1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kekuasaan dan
pemerintahan dibutuhkan
untuk mewujudkan
terselenggaranya kewajiban-kewajiban
keagamaan. Dengan
demikian, penegakkan  negara  bukanlah  merupakan  tujuan  tetapi  tak  lebih  sebagai  sekedar
instrumen  untuk  merealisasikan  ajaran-ajaran  Islam.  Islam  adalah  suatu  agama yang  mencakup  semua  dimensi  dan  ajarannya  bersifat  universal.  Pada  masa
awalnya  Islam sangatlah sederhana pemahamannya. Komunitas awal  masyarakat Islam  berada  langsung  dalam  bimbingan  Nabi  Muhammad  dan  para  Khalifah.
Hampir  tidak  pernah  terjadi  keributan  dan  perbedaan  pendapat  antara  mereka, kemudian  setelah  terjadi  penyebaran  futuhât  pemikiran  Islam  berkembang  dan
begitu  banyak  interpretasi  yang  dilakukan  oleh  beberapa  kelompok  yang  merasa dirinya  mampu  dan  berhak  untuk  melakukannya.  Perkembangan  pemikiran
pertama dan paling dominan dalam sejarah Islam adalah pemikiran dalam masalah teologi, namun pemikiran teologi ini bukan murni karena masalah teologi semata
tapi karena dipengaruhi oleh masalah politik.
1
Sementara  itu  istilah  politik  sendiri,  walaupun  bukan  berasal  dari  bahasa Arab
2
dan  belum  dikenal,  namun  tujuannya  sudah  digunakan  pada  masa  awal Islam,  tepatnya  ketika  Umar  ibn  Khattab  memecat  Amr  ibn  Yassar  karena
dipandang  lemah  dan  tidak  mempunyai  pengetahuan  tentang  Siyasah.  Juga  pada
1
W. Montgomery Watt, Islamic Philosophy and Theology Endinburg: Endinburg University Press, 1985, h. 1-2.
2
Dalam bahasa Arab istilah politik biasa dipadankan dengan kata al-siyasah, lihat pada Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab Jakarta: Bulan Bintang, 2002, h. 290.
tahun  120741,  Nasr  ibn  Sayyar  diangkat  sebagai  gubernur  Khurasan  dengan pertimbangan bahwa ia adalah orang yang paling ahli dalam bidang pemerintahan
a‟lamuhum  al-siyasah.
3
Siyasah  merupakan  suatu  kebijakan  atau  organisasi yang  dengannya  rakyat  diorganisasi  atau  diarahkan  dengan  cara  tertentu  untuk
kehidupan yang lebih baik. Jika  dikaitkan  dengan  orang  atau  kota,  siyasah  menjadi  sesuatu  yang
terkait dengan seni memerintah yang digunakan untuk kepentingan orang banyak baik  menyangkut  fisik,  spiritual,  maupun  intelekual.  Juga  bisa  dikatakan  seni
mengurus sebuah kota berdasarkan prinsip-prinsip atau tujuan tertentu.
4
Pemikiran  politik  yang  berkaitan  atau  mempunyai  hubungan  erat  dengan teologi  kemudian  berkembang  bersamaan  dengan  perkembangan  Islam  dan
akulturasi  kebudayaan  dengan  Helenisme.
5
Perkembangan  politik  ini  seiring dengan perkembangan disiplin ilmu yang lain seperti logika, dan Filsafat.
Banyak  para  ahli  filsafat  yang  menulis  juga  mengenai  masalah  politik, misalnya  Al-Farabi  dengan  karyanya  al-Madinah  al-Fadhilah-nya,
6
al-Mawardi dengan karyanya berupa kitab al-Ahkam al-Sulthaniyah-nya,
7
Ibn Khaldun dengan Muqaddimah-nya.
8
Masih  ada  pula  pemikir  yang  dalam  pemikirannya  juga
3
Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara Magelang: Indonesia Tera, 2001, h. xxxvi
4
Ibid., h. xxxxvi
5
Helenisme  ialah  kebudayaan  Yunani  dulu  yang  mempengaruhi  perkembangan  pikir, untuk  lebih  jelasnya  lihat  pada  Nurcholish  Madjid,  Islam  Doktrin  dan  Peradaban  Jakarta:
Paramadina, 1992, h. 219-222.
6
Ia mengaitkan teori politik dengan teori emanasi, keterangan lebih lanjut lihat pada Abu Nashr al-Farabi, Kitab Ara Ahl al-Madinah al-Fadhilah Beirut: Dâr al-Masyriq, 2002, h. 22.
7
Lihat  pada  M.M.  Syarif  ed,  History  of  Muslim  Philosophy  Delhi:  Low  Price Publication, 1995 jilid I., h. 719-722.
8
Ia dalam  menganalisa  masalah politik  melalui pendekatan sejarah dan sosial, sehingga pemikirannya  sangat  ensiklopedis  dan  kritis,  Muhammad  „Abid  al-Jabiri,  Fikr  Ibn  Khaldun  al-
„Ashabiyah wa al-Dawlah Beirut: Markaz al-Dirasah al-Wahdah al-„Arabiyah, 1994, h. 65.
membahas masalah politik namun kurang dikenal yaitu al- „Amiri.
9
Ia adalah salah satu tokoh yang beraliran Helenisme. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-
I‟lâm  bi  Manâqib  al-Islam.  Kitab  tersebut  disusun  untuk  memenuhi  permintaan seorang  wazir  menteri  dinasti  Samaniyah,  karena  rasa  hormat  dan  cintanya
kepada raja.
10
Dalam  kitab  tersebut  membahas  masalah  agama  dan  politik.  Kitab  ini menjadi menarik untuk dikaji, karena adanya pemasukan aspek keungulan agama
yang  berkaitan  dengan  teologi,  filsafat  dan  syariat  Islam.  Selain  itu,  juga mengaitkan  antara  pemikiran  agama  Islam  dengan  politik,  di  mana  ia  berusaha
membangun  suatu  paradigma  tentang  cara  seorang  pemimpin  harus  mengatur rakyatnya  dan  kedudukan  rakyat  itu  sendiri.  Tidak  lupa  pula  yang  menjadi
bahasan mengenai status orang yang berada di luar agama Islam. Dari deskripsi dan latar belakang tersebut maka di sini akan dicoba untuk
mengkaji  pemikiran  al- „Amiri  dalam  bidang  politiknya  yang  selalu  ia  kaitkan
dengan syariat Islam dengan judul
“Kekuasaan dan Agama Dalam Pandangan Al-
‘Amiri”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah