26 Gambar 2.7. Proses pembuatan cetakan Surdia.T, 1996.
Pasir cetak yang lazim digunakan dalam proses pengecoran adalah sebagai berikut:
1. Pasir Silika Pasir silika didapat dengan cara menghancurkan batu silika, kemudian disaring
untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan.
2. Pasir Zirkon Pasir Zirkon berasal dari pantai timur australia yang mempunyai daya yahan
api yang efektif untuk mencegah sinter
3. Pasir Olivin Pasir Olivin didapat dengan cara menghancurkan batu yang membentuk
2MgO, SiO2 dan 2FeO.SiO2. Pasir olivin mempunyai daya hantar panas yang lebih besar dibanding pasir silika. Simanjuntak dkk 2013
27
2.6 Sistem Saluran
Saluran tuang merupakan saluran untuk mengalirnya logam cair ke ronga cetakan. Sistem saluran terdiri dari cawan tuang, saluran turun sprue, saluran
pengalir runner, dan saluran masuk ingate. Jenis – jenis sistem saluran dapat
dilihat paga gambar 2.8. Besarnya diameter saluran ditentukan berdasarkan berat coran yang akan digunakan untuk mengetahui perbandingan berat coran dengan
ukuran diameter saluran dapat dilihat pada tabel 2.4.
Gambar 2.8 Jenis – Jenis Sistem Saluran
Abrianto Akuan, 2010: 33 Tabel 2.4. Perbandingan Berat Coran dengan Ukuran Diameter Saluran
Sumber: Hardi Sudjana, 2008: 208
1. Saluran turun sprue
Sprue merupakan saluran vertical tempat penuangan logam cair turun. Bentuk saluran turun ada beberapa macam diantaranya adalah sprue
seperti terompet, sprue dengan irisan yang semakin mengecil dari atas ke
28 bawah dan sprue yang tegak lurus dengan irisan lingkaran yang memeiliki
ukuran saluran sama dari atas ke bawah. Standar ukuran sprue tegak lurus seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.9.
Pertimbangan untuk menentukan lokasi sprue diantaranya; a.
Distribusi logam cair dapat merata kedalam cetakan. b.
Panjang runner dari sprue
Gambar 2.9 Sprue Tegak Lurus sumber: Abrianto Akua, 2010:35
2. Saluran pengalir runner
Pengalir umumnya memiliki bentuk trapesium atau setengah ligkaran. Pengalir dipilih sesuai dengan panjangnya seperti gambar 2.10
Surdia, Kenji. 1986. Pengalir ada beberapa macam diantaranya pengalir dengan saluran penjebak kotoran dross seperti gambar 2.11 dan pengalir
tanpa penjebak kotoran. Pengalir dengan penjebak kotoran memeiliki keuntungan yaitu menyaring logam cair dari kotoran yang terbawa
sebelum memasuki rongga pengecoran.
Gambar 2.10 Ukuran Pengalir Surdia, Kenji 1986: 67
29 Gambar 2.11 Saluran Pengalir dengan Jebakan Kotoran
Abrianto Akuan, 2010:37
3. Saluran masuk Ingate
Ingate merupakan yang langsung trhubung dengan rongga cor yang berfungsi untuk mengalirkan logam cair kedalam rongga cetak. Beberapa
pertimbangan desain gate dapat dilihat pada gambar 2.12. Desain gate memeiliki beberapa macam desain seperti gambar 2.13.
Gambar 2.12 Ukuran Gate Surdia Kenji, 1986:77
Dimana : H
1
0,5 H
2
W
1
2H
1
P 8T
Gambar 2.13 Macam – macam Gate
Sumber : Abrianto Akuan,2010:39 Jarak gate, runner dan cetakan yang sempit menyebabkan cetakan
mudah rusak tertekan logam cair, akan tetapi jarak antara runner dengan rongga cor yang terlalu jauh menyebabkan porositas mudah terjadi pada
30 gate. Akuan 2010 menyatakan bahwa gate yang baik yaitu berjarak min
25 mm, seperti terlihat pada gambar 2.14
Gambar 2.14 Ukuran Panjang Gate yang Baik sumber: Abrianto Akuan, 2010:42
2.7 Jenis – Jenis Keausan
Material jenis apapun akan mengalami keausan dengan mekanisme yang beragam, yaitu: keausan abrasi, adhesi, oksidasi, erosi dan friting. Di bawah ini
diberikan penjelasan ringkas dari mekanisme-mekanisme tersebut. a Keausan Abrasif
Keausan yang terjadi pada pengujian tipe pin on disk adalah Keausan Abrasif Abrasive wear. Terjadi bila suatu partikel keras asperity dari material
tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada
mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan degree of freedom partikel keras atau asperity tersebut. Abrasif dan kontak lelah fatigue cantact adalah hal
yang paling penting dalam perhitungan keausan pada permesinan. Bisa diperkirakan bahwa total keausan yang terjadi pada elemen-elemen mesin dapat
kisarkan antara 80-90 adalah keausan abrasif dan dalam 8 adalan keausan lelah fatigue wear.
Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak
keausan maka semakin tinggi volume material yang terkelupas dari benda uji. Ilustrasi skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan benda uji
diberikan oleh gambar 2.15.