3. Dari hasil analisis Regresi Linear Berganda yang diuji pada ke dua organisasi P3A
yaitu P3A Makmur dan P3A Sentang dapat di peroleh perbedaan: Secara Serempak kelima karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur berpengaruh nyata
terhadap ketaatan anggota P3A membayar iuran, Sementara pada kelima karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang tidak berpengaruh nyata
terhadap ketaatan anggota P3A membayar iuran.
Secara parsial karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur yaitu: ”Umur dan Pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran,
sementara ” Tingkat pendidikan, Jumlah tanggungan, dan Luas lahan” berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran. Sedangkan karakteristik sosial ekonomi P3A Sentang
yaitu: hanya ”Umur” yang berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran, sementara ”tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan”
tidak berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran.
4. Hasil korelasi Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur dengan ketaatan
membayar iuran yaitu: ”Umur”memiliki hubungan yang sedang dengan ketaatan membayar iuran, ”Tingkat pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” tidak ada
hubungan dengan ketaatan membayar iuran, sementara ”Pengalaman bertani”
memiliki hubungan yang lemah dengan ketaatan membayar iuran, dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang kuat dengan ketaatan membayar iuran.
Sedangkan hasil Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang dengan ketaatan membayar iuran yaitu: ”Umur”, ”Pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” memiliki
hubungan yang lemah, Sementara ”Pengalaman bertani” dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang sedang.
5. Dari hasil analisis korelasi yang di uji bahwa ke dua organisasi P3A yaitu P3A Makmur P3A yang berbadan hukum dan P3A Sentang P3A yang belum berbadan
hukum memiliki perbedaan yaitu: Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur yaitu: ”Umur”memiliki hubungan yang sedang dengan ketaatan
membayar iuran, ”Tingkat pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” tidak ada hubungan
dengan ketaatan membayar iuran, sementara ”Pengalaman bertani”
memiliki hubungan yang lemah dengan ketaatan membayar iuran, dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang kuat dengan ketaatan membayar iuran.
Sedangkan Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang yaitu: ”Umur”, ”Pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” memiliki hubungan yang lemah, Sementara
”Pengalaman bertani” dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang sedang.
6. P3A yang berbadan hukum P3A Makmur adalah:
Pada organisasi P3A Makmur tidak ada masalah yang terjadi karena struktur dan uraian tugas yang sudah jelas diatur dalam Surat Keputusan Badan Hukum
Organisasi P3A Makmur. P3A yang belum berbadan hukum P3A Sentang adalah
: o
Masalah yang terjadi pada P3A Sentang yaitu Sulitnya pengurus P3A dalam membagi air kesawah- sawah petani karena tidak adanya sanksi terhadap petani
yang melanggar peraturan. Upaya yang dilakukan adalah mengajak petani untuk rapat tentang pembagian air
secara berulang- ulang dan memberi penyuluhan tentang pembagian air.
Universitas Sumatera Utara
o Apabila P3A Sentang mengajukan Proposal tidak pernah ditanggapi pemerintah
karena belum berbadan hukum atau tidak memiliki SK, sehingga bantuan dari pemerintah tidak begitu dirasakan P3A sentang.
Upaya yang dilakukan adalah tetap membuat dan menjatuhkan proposal tentang kebutuhan P3A kepada pihak pemerintah, sembari mengurus Surat Keputusan
Badan Hukum P3A Sentang.
o Sebagian anggota P3A Sentang sulit membayar iuran bahkan tidak membayar
iuran P3A selama dalam satu tahun tertentu dua kali musim tanam Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya, apabila tidak membayar iuran selama
kurun waktu yang ditentukan, maka pengurus P3A Sentang memberikan peringatan selama dua kali. Apabila tidak di tanggapi juga maka pengurus P3A
Sentang melaporkan masalah tersebut kepada Kepala Desa agar menyelesaikan masalah tesebut, dan biasanya setelah di sampaikan kepada Kepala desa masalah
tersebut dapat diselesaikan, dimana anggota P3A tersebut langsung membayar iuran yang menjadi kewajibannya.
Kata Kunci: Perbandingan, P3A Berbadan Hukum, P3A yang Tidak Berbadan Hukum
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Petani Indonesia telah mengenal irigasi sejak zaman kerajaan Hindu. Jaringan- jaringan irigasi masih sangat sederhana digunakan untuk mendukung pertanian padi
sawah. Meskipun jaringan- jaringan itu sangat sederhana akan tetapi pembangunan, operasi dan pemeliharaan OP-nya memerlukan pengerahan tenaga. Oleh karena itu
kerja sama merupakan syarat mutlak dan landasan bagi munculnya nilai- nilai yang menekan kebersamaan dan kemerataan. Ciri penting jaringan irigasi petani pada saat itu
adalah sederhana secara teknis, luas oncoran terbatas, mereka mengatur sendiri kehidupan bersama otonom dan dalam status yang demikian mereka adalah pemilik dan
sepenunhya berkuasa atas jaringannya Siskel dan Hutapea, 1995 Untuk itu para petani membentuk suatu organisasi yang dinamakan Perkumpulan
Petani Pemakai Air P3A yang tahap demi tahap akan berkembang menjadi suatu unit yang secara organisator, teknis dan financial mampu melaksanakan tugas dan kewajiban
pembangunan, rehabilitasi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta bangunan pelengkapnya dalam petak tersier dan irigasi pedesaan, baik yang berstatus
irigasi desa maupun subak Pusposutardjo, 2001 Agar organisasi P3A di akui keberadaannya maka organisasi P3A harus memiliki
Badan hukum atau SK yang sah yang bertujuan untuk pemberdayaan P3A. Organisasi P3A yang sudah berbadan hukum merasa kuat. Sehingga posisinya sama seperti
perusahaan-perusahaan lain. Dari segi teknis agar P3A mampu mengelola jaringan irigasi, meskipun hanya pada taraf jaringan sekunder atau tersier. Berbadan hukum di sini
berarti organisasinya legal, diakui keberadaannya oleh aparat maupun masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga ke depan mempunyai bargaining position terhadap pihak-pihak yang ingin bekerjasama dengan P3A Ambler, 1992
Dalam organisasi P3A terdapat istilah IPAIR Iuran pelayanan air irigasi, yang merupakan hal mutlak dalam P3A yang menekankan bahwa IPAIR itu “dari, oleh, dan
untuk” petani pemakai air. Berikut siklus penyetoran dan penggunaan dana IPAIR sesuai Pasca Inpres No 31999, yaitu:
a Petugas blokpetak sawah memungut IPAIR dari para anggotanya menyetorkannya kebendahara P3A. Besarnya IPAIR ditentukan oleh P3A Gabungan bersama-sama Bamus
Kabupaten dan Kecamatan, dan juga dengan melibatkan para petugas blokpetak. b Bendahara P3A bertugas menyetorkan sebagian IPAIR tersebut ke P3A Gabungan dan
besarnya sesuai keputusan yang telah disepakti. c Ditingkat P3A Gabungan selanjutnya dana IPAIR tersebut dikelola untuk dana OP dan
membiaya keberlangsungan dari organisasi tersebut. d Pada pola sebelum Inpres No.31999 kelemahnya adalah “tidak semua dana IPAIR”
tersebut dikembalikan ke petani. Hal ini sangat terasa terutama pada saluran P3A yang tidak kebagian proyek OP, sehingga menyebabkan petani kurang bersemangat untuk
membayar IPAIR Dinas PU Pengairan, 1999 Berdasarkan permasalahan yang berkembang didaerah penelitian bahwa
rendahnya ketaatan anggota P3A yang tidak berbadan hukum untuk membayar iuran. Hal itu mengakibatkan kehidupan organisasi P3A kurang terlaksana disebabkan IPAIR yang
tidak dapat terkumpul semua. Hal itu terjadi karena kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada petani yang tidak membayar iuran.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi P3A yang tidak berbadan hukum sangat diharapkan supaya memiliki badan hukum dan SK yang jelas agar kehidupan organisasi P3A terlaksana dengan baik
dan memiliki bargaining position di masa yang akan datang. Kinerja P3A membantu pembangunan desa dan perkembangan sektor pertanian karena Pembangunan Pertanian
berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan menyumbang penerimaan devisa dan pendapatan produk domestik bruto
daerah PDRB. Pada Tahun 2003 sektor pertanian menyerap sekitar 56,03 tenaga kerja dan menyumbang 29,33 pada PDRB Sumatera Utara.
www.binaswadaya.com , 2009
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten penghasil produksi beras yang tinggi atau disebut juga kabupaten lumbung padi di provinsi sumatera utara.
Sebagai daerah lumbung beras plus di Sumatera Utara menjawab kepercayaan daerah yang meraih penghargaan Ketahanan Pangan tingkat Nasional, Pemkab Serdang Bedagai
sangat serius dalam memacu laju pembangunan di sektor pertanian dengan memformulasikan kebijakan-kebijakan program pembangunannya serta upaya-upaya
diversifikasi dan merangkul berbagai pihak untuk turut berpartisipasi membantu pengembangannya,. Komitmen ini terlihat dari upaya Pemkab Serdang Bedagai yang
membentuk dan melibatkan langsung 4 lembaga Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yakni, Dinas Pertanian dan Perternakan Distannak, Dinas Pengelolaan Sumber Daya
Air PSDA, Badan Ketahanan Pangan BKP dan Badan Penyuluhan Pertanian .
Untuk meningkatkan produksi padi, organisasi P3A cukup efektif untuk mendukung usaha tani petani. Organisasi P3A dikabupaten Serdang Bedagai sudah cukup
Universitas Sumatera Utara
berkembang, maka untuk mengetahui jumlah organisasi P3A yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 17 kecamatan, dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1 Jumlah Organisasi P3A di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008
No Kecamatan
Jumlah P3A
1 Kotarih
Tidak ada 2
Silinda Tidak ada
3 Bintang Bayu
Tidak ada 4
Dolok Masihul 10
5 Serba Jadi
3 6
Sipispis 1
7 Dolok Merawan
Tidak ada 8
Tebing Tinggi 6
9 Tebing syah Bandar
1 10
Bandar Khalipah 3
11 Tanjung Beringin
1 12
Sei Rampah 4
13 Sei Bamban
8
14 Teluk Mengkudu
7
15 Perbaungan
19 16
Pengajahan 7
17 Pantai Cermin
10
Jumlah 80
Sumber: Dinas Pertanian serdang Bedagai, 2009
Dari tabel 1.1 dapat kita mengetahui jumlah organisasi P3A yang terdapat di Kabupaten serdang Bedagai adalah 80 Unit P3A, dimana terdiri dari organisasi P3A yang
Berbadan Hukum BH dan Tidak Berbadan Hukum TBH. Adapun kecamatan yang menjadi daerah penelitian ini adalah Kecamatan Teluk Mengkudu. Alasan memilih
kecamatan Teluk Mengkudu menjadi daerah penelitian karena organisasi P3A yang terdapat dalam kecamatan ini memenuhi kriteria untuk penelitian, dimana kecamatan ini
merupakan kecamatan yang memiliki jumlah P3A yang mendekati hasil rata-rata uji statistik yang terdapat dalam setiap kecamatan yang ada di kabupaten Serdang Bedagai.
Dikecamatan Teluk Mengkudu terdapat 7 Organisasi P3A yang terdiri dari 4 unit organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan 3 unit organisasi P3A yang Tidak Berbadan
Universitas Sumatera Utara
Hukum. Untuk mengetahui jumlah organisasi P3A dan Nama organisasi P3A yang terdapat dikecamatan Teluk Mengkudu dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Jumlah Organisasi P3A dan Jumlah Anggota P3A di Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2008
No Desa
Nama P3A Jumlah
Anggota jiwa
BH TBH
1 Matapao
Sari Nande 32
1 -
2 Sei Buluh
Tirta sari 230
1 -
3 Pem.Setrak
Tirta Yasa 135
1 -
4 Sentang
Sentang 102
- 1
5 Pasar Baru
Tirta sari baru 94
- 1
6 Makmur
Makmur 160
1 -
7 Pem.Guntung
Pem.Guntung 240
- 1
Jumlah 973
4 3
Sumber: Dinas Pertanian serdang Bedagai, 2009
Dari tabel diatas dapat kita ketahui ada 3 organisasi P3A yang Belum Berbadan Hukum dan 4 organisasi P3A Berbadan Hukum. Maka dalam penelitian ini yang menjadi
daerah penelitian ada 2 organisasi P3A yaitu P3A Sentang yang terdapat didesa Sentang, yang mewakili P3A yang Tidak Berbadan Hukum dengan jumlah anggota 102 jiwa.
Sedangkan daerah penelitian ke dua adalah P3A Makmur yang terdapat didesa Makmur kecamatan Teluk Mengkudu merupakan P3A yang mewakili P3A yang Berbadan
Hukum, dimana memiliki jumlah anggota 160 jiwa.
Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan organisasi P3A didaerah penelitian selama 5 tahun
terakhir yang diamati dari jumlah anggota P3A, jumlah P3A dan P3A yang Berbadan hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum?
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap ketaatan
membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian?
3. Bagaimana perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap
ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian?
4. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan ketaatan
membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian?
5. Bagaimana Perbedaan hubungan karakteristik social ekonomi petani dengan
ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian?
6. Apakah ada masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yang berbadan
hukum dan P3A yang tidak berbadan hukum dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan organisasi P3A selama 5 tahun didaerah
penelitian terakhir yang diamati dari jumlah anggota, jumlah P3A, dan jumlah P3A yang Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum
2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik social ekonomi petani terhadap ketaatan
membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh karakteristik social ekonomi petani
terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian
4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan
membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Belum Berbadan Hukum didaerah penelitian
5. Untuk mengetahui perbedaan hubungan karakteristik social ekonomi petani
dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian
6. Untuk mengetahui masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yang
berbadan hukum dan P3A yang tidak berbadan hukum dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi petani anggota P3A dalam kegiatan usaha taninya
2. Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti terutama yang berhubungan
dengan perkembangan organisasi P3A di kabupaten Serdang Bedagai 3.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Salah satu faktor dari usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi, adalah tersedinya air pengairan irigasi disawah – sawah sesuai dengan kebutuhan. Tidak saja
jaringan pengairan irigasi utama yang baik perlu diutamakan, melainkan jaringan tersier pun perlu mendapat perhatian. Partisipasi P3A dalam pembangunan perlu ditingkatkan
dengan cara memfasilitasi, agar dapat mengembangkan kemampuan sendiri dibidang teknis, keuangan , manajerial administrasi dan organisasi secara mantap agar dapat
mengelola daerah irigasireklamasi rawa secara mandiri dan berkelanjutan dalam proses yang dinamis dan yang bertanggungjawab Soekarto dan Hartoyo, 1980
Agar petani dapat berperan secara efektif dalam pengelolaan jaringan irigasi, mereka harus terhimpun dalam organisasi sehingga kabutuhan yang sama dan keinginan
berbeda dapat ditangani. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi petani pemakai air atau disingkat menjadi P3A. Organisasi ini dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis
termasuk kelembagaan local pengelola air irigasi Departemen dalam negeri, 1992 P3A adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air, P3A juga merupakan organisasi
Sosial yang memiliki anggota terdiri dari petani- petani yang berada di sekitar wilayah pertanian sawah setempat, dimana organisasi P3A memiliki kegiatan mengelola air agar
air tersedia dengan baik untuk lahan persawahan petani Mosher, 1983
Kegiatan organisasi P3A antara lain :
Universitas Sumatera Utara
1. Pengembangan sumber daya manusia seperti peningkatan kemampuan pengurus
dan petugas serta penambahan atau pengurangan petugas 2.
Mengadakan rapat antara anggota dan pengurus yang membahas kebijakan dan permasalahan yang akan diambil dalam pengelolaan irigasi
3. Mengadakan pemungutan iuran pelayanan irigasi IPAIR guna pembiayaan
operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi 4.
Mengatur pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan kelebihan air irigasi
5. Mengadakan gotong royang guna pemeliharaan saluaran dan bangunan irigasi
6. Mengajukan permohonan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah
7. Melaksanakan ADART seperti: Penerapan sanksi yang tegas kepada anggota
yang melanggar ADART Departemen Dalam Negeri, 1992
P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak dibawah pemerintahan desa. Organisasi ini boleh berkembang menjadi organisasi yang tidak hanya mengurusi
masalah air, tetapi juga dapat berkembang menjadi usaha ekonomi jika hal itu dikehendaki anggotanya Hansen dkk,1992
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan organisasi P3A adalah; 1.
Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan secara mantap, tertib dan teratur malalui perkumpulan. Karena perkumpulan dapat
mengeluarkan ketentuan- ketentuan yang mengikat dan memuaskan bagi para anggotanya
Universitas Sumatera Utara
2. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut yang pada dasarnya disepakati
bersama oleh para anggotanya, perkumpulan dengan didukung kewajiban- kewajiban para anggotanya akan dapat meleksanakan dan meningkatkan
pemeliharaan jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab secara mantap dan teratur
3. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat tenang dan
bergairah melaksanakan usaha taninya karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi, juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu akan dapat menyesuaikan
dengan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan Kartasapoetra dan Mul, 1994
Syarat–syarat organisasi P3A yang berbadan hukum adalah: o
Memiliki ADART yang jelas yang telah di sepakati oleh anggota dan pengurus P3A
o Memiliki anggota minimal 15 orang yang berprofesi sebagai petani
o Adanya pengurus yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara
beserta ili-ili yang merupakan ketua blok. o
Adanya kas IPAIR organisasi sebagai pendukung kegiatan organisasi P3A Dinas Pengelola Sumber Daya Air Kab. Serdang Bedagai, 2008
Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pangairan tersier dan pedesaan
Universitas Sumatera Utara
2. Membuat peraturan- pertauran dan ketentuan pembagian air pengairan serta
pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan sipembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri
3. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi diantara
para anggota patani pemakai air pengairan didalam pengelolaan air pengairan 4.
Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai
air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara mereka 5.
Sebagai badan masyarakat meujudkan peran serta nya kepada pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan- persoalan pengairan dan pertanian
Wahyuni, 1999 Secara teknis jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan primer, sekunder dan
tersier. Dari klasifikasi tersebut pengawasannya atau pengelolaannya diatur sebagai berikut:
1. Jaringan primer dan sekunder dilakukan oleh aparat pemerintah daerah tingkat I,
dahulu oleh dinas pertanian dengan perangkatnya. 2.
Jaringan tersier, diserahkan kepada petani pemakai air. Lain halnya atas jaringan irigasi yang pembangunannya dilaksanakan oleh badan hukum
badan sosial perorangan untuk kepantingan uasahanya, kesemuanya diserahkan pengurusannya kepada yang bersangkutan Ambler, 1992
Landasan Teori
Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijakan pengembangan
Universitas Sumatera Utara
profesionalitas dan produktifitas tenaga kerja pertanian. Pengembangan IPTEK disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan secara konseptual maupun empiris,
sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan ekonomi nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan petani Kuswanto, 1993
Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan- kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun
proses interaksi diantara orang- orang yang bekerja sama didalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja. Perilaku organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu
system studi dari sifat organisasi seperti misalnya: bagaimana organisasi dimulai, tumbuh dan berkembang dan bagaimana pengaruhnya terhadap anggota- anggota sebagai
individu, kelompok pemilih, organisasi lainnya dan institusi –institusi yang lebih besar Thoha, 1983
Irigasi mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pangan yaitu:
1. Menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur
kelembaban tanah 2.
Membantu menyuburkan tanah melalui bahan- bahan kandungan yang dibawa oleh air
3. Memungkinkan penggunaan pupuk dan obat-obatan dalam dosis tinggi
4. Dapat menekan pertumbuhan gulma
5. Dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu
6. Memudahkan pengolahan tanah
Pasandaran, 1991
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu, agar kegiatan keirigasian tersebut dapat terorganisasi dengan baik diperlukan suatu wadah yang dapat mengatur kegiatan- kegiatan tersebut dan
perkumpulan petani pemakai air P3A, dianggap wadah yang cocok dan sesuai dalam membantu kegiatan keirigasian dan juga dianggap dapat mensukseskan program-
program dibidang pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah Siskel dan Hutapea, 1995
Persatuan Petani Pemakai Air P3A merupakan organisasi sosial petani, yang tidak berinduk atau bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi
yang bergerak dibidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan –kepentingan melangsungkan usaha tani bersama
Asnawi, 1992 Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu
tergantung pada jumlah penduduk usia kerja. Ketaatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan ekonomis. Faktor-faktor tersebut adalah umur, status
perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, pendapatan, dan jumlah tanggungan Manning C dan Bakir Z, 1984
Faktor pendidikan, pendapatan, dan umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan seserang dalam mengelola usahataninya. Dengan tingkat
pendidikan yang lebih baik diharapkan masyarakat akan lebih taat dalam mengikuti kegiatan dalam suatu perkumpulan. Tingkat pendidikan dan umur nampak pada
kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul dan bagaimana masyarakat dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah
tersebut Gustina, 2001
Universitas Sumatera Utara
Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor ekstern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor
sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani sedangkan factor- factor ekonomi diantaranya adalah: tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas
lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usaha tani yang dimiliki oleh petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usaha tani
Soekartawi, 1995
Kerangka Pemikiran
Sistem irigasi yang baik akan memberi perubahan terhadap sector pertanian, dimana akan meningkatkan produktifitas usaha tani khususnya pada petani anggota P3A
yang taat akan peraturan yang telah ditetapkan dalam organisasi Petani pamakai air. Oleh sebab itu organisasi P3A sangatlah perlu ditingkatkan untuk kemajuan pembangunan
pertanian. Dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Pada penelitian ini ada dua jenis organisasi P3A yaitu Organisasi P3Ayang
memiliki legalitas Berbadan hukum P3A yang memiliki struktur dan pengorganisasian yang jelas dan memberikan sanksi kepada anggota maupun pengurus yang tidak
mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dan P3A yang tidak berbadan Hukum dimana P3A yang tidak memiliki legalitas badan hukum.
P3A terdiri dari anggota yaitu para petani yang memiliki nasib sepenanggungan dan tujuan yang sama, selain itu ada juga pengurus P3A yang dipilih langsung oleh
anggota untuk mengatur dan menjalankan peraturan P3A yang telah disepakati bersama. Sebagai anggota P3A, ketaatan membayar iuran merupakan hal yang mutlak untuk
dipatuhi.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini hanya ketaatan membayar iuran yang dilihat pengaruhnya terhadap karakteristik sosial ekonomi petani tingkat pendidikan, umur, pengalaman
bertani, luas lahan jumlah tanggungan. Dalam pelaksanaan ketaatan tersebut akan ada masalah-masalah yang terjadi yaitu
masalah eksternal dan internal. Masalah dapat timbul dari petani itu sendiri sebagai anggota bahkan juga dari pengurus itu sendiri, mungkin disebabkan factor- factor yang
tidak dapat diduga. Dalam hal ini perlu dilakukan upaya –upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut untuk perkembangan organisasi P3A, dan juga untuk mencapai tujuan
organisasi P3A.
SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Ada hubungan
Petani
P3A
TidakBerbadan hukum
Karakteristik 1.
Umur 2.
Pendidikan 3.
Pengalaman bertani 4.
Jumlah tanggungan 5.
Luas lahan Anggota
Berbadan Hukum
Ketaatan Membayar Iuran
Universitas Sumatera Utara
Kerangka pemikiran hubungan pengaruh
Keterangan
Menyatakan pengaruh atau hubungan
X1 : umur X2 : pendidikan
X3 : pengalaman bertani X4 : jumlah tanggungan
X5 : luas lahan Y : ketaatan membayar iuran
X1
X2
X3
X4
X5 Y
Universitas Sumatera Utara
Hipotesis Penelitian
1. Terdapat Perkembangan organisasi P3A didaerah penelitian selama 5 tahun
terakhir 2.
Ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap ketaatan menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah
penelitian 3.
Ada Perbedaan pengaruh kerakteristik social ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak
Berbadan Hukum didaerah penelitian 4.
Ada hubungan kerakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum
didaerah penelitian 5.
Ada perbedaan hubungan kerakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak
Berbadan Hukum didaerah penelitian 6.
Ada masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yaitu masalah internal dan eksternal dan ada upaya –upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Makmur dan Desa Sentang kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai.
Adapun alasan pemilihan kecamatan tersebut adalah karena kecamatan ini memiliki jumlah P3A yang mendekati rata- rata jumlah seluruh P3A yang ada dikabupaten
Serdang Bedagai di bagi dengan jumlah seluruh P3A dari setiap kecamatan, dimana terdapat 7 unit organisasi P3A yang terdiri dari 4 organisasi P3A yang Berbadan Hukum
dan 3 unit organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum. Selain itu kecamatan ini terkenal dengan P3A nya yang berprestasi sampai pada tingkat nasional dan di kecamatan
inilah juga terletak kantor Dinas Pertanian Serdang Bedagai, sehingga mudah dalam pencarian sumber informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Dan alasan pemilihan kedua desa tersebut adalah karena desa ini merupakan desa yang memiliki sistem pengorganisasian P3A yang jelas. Selain itu juga kedua desa ini
tidak terlalu jauh letaknya dengan kantor BP4K, dan juga dekat dengan kota sehingga mudah dalam pencarian sumber informasi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Kedua desa ini saling berdekatan sehingga sangat mendukung penelitian. Selain alasan diatas, kedua desa tersebut merupakan desa pertanian yang memiliki
organisasi P3A yang aktif. Dalam penelitian ini diambil 2 P3A yang menjadi daerah penelitian untuk mengetahui perkembangan organisasi P3A di kabupaten Serdang
Universitas Sumatera Utara
Bedagai dengan membandingkan organisasi P3A yang berbadan hukum yaitu P3A Makmur dan P3A yang tidak berbadan hukum yaitu P3A Sentang.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah anggota organisasi P3A di Desa Makmur dan Desa Sentang kecamatan Teluk mengkudu, kabupaten Serdang
Bedagai. Jumlah organisasi P3A yang terdapat di kecamatan tersebut sebanyak 7 organisasi P3A yang terdiri dari 4 organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan 3
organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum. Metode penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana simple random sampling yaitu dengan mengambil 30 anggota organisasi
P3A yang Berbadan Hukum dan mengambil 30 anggota dari organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum.
Tabel 3. Jumlah populasi dan Sampel Organisasi P3A di kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008
No Desa
Nama P3A Anggota P3A
Populasi Sampel
1 Sentang
Sentang 102
30 2
Makmur Makmur
160 30
Jumlah 262
60
Sumber: Dinas Pertanian kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009
Metode Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Dinas Pertanian
dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor kepala desa Makmur, kantor kepala desa Sentang. Jenis dan sumber data yang akan di tampilkan dapat dilihat pada tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
No Jenis data
Sumber data Metode
Alat pengumpulan data
1 Identitas
a. Petani b. Pengurus
Petani anggota Pengurus P3A
Wawancara Kuesioner
2 Jumlah dan
Legalitas P3A menurut
kecamatan Dinas Pertanian
dan Peternakan Wawancara
Pencacatan data
3 Jumlah, luas
wilayah dan legalitas P3A
menurut desa Dinas Pertanian
dan Peternakan Wawancara
Pencacatan data
4 Pelaksanaan
kegiatan P3A Petani anggota
dan pengurus P3A
Wawancara Pencacatan data
5 Data organisasi
P3A PPL Kecamatan
Wawancara Pencacatan data
6 Deskripsi daerah
penelitian Kepala desa
Wawancara Pencacatan data
7 Perkembangan
organisasi P3A selama 5 tahun
terakhir Petani anggota
dan pengurus P3A
Wawancara Pencacatan data
8 Masalah-
masalah dalam organisasi P3A
Petani anggota dan pengurus
P3A Wawancara
Pencacatan langsung
9 Upaya-
upaya dalam mengatasi
masalah Pengurus P3A,
Dinas Pertanian Wawancara
Pencacatan langsung
Metode Analisis Data
1. Untuk menguji hipotesis 1, 3, 5, dan 6 digunakan analisis metode deskriptif
2. Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis dengan metode regresi linear
berganda sebagai berikut: Ŷ= a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ b
4
x
4
+ b
5
x
5
+
.........
b
n
x
n
Dimana: Ŷ= Ketaatan Membayar Iuran
x
1
= Umur petani tahun x
2
= tingkat pendidikan tahun x
3
= Pengalaman bertani tahun
Universitas Sumatera Utara
x
4
= luas lahan Ha x
5
= jumlah tanggungan jiwa b
1
,b
2,
b
3,
b
4,
b
5,………
= koefisisen regresi Untuk melihat apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap ketaatan membayar iuran
P3A sampel digunakan dengan uji F: F
hitung
= r
2
∕ k 1-r
2
n-k-1 r
2
= JK reg ∑y
2
Dengan ketentuan: r
2
= Koefisien determinasi n
= Jumlah sampel k
= Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas pembilang
Kriteria uji serempak: Fhit Ftabel 0,05 tabel... Hipotesis Ho diterima
Fhit Ftabel 0,05 tabel... Hipotesis Ho ditolak
Marsono, 2004 3.
Untuk hipotesis 4 dianalisis dengan metode korelasi Rank Spearman sebagai berikut:
N N
di r
N i
s
− −
=
∑
= 3
1 2
6 1
Universitas Sumatera Utara
Dimana: r
s
= Koefisien Korelasi rank spearman di= Selisih antara peringkat faktor sosial dan ekonomi dengan skore ketaatan petani
terhadap organisasi P3A N= Jumlah anggota P3A sampel
Dan diuji dengan uji signifikasi, dengan rumus sebagai berikut:
rs n
r t
s h
− −
= 1
2
Dengan uji kriteria sebagai berikut: Ho diterima apabila t hit
≤ t tabel : Tidak ada hubungan Ho ditolak apabila t hit
≥ t tabel : Ada hubungan
Djarwanto, 2003
Tabel 5. Parameter Ketaatan Membayar Iuran P3A untuk menguji Hipotesis No Parameter
Kriteria Skor
1 Rutin membayar iuran
P3A o
Selalu membayar iuran setiap musim tanam 2 kali
dalam satu tahun o
Jarang membayar iuran P3A, hanya 1 kali dalam
satu tahun o
Tidak pernah membayar iuran P3A dalam satu
tahun 3
2 1
Universitas Sumatera Utara
2 Ketepatan waktu
membayar iuran P3A o
Membayar tepat waktu pada saat panen
o Membayar iuran setelah
lewat satu musim tanam o
Membayar iuran setelah lewat satu tahun
≥ 2 musim tanam
3 2
1
3 Ketaatan membayar
Iuran itu penting o
Penting o
Tidak terlalu penting o
Tidak penting 3
2 1
4 Iuran itu bermanfaat
bagi anggota P3A o
Bermanfaat o
Tidak terlalu bermanfaat o
Tidak bermanfaat 3
2 1
Sehingga dapat diketahui tingkat ketaatan anggota P3A membayar iuran dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu: berada antara 4- 12, apabila skore:
Rendah adalah 4–6 Sedang adalah 7–9
Tinggi adalah 10-12
Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi
1. Organisasi adalah proses pengindentifikasian dan pengelompokan pekerjaan
yang akan dilakukan, merumuskan tanggung jawab dan menyusun hubungan- hubungan dengan maksud memungkinkan orang bekerja sama secara efektif
dalam mencapai tujuan. 2.
Perkumpulan Pemakai Air P3A merupakan sebuah organisasi social yang dibuat oleh petani yang bergerak dibidang pertanian, khususnya kegiatan
mengelola pengairan. Dalam hal ini P3A yang dimaksud sudah berbadan hukum dan belum berbadan hukum
Universitas Sumatera Utara
3. Petani sampel adalah petani anggota P3A yang berbadan hukum dan petani
anggota P3A yang tidak berbadan hukum 4.
Tingkat pendidikan adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah ditempuh untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah
5. Pengalaman bertani adalah berapa lama tahun petani telah bekerja sebagai
petani anggota P3A 6.
Karakteristik social ekonomi petani adalah sifat- sifat yang khas yang dimiliki oleh petani untuk menjadi anggota P3A seperti: tingkat pendidikan umur,
pengalaman bertani, luas lahan, jumlah modal, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga.
7. Masalah adalah hal- hal yang dihadapi oleh P3A yaitu masalah eksternal dan
internal 10.Upaya-upaya adalah hal- hal yang dilakukan untuk mengatasi masalah- masalah
yang ada di P3A
Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di desa Sentang dan desa Makmur kecamatan Teluk
Mengkudu, Kabupaten serdang Bedagai 2.
Petani sampel adalah petani padi sawah yang menjadi anggota P3A yang berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum
3. Organisasi P3A yang aktif adalah organisasi P3A yang masih menjalankan
fungsinya sebagai organisasi dilihat dari adanya kegiatan dalam organisasi tersebut
4. Waktu penelitian dilakukan tahun 2009
Universitas Sumatera Utara
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL
Deskripsi Daerah Penelitian 1. Desa Makmur
Luas dan Topografi Desa
Desa Makmur berada di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3.500 Ha. Jumlah penduduk desa
Makmur sebanyak 1.736 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Desa ini memiliki jarak ± 4 Km ke ibukota kecamatan, 15 Km ke ibukota
kabupaten dan 65 Km ke ibukota Provinsi kota Medan. Keadaan musim yang menonjol didesa ini adalah musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan rata- rata tiap tahun
berkisar 1500 mm
3
sd 1700 mm
3
, Tinggi dari permukaan laut sekitar 0 sampai 8 meter. Ada 3 tipe lahan di desa Makmur yaitu: sawah, lahan kering, dan perkebunan.
Dari ke tiga tipe lahan tersebut yang paling luas adalah lahan sawah. Adapun batas- batas desa Makmur yang merupakan daerah penelitian sebagai berikut:
Sebelah Utara berbetasan dengan Desa Pematang Guntung
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bedagai
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Matapao
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Jadi
Universitas Sumatera Utara
Keadaan Penduduk
Desa penelitian ini memiliki penduduk 1.736 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Makmur, Tahun 2009
No Jenis Kelamin
Jumlah jiwa Persentase
1 Laki- laki
363 20,91
2 Prempuan
843 48,55
Total
1.736 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Berdasarkan Tabel 6 diatas diketahui jumlah penduduk yang dominan di desa Makmur adalah berjenis kelamin prempuan sebanyak 843 jiwa atau 48,55 dari
keseluruhan jumlah penduduk.
Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Makmur, Tahun 2009
No Data Umur tahun
Jumlah jiwa Persentase
1 0 – 4
221 12,73
2 5 – 9
200 11,52
3 10 – 14
184 10,59
4 15 – 19
163 9,38
5 20 – 24
141 8,12
6 25 – 64
775 44,64
7 65
52 2,99
Total
1.736 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia produktif 1.079 jiwa atau 62,14 yang berarti bahwa sebagian besar penduduk di desa
Universitas Sumatera Utara
Makmur ini masih berusia produktif. Hal ini memungkinkan ketersediaan tenaga kerja yang relatif tinggi.
Desa Makmur juga termasuk desa yang cukup luas yang dihuni beraneka ragam suku heterogen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Distribusi penduduk desa Makmur
menurut suku bangsa, suku yang paling mendominasi di desa ini adalah suku Jawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Makmur, Tahun 2009 No
Suku Bangsa Jumlah Jiwa
Persentase
1 Jawa
625 36,00
2 Melayu
42 2,41
3 Batak
562 32,34
4 Banjar
134 7,71
5 Lainnya
373 21,48
Total
1.736 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa di desa Makmur terdapat berbagai suku bangsa heterogen, dari beberapa jenis suku bangsa diatas dapat diketahui suku
bangsa Jawa merupakan suku yang paling dominan menempati desa Makmur sebanyak 625 jiwa atau 36,00, kemudian suku terbesar kedua adalah suku Batak sebanyak 562
jiwa atau 32,34, Suku Banjar sebanyak 134 jiwa atau 7,71, suku Melayu sebanyak 42 jiwa atau 2,41, dan suku lainnya sebanyak 373 jiwa atau 21,48.
Sebagai daerah pertanian, penduduk desa Makmur pada umumnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel komposisi
penduduk berdasarkan mata pencaharian, berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Makmur, Tahun 2009
No Jenis Mata Pencaharian
Jumlah Jiwa Persentase
1 Petani
328 72,88
2 Pedagang
65 14,44
3 Pegawai Negri
14 3,11
4 Karyawan Swasta
4 0,88
5 Karyawan Perkebunan
16 3,55
6 Lainnya
23 5,11
Total
450 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Makmur bermata pencaharian dari sektor pertanian yaitu sebesar 328 jiwa atau 72,88.
Hal ini didukung tersedianya sumber daya alam yang memadai dan sumber daya manusia yang mendukung untuk sektor pertanian, sehingga pekerjaan disektor ini yang paling
potensial untuk dikembangkan. Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Makmur, Tahun 2009 No
Agama Jumlah Jiwa
Persentase
1 Islam
1.497 86,23
2 Kristen protestan
235 13,53
3 Katolik
4 0,23
Total
1.736 100
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 11. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Makmur beragama Islam yaitu: 21.497 Jiwa atau 86,23, Agama Kristen Protestan
sebanyak 235 jiwa atau 13,53 dan penduduk yang beragama katolik sangat sedikit dengan jumlah 4 jiwa atau 0,23.
Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik fasilitas sarana dan Prasarana desa pendukung maka akan
mempercepat laju perkembangan dari desa tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya fasilitas sarana dan prsarana yang ada di desa Makmur dapat dilihat pada Tabel berikut
ini;
Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Makmur, Tahun 2009 No
Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
1 Madrasah Ibtidaiyah Swasta
1 2
SD Negeri 1
3 Mesjid
2 4
Langgar 4
5 Gereja
1 6
Balai Pertanian desa 1
7 Kantor Kepala Desa
1 8
Kedai sampah kedai kopi 16
9 Balai Desa
1 10
Bengkel sepeda 1
11 Kilang padi
1 12
Galon kecil 2
13 Puskesmas
1 14
Posyandu 1
15 PLN
Ada
Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di desa Makmur dapat dikatakan cukup memadai karena telah tersedianya fasilitas sarana dan
prasarana desa seperti yang tertera pada Tabel diatas.
2. Desa Sentang Luas dan Topografi Desa