LETAK GEOGRAFIS TANAH GAYO

8

BAB II MENGENAL MASYARAKAT GAYO ACEH TENGAH

A. LETAK GEOGRAFIS TANAH GAYO

Tanah Gayo yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Tengah, luasnya meliputi 5.155 km. kabupaten ini berbatas di sebelah Utara dengan kebupaten Aceh Utara, sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, disebelah Barat melintang Kabupaten Aceh Timur. Secara administratif, Kabupaten Aceh Tengah terbagi atas tujuh kecamatan yaitu: 1 Kecamatan kota Takengon, yang juga sebagai ibukota kabupaten, 2 Kecamatan Bukit ibukotanya di Simpang Tiga 3 Kecamatan Bebesen ibukotanya Bebesen 4 Kecamatan Timang Gajah, ibukotanya Lampahan 5 Kecamatan Silin Nara, ibukotanya Angkup 6 Kecamatan Linge, ibukotanya di Isaq, dan 7 Kecamatan Bandar ibukotanya di Janarata. Daerah kabupaten Aceh Tengah merupakan juga bagian dari jalur pegunungan Bukit Barisan yang membentang sepanjang pulau Sumatra. Kawasan ini terletak di atas dataran tinggi sekitar 1300 meter di atas permukaan air laut. Aceh Tengah termasuk daerah beriklim tropis dengan banyak hujan dan kelembaban yang sangat tinggi. Suhunya rendah 12 C-23 C. Angin Barat bertiup dari bulan April sampai dengan bulan Oktober, sedang angin Timur bertiup pada bulan November sampai dengan bulan Maret 11 . Secara keseluruhan, areal Kabupaten Aceh Tengah terbagi atas hutan lebat 484.300 Ha, hutan pinus 92.299 Ha, kebun kopi 22.134.40 Ha, tanah persawahan 10.680,80 Ha. Penduduk yang mendiami Aceh Tengah adalah suku Gayo, suku Gayo tersebut tersebar di daerah Aceh Tengah Benermeriah dan Blangkejeren. Suku Gayo yang mendiami disekitar laut tawar disebut Gayo Lut. Menurut dialeknya Gayo Lut terbagi dua yaitu Bukit yang berpusat di Kebayakan dan Cik berpusat di Bebesen dan sekitarnya. Sedang yang lain suku Gayo di luar Laut Tawar disebut Gayo Deret yang berpusat di Linge. Konon Linge asal mula kehidupan suku Gayo. Menurut sejarahnya, penduduk yang mendiami kampung Bebesen dan Kebayakan merupakan kampung “inti” di Gayo Lut, mempunyai satu anggapan bahwa asal-usul mereka berbeda. Penduduk kampung Kebayakan mengatakan bahwa mereka penduduk “asli” di Gayo ini, sedang yang satu pihak lagi, yakni penduduk kampung Bebesen memang menyadari bahwa mereka berasal dari luar daerah ini mereka datang dari Batak Tapanuli. Lebih populer lagi bahwa mereka berasal dari apa yang disebut “Batak 27” karena mereka berasal usul dari 27 orang Batak yang datang ke daerah Gayo ini pada zaman lampau 12 . 11 Mukhlis Paeni, RIAK di Laut Tawar, Kelanjutan Tradisi Dalam Perubahan di Gayo Aceh Tengah. ANRI Arsip Nasional Republik Indonesia kerjasama dengan Gadja Mada University Press. Jakarta 2003 12 A. Hasymy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia Kumpulan Prasaran Pada Seminar di Aceh, Jakarta: Percetakan Offset, 1989, Cet Ke-2

B. KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT GAYO