Dari pejelasan di atas, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat dioperasionalisasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variab el
Defenisi Operasional
Pengukuran kala
Variabe l Independen
X1 Earnin
g Per Share EPS
Rasio yang menunjukkan
kemampuan laba perusahaan untuk
menghasilkan laba per lembar saham pemilik.
asio
Variabe l Independen
X2 Dividend Per Share
DPS Nilai yang
menunjukkan jumlah uang yang dibayarkan
kepada pemegang saham.
asio
Variabe l Dependen Y
Harga saham Harga saham
pada saat closing price.
Closing Price asio
F. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, metode analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis statistik dan menggunakan software SPSS 16.0.
1. Uji Asumsi Klasik
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini model analisis regresi sederhana dengan menggunakan bantuan software SPSS for windows
version.16. Penggunaan metode analisis regresi dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu diuji apakah model tersebut memenuhi asumsi klasik atau
Universitas Sumatera Utara
tidak. Uji asumsi Klasik terdiri atas uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolineritas dan uji autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Menurut Gozali 2005: 110,”Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu memiliki distribusi
normal”. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji
statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analsis grafik dan uji statistik.
1 Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histrogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan
khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. 2
Analisis Statistik
Universitas Sumatera Utara
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residua l adalah uji statistik non-parametrik. Kolmogorov-smirnovK-S.
Uji KS dibuat dengan membuat hipotesis : Ho : data residua l berdistribusi normal,
Ha : data residual tidak berdistribusi normal. b.
Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen sama dengan
nol. Multikolineritas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan lawannya 2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1
tolerance. Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF
10. c.
Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut dengan heteroskedastisitas. Untuk
melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen dengan
residualnya. Jika ada pola seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola
yang jelas serta titik menyebar ke atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu times series karena ”ganguan” pada seorang individu
kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu kelompok yang sama pada periode berikutnya.
Pada data crossection silang waktu, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari
Universitas Sumatera Utara
individu. Kelompok yang berbeda berasal dari invidu kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah dalam autokorelasi di antaranya adalah dengan Uji Durbin Watson pada buku
stastistik relevan. Menurut Sunyoto 2009:91, Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
1 angka D-W di bawah –2 berarti ada autokorelasi
positif, 2
angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
3 angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi
negatif.
2. Uji Hipotesis