Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH DIVIDEND PER SHARE DAN EARNING PER

SHARE TERHADAP

HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

NAMA

: TARANIKA INTAN

NIM

: 050503174

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

MEDAN 2009


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Dividend

Per Share dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul

ini belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 14 Februari 2009 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Taranika Intan NIM : 050503174


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan hormat kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan kuasaNya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Pengaruh Dividen Per Share dan Earning Per Share

terhadap Harga Saham pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia,

disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nst, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak. selaku Dosen Penguji I dan Ibu Risanty, SE, M.Si, Ak. selaku Dosen Penguji II atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

5. Kedua orang tua saya, Pangeran Kasan Benua Tjioe dan Nini Inggriwati Sjaiful. Terima kasih banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang diberikan kepada saya.

Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya. Amin.

Medan, 14 Februari 2009 Penulis

Taranika Intan NIM 050503174


(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dividend per share (DPS) dan earning per share (EPS) secara empiris terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya dengan populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan yang go public di BEI selama periode 2005-2007. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dan dari 383 perusahaan yang go public diperoleh 41 perusahaan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder. Penelitian ini menganalisis hubungan antara dividend per share (DPS) dan

earning per share (EPS) terhadap harga saham. Metode statistik yang digunakan

adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel dividend

per share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham, dan secara

parsial variabel earning per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham serta secara simultan baik variabel dividend per share (DPS) dan earning

per share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan go public di BEI.


(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to empirically study the effect of dividend per share (DPS) and earning per share (EPS) on stock price. This research is classified as causal research and replication of former researches. Population of this research are go public firms on BEI during the period of 2005 to 2007. The samples are obtained by using purposive sampling method. As the result, from 383 go public firms, 41 are used as the samples of this study. The statistic method being used is multiple linear regression with the model being tested previously in classic assumptions. The result indicates that partially dividend per share (DPS) variable has no significantly influenced the stock price, and partially earning per share (EPS) variable has significantly influenced the stock price, as well as simultaneously both dividend per share (DPS) variable and earning per share (EPS) have significantly influenced the stock price variable of go public firms on BEI.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7

1. Dividen ... 7

a. Pengertian Dividen ... 7

b. Jenis-jenis Dividen ... 7

c. Kebijakan Dividen ... 8


(8)

e. Bentuk Pembayaran Dividen ... 13

2. Earning Per Share ... 13

3. Saham ... 14

a. Pengertian Saham ... 14

b. Jenis-jenis Saham ... 14

c. Keuntungan Pembelian Saham ... 15

d. Risiko Kepemilikan Saham... 16

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham ... 17

4. Hipotesis Efisiensi Pasar ... 18

a. Pengertian Hipotesis Efisiensi Pasar. ... 18

b. Bentuk-bentuk Efisiensi Pasar ... 18

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 24

B. Populasi dan Sampel ... 24

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

D. Jenis Data ... 25

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 25

F. Metode Analisis Data ... 26

G. Jadwal Penelitian ... 31

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Secara Statistik ... 32


(9)

B. Hasil Analisis ... 33

1. Pengujian Asumsi Klasik ... 33

2. Pengujian Hipotesis ... 42

C. Pembahasan Hasil Analisis... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 48

B. Keterbatasan Penelitian ... 50

C. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 4.1 Histogram sebelum ditransformasi ... 33

Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot sebelum ditransformasi ... 34

Gambar 4.3 Histogram setelah ditransformasi ... 36

Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot setelah ditransformasi ... 37


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 31

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 32

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ... 35

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Data ... 38

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 39

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokolerasi ... 40

Tabel 4.6 Koefisien Determinasi ... 42

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t... 43

Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik F ... 44


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 69

Halaman Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Go Public ... 55

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Sebelum Ditransformasi) ... 56

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Sebelum Ditransformasi) ... 57

Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Sebelum Ditransformasi) ... 58

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Setelah Ditransformasi) ... 58

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 (Setelah Ditransformasi) ... 61

Data Variabel Penelitian Tahun 2005 (Setelah Ditransformasi) ... 62

Lampiran 4 Statistik Deskriptif Sebelum Transformasi ... 63

Statistik Deskriptif Setelah Transfor4masi ... 64

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi ... 64

Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi ... 65

Histogram dan Grafik Normal P-Plot ... 66


(13)

Lampiran 8 Hasil Uji Autokorelasi ... 69 Lampiran 9 Hasil Uji Hipotesis (Uji t) ... 70 Lampiran 10 Hasil Uji Hipotesis (Uji F) ... 70


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

bursa saham di Jakarta yang merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjualbelikan efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan penggabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru yaitu Bursa Efek Indonesia.

Saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, terjadi resesi, inflasi (kenaikan harga), kenaikan suku bunga, yang mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi menurun dan banyak perusahaan yang kinerjanya sangat tidak menggembirakan, termasuk perusahaan yang terdaftar di BEJ yang sekarang sudah bergabung dengan BEI. Banyak perusahaan yang tidak sanggup membiayai operasional usahanya dan pailit. Menurunnya laba dan meningkatnya hutang yang harus dibayar membuat perusahaan menjadi tidak lancar dalam membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya.

Dalam melakukan penilaian terhadap perusahaan, investor sangat membutuhkan informasi–informasi yang berkaitan dengan perusahaan tersebut. Salah satunya adalah informasi mengenai kebijakan dividen. Perubahan pengumuman pembayaran dividen mengandung informasi yang dapat digunakan


(15)

para investor untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi dan memprediksi prospek perusahaan di masa mendatang.

Akibat dari perubahan dividen yang diumumkan, maka harga saham akan mengalami penyesuaian. Dividen seringkali digunakan sebagai indikator atau sinyal prospek suatu perusahaan.

Pada umumnya, tujuan investor melakukan investasi saham yaitu untuk mendapatkan capital gain dan dividen.

Capital gain adalah selisih lebih harga saham pada saat menjual dan membeli

saham.

• Dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham.

Dividen adalah laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham. Dari laba bersih perusahaan, sebagian dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, sebagian lagi disisihkan menjadi laba ditahan (retained earning). Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Namun, dividen membentuk arus uang yang semakin banyak mengalir ke tangan para pemegang saham. Para pemegang saham tentu berharap mendapatkan dividen dalam jumlah besar. Untuk itu, perusahaan harus dapat mengalokasikan laba bersihnya dengan bijaksana.

Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat. Sebaliknya perusahaan yang terus menerus tidak membagikan dividen, harga sahamnya juga akan menurun. Jika laba bersih perusahaan meningkat, maka harga saham juga akan naik. EPS merupakan salah satu


(16)

indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Nurmala (2001) yang menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang diteliti yaitu Earning

Per Share, Dividen Per Share dan variabel dependen yang diteliti yaitu Closing Price. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis

korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tersebut (PT Goodyear Indonesia Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, PT Tunas Ridean Tbk.) tidak mempengaruhi harga saham.

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian penulis adalah perusahaan-perusahaan yang Go Public yang terdaftar di BEI. Penelitian ini adalah berbentuk replikasi dari beberapa penelitian sebelumnya, dengan mengubah variabel-variabel independen yang dipakai sebagai dasar untuk meneliti pengaruh terhadap variabel dependen. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini yakni Dividend Per Share dan Earning Per Share.

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar- menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian juga sebaliknya, semakin


(17)

banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah laba perusahaan, pertumbuhan aktiva tahunan, likuiditas, nilai kekayaan total dan penjualan. Sementara itu, faktor eksternalnya adalah kebijakan pemerintah dan dampaknya, pergerakan suku bunga, fluktuasi nilai tukar mata uang, rumor dan sentimen pasar serta penggabungan usaha (Business

Combination).

Dividend Per Share (DPS) dapat didefinisikan sebagai bagian pendapatan

setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham. DPS yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan kepada semua pemegang saham. EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya di suatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik.

Beberapa fakta empiris selama ini menemukan bahwa hubungan perubahan dividen dengan perubahan laba bersih sering berlawanan dengan prediksi, sehingga sinyal yang dihasilkan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ataupun


(18)

cash flows perusahaan di masa depan serta pasar kadangkala tidak dapat

menangkap sinyal dengan akurat.

Berdasarkan uraian sebelumnya, peneliti tertarik untuk menganalisis dividen per lembar saham dan pendapatan per lembar saham yang diduga berpengaruh terhadap harga saham. Maka peneliti akan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul : “Pengaruh Dividend Per

Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia”

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu apakah dividend per share dan

earning per share berpengaruh terhadap harga saham baik secara simultan

maupun secara parsial?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitiannya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dividend per share dan earning per share terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial.

D. Manfaat Penelitian


(19)

1. bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh dividend per share dan earning per share terhadap harga saham, 2. bagi calon investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan

keputusan atas suatu investasi,

3. bagi manajemen perusahaan, sebagai bahan masukan dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham khususnya mengenai dividen dan laba bersih,

4. bagi pihak lain, dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Dividen

a. Pengertian Dividen

Gallagher dan Andrew (2003:462) mengartikan dividen yaitu ”dividends are

the cash payments that corporations make to their common stockholders.” Stice et

al. (2004:902) menyatakan bahwa “dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.”

b. Jenis-Jenis Dividen

Dividen dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Dilihat dari bentuk dividen yang didistribusikan kepada pemegang saham, dividen dapat dibedakan menjadi dividen tunai, dividen saham, dividen properti dan dividen likuidasi.

1) Dividen tunai (cash dividend), yaitu dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk kas (tunai).

2) Dividen saham (stock dividend), yaitu dividen yang dibagikan perusahaan bukan dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk saham perusahaan tersebut.


(21)

3) Dividen properti (property dividend), yaitu dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.

4) Dividen likuidasi (liquidating dividend), yaitu dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasikannya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih antara nilai realisasi aset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.

Besar kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung dari kebijaksanaan dividen masing-masing perusahaan dan ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dari segi perusahaan, membagikan dividen kepada para investor memerlukan pertimbangan yang mendalam karena perusahaan juga harus memikirkan kelangsungan pertumbuhan perusahaan.

DPS (Dividend Per Share) : merupakan total semua dividen tunai yang

dibagikan dibandingkan dengan jumlah saham yang beredar.

DPS =

Beredar Saham

Jumlah

Tunai Dividen

c. Kebijakan Dividen

Sugiyarso dan Winarni (2005:101) menjelaskan pengertian kebijakan dividen yaitu “keputusan pihak manajemen untuk menentukan perlakuan terhadap earning

after tax (EAT), apakah dibagikan sebagai dividen, diinvestasikan kembali, atau

sebagian dividen, sebagian lagi diinvestasikan kembali ke perusahaan, itulah yang disebut kebijakan dividen (dividend policy)”


(22)

d. Teori Kebijakan Dividen

Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat tiga konsep tentang kebijakan dividen, yaitu: irrelevance theory, bird-in-the-hand theory, tax preference theory.

1) Irrelevance theory

Irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan

dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Menurut teori ini, kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham ataupun cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan dividen menjadi tidak relevan (irrelevant). Teori ini dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961), yang menyatakan bahwa nilai perusahaan hanya ditentukan oleh expected earnings dan risiko perusahaan. Nilai perusahaan hanya tergantung pada laba yang ekspektasikan dari aktiva, bukan dari pemisahan laba menjadi dividen dan laba ditahan. Teori ini mengganggap bahwa kebijakan dividen tidak membawa dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.

2) Bird-in-the-hand theory

Kepercayaan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak penting secara tidak langsung, mengasumsikan bahwa investor harus menggunakan tingkat pengembalian yang sama, apakah pendapatan datang melalui perolehan modal atau melalui dividen. Namun, dividen lebih bisa diramalkan daripada perolehan modal, manajemen dapat mengontrol dividen, tapi tak dapat mendikte harga saham. Investor kurang yakin menerima pendapatan dari


(23)

modal daripada dari dividen. Hal ini sesuai dengan Bird-in-the-hand theory yang dikemukakan oleh Gordon bahwa pendapatan dividen (a bird in the

hand) mempunyai nilai yang lebih tinggi bagi investor daripada pendapatan

modal (a bird in the bush) karena dividen lebih pasti dari pendapatan modal. Meningkatkan dividen perusahaan tak mengurangi tingkat risiko dasar saham, melainkan jika pembayaran dividen mensyaratkan manajemen menerbitkan saham baru, ia hanya mentranfer risiko dan pemilikan dari pemilik yang sekarang pada pemilik baru. Kita harus memperhatikan bahwa investor yang sekarang menerima dividen menukar perolehan modal yang tak pasti dengan aset yang aman (dividen tunai). Namun, jika tujuannya hanya pengurangan risiko, investor bisa saja menyimpan uang di tangan dan tak membeli saham dari awal.

Teori ini juga berpendapat bahwa investor menyukai dividen karena kas di tangan lebih bernilai daripada kekayaan dalam bentuk lain. Konsekuensinya, harga saham perusahaan akan sangat ditentukan oleh besarnya dividen yang dibagikan. Dengan demikian, semakin tinggi dividen yang dibagikan, semakin tinggi pula nilai perusahaan.

3) Tax preference theory

Menurut teori ini, investor tidak terlalu menyukai dividen karena dividen tidaklah tax deductible. Teori ini merujuk kepada pengenaan pajak yang diberlakukan bagi setiap investor yang mendapat capital gain atau dividen. Pada umumnya besarnya pajak yang diberlakukan berbeda, dimana pajak untuk dividen lebih besar dibandingkan pajak untuk capital gain. Selain itu,


(24)

pajak atas capital gain baru dapat dibayar jika capital gain telah direalisasi. Dengan demikian, apabila investor tidak segera merealisasikan capital gain-nya, berarti investor menunda pembayaran pajaknya. Sudah tentu present

value (PV) pembayaran pajaknya akan turun. Dengan dua alasan ini (pajak

lebih rendah serta dapat ditundakan) maka Litzenberger dan Ramaswarny menyatakan pandangan negatif dividen bagi value perusahaan.

Meskipun tiga konsep tersebut dianggap sebagai teori-teori utama mengenai kebijakan dividen, perkembangan ilmu keuangan modern memunculkan pendekatan baru yang lebih relevan dan lebih mampu menjelaskan kebijakan dividen dalam dunia bisnis praktis, yaitu:

a) Signalling theory

Signalling theory is based on the assumption that information is not equally available to all parties at the same time, and that information asymmetry is the rule. Information asymmetries can result in very low valuations or a sub-optimum investment policy. Signalling theory states that corporate financial decisions are signals sent by the company's managers to investors in order to shake up these asymmetries. These signals are the cornerstone of financial communications policy.

(www.loreal-finance.com/site/us/contenu/lexique.asp)

Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Tetapi ada argumen lain yang lebih masuk akal yaitu dividen itu sendiri tidak menyebabkan kenaikan (penurunan) harga, tetapi prospek perusahaan, yang ditunjukkan oleh meningkatnya (menurunnya) dividen yang dibayarkan, yang menyebabkan perubahan harga saham. Teori tersebut kemudian dikenal sebagai teori signal atau isi informasi dari dividen (Information Content of Dividend).


(25)

Menurut teori tersebut, dividen mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang.

Dividend signalling theory menjelaskan bahwa informasi tentang dividen

yang dibayarkan, digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa mendatang. Sinyal perubahan dividen dapat dilihat dari reaksi harga saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.

Pengumuman perubahan dividen dikatakan mempunyai kandungan informasi jika memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar. Sebaliknya, pengumuman perubahan dividen dikatakan tidak mempunyai kandungan informasi jika tidak memberikan abnormal return yang signifikan terhadap pasar.

Peningkatan dividen akan membuat pasar bereaksi positif (mendukung

dividend signalling theory) bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa

peningkatan dividen dianggap sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan dividen, yang dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa mendatang.

Prinsip signalling ini mengajarkan bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Hal ini disebabkan karena adanya asymetric information. Asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak lain. Misalnya, pihak manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak investor di pasar modal. Tingkat asymetric information ini bervariasi dari sangat tinggi ke sangat rendah.


(26)

b) Teori Dividen Residual (Residual Theory of Dividends)

Menurut teori dividen residual, perusahaan menetapkan kebijakan dividen setelah semua investasi yang menguntungkan habis dibiayai. Dengan kata lain, dividen yang dibayarkan merupakan ‘sisa’ (residual) setelah semua usulan investasi yang menguntungkan habis dibiayai.

e. Bentuk Pembayaran Dividen

Menurut Abdul Halim (2005:94), ada tiga bentuk pembayaran dividen, yaitu dividen dalam jumlah rupiah stabil, dividen dengan rasio pembayaran konstan, dan cividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.

1) Dividen dalam jumlah rupiah stabil,

Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan pembayaran dividen yang stabil, artinya dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil ini dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa mendatang.

2) Dividen dengan rasio pembayaran konstan,

Beberapa perusahaan melakukan pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Karena laba berfluktuasi, maka menjalankan kebijakan ini akan berakibat jumlah dividen dalam rupiah akan berfluktuasi.

3) Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra.

Pembayaran dividen ini hanyalah merupakan modifikasi dari cara 1 dan 2 di atas. Kebijakan ini memberi fleksibilitas pada perusahaan tetapi mengakibatkan investor sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya dividen mereka. Apabila laba perusahaan sangat berfluktuasi, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.

2. Earning Per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan


(27)

mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen.

Menurut Nachrowi (2006:71), “dalam berinvestasi di bursa, investor akan memperlihatkan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham (earning per share atau EPS)”. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.

Perhitungan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:

EPS =

Beredar Saham

Jumlah

Pajak Setelah Bersih

Laba

3. Saham

a. Pengertian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:6), saham (stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut.

b. Jenis-jenis Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:7), saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen


(28)

pemiliknya paling yunior atau akhir terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). Karakterisktik lain dari saham biasa adalah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Setiap pemilik saham memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share

one vote). Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap

klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dengan obligasi terletak pada 3 (tiga) hal: ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa.

Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Saham preferen sulit untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya yang sedikit.

c. Keuntungan Pembelian Saham

Ekspektasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam 2 (dua) hal, pertama, pembagian dividen dan kenaikan harga saham (capital gain).

Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham. Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari dividen itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk penambahan saham. Sedangkan

capital gain, didapat berdasarkan selisih harga jual saham dengan harga beli.

Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham.


(29)

d. Risiko Kepemilikan Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:13), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss.

1) Tidak Mendapat Dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian. Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

2) Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan

capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya. Ada kalanya

investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian, seorang investor mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah penghentian kerugian (cut loss).

Di samping risiko di atas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu:

(a)Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di Bursa Efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham. (b)Saham di-delist dari bursa,

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.


(30)

Di samping dua risiko di atas, risiko lain yang juga “mengganggu” para investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di-suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan memberikan informasi yang belum jelas tersebut sehingga tidak menjadi ajang spekulasi. Jika telah didapatkan suatu informasi yang jelas, maka suspensi atas saham tersebut dapat dicabut oleh bursa dan saham dapat diperdagangkan kembali seperti semula.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah. Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internalnya antara lain adalah:

 laba perusahaan,

 pertumbuhan aktiva tahunan,  likuiditas,

 nilai kekayaan total,  penjualan.

Sementara itu, faktor eksternalnya adalah:  kebijakan pemerintah dan dampaknya,  pergerakan suku bunga,

 fluktuasi nilai tukar mata uang,  rumor dan sentimen pasar,


(31)

penggabungan usaha (Business Combination).

4. Hipotesis Efisiensi Pasar (Efficient Market Hypothesis) a. Pengertian Hipotesis Efisiensi Pasar

Pergerakan suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti. Harga suatu saham dapat ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran (kekuatan tawar-menawar). Semakin banyak orang yang membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Demikian pula sebaliknya, semakin banyak orang yang menjual saham suatu perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun. Sehubungan dengan hal itu, hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis/EMH) menyatakan reaksi harga pasar terhadap informasi keuangan dan informasi lainnya. Berdasarkan hipotesis efisiensi pasar, informasi direfleksikan ke dalam harga sekuritas dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga tidak ada kesempatan atau peluang bagi investor untuk mendapatkan keuntungan dari informasi-informasi yang tersedia untuk publik.

b. Bentuk-bentuk Efisiensi Pasar

Wild, et al (2005:49) menyatakan bahwa ada tiga bentuk EMH, yaitu:

bentuk lemah (weak form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang terkandung dalam pergerakan harga historis,

bentuk semi kuat (semistrong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan sepenuhnya informasi yang tersedia untuk publik,

bentuk kuat (strong form) EMH, menyatakan bahwa harga mencerminkan seluruh informasi, termasuk informasi dari dalam.

Tandelilin (2001:114) mengklasifikasikan pasar yang efisien ke dalam tiga bentuk, yaitu:


(32)

efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong form),

efisien dalam bentuk kuat (strong form).

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu, informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang akan datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan menggunakan data historis.

Efisien pasar dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping dipengaruhi oleh data pasar (harga saham dan volume perdagangan masa lalu) juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini, investor tidak dapat berharap mendapatkan return abnormal jika strategi perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah dipublikasikan. Sebaliknya, jika pasar tidak efisien maka akan ada lag (ketinggalan/kelambatan) proses penyesuaian harga terhadap informasi baru, dan ini dapat digunakan investor untuk mendapatkan return abnormal.

Pasar efisien dalam bentuk kuat merupakan bentuk efisiensi pasar dimana semua informasi baik yang terpublikasi atau tidak dipublikasikan, sudah tercermin


(33)

dalam harga sekuritas saat ini. Dalam bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor pun yang bisa memperoleh return abnormal.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nurmala (2001) yang menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang diteliti yaitu Earning Per Share, Dividen Per Share dan variabel dependen yang diteliti yaitu Closing Price. Populasi penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 5 tahun berturut-turut (tahun 1996 sampai tahun 2000). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman dan pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa kebijakan dividen yang diterapkan oleh ketiga perusahaan otomotif tersebut (PT Goodyear Indonesia Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, PT Tunas Ridean Tbk.) tidak mempengaruhi harga saham.

Nuliana (2003) melakukan penelitian tentang Pengaruh Dividen Per Saham Dan Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) Terhadap Harga Pasar Saham PT Telkom,Tbk. Variabel independen yang digunakan adalah dividen per saham dan rentabilitas modal sendiri (ROE). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Dividen Per saham dan Rentabilitas Modal Sendiri (ROE) baik secara parsial maupun secara simultan terhadap Harga Pasar Saham PT TELKOM, Tbk.

Sasongko dan Wulandari (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2001 sampai dengan tahun 2002. Variabel independen yang diteliti


(34)

yaitu return on assets (ROA), earning per share (EPS), return on sales (ROS) dan

basic earning power (BEP). Hasil penelitian menunjukkan hanya EPS yang

berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Raymond (2007) meneliti pengaruh dividend per share dan earning per share terhadap harga saham pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2002-2006. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan analisis regresi dan korelasi dapat disimpulkan bahwa dividend per share dan earning per share mempunyai hubungan yang cukup kuat terhadap harga saham.

Halim (2007) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dari perusahaan-perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Jakarta pada periode 2004-2006. Harga saham merupakan variabel dependen. Variabel independennya meliputi return on equity, debt to equity ratio, earning per share, dan net profit margin. Hasil penelitian menunjukkan hanya ROE dan EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.

Tambunan (2007) meneliti pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Kebijakan dividen yang digunakan sebagai variabel independen adalah dividend per share dan earning per

share, harga saham yang digunakan sebagai variabel dependen adalah harga

saham penutupan. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 27 perusahaan dengan periode pengamatan yaitu tahun 2001-2003. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan regresi linear berganda, dapat disimpulkan bahwa


(35)

dividend per share dan earning per share mempunyai pengaruh yang positif

terhadap harga saham.

Dari penelitian terdahulu dapat kita tinjau bahwa terdapat inconsistency dalam penelitian-penelitian tersebut yang dapat kita lihat bahwa ada penelitian terdahulu yang menyatakan DPS berpengaruh terhadap harga saham, tetapi ada juga yang menyatakan DPS tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya variabel kontekstual / variabel kontijensi.

Pasar modal di Indonesia termasuk dalam kategori bentuk lemah (weak form). Oleh karena itu, harga saham mencerminkan informasi historis, merupakan cermin dari pergerakan harga saham yang bersangkutan di masa lalu.

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta alasan-alasan logis. Adapun kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Dividend Per Share

(x1)

Earning Per Share

( x2)

Stock Price


(36)

Perusahaan yang bisa memberikan dividen yang besar, harga sahamnya juga akan meningkat, jika Dividen Per Saham (DPS) tinggi maka akan dapat meningkatkan harga pasar saham perusahaan. Jadi, Dividend Per Share berpengaruh terhadap harga saham.

EPS merupakan salah satu hal utama yang diperhatikan investor sebelum membuat keputusan investasinya di suatu perusahaan karena investor tentunya mengharapkan pengembalian atau return yang tinggi dari investasinya sehingga investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi di perusahaan yang mempunyai EPS yang tinggi. Apabila EPS suatu perusahaan dinilai tinggi oleh investor, maka hal ini pada gilirannya akan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut cenderung bergerak naik. Jadi, Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham.

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diajukan, berdasarkan kerangka konseptual yang dibuat.

Hipotesisnya adalah Dividend Per Share dan Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham baik secara simultan maupun secara parsial.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan (desain) penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Desain kausal menurut Widayat dan Amirullah (2002 :61) dalam bukunya yang berjudul Metode Riset Akuntansi Terapan, adalah “desain yang berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.”

B. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan Go Public yang terdaftar di BEI. Dari populasi yang ada sebanyak 383 perusahaan akan diambil 41 perusahaan sebagai anggota sampelnya yaitu perusahaan yang terdaftar di BEI pada periode 2005 sampai dengan 2007.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2004:78). Beberapa pertimbangan sebagai sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :


(38)

2. Perusahaan tersebut membayar dividen tunai berturut-turut pada tahun 2005, 2006, dan 2007,

3. Perusahaan tersebut mempunyai laba bersih pada tahun 2005, 2006, dan 2007,

4. Perusahaan-perusahaan tersebut tidak sedang berada dalam proses delisting pada tahun 2005, 2006, dan 2007,

5. Merupakan perusahaan go public yang data semua variabelnya baik variabel dependen maupun independen tersedia dan dapat diperoleh, baik dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006, JSX Watch 2008-2009

atau dari laporan-laporan keuangan yang diambil dari sumber lain maupun situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Jenis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124) dan merupakan data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan Supomo, 2002:147), yang diperoleh dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2006, JSX Watch 2008-2009 dan

situs Bursa Efek Indonesia (BEI).

E. Identifikasi dan Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1. variabel independen (bebas)


(39)

Variabel independen yaitu variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Yang termasuk variabel independen di sini adalah:

Dividend Per Share (x1) =

Beredar Saham

Jumlah

Tunai Dividen

Earning Per Share (x2) =

Beredar Saham

Jumlah

Bersih Laba

2. variabel dependen (tidak bebas)

Harga saham (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah closing price pertahun masing-masing perusahaan yang diteliti dengan periode penelitian dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007.

F. Metode Analisis Data 1. Pengujian Asumsi Klasik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS versi 16.0. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau nilai residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2005:110). Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah


(40)

residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu, dapat digunakan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov (K-S), yang dijelaskan oleh Gozhali (2005:115). Bila nilai

signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal.

b. Uji multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2005:91). Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai

tolerance dan lawannya (2) VIF(variance inflation factor). Nilai cutoff yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Menurut Gozhali (2005), cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolinearitas, yaitu:

i. mengeluarkan satu atau lebih variabel independen yang mempunyai korelasi tinggi dari model regresi dan identifikasi variabel independen lainnya untuk membantu prediksi,

ii. menggabungkan data cross section dan time series (pooling data) iii.menambah data penelitian


(41)

c. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi menurut Ghozali (2005:95) adalah sebagai berikut:

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Dengan menggunakan program SPSS, deteksi adanya problem autokorelasi adalah dengan melihat besaran DURBIN-WATSON, yaitu panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) pada tabel D-X. Mengacu pada pendapat Santoso, Singgih (2002), secara umum dapat diambil patokan sebagai berikut: • angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

• angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi • angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

Autokorelasi bisa diatasi dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi.

d. Uji heteroskedasitas

Uji heteroskedasitas dijelaskan oleh Ghozali (2005:105) sebagai berikut: Uji heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau tidak terjadi heteroskedasitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedasitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar).


(42)

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas.

e. Koefisien determinasi (R2); untuk melihat seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang ( Cross Section) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data kurun waktu ( time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh DPS dan EPS secara bersama terhadap harga saham, digunakan uji ANOVA atau uji statistik F dengan rumus (Sugiyono,2004:211):


(43)

Y= + 1X1+ 2 X2 + e Keterangan:

Y = harga saham

= konstanta

1 & 2 = koefisien regresi

X1 = Dividend Per Share (DPS) X2 = Earning per Share (EPS) e = Kesalahan pengganggu (error)

Kemudian dilakukan proses pengujian analisis t untuk mengetahui apakah masing-masing variabel yaitu dividend per share dan earning per share secara individu berpengaruh terhadap harga saham.


(44)

G. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian Sept

08

Okt 08

Nov 08

Des 08

Jan 09

Feb 09

Pengajuan Judul Penyelesaian Proposal

Bimbingan Proposal Seminar Proposal Pengumpulan Data

Pengolahan Data Penyampaian Hasil Penelitian


(45)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Secara Statistik

Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2005-2007 perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ, tetapi karena data penelitian diambil pada tahun 2008, maka peneliti menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh 41 perusahaan sebagai sampel. Berikut ini merupakan data statistik secara umum dari seluruh data yang digunakan:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

EPS 123 6.00 5008.00 602.3957 1140.31121 1300309.661

DPS 123 1.30 3600.00 246.2990 586.75840 344285.426

HS 123 70.00 129500.00 8826.1545 20427.11822 4.173E8

Valid N (listwise) 123 Sumber: Diolah dari SPSS

Dari tabel 4.1 di atas, dapat dijelaskan bahwa:

1. rata-rata dari earning per share (EPS) adalah 602,3821 dengan deviasi standar sebesar 1140,31638 dan jumlah data yang ada sebanyak 123,


(46)

2. rata-rata dari dividend per share (DPS) adalah 246,2683 dengan deviasi standar sebesar 586,77091 dan jumlah data yang ada sebanyak 123,

3. rata-rata dari harga saham (HS) adalah 8826,1545 dengan deviasi standar sebesar 20427,11822 dan jumlah data yang ada sebanyak 123.

B. Hasil Analisis

1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji normalitas

Hasil dari uji normalitas dengan grafik histogram, normal probability plot,

serta Kolmogorov-Smirnov Test ditunjukkan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Uji Normalitas (1)


(47)

Gambar 4.2 Uji Normalitas (2)


(48)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

EPS DPS HS

N 123 123 123

Normal Parametersa Mean 602.3821 246.2683 8826.1545

Std. Deviation 1140.31638 586.77091 20427.11822

Most Extreme Differences Absolute .341 .343 .334

Positive .341 .343 .329

Negative -.300 -.338 -.334

Kolmogorov-Smirnov Z 3.783 3.804 3.705

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Dari hasil uji normalitas di atas, dapat dilihat bahwa variabel EPS, DPS, dan HS memiliki data yang tidak terdistribusi dengan normal karena nilai signifikannya < 0,05. yaitu variabel EPS sebesar 0.000, variabel DPS sebesar 0.000 dan variabel harga saham sebesar 0,000. Ada beberapa cara mengubah model regresi menjadi normal menurut Erlina (2007:106) yaitu:

a. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya, b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,

c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu nilai tertentu.

Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari persamaan Harga Saham = f(DPS) menjadi LN_Harga_Saham = f(LN_DPS). Setelah itu, data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Oleh karena itu, dilakukan transformasi data yang tidak terdistribusi secara normal tersebut untuk menormalkannya. Caranya


(49)

adalah dengan melakukan LN terhadap semua variabel yang tidak terdistribusi secara normal tersebut.

Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data yang tidak normal tersebut dapat dilihat pada grafik histogram, normal probability plot, dan tabel

Kolmogorov-Smirnov Test berikut ini:

Gambar 4.3 Uji Normalitas (4)


(50)

Gambar 4.4 Uji Normalitas (5)

Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau mengikuti arah garis diagonal, atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya.

Dari grafik histogram dan normal probability plot pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 di atas terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data menggunakan LN, grafik histogram memperlihatkan pola distribusi yang normal, dan grafik P-P Plot memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar/mengikut i arah garis diagonal yang menunjukkan pola distribusi normal.


(51)

Tabel 4.3 Uji Normalitas (6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_EPS LN_DPS LN_HS

N 123 123 123

Normal Parametersa Mean 5.1067 3.9541 7.5848

Std. Deviation 1.68211 1.80938 1.72574

Most Extreme Differences Absolute .063 .055 .078

Positive .063 .052 .078

Negative -.062 -.055 -.038

Kolmogorov-Smirnov Z .696 .612 .861

Asymp. Sig. (2-tailed) .718 .849 .449

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Diolah dari SPSS

Bila nilai signifikan < 0.05 berarti distribusi data tidak normal. Sebaliknya bila nilai signifikan > 0.05 berarti distribusi data normal.

Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan transformasi data dengan LN, semua data variabel yang diuji menjadi normal dan nilai signifikan untuk semua variabel > 0,05.


(52)

b. Uji Multikolinieritas

Table 4.4 Uji multikolinieritas

Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel diatas:

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan melihat (1) nilai tolerance dan lawannya (2) VIF(variance inflation factor). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa angka tolerance pada variabel EPS (LN_EPS) dan DPS (LN_DPS) > 0,10 dan VIF-nya < 10. Hal ini menujukka n bahwa tidak terjadi multikolinieritas di antara variabel penelitian.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.934 .235 12.483 .000

LN_EPS .826 .106 .805 7.823 .000 .131 7.640

LN_DPS .110 .098 .115 1.118 .266 .131 7.640

a. Dependent Variable: LN_HS


(53)

c. Uji Autokorelasi

Hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .913a .834 .831 .70954 1.299

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_EPS

b. Dependent Variable: LN_HS

Sumber: Diolah dari SPSS

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,299. angka D-W tersebut berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi.

• Apabila angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif

• Apabila angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi • Apabila angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasitas, menurut Ghozali (2005:105) dapat dilihat dari grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka


(54)

telah terjadi heteroskedasitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heteroskedasitas

Hasil dari uji heteroskedasitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini:

Gambar 4.5 Grafik Scatterplot

Dari grafik scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur. Hal ini mengindikasikan tidak terjadi heterokedasitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai.


(55)

2. Pengujian Hipotesis

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R berada di atas 0.5 dan mendekati 1.

Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu

nilai R square akan meningkat setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16.0, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6 Model Summary Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .913a .834 .831 .70954 1.299

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_EPS

b. Dependent Variable: LN_HS


(56)

Pada model summary sebelumnya, angka R sebesar 0,913 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara HS (variabel dependen) dengan EPS dan DPS (variabel independen) adalah kuat karena berada di atas angka 0,5 (50%). Angka adjusted R square atau koefisien determinasi yang disesuaikan adalah 0,831. Hal ini berarti bahwa 83,1% variasi atau perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh variasi EPS dan DPS. Sedangkan sisanya sebesar 16,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian. Kemudian standard error of the estimate adalah sebesar 0,70954. Semakin kecil angka ini akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi HS.

Untuk melihat pengaruh EPS dan DPS secara individu terhadap harga saham, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik t. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program SPSS 16.0, maka diperoleh hasil seperti yang terlihat pada tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.7 Uji Statistik t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.934 .235 12.483 .000

LN_EPS .826 .106 .805 7.823 .000 .131 7.640

LN_DPS .110 .098 .115 1.118 .266 .131 7.640

a. Dependent Variable: LN_HS


(57)

Dari tabel koefisien regresi di hal sebelumnya, dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel

independennya. Dari tabel dapat kita lihat bahwa variabel EPS mempunyai angka signifikansi sebesar 0,000 yang berada di bawah 0,05 yang menunjukkan bahwa EPS secara individual berpengaruh signifikan terhadap HS.

2. uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independennya. Dari tabel dapat kita lihat bahwa variabel DPS mempunyai angka signifikansi sebesar 0,266 yang berada di atas 0,05 yang menunjukkan bahwa EPS secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap HS.

Setelah melakukan uji t, kemudian untuk melihat pengaruh EPS dan DPS secara simultan terhadap harga saham, dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik F. Hasil uji statistik F dengan program SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Uji Statistik F (1)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 302.923 2 151.461 300.848 .000a

Residual 60.414 120 .503

Total 363.337 122

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_EPS

b. Dependent Variable: LN_HS


(58)

Dari uji ANOVA atau F-test, diperoleh nilai F hitung sebesar 300,848 dengan tingkat signifikansi 0,0000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel EPS dan DPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham karena tingkat signifikansi sebesar 0,0000 (< 0,05).

Tabel 4.9 Uji Statistik F (2)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.934 .235 12.483 .000

LN_EPS .826 .106 .805 7.823 .000 .131 7.640

LN_DPS .110 .098 .115 1.118 .266 .131 7.640

a. Dependent Variable: LN_HS Sumber: Diolah dari SPSS

Dari nilai-nilai koefisien di atas, persamaan regresi yang dapat disusun untuk variabel EPS dan DPS adalah:

Y = 2,934 + 0,826 X1 + 0,110 X2 Di mana:

Y = Harga Saham

X1 = Earning Per Share (EPS) X2 = Dividend Per Share (DPS)

EPS memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,826, artinya apabila terjadi perubahan variabel EPS sebesar 1% akan menaikkan HS sebesar 0,826


(59)

DPS memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,110, artinya apabila terjadi perubahan variabel DPS sebesar 1% akan menaikkan HS sebesar 0,110 atau 11%.

C. Pembahasan Hasil Analisis

Dari hasil pengujian secara parsial (individu) diketahui bahwa variabel

Earning Per Share (EPS) berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham

(HS), karena nilai signifikansi EPS 0,000 (< 0,05). Sedangkan, variabel Dividend

Per Share (DPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham

(HS) karena nilai signifikansi DPS 0,266 (> 0,05).

Nilai Adjusted R Square sebesar 0,831. Hal ini berarti bahwa 83,1% variasi atau perubahan dalam harga saham dapat dijelaskan oleh variasi EPS dan DPS. Sedangkan sisanya sebesar 16,9% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa variabel tingkat laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,0000 < 0,05 setelah dilakukan uji t. Dari hasil penelitian ini, variabel EPS memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,826, artinya apabila terjadi perubahan variabel EPS sebesar 1% akan menaikkan HS sebesar 0,826 atau 82,6%. Hal ini berarti bahwa informasi EPS perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan preusahaan yang dipublikasikan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, sehingga hal


(60)

tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham, di mana apabila investor menganggap bahwa angka EPS perusahaan cukup baik dan akan menghasilkan return yang sepadan dengan resiko yang akan ditanggungnya, maka permintaan terhadap saham perusahaan tersebut akan meningkat, yang berarti harga saham perusahaan tersebut juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang menemukan bahwa informasi EPS memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham.

Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa variabel tingkat dividen per lembar saham atau Dividend Per Share (DPS) memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,266 > 0,05 setelah dilakukan uji t. Dari hasil penelitian ini, variabel DPS memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,110, artinya apabila terjadi perubahan variabel DPS sebesar 1% akan menaikkan HS sebesar 0,110 atau 11%. Hal ini berarti bahwa informasi DPS perusahaan yang terdapat dalam laporan keuangan preusahaan yang dipublikasikan bukan merupakan hal yang utama diperhatikan oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, karena tidak selamanya laba bersih yang diperoleh perusahaan dialokasikan sebagai dividen, bisa saja perusahaan mengalokasikan laba bersih yang didapatnya untuk perluasan/ekspansi usaha, atau melakukan investasi seperti investasi aktiva tetap, investasi jangka panjang dll.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. EPS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan go

public di Bursa Efek Indonesia, sebagaimana ditunjukkan oleh angka

signifikansinya sebesar 0,0000 < 0,05 setelah dilakukan uji t. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi EPS merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan tolok ukur yang lebih baik oleh investor dalam membuat keputusan investasinya, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi permintaan terhadap saham perusahaan yang bersangkutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga saham, di mana apabila investor menganggap bahwa angka EPS perusahaan cukup baik dan akan menghasilkan return yang sepadan dengan resiko yang akan ditanggungnya, maka permintaan terhadap saham perusahaan tersebut akan meningkat, yang berarti harga saham perusahaan tersebut juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sasongko dan Wulandari (2006) yang menemukan bahwa informasi EPS memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham.

2. DPS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya sebesar 0,266 > 0,05 setelah dilakukan uji t, sehingga


(62)

dapat disimpulkan bahwa meskipun dividen merupakan salah satu faktor bagi investor di dalam membuat keputusan investasinya namun pengaruhnya terhadap harga saham tidak terlalu berpengaruh. Hasil penelitian ini sejalan dengan dua penelitian terdahulu yaitu penelitian Nuliana (2003) dan penelitian Nurmala (2001) yang menghasilkan kesimpulan bahwa dividend

per share (DPS) tidak berpengaruh terhadap harga saham. Namun, di sisi

lain, hasil penelitian ini berbeda dengan dua penelitian terdahulu yaitu penelitian Raymond (2007) dan penelitian Tambunan (2007) yang menghasilkan kesimpulan bahwa dividend per share (DPS) berpengaruh signifikan terhadap harga saham baik pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk selama periode 2002-2006 maupun pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 2001-2003. Tidak samanya hasil yang diperoleh dari pengujian dengan hipotesis yang dibuat oleh penulis adalah karena adanya faktor-faktor di luar perhitungan peneliti yang turut mempengaruhi harga saham seperti kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil dan yang terutama hasil penelitian Raymond (2007) tidak berlaku umum karena hanya mengambil sampel satu perusahaan tertentu sedangkan penulis menggunakan perusahaan go public secara keseluruhan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari segi teori, hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat pertama dalam

Irrelevance Theory mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap harga


(63)

dampak apa-apa bagi nilai perusahaan. Jadi, peningkatan atau penurunan dividen oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan.

3. EPS dan DPS secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

1. penelitian ini hanya mengambil dua buah variabel yaitu EPS dan DPS sebagai variabel independen, namun sebenarnya masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi harga saham,

2. periode pengamatan dalam penelitian ini terbatas karena hanya mencakup tahun 2005-2007,

3. penulis melakukan pengamatan terhadap pengaruh earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS) dengan harga saham dengan mengabaikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham seperti kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan, kebijakan manajemen, tingkat resiko, laju inflasi, dan lain-lain.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran baik bagi pihak perusahaan, calon investor dan investor serta peneliti selanjutnya.


(64)

1. Bagi Perusahaan

Untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan, maka perusahaan harus mampu menunjukkan kinerja perusahaan yang bagus dan menyampaikan informasi yang cukup kepada investor mengenai

perkembangan perusahaan. Pengumuman mengenai dividen merupakan salah satu informasi penting yang harus disampaikan oleh perusahaan pada

pemegang saham.

2. Bagi Investor dan Calon Investor

Untuk mengetahui kinerja perusahaan sebelum melakukan investasi sebaiknya para investor maupun calon investor mencari tahu mengenai profil

perusahaan. Profil perusahaan dapat diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia dan Instansi Pemerintah yaitu Bapepam sebagai pihak yang menentukan kebijakan di Bursa Efek Indonesia dalam menjamin keakuratan data informasi keuangan dan memberikan informasi yang berkualitas dengan sarana

teknologi yang canggih sehingga kualitas laporan keuangan perusahaan lebih akurat dan relevan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel yang lebih banyak sehingga hasil yang akan diperoleh lebih akurat dan mempunyai cakupan yang lebih luas. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan harga saham tiga bulan sebelum dan sesudah closing price atau pun menggunakan harga saham rata-rata.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M.Fakhruddin, 2006. Pasar Modal Di Indonesia

Pendekatan Tanya jawab, PT Salemba Empat, Jakarta.

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Kedua, USU Press, Medan.

Gallagher, Timothy J. dan Joseph D. Andrew, 2003. Financial Management:

Theory and Practice, third edition, Prentice Hall, USA.

Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gordon, M. J., (1963), “Capital Investment and Financing Policy,” Journal of Finance, May.

Halim, Abdul, 2005. Analisis Investasi. Edisi kedua, PT Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Yuliana, 2007. Pengaruh ROE, NPM, EPS, dan DER Terhadap Harga

Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ. Universitas

Sumatera Utara, Medan. Skripsi.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, BPFE,Yogyakarta.

Institute for Economic and Financial Research, 2006, Indonesian Capital Market

Directory, Sixteenth edition, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2004. Buku

Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Medan.

Kuncoro, Mudrajad, 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta.


(66)

Nachrowi, Nachrowi D., Hardius Usman, 2006. Ekonometrika-Pendekatan

Populer dan Praktis untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Nuliana, Novin P. 2003. “Pengaruh Dividen Per Saham dan Rentabilitas Modal

Sendiri (RoE) Terhadap Harga Pasar Saham PT Telkom, Tbk.”Unisba.

Nurmala, 2001. “Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham

perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta.” Mandiri, Volume 9, Nomor

1, STIE Bina Warga Palembang, Palembang.

Raymond, Jon., 2007. “Pengaruh Dividend Per Share dan Earning Per Share terhadap Harga Saham pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Periode 2002-2006”, (Skripsi Akuntansi), Unika Atma Jaya, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Sasongko, Noer., Nita Wulandari, 2003. “Pengaruh EVA dan Rasio-rasio

Profitabilitas Terhadap Harga Saham”, Empirika, Volume 19 Nomor 1,

Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

Stice, Earl K., James D. Stice, dan Fred Skousen, 2004. Akuntansi Keuangan Menengah, Edisi kedua, Jilid I, PT. Salemba Empat, Jakarta.

Sugiyarso, G. dan F.Winarni, 2005. Manajemen Keuangan (Pemahaman Laporan

Keuangan, Pengelolaan Aktiva, kewajiban, dan Modal,serta Pengukuran Kinerja Perusahaan), Media Pressindo, Yogyakarta.

Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis, CV Alfabeta, Bandung.

Tambunan, Roy August, 2007. “Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”, (Skripsi Akuntansi), Universitas Katolik Santo Thomas, Medan.

Tandelilin, Eduardus, 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Widayat dan Amirullah, 2002. Riset Bisnis, Edisi Pertama, Penerbit GRAHA Ilmu, Yogyakarta.


(67)

Wild, John J., K.R. Subramanyam, dan Robert F.Halsey, 2005. Financial

Statement Analysis, Alih Bahasa Yanivi S.Bachtiar, S.Nurwahyu Harahap, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Delapan, Buku Satu, PT Salemba

Empat, Jakarta.


(68)

Lampiran 1

Daftar Sampel Perusahaan Go Public Di BEI

No Kode Perusahaan Sektor

1. AALI Astra Agro Lestari Tbk. Agriculture

2. UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk. Agriculture

3. BBCA Bank Central Asia Tbk. Banking

4. BDMN Bank Danamon Tbk. Banking

5. BNII Bank International Indonesia Tbk. Banking

6. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. Banking

7. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. Basic and Chemical Industries

8. IGAR Kageo Igar Jaya Tbk. Basic and Chemical Industries

9. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. Basic and Chemical Industries

10. TRST Tria Sentosa Tbk. Basic and Chemical Industries

11. AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk. Consumer Goods Industries

12. HMSP HM Sampoerna Tbk. Consumer Goods Industries

13. KAES Kimia Farma Tbk. Consumer Goods Industries

14. PCID Mandom Indonesia Tbk. Consumer Goods Industries

15. MERK Merck Tbk. Consumer Goods Industries

16. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. Consumer Goods Industries

17. APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

Infrastructure utilities and transportation

18. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk.

Infrastructure utilities and transportation

19. PGAS

Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Infrastructure utilities and transportation

20. RIGS Rig Tenders Tbk.

Infrastructure utilities and transportation

21. ASRM Asuransi Ramayana Tbk. Insurance

22. BUMI Bumi Resources Tbk. Mining

23. INCU International Nickel Indonesia Tbk. Mining

24. PTBA Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk. Mining

25. TINS Timah (Persero) Tbk. Mining

26. AUTO Astra Otoparts Tbk. Miscellaneous

27. BRAM Indo kordsa Tbk. (Branta Mulia Tbk.) Miscellaneous

28. SCCO Sucaco Tbk. Miscellaneous

29. IKBI Suni Indo Kabel Tbk. Miscellaneous

30. ADNF Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Multifinance

31. BFIN BFI Finance Indonesia Tbk. Multifinance

32. BBLD Buana Finance Tbk. Multifinance


(69)

34. ASGR Astra Graphia Tbk. Trade services and Investment

35. LTLS Lautan Luas Tbk. Trade services and Investment

36. MTDL Metrodata Electronic Tbk. Trade services and Investment

37. PJAA Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Trade services and Investment

38. PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk. Trade services and Investment

39. RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Trade services and Investment

40. TURI Tunas Ridean Tbk. Trade services and Investment

41. UNTR United Tractors Tbk. Trade services and Investment

Lampiran 2

Data Variabel Penelitian Tahun 2007 (Sebelum Ditransformasi)

No Kode Perusahaan EPS DPS

HARGA SAHAM

1. AALI Astra Agro Lestari Tbk. 502 325 4900

2. UNSP Bakrie Sumatra Plantations Tbk. 50 9 415

3. BBCA Bank Central Asia Tbk. 292 90 3400

4. BDMN Bank Danamon Tbk. 407 203 4750

5. BNII Bank International Indonesia Tbk. 15 5,15 155

6. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. 30 15 1640

7. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk. 201 50 3550

8. IGAR Kageo Igar Jaya Tbk. 13 5 105

9. TOTO Surya Toto Indonesia Tbk. 1269 300 6000

10. TRST Tria Sentosa Tbk. 6 3 150

11. AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk. 4889 830 63000

12. HMSP HM Sampoerna Tbk. 544 200 8900

13. KAES Kimia Farma Tbk. 10 3 145

14. PCID Mandom Indonesia Tbk. 595 220 4100

15. MERK Merck Tbk. 2576 1400 24300

16. MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk. 4130 3165 50000

17. APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. 113 15 830

18. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk. 155 20 1040

19. PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. 192 101 6900

20. RIGS Rig Tenders Tbk. 89 60 990

21. ASRM Asuransi Ramayana Tbk. 264 111 1000

22. BUMI Bumi Resources Tbk. 62,51 10 760

23. INCU International Nickel Indonesia Tbk. 2652 746 13150


(1)

Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LN_EPS LN_DPS LN_HS

N 123 123 123

Normal Parametersa Mean 5.1067 3.9541 7.5848

Std. Deviation 1.68211 1.80938 1.72574

Most Extreme Differences Absolute .063 .055 .078

Positive .063 .052 .078

Negative -.062 -.055 -.038

Kolmogorov-Smirnov Z .696 .612 .861

Asymp. Sig. (2-tailed) .718 .849 .449

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009.


(4)

Lampiran 6

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.934 .235 12.483 .000

LN_EPS .826 .106 .805 7.823 .000 .131 7.640

LN_DPS .110 .098 .115 1.118 .266 .131 7.640

a. Dependent Variable: LN_HS


(5)

Taranika Intan : Pengaruh Dividend Per Share Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Go Public Di Bursa Efek Indonesia, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran 7

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 8

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .913a .834 .831 .70954 1.299

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_EPS b. Dependent Variable: LN_HS


(6)

Lampiran 9

Hasil Uji Hipotesis (Uji t)

Coefficients(a) Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.934 .235 12.483 .000

LN_EPS .826 .106 .805 7.823 .000 .131 7.640

LN_DPS .110 .098 .115 1.118 .266 .131 7.640

a. Dependent Variable: LN_HS

Lampiran 10

Hasil Uji Hipotesis (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 302.923 2 151.461 300.848 .000a

Residual 60.414 120 .503

Total 363.337 122

a. Predictors: (Constant), LN_DPS, LN_EPS b. Dependent Variable: LN_HS