P3A yang berbadan hukum P3A Makmur adalah:

3. Dari hasil analisis Regresi Linear Berganda yang diuji pada ke dua organisasi P3A yaitu P3A Makmur dan P3A Sentang dapat di peroleh perbedaan: Secara Serempak kelima karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur berpengaruh nyata terhadap ketaatan anggota P3A membayar iuran, Sementara pada kelima karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang tidak berpengaruh nyata terhadap ketaatan anggota P3A membayar iuran. Secara parsial karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur yaitu: ”Umur dan Pengalaman bertani tidak berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran, sementara ” Tingkat pendidikan, Jumlah tanggungan, dan Luas lahan” berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran. Sedangkan karakteristik sosial ekonomi P3A Sentang yaitu: hanya ”Umur” yang berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran, sementara ”tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan” tidak berpengaruh nyata terhadap ketaatan membayar iuran. 4. Hasil korelasi Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur dengan ketaatan membayar iuran yaitu: ”Umur”memiliki hubungan yang sedang dengan ketaatan membayar iuran, ”Tingkat pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” tidak ada hubungan dengan ketaatan membayar iuran, sementara ”Pengalaman bertani” memiliki hubungan yang lemah dengan ketaatan membayar iuran, dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang kuat dengan ketaatan membayar iuran. Sedangkan hasil Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang dengan ketaatan membayar iuran yaitu: ”Umur”, ”Pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” memiliki hubungan yang lemah, Sementara ”Pengalaman bertani” dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang sedang. 5. Dari hasil analisis korelasi yang di uji bahwa ke dua organisasi P3A yaitu P3A Makmur P3A yang berbadan hukum dan P3A Sentang P3A yang belum berbadan hukum memiliki perbedaan yaitu: Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Makmur yaitu: ”Umur”memiliki hubungan yang sedang dengan ketaatan membayar iuran, ”Tingkat pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” tidak ada hubungan dengan ketaatan membayar iuran, sementara ”Pengalaman bertani” memiliki hubungan yang lemah dengan ketaatan membayar iuran, dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang kuat dengan ketaatan membayar iuran. Sedangkan Karakteristik sosial ekonomi anggota P3A Sentang yaitu: ”Umur”, ”Pendidikan” dan ”Jumlah tanggungan” memiliki hubungan yang lemah, Sementara ”Pengalaman bertani” dan ”Luas lahan” memiliki hubungan yang sedang.

6. P3A yang berbadan hukum P3A Makmur adalah:

Pada organisasi P3A Makmur tidak ada masalah yang terjadi karena struktur dan uraian tugas yang sudah jelas diatur dalam Surat Keputusan Badan Hukum Organisasi P3A Makmur. P3A yang belum berbadan hukum P3A Sentang adalah : o Masalah yang terjadi pada P3A Sentang yaitu Sulitnya pengurus P3A dalam membagi air kesawah- sawah petani karena tidak adanya sanksi terhadap petani yang melanggar peraturan. Upaya yang dilakukan adalah mengajak petani untuk rapat tentang pembagian air secara berulang- ulang dan memberi penyuluhan tentang pembagian air. Universitas Sumatera Utara o Apabila P3A Sentang mengajukan Proposal tidak pernah ditanggapi pemerintah karena belum berbadan hukum atau tidak memiliki SK, sehingga bantuan dari pemerintah tidak begitu dirasakan P3A sentang. Upaya yang dilakukan adalah tetap membuat dan menjatuhkan proposal tentang kebutuhan P3A kepada pihak pemerintah, sembari mengurus Surat Keputusan Badan Hukum P3A Sentang. o Sebagian anggota P3A Sentang sulit membayar iuran bahkan tidak membayar iuran P3A selama dalam satu tahun tertentu dua kali musim tanam Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya, apabila tidak membayar iuran selama kurun waktu yang ditentukan, maka pengurus P3A Sentang memberikan peringatan selama dua kali. Apabila tidak di tanggapi juga maka pengurus P3A Sentang melaporkan masalah tersebut kepada Kepala Desa agar menyelesaikan masalah tesebut, dan biasanya setelah di sampaikan kepada Kepala desa masalah tersebut dapat diselesaikan, dimana anggota P3A tersebut langsung membayar iuran yang menjadi kewajibannya. Kata Kunci: Perbandingan, P3A Berbadan Hukum, P3A yang Tidak Berbadan Hukum Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latarbelakang Petani Indonesia telah mengenal irigasi sejak zaman kerajaan Hindu. Jaringan- jaringan irigasi masih sangat sederhana digunakan untuk mendukung pertanian padi sawah. Meskipun jaringan- jaringan itu sangat sederhana akan tetapi pembangunan, operasi dan pemeliharaan OP-nya memerlukan pengerahan tenaga. Oleh karena itu kerja sama merupakan syarat mutlak dan landasan bagi munculnya nilai- nilai yang menekan kebersamaan dan kemerataan. Ciri penting jaringan irigasi petani pada saat itu adalah sederhana secara teknis, luas oncoran terbatas, mereka mengatur sendiri kehidupan bersama otonom dan dalam status yang demikian mereka adalah pemilik dan sepenunhya berkuasa atas jaringannya Siskel dan Hutapea, 1995 Untuk itu para petani membentuk suatu organisasi yang dinamakan Perkumpulan Petani Pemakai Air P3A yang tahap demi tahap akan berkembang menjadi suatu unit yang secara organisator, teknis dan financial mampu melaksanakan tugas dan kewajiban pembangunan, rehabilitasi, eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta bangunan pelengkapnya dalam petak tersier dan irigasi pedesaan, baik yang berstatus irigasi desa maupun subak Pusposutardjo, 2001 Agar organisasi P3A di akui keberadaannya maka organisasi P3A harus memiliki Badan hukum atau SK yang sah yang bertujuan untuk pemberdayaan P3A. Organisasi P3A yang sudah berbadan hukum merasa kuat. Sehingga posisinya sama seperti perusahaan-perusahaan lain. Dari segi teknis agar P3A mampu mengelola jaringan irigasi, meskipun hanya pada taraf jaringan sekunder atau tersier. Berbadan hukum di sini berarti organisasinya legal, diakui keberadaannya oleh aparat maupun masyarakat. Universitas Sumatera Utara Sehingga ke depan mempunyai bargaining position terhadap pihak-pihak yang ingin bekerjasama dengan P3A Ambler, 1992 Dalam organisasi P3A terdapat istilah IPAIR Iuran pelayanan air irigasi, yang merupakan hal mutlak dalam P3A yang menekankan bahwa IPAIR itu “dari, oleh, dan untuk” petani pemakai air. Berikut siklus penyetoran dan penggunaan dana IPAIR sesuai Pasca Inpres No 31999, yaitu: a Petugas blokpetak sawah memungut IPAIR dari para anggotanya menyetorkannya kebendahara P3A. Besarnya IPAIR ditentukan oleh P3A Gabungan bersama-sama Bamus Kabupaten dan Kecamatan, dan juga dengan melibatkan para petugas blokpetak. b Bendahara P3A bertugas menyetorkan sebagian IPAIR tersebut ke P3A Gabungan dan besarnya sesuai keputusan yang telah disepakti. c Ditingkat P3A Gabungan selanjutnya dana IPAIR tersebut dikelola untuk dana OP dan membiaya keberlangsungan dari organisasi tersebut. d Pada pola sebelum Inpres No.31999 kelemahnya adalah “tidak semua dana IPAIR” tersebut dikembalikan ke petani. Hal ini sangat terasa terutama pada saluran P3A yang tidak kebagian proyek OP, sehingga menyebabkan petani kurang bersemangat untuk membayar IPAIR Dinas PU Pengairan, 1999 Berdasarkan permasalahan yang berkembang didaerah penelitian bahwa rendahnya ketaatan anggota P3A yang tidak berbadan hukum untuk membayar iuran. Hal itu mengakibatkan kehidupan organisasi P3A kurang terlaksana disebabkan IPAIR yang tidak dapat terkumpul semua. Hal itu terjadi karena kurang tegasnya sanksi yang diberikan kepada petani yang tidak membayar iuran. Universitas Sumatera Utara Organisasi P3A yang tidak berbadan hukum sangat diharapkan supaya memiliki badan hukum dan SK yang jelas agar kehidupan organisasi P3A terlaksana dengan baik dan memiliki bargaining position di masa yang akan datang. Kinerja P3A membantu pembangunan desa dan perkembangan sektor pertanian karena Pembangunan Pertanian berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan menyumbang penerimaan devisa dan pendapatan produk domestik bruto daerah PDRB. Pada Tahun 2003 sektor pertanian menyerap sekitar 56,03 tenaga kerja dan menyumbang 29,33 pada PDRB Sumatera Utara. www.binaswadaya.com , 2009 Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten penghasil produksi beras yang tinggi atau disebut juga kabupaten lumbung padi di provinsi sumatera utara. Sebagai daerah lumbung beras plus di Sumatera Utara menjawab kepercayaan daerah yang meraih penghargaan Ketahanan Pangan tingkat Nasional, Pemkab Serdang Bedagai sangat serius dalam memacu laju pembangunan di sektor pertanian dengan memformulasikan kebijakan-kebijakan program pembangunannya serta upaya-upaya diversifikasi dan merangkul berbagai pihak untuk turut berpartisipasi membantu pengembangannya,. Komitmen ini terlihat dari upaya Pemkab Serdang Bedagai yang membentuk dan melibatkan langsung 4 lembaga Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yakni, Dinas Pertanian dan Perternakan Distannak, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air PSDA, Badan Ketahanan Pangan BKP dan Badan Penyuluhan Pertanian . Untuk meningkatkan produksi padi, organisasi P3A cukup efektif untuk mendukung usaha tani petani. Organisasi P3A dikabupaten Serdang Bedagai sudah cukup Universitas Sumatera Utara berkembang, maka untuk mengetahui jumlah organisasi P3A yang terdapat di Kabupaten Serdang Bedagai yang terdiri dari 17 kecamatan, dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1 Jumlah Organisasi P3A di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008 No Kecamatan Jumlah P3A 1 Kotarih Tidak ada 2 Silinda Tidak ada 3 Bintang Bayu Tidak ada 4 Dolok Masihul 10 5 Serba Jadi 3 6 Sipispis 1 7 Dolok Merawan Tidak ada 8 Tebing Tinggi 6 9 Tebing syah Bandar 1 10 Bandar Khalipah 3 11 Tanjung Beringin 1 12 Sei Rampah 4 13 Sei Bamban 8 14 Teluk Mengkudu 7 15 Perbaungan 19 16 Pengajahan 7 17 Pantai Cermin 10 Jumlah 80 Sumber: Dinas Pertanian serdang Bedagai, 2009 Dari tabel 1.1 dapat kita mengetahui jumlah organisasi P3A yang terdapat di Kabupaten serdang Bedagai adalah 80 Unit P3A, dimana terdiri dari organisasi P3A yang Berbadan Hukum BH dan Tidak Berbadan Hukum TBH. Adapun kecamatan yang menjadi daerah penelitian ini adalah Kecamatan Teluk Mengkudu. Alasan memilih kecamatan Teluk Mengkudu menjadi daerah penelitian karena organisasi P3A yang terdapat dalam kecamatan ini memenuhi kriteria untuk penelitian, dimana kecamatan ini merupakan kecamatan yang memiliki jumlah P3A yang mendekati hasil rata-rata uji statistik yang terdapat dalam setiap kecamatan yang ada di kabupaten Serdang Bedagai. Dikecamatan Teluk Mengkudu terdapat 7 Organisasi P3A yang terdiri dari 4 unit organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan 3 unit organisasi P3A yang Tidak Berbadan Universitas Sumatera Utara Hukum. Untuk mengetahui jumlah organisasi P3A dan Nama organisasi P3A yang terdapat dikecamatan Teluk Mengkudu dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2. Jumlah Organisasi P3A dan Jumlah Anggota P3A di Kecamatan Teluk Mengkudu Tahun 2008 No Desa Nama P3A Jumlah Anggota jiwa BH TBH 1 Matapao Sari Nande 32 1 - 2 Sei Buluh Tirta sari 230 1 - 3 Pem.Setrak Tirta Yasa 135 1 - 4 Sentang Sentang 102 - 1 5 Pasar Baru Tirta sari baru 94 - 1 6 Makmur Makmur 160 1 - 7 Pem.Guntung Pem.Guntung 240 - 1 Jumlah 973 4 3 Sumber: Dinas Pertanian serdang Bedagai, 2009 Dari tabel diatas dapat kita ketahui ada 3 organisasi P3A yang Belum Berbadan Hukum dan 4 organisasi P3A Berbadan Hukum. Maka dalam penelitian ini yang menjadi daerah penelitian ada 2 organisasi P3A yaitu P3A Sentang yang terdapat didesa Sentang, yang mewakili P3A yang Tidak Berbadan Hukum dengan jumlah anggota 102 jiwa. Sedangkan daerah penelitian ke dua adalah P3A Makmur yang terdapat didesa Makmur kecamatan Teluk Mengkudu merupakan P3A yang mewakili P3A yang Berbadan Hukum, dimana memiliki jumlah anggota 160 jiwa. Identifikasi Masalah 1. Bagaimana perkembangan organisasi P3A didaerah penelitian selama 5 tahun terakhir yang diamati dari jumlah anggota P3A, jumlah P3A dan P3A yang Berbadan hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum? Universitas Sumatera Utara 2. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian? 3. Bagaimana perbedaan pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian? 4. Bagaimana hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian? 5. Bagaimana Perbedaan hubungan karakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian? 6. Apakah ada masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yang berbadan hukum dan P3A yang tidak berbadan hukum dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perkembangan organisasi P3A selama 5 tahun didaerah penelitian terakhir yang diamati dari jumlah anggota, jumlah P3A, dan jumlah P3A yang Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum 2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik social ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian Universitas Sumatera Utara 3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh karakteristik social ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Belum Berbadan Hukum didaerah penelitian 5. Untuk mengetahui perbedaan hubungan karakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 6. Untuk mengetahui masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yang berbadan hukum dan P3A yang tidak berbadan hukum dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi petani anggota P3A dalam kegiatan usaha taninya 2. Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti terutama yang berhubungan dengan perkembangan organisasi P3A di kabupaten Serdang Bedagai 3. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan Universitas Sumatera Utara TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Salah satu faktor dari usaha peningkatan produksi pangan khususnya padi, adalah tersedinya air pengairan irigasi disawah – sawah sesuai dengan kebutuhan. Tidak saja jaringan pengairan irigasi utama yang baik perlu diutamakan, melainkan jaringan tersier pun perlu mendapat perhatian. Partisipasi P3A dalam pembangunan perlu ditingkatkan dengan cara memfasilitasi, agar dapat mengembangkan kemampuan sendiri dibidang teknis, keuangan , manajerial administrasi dan organisasi secara mantap agar dapat mengelola daerah irigasireklamasi rawa secara mandiri dan berkelanjutan dalam proses yang dinamis dan yang bertanggungjawab Soekarto dan Hartoyo, 1980 Agar petani dapat berperan secara efektif dalam pengelolaan jaringan irigasi, mereka harus terhimpun dalam organisasi sehingga kabutuhan yang sama dan keinginan berbeda dapat ditangani. Organisasi yang dimaksud adalah organisasi petani pemakai air atau disingkat menjadi P3A. Organisasi ini dibentuk oleh petani sendiri secara demokratis termasuk kelembagaan local pengelola air irigasi Departemen dalam negeri, 1992 P3A adalah Perkumpulan Petani Pemakai Air, P3A juga merupakan organisasi Sosial yang memiliki anggota terdiri dari petani- petani yang berada di sekitar wilayah pertanian sawah setempat, dimana organisasi P3A memiliki kegiatan mengelola air agar air tersedia dengan baik untuk lahan persawahan petani Mosher, 1983 Kegiatan organisasi P3A antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Pengembangan sumber daya manusia seperti peningkatan kemampuan pengurus dan petugas serta penambahan atau pengurangan petugas 2. Mengadakan rapat antara anggota dan pengurus yang membahas kebijakan dan permasalahan yang akan diambil dalam pengelolaan irigasi 3. Mengadakan pemungutan iuran pelayanan irigasi IPAIR guna pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi 4. Mengatur pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan kelebihan air irigasi 5. Mengadakan gotong royang guna pemeliharaan saluaran dan bangunan irigasi 6. Mengajukan permohonan bantuan dan fasilitas kepada pemerintah 7. Melaksanakan ADART seperti: Penerapan sanksi yang tegas kepada anggota yang melanggar ADART Departemen Dalam Negeri, 1992 P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak dibawah pemerintahan desa. Organisasi ini boleh berkembang menjadi organisasi yang tidak hanya mengurusi masalah air, tetapi juga dapat berkembang menjadi usaha ekonomi jika hal itu dikehendaki anggotanya Hansen dkk,1992 Adapun yang menjadi maksud dan tujuan organisasi P3A adalah; 1. Agar pengelolaan air pengairan bagi kepentingan bersama dapat dilakukan secara mantap, tertib dan teratur malalui perkumpulan. Karena perkumpulan dapat mengeluarkan ketentuan- ketentuan yang mengikat dan memuaskan bagi para anggotanya Universitas Sumatera Utara 2. Dengan adanya ketentuan-ketentuan tersebut yang pada dasarnya disepakati bersama oleh para anggotanya, perkumpulan dengan didukung kewajiban- kewajiban para anggotanya akan dapat meleksanakan dan meningkatkan pemeliharaan jaringan pengairan dalam wilayah kerja yang menjadi tanggung jawab secara mantap dan teratur 3. Agar dengan adanya perkumpulan, para petani anggotanya dapat tenang dan bergairah melaksanakan usaha taninya karena selain kebutuhan air pengairan tercukupi, juga dalam pelaksanaan usaha taninya itu akan dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pertanian dan pengairan Kartasapoetra dan Mul, 1994 Syarat–syarat organisasi P3A yang berbadan hukum adalah: o Memiliki ADART yang jelas yang telah di sepakati oleh anggota dan pengurus P3A o Memiliki anggota minimal 15 orang yang berprofesi sebagai petani o Adanya pengurus yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara beserta ili-ili yang merupakan ketua blok. o Adanya kas IPAIR organisasi sebagai pendukung kegiatan organisasi P3A Dinas Pengelola Sumber Daya Air Kab. Serdang Bedagai, 2008 Tugas pokok P3A secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Melakukan pemeliharaan dan perbaikan jaringan-jaringan pangairan tersier dan pedesaan Universitas Sumatera Utara 2. Membuat peraturan- pertauran dan ketentuan pembagian air pengairan serta pengamatan jaringan-jaringan pengairan agar terhindar dari perusahaan sipembutuh air pengairan yang hanya mementingkan diri sendiri 3. Mengatasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang timbul dan terjadi diantara para anggota patani pemakai air pengairan didalam pengelolaan air pengairan 4. Mengumpulkan dan mengurus iuran pembiayaan bagi kegiatan eksploitasi dan pemeliharaan bangunan dan jaringan pengairan dari para anggota petani pemakai air yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah diantara mereka 5. Sebagai badan masyarakat meujudkan peran serta nya kepada pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan- persoalan pengairan dan pertanian Wahyuni, 1999 Secara teknis jaringan irigasi dibagi menjadi jaringan primer, sekunder dan tersier. Dari klasifikasi tersebut pengawasannya atau pengelolaannya diatur sebagai berikut: 1. Jaringan primer dan sekunder dilakukan oleh aparat pemerintah daerah tingkat I, dahulu oleh dinas pertanian dengan perangkatnya. 2. Jaringan tersier, diserahkan kepada petani pemakai air. Lain halnya atas jaringan irigasi yang pembangunannya dilaksanakan oleh badan hukum badan sosial perorangan untuk kepantingan uasahanya, kesemuanya diserahkan pengurusannya kepada yang bersangkutan Ambler, 1992 Landasan Teori Sektor pertanian pada dasarnya adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup petani yang dicapai melalui strategi investasi dan kebijakan pengembangan Universitas Sumatera Utara profesionalitas dan produktifitas tenaga kerja pertanian. Pengembangan IPTEK disertai penataan dan pengembangan kelembagaan pedesaan secara konseptual maupun empiris, sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan ekonomi nasional termasuk dalam meningkatkan kesejahteraan petani Kuswanto, 1993 Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan- kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini menyusun proses interaksi diantara orang- orang yang bekerja sama didalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja. Perilaku organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu system studi dari sifat organisasi seperti misalnya: bagaimana organisasi dimulai, tumbuh dan berkembang dan bagaimana pengaruhnya terhadap anggota- anggota sebagai individu, kelompok pemilih, organisasi lainnya dan institusi –institusi yang lebih besar Thoha, 1983 Irigasi mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pangan yaitu: 1. Menyediakan air untuk tanaman dan dapat digunakan untuk mengatur kelembaban tanah 2. Membantu menyuburkan tanah melalui bahan- bahan kandungan yang dibawa oleh air 3. Memungkinkan penggunaan pupuk dan obat-obatan dalam dosis tinggi 4. Dapat menekan pertumbuhan gulma 5. Dapat menekan perkembangan hama penyakit tertentu 6. Memudahkan pengolahan tanah Pasandaran, 1991 Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, agar kegiatan keirigasian tersebut dapat terorganisasi dengan baik diperlukan suatu wadah yang dapat mengatur kegiatan- kegiatan tersebut dan perkumpulan petani pemakai air P3A, dianggap wadah yang cocok dan sesuai dalam membantu kegiatan keirigasian dan juga dianggap dapat mensukseskan program- program dibidang pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah Siskel dan Hutapea, 1995 Persatuan Petani Pemakai Air P3A merupakan organisasi sosial petani, yang tidak berinduk atau bernaung pada golongan atau partai politik, merupakan organisasi yang bergerak dibidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan –kepentingan melangsungkan usaha tani bersama Asnawi, 1992 Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung pada jumlah penduduk usia kerja. Ketaatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan ekonomis. Faktor-faktor tersebut adalah umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, pendapatan, dan jumlah tanggungan Manning C dan Bakir Z, 1984 Faktor pendidikan, pendapatan, dan umur merupakan faktor yang dapat mempengaruhi ketaatan seserang dalam mengelola usahataninya. Dengan tingkat pendidikan yang lebih baik diharapkan masyarakat akan lebih taat dalam mengikuti kegiatan dalam suatu perkumpulan. Tingkat pendidikan dan umur nampak pada kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah yang timbul dan bagaimana masyarakat dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah tersebut Gustina, 2001 Universitas Sumatera Utara Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat tergantung kepada faktor ekstern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya : umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani sedangkan factor- factor ekonomi diantaranya adalah: tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usaha tani yang dimiliki oleh petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usaha tani Soekartawi, 1995 Kerangka Pemikiran Sistem irigasi yang baik akan memberi perubahan terhadap sector pertanian, dimana akan meningkatkan produktifitas usaha tani khususnya pada petani anggota P3A yang taat akan peraturan yang telah ditetapkan dalam organisasi Petani pamakai air. Oleh sebab itu organisasi P3A sangatlah perlu ditingkatkan untuk kemajuan pembangunan pertanian. Dan untuk meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya. Pada penelitian ini ada dua jenis organisasi P3A yaitu Organisasi P3Ayang memiliki legalitas Berbadan hukum P3A yang memiliki struktur dan pengorganisasian yang jelas dan memberikan sanksi kepada anggota maupun pengurus yang tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan dan P3A yang tidak berbadan Hukum dimana P3A yang tidak memiliki legalitas badan hukum. P3A terdiri dari anggota yaitu para petani yang memiliki nasib sepenanggungan dan tujuan yang sama, selain itu ada juga pengurus P3A yang dipilih langsung oleh anggota untuk mengatur dan menjalankan peraturan P3A yang telah disepakati bersama. Sebagai anggota P3A, ketaatan membayar iuran merupakan hal yang mutlak untuk dipatuhi. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini hanya ketaatan membayar iuran yang dilihat pengaruhnya terhadap karakteristik sosial ekonomi petani tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, luas lahan jumlah tanggungan. Dalam pelaksanaan ketaatan tersebut akan ada masalah-masalah yang terjadi yaitu masalah eksternal dan internal. Masalah dapat timbul dari petani itu sendiri sebagai anggota bahkan juga dari pengurus itu sendiri, mungkin disebabkan factor- factor yang tidak dapat diduga. Dalam hal ini perlu dilakukan upaya –upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut untuk perkembangan organisasi P3A, dan juga untuk mencapai tujuan organisasi P3A. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN Universitas Sumatera Utara Keterangan: Ada hubungan Petani P3A TidakBerbadan hukum Karakteristik 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pengalaman bertani 4. Jumlah tanggungan 5. Luas lahan Anggota Berbadan Hukum Ketaatan Membayar Iuran Universitas Sumatera Utara Kerangka pemikiran hubungan pengaruh Keterangan Menyatakan pengaruh atau hubungan X1 : umur X2 : pendidikan X3 : pengalaman bertani X4 : jumlah tanggungan X5 : luas lahan Y : ketaatan membayar iuran X1 X2 X3 X4 X5 Y Universitas Sumatera Utara Hipotesis Penelitian 1. Terdapat Perkembangan organisasi P3A didaerah penelitian selama 5 tahun terakhir 2. Ada pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap ketaatan menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 3. Ada Perbedaan pengaruh kerakteristik social ekonomi petani terhadap ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 4. Ada hubungan kerakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 5. Ada perbedaan hubungan kerakteristik social ekonomi petani dengan ketaatan membayar iuran menjadi anggota P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum didaerah penelitian 6. Ada masalah- masalah yang terjadi dalam organisasi P3A yaitu masalah internal dan eksternal dan ada upaya –upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah- masalah tersebut. Universitas Sumatera Utara METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Makmur dan Desa Sentang kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai. Adapun alasan pemilihan kecamatan tersebut adalah karena kecamatan ini memiliki jumlah P3A yang mendekati rata- rata jumlah seluruh P3A yang ada dikabupaten Serdang Bedagai di bagi dengan jumlah seluruh P3A dari setiap kecamatan, dimana terdapat 7 unit organisasi P3A yang terdiri dari 4 organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan 3 unit organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum. Selain itu kecamatan ini terkenal dengan P3A nya yang berprestasi sampai pada tingkat nasional dan di kecamatan inilah juga terletak kantor Dinas Pertanian Serdang Bedagai, sehingga mudah dalam pencarian sumber informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Dan alasan pemilihan kedua desa tersebut adalah karena desa ini merupakan desa yang memiliki sistem pengorganisasian P3A yang jelas. Selain itu juga kedua desa ini tidak terlalu jauh letaknya dengan kantor BP4K, dan juga dekat dengan kota sehingga mudah dalam pencarian sumber informasi yang berhubungan dengan penelitian ini. Kedua desa ini saling berdekatan sehingga sangat mendukung penelitian. Selain alasan diatas, kedua desa tersebut merupakan desa pertanian yang memiliki organisasi P3A yang aktif. Dalam penelitian ini diambil 2 P3A yang menjadi daerah penelitian untuk mengetahui perkembangan organisasi P3A di kabupaten Serdang Universitas Sumatera Utara Bedagai dengan membandingkan organisasi P3A yang berbadan hukum yaitu P3A Makmur dan P3A yang tidak berbadan hukum yaitu P3A Sentang. Metode Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah anggota organisasi P3A di Desa Makmur dan Desa Sentang kecamatan Teluk mengkudu, kabupaten Serdang Bedagai. Jumlah organisasi P3A yang terdapat di kecamatan tersebut sebanyak 7 organisasi P3A yang terdiri dari 4 organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan 3 organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum. Metode penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana simple random sampling yaitu dengan mengambil 30 anggota organisasi P3A yang Berbadan Hukum dan mengambil 30 anggota dari organisasi P3A yang Tidak Berbadan Hukum. Tabel 3. Jumlah populasi dan Sampel Organisasi P3A di kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008 No Desa Nama P3A Anggota P3A Populasi Sampel 1 Sentang Sentang 102 30 2 Makmur Makmur 160 30 Jumlah 262 60 Sumber: Dinas Pertanian kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar kuesioner. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Serdang Bedagai, Kantor kepala desa Makmur, kantor kepala desa Sentang. Jenis dan sumber data yang akan di tampilkan dapat dilihat pada tabel 4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data No Jenis data Sumber data Metode Alat pengumpulan data 1 Identitas a. Petani b. Pengurus Petani anggota Pengurus P3A Wawancara Kuesioner 2 Jumlah dan Legalitas P3A menurut kecamatan Dinas Pertanian dan Peternakan Wawancara Pencacatan data 3 Jumlah, luas wilayah dan legalitas P3A menurut desa Dinas Pertanian dan Peternakan Wawancara Pencacatan data 4 Pelaksanaan kegiatan P3A Petani anggota dan pengurus P3A Wawancara Pencacatan data 5 Data organisasi P3A PPL Kecamatan Wawancara Pencacatan data 6 Deskripsi daerah penelitian Kepala desa Wawancara Pencacatan data 7 Perkembangan organisasi P3A selama 5 tahun terakhir Petani anggota dan pengurus P3A Wawancara Pencacatan data 8 Masalah- masalah dalam organisasi P3A Petani anggota dan pengurus P3A Wawancara Pencacatan langsung 9 Upaya- upaya dalam mengatasi masalah Pengurus P3A, Dinas Pertanian Wawancara Pencacatan langsung Metode Analisis Data 1. Untuk menguji hipotesis 1, 3, 5, dan 6 digunakan analisis metode deskriptif 2. Untuk menguji hipotesis 2 digunakan analisis dengan metode regresi linear berganda sebagai berikut: Ŷ= a + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b 3 x 3 + b 4 x 4 + b 5 x 5 + ......... b n x n Dimana: Ŷ= Ketaatan Membayar Iuran x 1 = Umur petani tahun x 2 = tingkat pendidikan tahun x 3 = Pengalaman bertani tahun Universitas Sumatera Utara x 4 = luas lahan Ha x 5 = jumlah tanggungan jiwa b 1 ,b 2, b 3, b 4, b 5,……… = koefisisen regresi Untuk melihat apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap ketaatan membayar iuran P3A sampel digunakan dengan uji F: F hitung = r 2 ∕ k 1-r 2 n-k-1 r 2 = JK reg ∑y 2 Dengan ketentuan: r 2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas pembilang Kriteria uji serempak: Fhit Ftabel 0,05 tabel... Hipotesis Ho diterima Fhit Ftabel 0,05 tabel... Hipotesis Ho ditolak Marsono, 2004 3. Untuk hipotesis 4 dianalisis dengan metode korelasi Rank Spearman sebagai berikut: N N di r N i s − − = ∑ = 3 1 2 6 1 Universitas Sumatera Utara Dimana: r s = Koefisien Korelasi rank spearman di= Selisih antara peringkat faktor sosial dan ekonomi dengan skore ketaatan petani terhadap organisasi P3A N= Jumlah anggota P3A sampel Dan diuji dengan uji signifikasi, dengan rumus sebagai berikut: rs n r t s h − − = 1 2 Dengan uji kriteria sebagai berikut: Ho diterima apabila t hit ≤ t tabel : Tidak ada hubungan Ho ditolak apabila t hit ≥ t tabel : Ada hubungan Djarwanto, 2003 Tabel 5. Parameter Ketaatan Membayar Iuran P3A untuk menguji Hipotesis No Parameter Kriteria Skor 1 Rutin membayar iuran P3A o Selalu membayar iuran setiap musim tanam 2 kali dalam satu tahun o Jarang membayar iuran P3A, hanya 1 kali dalam satu tahun o Tidak pernah membayar iuran P3A dalam satu tahun 3 2 1 Universitas Sumatera Utara 2 Ketepatan waktu membayar iuran P3A o Membayar tepat waktu pada saat panen o Membayar iuran setelah lewat satu musim tanam o Membayar iuran setelah lewat satu tahun ≥ 2 musim tanam 3 2 1 3 Ketaatan membayar Iuran itu penting o Penting o Tidak terlalu penting o Tidak penting 3 2 1 4 Iuran itu bermanfaat bagi anggota P3A o Bermanfaat o Tidak terlalu bermanfaat o Tidak bermanfaat 3 2 1 Sehingga dapat diketahui tingkat ketaatan anggota P3A membayar iuran dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu: berada antara 4- 12, apabila skore: Rendah adalah 4–6 Sedang adalah 7–9 Tinggi adalah 10-12 Defenisi dan Batasan Operasional Defenisi 1. Organisasi adalah proses pengindentifikasian dan pengelompokan pekerjaan yang akan dilakukan, merumuskan tanggung jawab dan menyusun hubungan- hubungan dengan maksud memungkinkan orang bekerja sama secara efektif dalam mencapai tujuan. 2. Perkumpulan Pemakai Air P3A merupakan sebuah organisasi social yang dibuat oleh petani yang bergerak dibidang pertanian, khususnya kegiatan mengelola pengairan. Dalam hal ini P3A yang dimaksud sudah berbadan hukum dan belum berbadan hukum Universitas Sumatera Utara 3. Petani sampel adalah petani anggota P3A yang berbadan hukum dan petani anggota P3A yang tidak berbadan hukum 4. Tingkat pendidikan adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah ditempuh untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah 5. Pengalaman bertani adalah berapa lama tahun petani telah bekerja sebagai petani anggota P3A 6. Karakteristik social ekonomi petani adalah sifat- sifat yang khas yang dimiliki oleh petani untuk menjadi anggota P3A seperti: tingkat pendidikan umur, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah modal, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga. 7. Masalah adalah hal- hal yang dihadapi oleh P3A yaitu masalah eksternal dan internal 10.Upaya-upaya adalah hal- hal yang dilakukan untuk mengatasi masalah- masalah yang ada di P3A Batasan Operasional 1. Penelitian ini dilakukan di desa Sentang dan desa Makmur kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten serdang Bedagai 2. Petani sampel adalah petani padi sawah yang menjadi anggota P3A yang berbadan Hukum dan P3A yang Tidak Berbadan Hukum 3. Organisasi P3A yang aktif adalah organisasi P3A yang masih menjalankan fungsinya sebagai organisasi dilihat dari adanya kegiatan dalam organisasi tersebut 4. Waktu penelitian dilakukan tahun 2009 Universitas Sumatera Utara DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian 1. Desa Makmur Luas dan Topografi Desa Desa Makmur berada di Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3.500 Ha. Jumlah penduduk desa Makmur sebanyak 1.736 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Desa ini memiliki jarak ± 4 Km ke ibukota kecamatan, 15 Km ke ibukota kabupaten dan 65 Km ke ibukota Provinsi kota Medan. Keadaan musim yang menonjol didesa ini adalah musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan rata- rata tiap tahun berkisar 1500 mm 3 sd 1700 mm 3 , Tinggi dari permukaan laut sekitar 0 sampai 8 meter. Ada 3 tipe lahan di desa Makmur yaitu: sawah, lahan kering, dan perkebunan. Dari ke tiga tipe lahan tersebut yang paling luas adalah lahan sawah. Adapun batas- batas desa Makmur yang merupakan daerah penelitian sebagai berikut:  Sebelah Utara berbetasan dengan Desa Pematang Guntung  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bedagai  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Matapao  Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Suka Jadi Universitas Sumatera Utara Keadaan Penduduk Desa penelitian ini memiliki penduduk 1.736 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 451 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Makmur, Tahun 2009 No Jenis Kelamin Jumlah jiwa Persentase 1 Laki- laki 363 20,91 2 Prempuan 843 48,55 Total 1.736 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Berdasarkan Tabel 6 diatas diketahui jumlah penduduk yang dominan di desa Makmur adalah berjenis kelamin prempuan sebanyak 843 jiwa atau 48,55 dari keseluruhan jumlah penduduk. Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Makmur, Tahun 2009 No Data Umur tahun Jumlah jiwa Persentase 1 0 – 4 221 12,73 2 5 – 9 200 11,52 3 10 – 14 184 10,59 4 15 – 19 163 9,38 5 20 – 24 141 8,12 6 25 – 64 775 44,64 7 65 52 2,99 Total 1.736 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Berdasarkan Tabel 7 di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang berusia produktif 1.079 jiwa atau 62,14 yang berarti bahwa sebagian besar penduduk di desa Universitas Sumatera Utara Makmur ini masih berusia produktif. Hal ini memungkinkan ketersediaan tenaga kerja yang relatif tinggi. Desa Makmur juga termasuk desa yang cukup luas yang dihuni beraneka ragam suku heterogen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 8. Distribusi penduduk desa Makmur menurut suku bangsa, suku yang paling mendominasi di desa ini adalah suku Jawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Makmur, Tahun 2009 No Suku Bangsa Jumlah Jiwa Persentase 1 Jawa 625 36,00 2 Melayu 42 2,41 3 Batak 562 32,34 4 Banjar 134 7,71 5 Lainnya 373 21,48 Total 1.736 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa di desa Makmur terdapat berbagai suku bangsa heterogen, dari beberapa jenis suku bangsa diatas dapat diketahui suku bangsa Jawa merupakan suku yang paling dominan menempati desa Makmur sebanyak 625 jiwa atau 36,00, kemudian suku terbesar kedua adalah suku Batak sebanyak 562 jiwa atau 32,34, Suku Banjar sebanyak 134 jiwa atau 7,71, suku Melayu sebanyak 42 jiwa atau 2,41, dan suku lainnya sebanyak 373 jiwa atau 21,48. Sebagai daerah pertanian, penduduk desa Makmur pada umumnya memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian, berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Makmur, Tahun 2009 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1 Petani 328 72,88 2 Pedagang 65 14,44 3 Pegawai Negri 14 3,11 4 Karyawan Swasta 4 0,88 5 Karyawan Perkebunan 16 3,55 6 Lainnya 23 5,11 Total 450 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Berdasarkan Tabel 9 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Makmur bermata pencaharian dari sektor pertanian yaitu sebesar 328 jiwa atau 72,88. Hal ini didukung tersedianya sumber daya alam yang memadai dan sumber daya manusia yang mendukung untuk sektor pertanian, sehingga pekerjaan disektor ini yang paling potensial untuk dikembangkan. Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Makmur, Tahun 2009 No Agama Jumlah Jiwa Persentase 1 Islam 1.497 86,23 2 Kristen protestan 235 13,53 3 Katolik 4 0,23 Total 1.736 100 Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 11. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk desa Makmur beragama Islam yaitu: 21.497 Jiwa atau 86,23, Agama Kristen Protestan sebanyak 235 jiwa atau 13,53 dan penduduk yang beragama katolik sangat sedikit dengan jumlah 4 jiwa atau 0,23. Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik fasilitas sarana dan Prasarana desa pendukung maka akan mempercepat laju perkembangan dari desa tersebut. Untuk mengetahui lebih jelasnya fasilitas sarana dan prsarana yang ada di desa Makmur dapat dilihat pada Tabel berikut ini; Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Makmur, Tahun 2009 No Sarana dan Prasarana Jumlah Unit 1 Madrasah Ibtidaiyah Swasta 1 2 SD Negeri 1 3 Mesjid 2 4 Langgar 4 5 Gereja 1 6 Balai Pertanian desa 1 7 Kantor Kepala Desa 1 8 Kedai sampah kedai kopi 16 9 Balai Desa 1 10 Bengkel sepeda 1 11 Kilang padi 1 12 Galon kecil 2 13 Puskesmas 1 14 Posyandu 1 15 PLN Ada Sumber: Kantor Kepala Desa Makmur 2009 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di desa Makmur dapat dikatakan cukup memadai karena telah tersedianya fasilitas sarana dan prasarana desa seperti yang tertera pada Tabel diatas.

2. Desa Sentang Luas dan Topografi Desa

Dokumen yang terkait

Perbedaan Dinamika Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Berbadan Hukum dan Belum Berbadan Hukum (Studi Kasus : Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 3 121

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 7 105

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 2 117

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 12

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 1

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 7

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 16

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 3

Perbedaan Dinamika Organisasi P3A Berbadan Hukum dan P3A Tidak Berbadan Hukum (Studi Kasus: Desa Bandar Jawa dan Desa Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun)

0 0 25

Sikap Petani Terhadap Organisasi PerkumpulamPetani Pengguna Air (P3A) di Desa Sei Buluh (Studi Kasus: Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 12