Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Populasi B. tabaci Genn. yang terperangkap ekor

Data pengamatan B. tabaci Genn. yang terperangkap pada 9 - 36 HST dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 3 - lampiran 12. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan yaitu perangkap sintetis chery glue dengan media plastik berwarna kuning terhadap populasi hama kutu putih yang terperangkap. Hasil uji beda rataan populasi B. tabaci Genn. pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rataan Jumlah Imago B. tabaci Genn. Pada Perlakuan Beberapa Perangkap Sintetis chery glue, minyak goreng dan warna transparan, merah, kuning dan hijau Pada Pertanaman Tembakau Keterangan: Angka dengan notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 Tabel 1 memperlihatkan bahwa selama pengamatan perlakuan P1W1 dengan menggunakan perangkap sintetis dengan media plastik berwarna kuning populasi yang terperangkap lebih banyak dibanding dengan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan warna kuning adalah warna yang kontras dengan keadaan lingkungan Perlakuan Jumlah ImagoPlot Total Rataan 9 HST 12 HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST P1W0 2.00bc 3.00bc 6.33c 8.00c 10.67c 15.00c 11.67c 9.33c 80.00 8.00 P1W1 5.67a 7.00a 13.33a 15.67a 24.33a 35.00a 28.33a 20.00a 174.66 17.466 P1W2 1.67bcd 2.33cd 4.33de 5.67de 7.67de 10.67d 7.67d 6.33de 56.68 5.668 P1W3 2.33b 3.67b 8.33b 9.67b 13.33b 19.00b 14.33b 11.00b 98.33 9.833 P2W0 1.00de 1.33ef 3.33e 4.33ef 6.67de 10.00d 6.67d 6.00de 48.33 4.833 P2W1 1.67bcd 3.00bc 5.67cd 8.00c 10.67c 15.00c 14.33b 9.33c 80.67 8.067 P2W2 0.67e 1.00f 3.00e 3.67f 5.33e 9.33d 6.33d 5.67e 42.66 4.266 P2W3 1.33cde 2.00de 4.33de 6.33d 8.33d 12.00cd 10.33c 7.00d 61.32 6.132 Total 16.30 23.30 48.70 61.30 87.00 126.00 99.66 74.70 536.98 Rataan 2.04 2.92 6.08 7.670 10.88 15.75 12.46 9.33 67.12 Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan warna transparan, merah dan hijau sehingga kutu putih lebih tertarik. Hal ini sesuai dengan Firmansyah 2008 yang menyatakan bahwa serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna - warna kontras seperti kuning cerah. Selain itu jenis perangkap juga berpengaruh terhadap jumlah hama yang terperangkap dimana pada jenis perangkap sintetis chery glue lebih banyak kutu putih yang terperangkap karena kutu putih lebih tertarik pada warna dan aroma yang menyengat. Disebabkan chery glue merupakan bahan yang mengeluarkan wangi sedap bagi si pengganggu hama aromanya bak magnet. Tak hanya aromanya yang menjadi daya tarik, warna lemnya juga menjadi daya tarik. Umumnya serangga tertarik dengan warna kuning. Aroma chery glue mengandung rempah - rempah seperti cengkeh dan jahe yang sudah tercium oleh serangga dari jarak 20 - 30 m sehingga kutu putih dengan mudah terperangkap Trubus, 2006. Perlakuan P1W3 dengan penggunaan perangkap sintetis chery glue dengan media plastik berwarna hijau pada pengamatan 24 HST sebesar 19,00 juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena kutu putih juga tertarik pada warna hijau dan chery glue mengeluarkan aroma yang menyengat yang menjadi daya tarik kutu putih. Pernyataan ini sesuai dengan literatur Kardinan 2007 yang menyatakan bahwa manfaat lain dari penggunaan chery glue ini petani bisa mendeteksi hama yang menyerang. Chery glue ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih dan capsid. Ada tiga cara yaitu: mendeteksi atau memonitor hama, menarik hama kutu putih dan capsid dan membunuh dengan perangkap sintetis, mengacaukan hama dengan melakukan pengenceran yang baik dan terbukti bersifat netral. Dan juga pemasangan perangkap dengan chery glue Universitas Sumatera Utara dengan media plastik berwarna hijau juga efektif untuk memerangkap hama kutu putih karena perangkap dipasang disekitar kanopi tanaman. Hal ini sesuai dengan Supriadi, dkk 2008 yang menyatakan bahwa semakin jauh kanopi tanaman semakin sedikit jumlah hama yang terperangkap. Hal ini memberi indikasi bahwa aktivitas terbang hama kutu putih hanya sekitar kanopi tanaman, dikarenakan ukuran tubuh kutu putih yang relatif kecil, migrasinya sangat tergantung pada bantuan angin. Dari hasil pengamatan memperlihatkan bahwa jumlah imago yang terperangkap terendah terdapat pada pengamatan 9 HST pada perlakuan P2W2 sebesar 0,67 karena kutu putih kurang menyukai warna merah dan jenis perangkap juga berpengaruh. Karena jenis perangkap sintetis minyak goreng dapat dengan mudah tercuci oleh air hujan sehingga kutu putih yang terperangkap sedikit. Pernyataan ini sesuai dengan Pasian and Lindquis 2007 yang menyatakan bahwa warna dan jenis perangkap sangat efektif dalam mengendalikan hama kutu putih dan juga untuk memonitor efek perangkap yang dibuat di lapangan. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada pengamatan pertama sampai terakhir jumlah imago yang terperangkap mengalami fluktuasi untuk setiap perlakuan. Jumlah imago terperangkap yang tertinggi terdapat pada pengamatan 24 HST pada perlakuan P1W1 35,00. Penurunan jumlah imago dapat dilihat pada pengamatan mulai dari 27 HST sampai 36 HST. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua umur tanaman maka semakin rendah persentase tanaman terserang. Faktor sumber daya nutrisi dan tanaman inang yang sudah masuk ke fase genaratif logaritmatik yang sudah berkurang tidak mampu mendukung kegiatan Universitas Sumatera Utara hidup serangga, sehingga mendorong serangga untuk melakukan perpindahan. Hal ini sesuai dengan Heinz et al., 1982 yang menyatakan bahwa semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih sebagai tempat untuk meletakkan telurnya. Populasi B. tabaci melimpah pada saat fase vegetatif linier dan menurun pada fase generatif logaritmatik yang diduga karena faktor kualitas dan kuantitas tanaman. Kuantitas tanaman dapat diukur dari semakin bertambahnya biomasa tanaman, sedangkan kualitas tanaman dipengaruhi oleh kandungan berbagai nutrisi yang terdapat dalam tanaman. Perkembangan populasi B. tabaci di lapangan dipengaruhi oleh faktor biotik predator, parasitoid, entomopatogen dan faktor abiotik seperti hujan juga mempengaruhi hasil tangkapan pada perangkap. Pernyataan ini sesuai dengan Hirano et al., 2006 yang menyatakan bahwa dimana hujan, angin, suhu dan kelembaban mempengaruhi serangga yang tertangkap pada papan perangakap. Untuk melihat lebih jelas data pengaruh jenis perangkap sintetis dan warna terhadap jumlah imago kutu putih dapat dilihat pada histogram gambar 5. Rataan Populasi Bemisia tabaci Genn. 5 10 15 20 25 30 35 40 9 HST 12 HST 15 HST 18 HST 21 HST 24 HST 27 HST 30 HST 33 HST 36 HST Waktu Pengamatan R at aan eko r P1W0 P1W1 P1W2 P1W3 P2W0 P2W1 P2W2 P2W3 Gambar 5. Histogram Rataan Populasi Imago B. tabaci Genn. Yang Terperangkap Universitas Sumatera Utara Gambar 5 di atas menunjukkan rataan populasi imago B. tabaci Genn. yang lebih banyak terperangkap pada perlakuan P1W2 yaitu perangkap sintetis chery glue dengan media plastik berwarna kuning dan terendah pada perlakuan P2W1 yaitu perangkap sintetis minyak goreng dengan media plastik berwarna merah. Hal ini menunjukkan bahwa perangkap sintetis chery glue dengan media plastik berwarna kuning adalah perangkap yang efektif untuk memerangkap hama kutu putih pada pertanaman tembakau.

2. Persentase Serangan Hama Kutu Putih B. tabaci Genn.