Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: Penelitian Terdahulu

9 Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan auditan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan menggunakan variabel dan sampel yang berbeda dari penelitian terdahulu.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan ? 2. Apakah return on equity berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan ? 3. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan ? 4. Apakah free cash flow, return on equity dan kepemilikan manajerial secara bersama-sama berpengaruh terhadap kebijakan hutang ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan perumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah free ca sh flow, return on equity dan kepemilikan Universitas Sumatera Utara 10 manajerial secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, khususnya mengenai pengaruh free ca sh flow, return on equity dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. 2. Bagi akademisi dan peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan. Universitas Sumatera Utara 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Free Cash Flow Free Ca sh Flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset, Ross et al,2000 yang dikutip dalam tesis Faisal 2004. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer lebih menginginkan dana tersebut diinvestasi lagi pada proyek – proyek yang dapat menghasilkan keuntungan , karena akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Di sisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan menambah kesejahteraan mereka. Hipotesis Jensen 1986 mengenai free ca sh flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free ca sh flow kepada pemegang saham atau risiko akan kehilangan kendali terhadap perusahaan. Menurut Jensen 1986 free ca sh flow adalah kelebihan kas yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah membagi dividen. Free ca sh flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al. 2000, yaitu : FCF it = AKO it – PM it – NWC it Universitas Sumatera Utara 12 FCF it = Free Ca sh Flow AKO it = Aliran kas operasi perusahaan I pada tahun tfc PM it = Pengeluaran modal perusahaan I pada tahun t NWC it = Modal kerja bersih perusahaan I pada tahun t Aliran kas operasi adalah kas berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada asset tetap yaitu asset tetap bersih akhir periode dikurangi asset tetap bersih pada awal periode. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara jumlah asset lancar dengan utang lancar pada tahun yang sama. Pengaruh free ca sh flow terhadap hutang berbeda antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Permasalahan free ca sh flow akan lebih nyata untuk perusahaan besar, karena akan memerlukan mekanisme tersendiri yang terbaik bagi para pemegang saham. Free ca sh flow yang besar akan mengarah pada perilaku manajer yang salah dan keputusan yang buruk yang bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dengan kata lain, para manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan. Dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free ca sh flow yang berlebihan oleh manajer. Selain itu pemegang saham juga akan menikmati kontrol yang lebih atas tim manajemennya misalnya, jika perusahaan menerbitkan hutang baru dan Universitas Sumatera Utara 13 manajemen wajib membayar tunai untuk menutupi hutang ini, secara simultan mengurangi jumlah arus kas yang ada pada manajemen untuk dipermainkan. Dengan adanya hutang ini, manajemen akan bekerja lebih efisien agar tidak terjadi kegagalan keuangan sehingga akan mengurangi a gency cost free ca sh flow biaya agensi arus kas bebas. 2.1.2 Return On Equity Return on equity ROE atau sering disebut juga dengan Return On Common Equity. Investor yang akan membeli saham akan tertarik dengan ukuran profitabilitas ini, atau bagian dari total profitabilitas yang bisa dialokasikan ke pemegang saham. Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim residual sisa atas keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh perusahaan pertama akan dipakai untuk membayar hutang bunga, kemudian saham preferen, baru kemudian kalau ada sisa diberikan kepada pemegang saham biasa. Hasil pengembalian ekuitas atau Return On Equity ROE menurut Kasmir 2012: 204 merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri, semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian juga sebaliknya. Rumus dari Return on equity ROE yaitu sebagai berikut: Return On Equity = � �ℎ � − � � � Universitas Sumatera Utara 14

2.1.3 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan Direktur dan Komisaris. Dengan kata lain, kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang dan ekuitas saja tetapi juga ditentukan oleh presentase kepemilikan saham oleh manajemen dan institusi, Purba 2011. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajer berkaitan erat dengan kontrol dan monitoring atas perilaku manajemen, sebagai konsekuensi dari adanya konflik keagenan. Jika tingkat kepemilikan manajemen rendah, berarti manajemen mempunyai pengaruh dan voting power terbatas, sedangkan investor eksternal mempunyai kuasa untuk memonitor dan membatasi perilaku oportunistik manajer, sehingga mengurangi konflik keagenan. Konsekuensinya, kedua pihak mempunyai pengaruh positif terhadap ma na geria l incentive problems, yakni mengurangi perilaku oportunistik manajer, Faisal 2004. Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan , melainkan untuk kepentingan opportunistik mereka. Hal ini dapat dilihat melalui pemilihan proyek - proyek beresiko tinggi. Ini akan menyebabkan meningkatnya beban bunga perusahaan karena resiko kebangkrutan semakin tinggi, sehingga biaya agensi hutang semakin tinggi. Peningkatan biaya keagenan tersebut akan berpengaruh Universitas Sumatera Utara 15 pada penurunan nilai perusahaan. Dengan adanya kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian apabila keputusan yang diambil salah terutama keputusan mengenai hutang. Dengan demikian manajer ikut memiliki perusahaan sehingga manajer tidak mungkin bertindak oppurtunistik lagi dan semakin hati – hati dalam menggunakan hutang dan berusaha meminimumkan biaya keagenan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang mempunyai peranan penting, yaitu sebagai pengendali kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham Magginson,2003. Keinginan pemegang saham untuk menyamakan kepentingan dengan manajemen melalui program – program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Kepemilikan saham manajerial yang tinggi akan meningkatkan risiko hutang yang non- diversiviable, sehingga manajer akan semakin hati – hati dalam menggunakan hutang. Hal ini menyebabkan rasio hutang menurun jika tingkat kepemilikan saham oleh manajerial meningkat Moh’d et al ,1998 yang dikutip dalam tesis Kurniati 2007. Hasil penelitian Gusti 2013 juga menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan dan negarif terhadap kebijakan hutang. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan . Universitas Sumatera Utara 16

2.1.4 Kebijakan hutang

Kebijakan hutang adalah keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana merupakan kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Selain itu kebijakan hutang perusahaan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan. Penentuan kebijakan hutang ini berkaitan dengan struktur modal karena hutang merupakan salah satu komposisi dalam struktur modal. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur adalah merupakan hutang perusahaan. Perusahaan dinilai beresiko apabila memiliki porsi hutang yang besar dalam stuktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan menggunakan hutang yang kecil maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan Yulianto, 2010. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga Universitas Sumatera Utara 17 yang akan menyebabkan semakin meningkatmya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Tingkat penggunaan hutang dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh salah satunya menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas DER, yaitu rasio jumlah hutang terhadap jumlah modal sendiri. Phitaloka 2009. Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu. Menurut Jensen dan Meckling 1976 , kebijakan hutang merupakan proksi dari resiko yang dihadapi oleh pemegang saham dan menjadi biaya keagenan dalam konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen, sehingga pengaruh hutang terhadap kepemilikan manajerial adalah positif. Myers 1977 dan Myers yang dikutip oleh Faisal 2004 menjelaskan keterkaitan antara kebijakan hutang dengan profitabilitas perusahaan menyatakan bahwa perusahan yang lebih menguntungkan akan menurunkan hutangnya karena memiliki sumber dana internal yang lebih besar dari laba untuk membiayai kegiatan investasinya. Perusahaan menggunakan hutang untuk mendanai sebagian besar aktiva. Kebijakan hutang berhubungan positif dengan resiko sehingga peningkatan hutang akan meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk meminimalkan konflik keagenan. Universitas Sumatera Utara 18 Debt to Equity Ra tio yang rendah diharapkan mengurangi resiko kebangkrutan dan financial distress. Terjadinya financial distress juga akan menimbulkan konflik keagenan diantaranya melalui asset substitution dan under investment, sehingga kepemilikan manajerial dengan resiko kebangkrutan yang disebabkan oleh hutang. Pemegang saham akan melakukan pengawasan terhadap manajemen, namun bila biaya monitoring tersebut tinggi, maka mereka akan menggunakan pihak ketiga untuk membantu melakukan pengawasan. Pihak ketiga tersebut dengan sendirinya akan berusaha untuk melakukan tindak pengawasan terhadap penggunaan dana tersebut Easterbrook, 1984 dalam tesis Kurniati 2007. Perusahaan-perusahaan seperti perusahaan bank dan pembiayaan adalah contoh perusahaan yang mempunyai rasio hutang yang cukup tinggi. Apabila perusahaan berbentuk limited lia bility compa ny maka kemungkinan terjadinya debt a gency problems akan lebih besar. Semakin terkonsentrasi kepemilikan perusahaan, semakin besar kemungkinan terjadinya debt a gency problems , maka sebab itulah para akan mensyaratkan berbagai covenant untuk melindungi kredit mereka yang mereka berikan. Ketentuan – ketentuan tersebut misalnya mempertahankan rasio likuiditas minimal tertentu, membatasi pembagian dividen maksimum dalam persentase tertentu dan sebagaimya. Teori keuangan juga menjelaskan bahwa memaksimumkan nilai perusahaan dapat dilakukan atas biaya pengorbanan pihak kreditur. Agar a gency problem tidak merugikan pihak pemilik perusahaan, Universitas Sumatera Utara 19 mekanisme yang sering ditempuh adalah dengan meningkatkan monitoring dan control terhadap keputusan – keputusan yang diambil manajemen. Dari sisi kreditor, transparansi manajemen akan mengurangi debt agency problem. Dengan pertimbangan bahwa perusahaan-perusahaan multinasional mempunyai monitoring dan kontrol yang lebih baik terhadap manajemen dan juga lebih transparan, maka diharapkan perilaku manajemen mereka akan sesuai dengan kepentingan perusahaan. Dengan demikian maka keputusan pendanaan yang diambil tidak akan merugikan perusahaan dan juga kreditornya Suad Husnan, 2001 .

2.1.5 Teori Keagenan

Agency Theory mulai berkembang berawal dari adanya penelitian oleh Jensen dan Meckling 1976 yang mengacu pada pemenuhan tujuan utama dari manajemen keuangan yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Pemegang saham sebagai pemilik perusahaan disebut principal. Maksimalisasi kekayaan principal akan diserahkan kepada pihak – pihak yang dianggap professional untuk mengelola perusahaan. Pihak professional tersebut dalam perusahaan disebut manajemen, yang dalam teori keagenan disebut a gent. Untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan oleh principal, maka a gent akan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh laba yang sebesar- besarnya dengan biaya yang kecil,karena manajemen tidak menyukai adanya resiko. Menurut Jensen dan Meckling 1976 a gency conflict akan terjadi jika proporsi kepemilikan manajemen atas saham perusahaan kurang dari 100. Kondisi ini akan menimbulkan kecenderungnan manajemen untuk bertindak Universitas Sumatera Utara 20 mementingkan kepentingan sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi kemakmuran principal lagi. Konflik kepentingan, dapat mendasari orang bertindak untuk memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan orang lain. Hal ini juga berlaku dalam manajemen perusahaan. Agency theory awalnya mulai berkembang pada tahun 1960an, dimana pada saat itu penekanan utama para ekonom adalah mengeksplorasi pembagian risiko risk sha ring pada sejumlah individu atau kelompok yang berkepentingan dengan kegiatan ekonomi. Permasalahan yang muncul pada pembagian risiko tersebut adalah perbedaan sikap atas risiko itu sendiri dari sejumlah pihak yang berkepentingan. Permasalahan a gency muncul ketika terjadi konflik antara principal dan agensi yang berkaitan dengan tujuan perusahaan, dan ketika principal mengalami kesulitan memverifikasi pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh agensi. Sedangkan permasalahan pembagian risiko muncul ketika principal dan agensi memiliki perbedaan cara pandang yang berbeda atas risiko itu sendiri. Penyebab lain terjadinya a gency conflict menurut Fama 1980 dalam Purba 2011 adalah bagian substantif dari kekayaan manajemen didalam specific huma n ca pita l perusahaan, yang membuat ma na jemen non diversifia ble dan manajer akan terancam reputasinya apabila kemampuan menghasilkan ea rning yang negative dan atau bahkan menuju arah kebangkrutan perusahaan. Pengertian a gency cost menurut Jensen dan Meckling 1976 merupakan tindakan – tindakan yang menjadi cost bagi principal untuk melakukan monitoring dan pengawasan positif termasuk biaya perilaku pada agent, Universitas Sumatera Utara 21 pengeluaran atas adanya perikatan dengan a gent, dan sisa kerugian residual dari adanya perikatan tersebut. Konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan kedua pihak, dalam hal ini manajemen dan pemegang saham. Namun dengan munculnya mekanisme tersebut akan menimbulkan biaya yang disebut a gency cost. Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi a gent cost yaitu, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham Jensen dan Meckling, 1976. Dengan demikian kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal. Kedua, dengan meningkatkan dividend pa yout ra tio, hal ini akan menurunkan tingkat free ca sh flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konflik antara pemegang saham dengan manajemen. Disamping itu, hutang juga akan menurunkan tingkat free ca sh flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen. Keempat, investor institutional sebagai monitoring a gent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan Universitas Sumatera Utara 22 sha reholder dispersion dapat mengurangi a gency cost, karena kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen. 2.1.5 Laporan Keuangan 2.1.5.1 Definisi Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan cara utama dengan format - format standar untuk mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak luar perusahaan. Akuntansi keuangan adalah sebuah proses yang berpuncak pada penyiapan laporan keuangan yang menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan terutama oleh pihak eksternal. Laporan keuangan umumnya terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan SAK 2014 PSAK No.1 2013, laporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan..

2.1.5.2 Tujuan Laporan Keuangan

Berdasarkan SAK 2014 PSAK No.1 2013 , tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang Universitas Sumatera Utara 23 dipercayakan kepada mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik serta arus kas.

2.1.5.3 Komponen Laporan Keuangan

Menurut SAK 2014 PSAK No.1 2013 , laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen – komponen berikut ini: 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode 5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos laporan keuangannya. 2.1.5.4 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Laporan keuangan berisikan informasi keuangan yang ada pada hakekatnya adalah informasi kuantitatif. Agar informasi tersebut berguna bagi pemakai informasi tersebut harus memenuhi karakteristik kualitatif. Dengan karakteristik kualitatif tersebut, informasi kuantitatif dalam laporan keuangan Universitas Sumatera Utara 24 dapat memenuhi kebutuhan pemakai. Menurut SAP PP No.71 Tahun 2010 berdasarkan KSAP ada empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Dapat dipahami Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai agar dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Untuk dapat dipahami, para pemakai laporan keuangan diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi. 2. Dapat dibandingkan Implikasi karakteristik kualitatif dapat dibandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dan perubahan istkebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. 3. Relevan Relevan berhubungan dengan kegunaan informasi tersebut dalam pengambilan keputusan. Informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut memengaruhi keputusan ekonomi pemakai sehingga dapat membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi di masa lalu. 4. Keandalan Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Universitas Sumatera Utara 25

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu beserta dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian Isrina Damayanti 2006 Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia Kebijakan Hutang, Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial. Free cash flow berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan FCF yang tinggi mempunyai level hutang tinggi karena peningkatan hutang akan menurunkan pelanggaran dalam penggunaan FCF sehingga akan menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajer. Citra Ariani 2009 Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang, Free Cash Flow, Kepemilikan Free Cash Flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang Universitas Sumatera Utara 26 Kebijakan Hutang dan Return Saham Manajerial dan Firm Size perusahaan. Tidak ada pengaruh signifikan antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang dengan return saham. Nina Diah 2009 Pengaruh Faktor- Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Kebijakan Hutang , Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan penjualan. Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh signifikan secara bersama- sama terhadap Kebijakan Hutang Ari Hidayat Yulianto 2010 Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan Kebijakan Utang, Kepemilikan Institusional, Free cash flow, Kebijakan Dividen. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan. Free cash flow berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan. Kebijakan dividen berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan Universitas Sumatera Utara 27 utang perusahaan. Bertha Gusti 2013 Pengaruh Free Ca sh Flow Dan Sruktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Hutang Dengan Investment Opportunity Set Sebagai Variabel Moderating. Kebijakan Hutang, Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Investment Opportunity Set. Free Cash Flow berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Kebijakan Hutang. Investment Opportunity Set memperlemah hubungan Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang dan memperkuat hubungan dengan Kepemilikan Manajerial. Universitas Sumatera Utara 28

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN AGRESIVITAS PAJAK TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN PROPERTI DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2013-2015.

3 6 24

ANALISIS PENGARUH DIVIDEND PAYOUT RATIO, ASSET STRUCTURE, PROFITABILITAS DAN FREE CASH FLOW TERHADAP REALISASI KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 94

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Return On Equity dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88