6. Transaksi yang dimasukkan ke dalam catatan tambahan dan diikhtisarkan
posting dan pengikhtiaran
D. Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas menurut IBK. Bayangkara 2008: 14 efektivitas adalah merupakan tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya
atau merupakan ukuran dari output. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa efektivitas lebih menitik
beratkan tingkat keberhasilan organisasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian efektivitas didasarkan atas sejauh mana tujuan organisasi
dapat dicapai. Jadi, efektivitas merupakan derajat tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai target yang telah ditentukan.
E. Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan yang Efektif
Pengelolaam persediaan barang dagangan merupakan aktivitas yang selalu melekat pada persediaan barang dagangan, karena melalui pengelolaan persediaan
barang dagangan yang efektif akan memberikan pendapatan maksimal bagi perusahaan. Menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin
Fenix Tjendera 2001:428 pengelolaan persediaan secara luas adalah: Secara luas fungsi pengelolaan persediaan meliputi pengarahan arus dan
penanganan barang secara wajar mulai dari penerimaan sampai pergudanagan dan penyimpanan, menjadi barang dalam pengolahan dan barang jadi, sampai berada di
tangan pelanggan. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
pengelolaan barang dagangan terdiri dari: 1.
Prosedur pesanan pembelian barang dagangan
Universitas Sumatera Utara
Biasanya dilakukan oleh departemen pembelian yang dipimpin oleh kepala pembelian umum. Dalam keadaan apapun. Prosedur sistematis harus dinyatakan
dalam bentuk tertulis untuk menetapkan tanggung jawab dan untuk memberi informasi yang lengkap mengenai penggunaan seluruh barang yang terima.
2. Prosedur penerimaan persediaan barang dagangan
Kegiatan dalam prosedur penerimaan persediaan barang dagangan adalah penanganan fisik atas persediaan barang dagangan yang diterima dan
mengirimkannya kepada bagian gudang. Jenis dan kuantitas barang yang diterima harus diverifikasi secara hati-hati. Verifikasi ini dalam perusahaan
besar dilakukan dua kali, pertama pada waktu barang diterima oleh bagian penerimaan dan yang kedua pada waktu barang diterima oleh bagian gudang
untuk disimpan. 3.
Prosedur penyimpanan persediaan barang dagangan Prosedur penyimpanan barang dimulai dari penerimaan barang dari departemen
penerimaan yang dilampirkan dengan laporan penerimaan yang diteruskan ke gudang. Tujuan penyimpanan barang di gudang adalah untuk mencegah dan
mengurangi kerugian yang timbul akibat pencurian dan kerusakan barang. Yang bertanggung jawab disini adalah kepala gudang, artinya barang harus disimpan
dalam gudang agar tetap terjaga baik kualitasnya maupun kuantitasnya. Persediaan barang dagangan yang ada di gudang harus dikelompokkan menurut
jenis, ukuran dan sifat sehingga akan memudahkan bila diperlukan. 4.
Prosedur pengeluaran persediaan barang dagangan Kepala gudang sebagai pejabat bagian penyimpanan biasanya menerima
instruksi tertulis yang didalamnya tercantum ketentuan mengenai pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
barang yaitu bahwa barang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan instruksi dari pejabat yang berwenang atau berdasarkan bon permintaan barang dari bagian
yang memerlukan barang dagangan tersebut. Kepala gudang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengeluaran barang maupun kelengkapan dokumen yang
menyertainya. Surat permintaan barang merupakan dokumen permintaan barang yang ditujukan kepada bagian gudang agar mengeluarkan dan mengangkat
barang ke tempat yang telah ditentukan dan menyerahkan kepada personel yang mengajukan dengan prosedur yang sesuai. Bagian gudang kemudian
mengeluarkan bukti pengeluaran barang yang didistribusikan kepada bagian akuntansi, bagian yang meminta pengeluaran barang, serta arsip untuk bagian
gudang sendiri. 5.
Prosedur pencatatan persediaan barang dagangan Menurut Horngren 2002: 356 persediaan dapat dicatat dengan dua cara yaitu:
a. Perpetual Inventory System
b. Periodic Inventory System
Berikut penjelasannya: a.
Perpetual Inventory System Dalam system ini pembelian barang dagangan untuk dijual kembali atau
bahan baku untuk diproduksi didebet pada perkiraan persediaan. Biaya pengangkutan, pengembalian barang dan potongan pembelian dicatat pada
perkiraan persediaan, harga pokok barang diperoleh untuk setiap penjualan dengan mendebit perkiraan harga pokok barang dan mengkredit persediaan.
Persediaan harga pokok barang diperlukan untuk mengakumulasi cost dari barang yang dijual. Saldo dari perkiraan persediaan pada akhir tahun akan
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan nilai persediaan akhir yang dimiliki. Perpetual inventory system menyediakan catatan yang kontinyu dari saldo perkiraan persediaan
dan harga pokok barang. Adapun ayat jurnal untuk metode perpetual adalah:
Aktivitas pembelian Dr. Persediaan barang dagangan
Rp. XXX Cr.
KasHutang dagang Rp. XXX
Aktivitas penjualan Dr. Harga pokok barang yang dijual
Rp. XXX Cr. Persediaan barang dagangan
Rp. XXX Dr. KasPiutang dagang
Rp. XXX Cr. Penjualan
Rp. XXX b.
Periodic Inventory System Pada sistem ini, pembelian yang terjadi didebet ke perkiraan pembelian. Jadi
dengan menggunakan system ini perkiraan persediaan tidak akan terpengaruh atau tetap sampai akhir periode akuntansi karena tidak ada
jurnal yang berhubungan dengan perkiraan persediaan saat terjadi pembelian dan penjualan. Pada akhir akuntansi, seluruh persediaan yang ada dihitung
dan nilainya ditetapkan sebesar cost, dimana nilai ini akan dimasukkan sebagai jumlah persediaan akhir yang ada. Harga pokok barang yang dijual
pada akhir peroide ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah pembelian lalu dikurangi dengna persediaan akhir. Jika perusahaan
menggunakan sistem ini maka salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui persediaan fisik setahun sekali. Adapun ayat jurnal untuk
Universitas Sumatera Utara
metode fisik setahun sekali. Adapun ayat jurnal untuk metode periodik adalah:
Aktivitas pembelian Dr. Pembelian barang dagangan
Rp. XXX Cr. KasHutang dagang
Rp. XXX Aktivitas penjualan
Dr. Kaspiutang dagang Rp. XXX
Cr. Penjualan Rp. XXX
Metode penilaian persediaan merupakan faktor penting dalam menetapkan hasil operasi dan kondisi keuangan karena berkaitan dengan menentukan
harga pokok barang yang dijual. 6.
Prosedur penilaian persediaan barang dagangan Metode penilaian persediaan menurut Kieso, dkk 2007 : 334-340 yang
biasa dipergunakan perusahaan antara lain: 1.
Specific Indentification Method 2.
First-in, First-out Method 3.
Last-in, First-out Method 4.
Average Method
Berikut ini merupakan penjelasannya, yaitu: 1.
Specific Identification Method Metode ini menelusuri arus fisik aktual dari barang. Masing-masing
jenis persediaan ditandai, diberi label, ataupun diberi kode sesuai dengan spesifik biaya per unitnya. Pada akhir periode, biaya spesifik dari
persediaan yang masih menjadi persediaan merupakan biaya total dari persediaan akhir. Sebagai contoh, dalam Kieso, dkk 2007 : 334,
Universitas Sumatera Utara
diasumsikan Southland Music Company membeli 3 set televisi 46 inchi dengan harga masing-masing 700, 750, dan 800. Selama tahun
berjalan 2 set televisi tersebut terjual dengan harga 1.200 per unit. Pada tanggal 31 Desember, televisi dengan harga 750 masih belum terjual.
Persediaan akhirnya adalah 750 dengan harga pokok penjualannya adalah 1.500 700 + 800.
2. First-in, First-Out method FIFO
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. FIFO bahkan paralel dengan
arus fisik aktual persediaan barang dagang karena umumnya merupakan praktik bisnis yang sehat untuk menjual pertama kali barang yang dibeli
lebih dulu. Dengan metode FIFO, harga pokok barang yang lebih dulu dibeli merupakan biaya yang pertama kali diakui sebagai harga pokok
penjualan. Sebagai contoh, Kumpulan Biaya
Harga Pokok Barang Tersedia untuk dijual Tanggal
Uraian Unit
Biaya per Unit Biaya Total
11 Persediaan awal
100 10
1.000 154
Pembelian 200
11 2.200
248 Pembelian
300 12
3.600 2711
Pembelian 400
13 5.200
Total 1.000
12.000
Sumber : Kieso, dkk 2007 : 337
Universitas Sumatera Utara
Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:
Tanggal Unit
Biaya per Unit Biaya Total
2711 400
13 5.200
248 50
12
Total 450
5.800
600
Maka, harga pokok penjualannya adalah sebagai berikut: Harga pokok barang tersedia untuk dijual
12.000 Dikurangi : Persediaan akhir
Harga pokok penjualan 6.200
5.800
3. Last-in, First-out method LIFO
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah barang yang pertama kali ditetapkan dalam menghitung harga pokok
penjualan. Sebagai contoh, Kumpulan Biaya
Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Tanggal
Uraian Unit
Biaya per Unit Biaya Total
11 Persediaan awal
100 10
1.000 154
Pembelian 200
11 2.200
248 Pembelian
300 12
3.600 2711
Pembelian 400
13 5.200
Total 1.000
12.000
Sumber : Kieso, dkk 2007 : 338
Universitas Sumatera Utara
Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:
Tanggal Unit
Biaya per Unit Biaya Total
11 100
10 1.000
154 200
11 2.200
248 150
12
Total 450
5.000
1.800
Maka, harga pokok penjualannya adalah: Harga pokok barang tersedia untuk dijual
12.000 Dikurangi : Persediaan akhir
Harga pokok penjualan 7.000
5.000
4. Average method Metode rata-rata
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang tersedia untuk dijual memiliki biaya per unit yang sama rata-rata. Pada umumnya barang
yang dijual adalah identik. Berdasarkan metode tersebut, harga pokok barang tersedia untuk dijual dialokasikan pada dasar biaya rata-rata
tertimbang per unit. Rumus dan contoh perhitungan dari biaya rata-rata tertimbang per unit adalah sebagai berikut:
Biaya rata-rata tertimbang per unit =
Total unit yang tersedia untuk dijual Harga pokok barang tersedia untuk dijual
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh, Kumpulan Biaya
Harga Pokok Barang Tersedia untuk Dijual Tanggal
Uraian Unit
Biaya per unit Biaya Total
11 Persediaan awal
100 10
1.000 154
Pembelian 200
11 2.200
248 Pembelian
300 12
3.600 2711
Pembelian 400
13 5.200
Total 1.000
12.000 Sumber : Kieso 2007 : 340
Selama tahun berjalan, 550 unit terjual dan 450 unit masih tersisa per tanggal 31 Desember, dengan perincian sebagai berikut:
12.000 :
1.000 =
12 Unit
Biaya per unit 450
x 12
= 5.400
Biaya Total
Maka, harga pokok penjualan sebagai berikut: Harga pokok barang tersedia untuk dijual
12.000 Dikurangi : Persediaan akhir
Harga pokok penjualan 6.600
5.400
7. Prosedur pengendalian persediaan barang dagangan
Pengendalian persediaan menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin Felix Tjendera 2001: 428 adalah :
Universitas Sumatera Utara
“Pengendalian persediaan meliputi pengendalian kuantitas dan jumlah dalam batas-batas yang telah direncanakan dan perlindungan fisik
persediaan.” Jadi pengendalian persediaan barang dagangan meliputi:
1. Penentuan kuantitas persediaan barang dagangan yang mencukupi
kebutuhan untuk proses penjualan. 2.
Perlindungan fisik terhadap persediaan barang dagangan. Menurut Willson dan Campbell yang dialihbahasakan oleh Tjintjin
Tjendera 2001: 430 ada beberapa titik persediaan yang dapat dipandang sebagai alat untuk mencapai pengendalian persediaan yaitu:
1. Penetapan titik persediaan maksimum dan minimum
2. Penggunaan rasio perputaran persediaan inventory turn over
3. Pertimbangan manajemen
4. Analisa nilai
5. Pengendalian budgeter
Dalam berbagai perusahaan terdapat beberapa macam cara pengendalian tergantung dari jenis pengendalian. Berikut ini pendapat dari beberapa pakar
mengenai pengendalian terhadap persediaan barang dagangan: 1.
Economic Order Quantity EOQ Adalah jumlah pesanan yang secara ekonomis menguntungkan yaitu
besarnya pesanan yang menyebabkan biaya pemesanan dan biaya pengiriman yang minimal. Sebenarnya penggunaan rumus EOQ banyak diterapkan dalam
menetapkan jumlah pembelian setiap kali untuk perusahaan industri. Meskipun demikian rumus ini dapat pula dipakai untuk menetapkan jumlah tiap kali
pembelian yang tepat untuk pedagang perantara. Rumus EOQ adalah:
Universitas Sumatera Utara
EOQ = I
P S
R .
. 2
Keterangan: R = Jumlah dalam unit yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu, misalnya
satu tahun S = Biaya pesanan setiap kali pesan
P = Harga per unit yang dibayarkan I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, dinyatakan dalam
persentase dari nilai rata-rata dalam rupiah dari persediaan 2.
Reorder Point ROP dan Safety Stock SS Reorder point adalah titik dimana harus diadakan pemesanan kembali
sehingga kedatangan barang yang dipesan tepat pada waktunya, dimana persediaan atas safety stock sama dengna nol. Masalah pesanan ini tergantung
pada tiga faktor yaitu: a.
Waktu yang diperlukan untuk penyimpanan b.
Tingkat pemakaian barang c.
Persediaan minimal atau penyelamat safety stock Perkiraaan atau penaksiran lead time dari pesanan biasanya menggunakan
ratarata hitung beberapa hari pesanan lead time pesanan sebelumnya. Tingkat pemakaian barang juga diperlukan untuk menentukan waktu
pemesanan yang tepat. Salah satu dasar untuk memperkirakan kuantitas barang dalam periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata
pemakaian kuantitas barang masa sebelumnya atau selama periode waktu. Sedangkan persediaan minimal adalah sejumlah unit yang ditambahkan dalam
Universitas Sumatera Utara
pembelian persediaan yang ekonomis untuk penjagaan atau permintaan langganan yang tidak umum.
Rumus Reorder Point: ROP = Lead time x average inventory usage rate + safety stock
3. Budgetary Control Pengendalian Budgeter
Pengendalian melalui penyusunan anggaran merupakan suatu cara yang dilakukan untuk membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang direncanakan. Dalam penyusunan anggaran , perlu dimulai dengan menetapkan terlebih dahulu berapa jumlah yang harus dijual. Jumlah ini
ditetapkan lebih dulu melalui suatu estimasi atau taksiran datri pihak pimpinan kemudian berdasarkan rencana penjualan dan rencana persediaan barang
dagangan, dapat dibuat anggaran pembelian barang dagangan dan anggaran lainnya.
4. Inventory Turn Over Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan merupakan angka yang menunjukkan kecepatan pergantian dalam periode tertentu, biasanya dalam waktu satu tahun. Angka
tersebut dapat diperoleh dengan membagi semua harga persediaan atau barang yang dipergunakan selama periode tertentu dengan jumlah rata-rata persediaan
selama periode tertentu. Perhitungan inventory turn over dapat dilakukan untuk semua persediaan yang ada dalam perusahaan. untuk persediaan barang
dagangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Merchandise Inventory Turn Over =
t at
y seinventor
merchandi Average
COGS cos
Universitas Sumatera Utara
Tinggi rendahnya inventory turn over menunjukkan esar kecilnya investasi pada persediaan barang dagangan. Suatu tingkat merchandise inventory yang
rendah dapat menunjukkan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan dan makin lamanya modal yang tertanam dalam persediaan. Sedangkan
merchandise inventory yang tinggi menunjukkan adanya invenstas yang terlalu rendah atau pendeknya waktu tertanamnya modal dalam perusahaan. Apabila
modal yang digunakan untuk membiayai persediaan tersebut adalah modal asing tingginya inventory turn over memperkecil beban harga. Tingkat perputaran
persediaan memegang yang penting dalam efisiensi. Jadi berdasarkan pengertian di atas, maka pengendalian persediaan dapat
digunakan sebagai alat untuk memastikan bahwa perencanaan persediaan telah dikerjakan dengan sesuai atau tidak. Apabila belum dikerjakan dengan sesuai
maka pengendalian persediaan akan membuat tindakan yang tepat untuk mengarahkannya.
F. Syarat-syarat Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan yang Efektif