produktif. Dalam kenyataannya, implementasi program ini sangat kompleks. Benar bahwa kondisi sejumlah desa semakin berkembang dan kelompok miskin dapat
meningkatkan pendapatannya, walaupun tidak sedikit desa tertinggal lain hampir tidak berkembang. Jumlah dana yang tersalur tidak sesuai dengan ketentuan,
pemanfaatannya tidak mengikuti mekanisme yang telah ditetapkan, dan pembinaan juga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Landasan Teori
Pembangunan adalah merupakan proses perubahan yang sengaja dan direncanakan. Lebih lengkap lagi pembangunan berarti perubahan yang sengaja dan
direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki. Istilah pembangunan biasanya dipadankan dengan istilah
development, sekalipun istilah development sebenarnya berarti perkembangan tanpa perencanaan. Maka pembangunan masyarakat desa juga disebut rural development
Rahardjo, 1999:192. Pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1948 mengadakan konferensi yang
menghasilkan defenisi mengenai pengembangan masyarakat sebagai : suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui
partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan inisiatif masyarakat. Hal ini meliputi berbagai kegiatan pembangunan di tingkat distrik, baik dilakukan oleh
lembaga pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah pengembangan masyarakat harus dilakukan melalui gerakan yang kooperatif dan harus berhubungan
dengan bentuk pemerintahan lokal terdekat Adi, I.R., 2003;199. Indikator keberhasilan yang dipakai untuk mengukur pelaksanaan program-
program pemberdayaan masyarakat mencakup:
Universitas Sumatera Utara
1. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.
2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk
miskin dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. 3.
Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin dilingkungannya.
4. Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin
berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin besarnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin
luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat. 5.
Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai dengan peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi
kebutuhan pokok dan sosial dasarnya Sumodiningrat, 1999 : 138-139. Pengembangan masyarakat memiliki tiga aspek penting. Satu aspek
pengembangan masyarakat adalah bagaimana menemukan cara yang efektif untuk menstimulasi, membantu, dan mengajar petani untuk beradaptasi pada metode baru
dan mempelajari keahlian baru, karena mereka masih bisa hidup lebih baik lagi dari yang mereka nikmati sekarang. Aspek yang kedua adalah bagaimana kita membantu
para petani mengadaptasikan cara kehidupan mereka yang lama terhadap perubahan yang sudah mereka terima ataupun yang telah terjadi pada mereka. Aspek
pengembangan masyarakat yang ketiga adalah membuat para petani merasa mereka ikut memiliki perubahan yang terjadi, karena ketika perubahan terjadi dan gagasan
baru hanya diterima oleh sebagian petani atau jika gagasan lama tidak bisa digunakan dalam situasi yang baru yang dilahirkan oleh perubahan, maka standar perilaku bisa
Universitas Sumatera Utara
berubah menjadi tidak pasti, rasa saling memiliki lemah, bahkan dapat terjadi disintegrasi Batten, 1957: 5-6.
Masyarakat setempat atau sering disebut sebagai community menunjukkan pada warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suku bangsa. Community atau
masyarakat setempat tidak lain merupakan suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Adapun dasar-dasar dari
masyarakat setempat atau community adalah adanya lokalitas dan perasaan masyarakat tersebut. Mereka memiliki perasaan yang sama dan saling membutuhkan
diantara anggota-anggotanya dan bahkan tanah yang mereka tinggal memberikan kehidupan dan penghidupan kepada mereka semua Wisadirana, 2004 :41.
Salah satu kemajemukan yang merupakan kendala pembangunan dan kemajuan yang pada hakekatnya lebih serius dan lebih merumitkan lagi bagi usaha
pengembangan kebudayaan bangsa menuju kemajuan, ialah perbedaan dalam tingkat pendidikan dan taraf keberadaban yang sangat tajam. Masalah ini perlu diperhatikan
serta diusahakan untuk ditangani karena dapat menimbulkan kesenjangan dalam masyarakat. Kesenjangan sosial seperti itu diketahui merupakan landasan subur bagi
kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan kerawanan sosial yang pada pihaknya dapat mengganggu stabilitas yang sedemikian kita perlukan dalam pembangunan
Sambuaga, 1992: 38-39. Sikap adalah suatu bangun psikologis. Seperti semua wujud psikologis sikap
adalah hipotesis. Membangun adalah cara-cara mengkonseptualisasikan unsur-unsur yang tidak mudah dipahami daerah yang diselidiki oleh suatu ilmu tertentu. Para
ilmuwan sosial menyelidiki keyakinan dan perilaku orang dalam usahanya untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan mengenai keadaan mental dan proses mental. Sikap
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat diobservasi atau diukur secara langsung. Keberadaannya harus ditarik kesimpulan dari hasil-hasilnya Mueler, 1996:2.
Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya, pada suatu kontinum afektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif”
hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu obyek sikap tertentu Mueller, 1996: 11. Sikap tersebut dapat bersifat negatif dapat pula bersifat posistif. Sikap negatif
memunculkan kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, ataupun tidak menyukai keberadaan suatu obyek. Sedangkan sikap positif memunculkan kecenderungan
menyenangi, mendekati, menerima atau bahkan mengaharapkan kehadiran obyek tertentu Adi, 1994: 178-179.
Dalam Rogers 1983, banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara indeks adopsi dan cirri-ciri sosial individu. Adapun indeks adopsi individu tersebut
yaitu: pendidikan, baca tulis, status sosial yang lebih tinggi, unit ukuran besar, orientasi ekonomi komersial, sikap yang lebih berkenan terhadap kredit, sikap yang
lebih berkenan terhadap perubahan, sikap yang lebih berkenan terhadap pendidikan, intelegensi, partisipasi sosial, kosmopolitalisme, kontak dengan agen perubahan,
keterbukaan dengan media massa, pencarian informasi yang lebih aktif, pengetahuan tentang inovasi, dan pendapat tentang kepemimpinan. Variabel ini telah diteliti
diberbagai wilayah pertanian yang berbeda, baik negara industri maupun negara sedang berkembang, yaitu pada pendidikan, kesehatan dan perilaku konsumen. Hasil
penelitian yang mencolok ditemukan hampir disemua bidang Van Den Ban dan Hawkins, 1999: 126-127.
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik sangat mempengaruhi cepat lambatnya suatu inovasi, sebagai berikut; umur, tingkat
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikapnya dengan perubahan Mosher, 1997: 45.
Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan
lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama, sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam
mengadopsi inovasi baru Soekartawi, 2002 : 26. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara kerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap
adanya teknologi baru Kartasapoetra, 1991: 55. Salah satu faktor sosial yang mempengaruhi sikap petani adalah tingkat
kosmopolitan. Menurut Rogers dan Shoemakers 1986 pandangan petani akan semakin kosmopolitan jika sering berhubungan dengan orang luas. Tingkat
kosmopolitan didukung oleh fasilitas transportasi dan komunikasi dengan masyarakat yang lebih luas sehingga proses masuknya ide-ide baru lebih mudah.
Luas lahan pertanian akan dipengaruhi oleh skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhi efesiensi atau tidaknya suatu peningkatan usaha
pertanian Kartasapoetra, 1994: 23 Sejumlah studi menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin yang belum
mempunyai pendapatan yang cukup untuk bebas dari kekurangan masih banyak di Indonesia. Mereka masih dililit oleh ketidakberdayaan. Idiologi dan teknologi baru
yang diperkenalkan kepada mereka acapkali juga direspon secara negatif, terutama
Universitas Sumatera Utara
jika tidak memiliki jaminan sosial yang cukup untuk menghadapai resiko kegagalan Usman, 1998: 30-31.
2.3 Kerangka Pemikiran