ibu
kota tersebut, dan Ibn Al- „Amid meninggal pada tahun itu. Kemudian Ibn
Miskawaih menyebutkan dalam karyanya, Tajarib Al-Umam, bahwa ia melihat Abu Al-Hasan Al-
„Amiri di istana Ibn Al-„Amid. Ini terjadi, kata Miskawaih, ketika Al-
„Amiri sedang dalam perjalanan pulang dari Baghdad ke Khurasan: “[Al-„Amiri] menganggap dirinya sebagai filosof yang sempurna, setelah
memberikan komentar terhadap buku-buku Aristoteles, yang dengannya ia tumbuh dewasa.
Ketika Al- „Amiri kemudian menyadari pengetahuan yang luas yang
dimiliki Pemimpin para Guru Ibn Al- „Amid mengenai beberapa ilmu
pengetahuan sains, pemikirannya yang cemerlang, daya ingatnya yang kuat untuk sesuatu yang telah ditulis, ia menundukkan kepala dihadapannya dan
memperbarui studi-studinya di bawah bimibingannya, dengan kesadaran bahwa dirinya adalah salah seorang yang pantas untuk menjadi muridnya. Ia membaca
banyak buku yang sulit dipahami bersama Ibn Al- „Amid, yang memperkenalkan
dan mengajarkan buku itu kepadanya.
20
Pada tahun 370 H980 M, Miskawaih mendapatkan informasi bahwa Al- „Amiri telah kembali lagi ke rumahnya di Nisabur, tempat ia berjumpa dengan
20
Miskawaih, Tajarib Al-Umam, II, tahun 359 H969 M., h. 277.
sekelompok sufi pengembara, sebuah peristiwa yang dikenang oleh Tauhidi Imta, III, h. 94. Ia menggambarkan Al-
„Amiri sebagai seorang dari “para penjelajah dunia”, yang mengembara ke kota-kota dan berjuang untuk mengetahui “rahasia
Tuhan d i antara manusia”.
Menjelang akhir masa hidupnya, Al- „Amiri tinggal di Bukhara. Pada tahun
375 H985 M, ia menyelesaikan karyanya, Al-Taqrir li-Aujuh Al-Taqdir, untuk Abu Al-Husain Al-
„Utbi, wazir Nuh ibn Manshur, dan ia juga menyelesaikan Al- Amad „ala Al-Abad di Bukhara pada tahun yang sama. Produksi kesusastraannya
menjelang akhir kariernya dihasilkan di bawah perlindungan Amir Dinasti Samaniyyah, yang ingin mengangkat Al-
„Amiri menjadi wazir.
21
Dan kemungkinan besar ia telah memanfaatkan perpustakaan yang ada di Bukhara
sebagaimana yang dilakukan Ibn Sina sesudahnya.
D. Karya-karya al-Amiri