1. Ketentuan Umum
Sebagaimana telah diketahui, sesuai dengan ketentuan Pasal 21 UU PPh, para pemberi kerja, dana pensiun, bendahara pemerintah, badan yang membayar
honorarium dan sejenisnya serta para penyelenggara kegiatan, ditugaskan untuk melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21. Pemotongan
PPh Pasal 21 ini wajib mereka lakukan terhadap imbalan penghasilan yang mereka bayarkan atau terutang kepada WP orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Sedangkan bila si WP orang pribadi penerima penghasilan tersebut berstatus sebagai WP luar negeri, maka
jenis PPh yang harus dipotong adalah PPh Pasal 26.
PPh Pasal 2126 yang telah dipotong tersebut selanjutnya harus disetorkan ke kas negara sesuai dengan jangka waktu yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini jika
terjadi keterlambatan setor, para subjek pemotong PPh Pasal 2126 tersebut dapat dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2 per bulan.
2. Jangka Waktu Pelaporan dan Sanksi
Selanjutnya tugas terakhir para subjek pemotong PPh Pasal 2126 adalah melaporkan pelaksanaan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 2126 tersebut
kepada KPP tempat subjek pemotong PPh tersebut terdaftar. Pelaporan tersebut menggunakan media yang dikenal dengan sebutan Surat Pemberitahuan SPT
Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 DanAtau Pasal 26 lebih sering disebut dengan SPT Masa PPh Pasal 2126.
SPT Masa PPh Pasal 2126 tersebut wajib disampaikan baca: dilaporkan kepada KPP tempat subjek pemotong PPh terdaftar NPWP, paling lambat pada tanggal 20
dua puluh bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak bulan terutangnya PPh Pasal 2126. Dalam hal ini jika terjadi keterlambatan pelaporan, subjek
pemotong PPh dapat dikenai sanksi administrasi denda sebesar Rp 100.000,- untuk setiap SPT Masa PPh yang terlambat dilaporkan.
3. Saat Mulai Digunakan
Formulir SPT Masa PPh Pasal 2126 yang berlaku mulai 1 Januari 2014, yang ditetapkan oleh PER-14PJ2014 ini, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila PPh Pasal 2126 yang terutang untuk Masa Pajak bulan
Desember 2013 dilaporkan pada tanggal 20 Januari 2014 atau tanggal- tanggal sebelumnya sesuai dengan batas waktu pelaporan SPT Masa
PPh, maka formulir SPT yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa PPh Pasal 2126 yang lama yang dipakai saat ini, sesuai dengan PER-
32PJ2009; 2.
Apabila PPh Pasal 2126 yang terutang untuk Masa Pajak bulan Desember 2013 dilaporkan setelah tanggal 20 Januari 2014 yang berarti
ada keterlambatan pelaporan SPT, maka formulir SPT Masa PPh Pasal 2126 yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa PPh Pasal 21 yang
terbaru ini yang ditetapkan oleh PER-14PJ2013.
Begitu pun jika seandainya WP pemotong PPh Pasal 2126 melakukan pembetulan terhadap SPT PPh Pasal 21 Masa Pajak bulan Januari hingga
Nopember 2013, dan pembetulan SPT itu dilakukan pada bulan Januari 2014, maka formulir SPT Masa PPh Pasal 2126 yang harus digunakan sebagai SPT
pembetulan adalah formulir terbaru yang ditetapkan oleh PER-14PJ2013 ini. Tetapi jika pembetulan terhadap SPT-SPT tersebut dilakukan sebelum 1 Januari
2014, maka formulir SPT yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa PPh Pasal 2126 yang lama yang diatur oleh PER-32PJ2009 yang saat ini sedang
digunakan.
4. Bukti Potong Pegawai Tetap