Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penghimpunan Dan Penyaluran Dana Masyarakat Pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus : BPR Guna Rakyat Di Kota Lubuk Pakam).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

M E D A N

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEGIATAN PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA

MASYARAKAT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT

(STUDI KASUS : BPR GUNA RAKYAT DI KOTA LUBUK

PAKAM)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

WANDES R.S SIHOMBING

020501053

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

MEDAN

2007


(2)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Lampiran ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesa ... 5

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Bank ... 7

2.2 Jenis Bank ... 10

2.3 Sumber Dana Bank ... 14

2.4 Jenis Bank ... 18

2.5 Kredit ... 20

BAB III METODE PENELITAN 3.1 Penentuan Daerah Penelitian ... 31

3.2 Penentuan Responden Penelitian ... 31

3.3 Penentuan Sampel Penelitian ... 31

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5 Model Analisis Data ... 33

3.6 Pengolahan Data ... 34

3.7 Test Goodness Of Fit ... 35

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 36

3.9 Denfenisi Operasional ... 39

BAB IV TINJAUAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Dari PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam ... 40

4.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 41

4.3 Kegiatan Usaha Perusahaan ... 41

4.4 Prosedur Umum Perkreditan ... 46

4.5 Peranan PT. BPR Dalam Upaya Pemberdayaan UMKM ... 49

4.6 Karakteristik Responden ... 56

4.7 Masalah Yang Dihadapi Pengusaha Kecil ... 56

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH 5.1 Analisis Untuk Kegiatan Penghimpunan Dana ... 57

5.2 Analisis Untuk Kegiatan Penyaluran Dana ... 59

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran ... 63 Daftar Pustaka


(3)

ABSTRAK

Kehadiran dan keberadaan lembaga keuangan dalam sebuah perekonomian modern merupakan urat nadi dan pendorong yang penting. Demikian juga dipedesaan, kehadiran dan keberadaan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) sangat startegis dan penting bagi perekonomian pedesaan, baik dalam hal pengembangan dan penguatan ekonomi masyarakat pedesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat pada Bank Perkreditan rakyat Khususnya BPR Guna Rakyat di Lubuk Pakam, dimana yang menjadi faktor yang mempengaruhi kegiatan penghimpunan dana adalah tingkat pendapatan masyarakat, darana dan fasilitas BPR tersebut, serta jarak antara BPR dengan tempat tinggal masyarakat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kegiatan penyaluran dana adalah prosedur persyaratan, jenis produk yang ditawarkan dan jangka waktu proses pencairan kredit yang dilakukan oeh BPR.

Kata Kunci : Tingkat Pendapatan, sarana dan fasilitas, serta Jarak BPR. Prosedur persyaratan, jenis produk, dan jangka waktu proses pencairan kredit.


(4)

ABSTRAK

Kehadiran dan keberadaan lembaga keuangan dalam sebuah perekonomian modern merupakan urat nadi dan pendorong yang penting. Demikian juga dipedesaan, kehadiran dan keberadaan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR ) sangat startegis dan penting bagi perekonomian pedesaan, baik dalam hal pengembangan dan penguatan ekonomi masyarakat pedesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat pada Bank Perkreditan rakyat Khususnya BPR Guna Rakyat di Lubuk Pakam, dimana yang menjadi faktor yang mempengaruhi kegiatan penghimpunan dana adalah tingkat pendapatan masyarakat, darana dan fasilitas BPR tersebut, serta jarak antara BPR dengan tempat tinggal masyarakat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kegiatan penyaluran dana adalah prosedur persyaratan, jenis produk yang ditawarkan dan jangka waktu proses pencairan kredit yang dilakukan oeh BPR.

Kata Kunci : Tingkat Pendapatan, sarana dan fasilitas, serta Jarak BPR. Prosedur persyaratan, jenis produk, dan jangka waktu proses pencairan kredit.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Tujuan pembangunan nasional adalah membentuk masyarakat adil dan makmur dan meningkatkan stabilitas masyarakat indonesia, perekonomian indonesia yang saat ini bertumpu pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu dasar penetapan startegi pemerintah dalam rangka pemulihan ekonomi nasional yaitu pembangunan yang terfokus pada pemberdayaan UMKM. Pembangunan nasional memerlukan pembiayaan selain bersumber pada tabungan pemerintah maupun pinjaman luar negeri, juga pada tabungan masyarakat.

1.1 Bank Perkreditan Rakyat

Sehubungan dengan penyerdehanaan jenis bank yang terdapat di Indonesia sesuai dengan undang – undang perbankan No. 7 Tahun 1992, maka jenis bank yang terdapat di Indonesia adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu tetapi bukan giro atau simpanan lain yang dapat ditarik dengan cek.

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat ini terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan jasa – jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan, seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Perkreditan rakyat No. 71 Tahun 1992 bahwa : “Bank Perkreditan Rakyat yang berfungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dananya bagi masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan pelayanan bagi golongan ekonomi lemah / pengusaha kecil.


(6)

a. Ruang Lingkup Kegiatan Usaha BPR - Menghimpun Dana

Sesuai dengan ketentuan UU No.7/1992 pasal 13, dana dari masyarakat yang boleh dihimpun oleh BPR adalah simpanan deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Dalam praktiknya, BPR umumnya memprioritaskan dana dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito.

- Menyalurkan Dana

Kegiatan menyalurkan dana yang terutama adalah memberikan kredit. Ada tiga kategori kredit utama yang disalurkan yang disalurkan oleh BPR, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja dan investasi diberikan berkaitan dengan pengembangan usaha. Sedangkan kredit konsumsi untuk kegiatan konsumsi . Untuk mengoptimalkan dana yang tersedia, Bank Indonesia mengizinkan BPR untuk menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Larangan – larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat :

Pada pasal 14 UU No.7/1992 memberikan ketentuan tentang kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh ( larangan –larangan ) BPR yang meliputi :

1. Melakukan simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

3. Melakukan Penyertaan Modal 4. Melakukan usaha Perasuransian

5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.7/1992, pasal 13.


(7)

Selain ruang lingkup kegiatannya terbatas, wilayah operasional BPR juga dibatasi pada tingkat kecamatan dan pedesaan – pedesaan dengan modal disetor minimal Rp.1 milliar. Jika BPR ingin beroperasi di tingkat propinsi, mereka harus meningkatkan modal disetor menjadi minimal Rp.2 milliar.

1.3 SUMBER DANA BANK

Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan dan atau mengatur secara mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang dikehendaki, namun bank bagaimanapun dapat mempengaruhi jumlah dana yang dihimpun sampai pada tingkat tertentu. Menurut Dahlan Siamat (1993 : 99), dana bank dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dana ekstern yaitu dana yang dihimpun dari luar bank, dan dana intern yaitu dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan (1993 : 84), dana -dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber atau berasal dari dana-dana sebagai berikut :

1. Dana pihak kesatu

Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham.

2. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman dari pihak luar. 3. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang berupa simpanan dari pihak masyarakat. Sesuai dengan batasan masalah sebelumnya, maka hanya dana pihak ketiga saja yang akan penulis uraikan.


(8)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah, ATM dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas, baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu :

1. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro sering disebut juga dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk menatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa :

a. Rekening atas nama perorangan.

b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. c. Rekening bersama atau gabungan.


(9)

Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Persentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan.

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap dibank karena para pemega ngnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia (deposan) tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali. Dalam praktiknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu :

a. Deposito berjangka

Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan.


(10)

b. Sertifikat deposito

Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c. Deposit on call

Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan. Biasanya hanya digunakan untuk deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar dan sementara waktu belum digunakan.

3. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga -jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.


(11)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1.PENGERTIAN BANK

Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit) dengan

pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit), serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Pengertian bank pada saat ini berkembang, sebagai bukti seperti dalam undang-undang RI No. 7, tahun 1992 yang direvisi dengan UU nomor 10 Tahun 1998, Bab I Pasal I.I tertulis : bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepaada masyarakat dalam rangka meningkatkan tarap hidup rakyat banyak.

Menurut Faisal, dkk(1996:P.6), pengertiannya yaitu bank dibebani suatu misi dalam perekonomian Indonesia, yakni meningkatkan tarap hidup rakyat banyak. Artinya dana yang terhimpun perlu dialokasikan kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar daya beli dan atau modal usaha masyarakat dapat meningkat sehingga dapat meningkatkan laju dan pemerataan pembangunan ekonomi Indonesia. Tentunya bank dalam mengemban misi tersebut tidak berarti mengabaikan kesehatan usaha bank itu sendiri, keduanya harus berjalan secara proporsional.

Bank merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan


(12)

kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Disamping faktor likuditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau aset lainnya yang dititipkan pada bank.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah bidang keuangan, jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan yaitu:

a. Menghimpun dana ( Saving ) b. Menyalurkan dana ( Lending ) dan

c. Memberikan jasa Bank lainnya.

Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa Bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan di atas.

Pengertian menghimpun maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh Bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah simpanan giro, tabungan, sertifikat deposito,


(13)

serta deposito berjangka di mana masing-masing jenis simpanan yang ada memiliki kelebihan dan keuntungan tersendiri. Kegiatan penghimpunan dana ini sering disebut dengan Funding.

Strategi Bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan rangsangan berusaha balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa tersebut dapat beupa bunga Bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan bagi hasil, bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kemudian rangsangan lainnya dapat berupa cendera mata, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya. Semakin beragam dan menguntungkan balas jasa yang diberikan, akan menambah minat masyarakat untuk menyimpan uangnya. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk menanamkan dananya di Bank.

Selanjutnya pengertian menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan, dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi Bank yang berdasarkan prinsip syariah. Kegiatan menyalurkan dana ini juga dikenal dalam perbankan dengan istilah Lending. Dalam pemberian kredit disamping dikenakan bunga Bank juga mengenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam benuk biaya administrasi serta biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank yang bedasarkan prinsip syariah berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.

Besar kecilnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Di samping bunga simpanan pengaruh


(14)

besar kecilnya bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Bagi perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan dari selisih bunga ini di Bank dikenal daengan istilah spread based. Jika suatu Bank mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, di mana suku bunga simpanan laebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama negatif spread.

UU Nomor 10 Tahun 1998, yang merupakan revisi UU Nomor 7 Tahun 1992, telah menetapkan dua jenis bank yang beroperasi di Indonesia, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat (BPR). Hakikatnya, perubahan tersebut sangat mendasar, yang bersumber dari transformasi sistem finansial global.

2.2 JENIS – JENIS BANK 2.2.1 Bank Umum

Para ahli ekonomi mendefenisikan bank umum ( Bank komersial ) sebagai instituisi keuangan yang berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut bank umum melaksanakan fungsi intermediasi. Bank umum juga disebut juga sebagai lembaga depositori karena diizinkan mengumpulkan dana dalam bentuk deposito. Berdasarkan kemampuannya menciptakan uang (giral), bank umum juga disebut sebagai bank umum pencipta uang giral ( BPUG ).

Bank umum memiliki keunggulan dalam pengelolaan kredit karena sejak awal bank umum sudah melakukan penyaluran kredit, maka bank umum mempunyai kemampuan secara alamiah untuk mengelola kredit dalam jumlah yang sangat besar, dan


(15)

memiliki sumber daya manusia yang paling banyak dan paling komplit dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, selain SDM, bank umum juga merupakan lembaga yang memiliki jaringan kerja dan informasi yang paling luas dan kuat.

Fungsi dan peranan bank umum dalam perekonomian seperti yang diuraikan dibawah ini: - Penciptaan Uang, uang yang diciptakan oleh bank umum adalah uang giral,

yaitu alat pembayaran lewat pemindahbukuan ( kliring )

- Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran, salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa – jasa yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran, seperti kliring, transfer uang, penerimaan setoran – setoran, pemberian fasilitas pembyaran dengan tunai, kredit, fasilitas – fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman, seperti kartu plastic dan system pembayaran elektronik.

- Penghimpunan Dana Simpanan, dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dan simpanan terdiri atas giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

- Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional, kesulitan – kesulitan transaksi antara dua pihak yang berbeda Negara selalu muncul karena perbedaan geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing – masing negara. Kehadiran bank umum yang beroperasi dalam skla internasional akan memudahkan penyelesaiaan transaksi – transaksi tersebut.

- Penyimpanan Barang – Barang Dan Surat Berharga, masarakat dapat menyimpan barang –barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang,


(16)

dan ijazah dalam kotak – kotak yang sengaja disediakan oleh bank umum untuk disewa ( safety box atau safe deposit box ).

- Pemberian Jasa – Jasa Lainnya, pemberian jasa oleh bank umum semakin banyak variasinya dan semakin luas, seperti mengambil dan mengirim uang melalui ATM, dan membayar gaji pegawai dengan menggunakan jasa bank 2.2.2 Bank Perkreditan Rakyat

Sehubungan dengan penyerdehanaan jenis bank yang terdapat di Indonesia sesuai dengan undang – undang perbankan No. 7 Tahun 1992, maka jenis bank yang terdapat di Indonesia adalah bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu tetapi bukan giro atau simpanan lain yang dapat ditarik dengan cek.

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat ini terasa semakin penting sejalan dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan jasa – jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan, seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang Perkreditan rakyat No. 71 Tahun 1992 bahwa : “Bank Perkreditan Rakyat yang berfungsi sebagai badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dananya bagi masyarakat, harus mampu menunjang modernisasi pedesaan dan memberikan pelayanan bagi golongan ekonomi lemah / pengusaha kecil.

a. Ruang Lingkup Kegiatan Usaha BPR - Menghimpun Dana

Sesuai dengan ketentuan UU No.7/1992 pasal 13, dana dari masyarakat yang boleh dihimpun oleh BPR adalah simpanan deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang


(17)

dipersamakan dengan itu. Dalam praktiknya, BPR umumnya memprioritaskan dana dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito.

- Menyalurkan Dana

Kegiatan menyalurkan dana yang terutama adalah memberikan kredit. Ada tiga kategori kredit utama yang disalurkan yang disalurkan oleh BPR, yaitu kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit modal kerja dan investasi diberikan berkaitan dengan pengembangan usaha. Sedangkan kredit konsumsi untuk kegiatan konsumsi . Untuk mengoptimalkan dana yang tersedia, Bank Indonesia mengizinkan BPR untuk menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain.

Larangan – larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat :

Pada pasal 14 UU No.7/1992 memberikan ketentuan tentang kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh ( larangan –larangan ) BPR yang meliputi :

1. Melakukan simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. 2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing

3. Melakukan Penyertaan Modal 4. Melakukan usaha Perasuransian

5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.7/1992, pasal 13.

Selain ruang lingkup kegiatannya terbatas, wilayah operasional BPR juga dibatasi pada tingkat kecamatan dan pedesaan – pedesaan dengan modal disetor minimal Rp.1 milliar. Jika BPR ingin beroperasi di tingkat propinsi, mereka harus meningkatkan modal disetor menjadi minimal Rp.2 milliar.


(18)

2.3 SUMBER DANA BANK

Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan dan atau mengatur secara mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang dikehendaki, namun bank bagaimanapun dapat mempengaruhi jumlah dana yang dihimpun sampai pada tingkat tertentu. Menurut Dahlan Siamat (1993 : 99), dana bank dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dana ekstern yaitu dana yang dihimpun dari luar bank, dan dana intern yaitu dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan (1993 : 84), dana -dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber atau berasal dari dana-dana sebagai berikut :

1. Dana pihak kesatu

Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham.

2. Dana pihak kedua

Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman dari pihak luar. 3. Dana pihak ketiga

Dana pihak ketiga adalah dana yang berupa simpanan dari pihak masyarakat. Sesuai dengan batasan masalah sebelumnya, maka hanya dana pihak ketiga saja yang akan penulis uraikan.

Dana Pihak Ketiga (Dana Dari Masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan


(19)

relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah, ATM dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas, baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu :

1. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro sering disebut juga dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk menatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa :

a. Rekening atas nama perorangan.

b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. c. Rekening bersama atau gabungan.

Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Persentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank


(20)

lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan.

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap dibank karena para pemega ngnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia (deposan) tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali. Dalam praktiknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu :

a. Deposito berjangka

Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan.

b. Sertifikat deposito

Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c. Deposit on call

Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan


(21)

peraturan bank yang bersangkutan. Biasanya hanya digunakan untuk deposan yang memiliki uang dalam jumlah besar dan sementara waktu belum digunakan.

3. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga -jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas. Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.

Dana Yang Bersumber Dari Lembaga Lain.

Dalam prakteknya sumber dana yang ketiga ini merupakan tambahan jika Bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua. Pencarian sumber dana ini relatif lebih mahal dan sifatnya hanya sementara waktu saja. kemudian dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi tertentu. Perolehan dana sumber ini antara lain dapat diproleh dari:

1. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank-bank yang menalami kesulitan likuiditasnya. Kredit likuiditas ini juga diberikan kepada pembiayaan sektor-sektor usaha tertentu.


(22)

2. Pinjaman antar Bank (Call Money), biasanya pinjaman ini diberikan kepada Bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika dibanding dengan pinjaman lainnya.

3. Pinjaman dari Bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.

4. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.

2.4. ALOKASI DANA BANK

Dana yang telah berhasil dihimpun dari berbagai sumber tersebut diatas, perlu dikelola secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, karena penempatan dana mempunyai beberapa tujuan yaitu :

1. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup.

2. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman.

Untuk mencapai tujuan tersebut, alokasi dana bank perlu diarahkan sedemikian rupa sehingga pada saat diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat dipenuhi. Penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar :

1. Prioritas penggunaan dana


(23)

a. Cadangan primer (primary reserve), merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam alokasi dana bank.

b. Cadangan sekunder (secondary reserve), merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer.

c. Penyaluran kredit, merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder.

d. Investasi portofolio, merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu.

2. Sifat aktiva

Alokasi dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengalokasian dana bank kedalam bentuk-bentuk aktiva, yaitu :

a. Penanaman dana dalam aktiva produktif

Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal.

b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif

Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris.


(24)

Penempatan (alokasi) dana bank yang merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder yaitu : 2.5 Kredit

2.5.1 Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa yunani yaitu “credere” yang artinya kepercayaan, sedangkan dalam bahasa latinnya yaitu “creditum” yang artinya kepercayaan dan kebenaran. Oleh karena itulah dasar kredit ialah kepercayaan, seseorang atau suatu badan usaha yang memberkan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) dimasa medatang akan sanggup memenhi segala sesuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang atau jasa.

Jika kita kaitkan dengan bank berarti bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah, karena debitur dapat dipercayai kemampuannya membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan.

Pengertian kredit dalam arti ekonomi dapat didefenisikan sebagai berikut “ Penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik bentuk barang maupun jasa “. Berdasarkan pengertian diatas, berarti jika terjadi pemberian kredit maka pihak yang kelebihan dana memberikan kepada pihak yang kekurangan dana, dimana pihak yang memerlukan dana berjanji akan mengembalikan dana tersebut dalam waktu tertentu dimasa yang akan datang dimana tenggang waktu antara pemberian kredit dan penerimaan kembali kredit merupakan suatu masa yang abstrak. Dalam hal ini terdapat dua pihak yang berkepentingan langsung yaitu pihak kelebihan dana ( pemberi kredit ) dan pihak yang kekurangan dana ( penerima kredit ).


(25)

* Kepercayaan ( trust )

Adanya suatu pemberian uang / tagihan atas barang kepada pihak lain harus didasari rasa saling percaya antara kedua belah pihak bahwa pada saat yang telah dijanjikan si penerima uang / tagihan akan membayar/melunasi utangnya.

* Resiko ( Risk ) Pemberian kredit menimbulkan suatu resiko dimana jangka waktu kredit merupakan masa yang abstrak. Resiko timbul pada kredit karena uang jasa barang telah lepas kepada orang lain.

* Waktu ( time ) Kredit yang diberikan telah disepakati untuk msa waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan

* Prestasi atau bunga Pihak pemberi pinjaman ( kreditur ) akan memperoleh tambahan nilai atas prestasi yang diberikan kepada pihak peminjam ( debitur ) sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan, hal ini berarti bank selalu memperhitungkan bunga.

* Kreditur Orang atau badan usaha yang memiliki uang, barang atau jasa dan bersedia meminjamkannya kepada orang lain.

* Debitur Orang atau badan usaha yang merupakan pihak yang membutuhkan /meminjam uang, barang atau jasa untuk memenuhi tujuannya dimasa yang akan datang. 2.5.2 Jenis – Jenis Kredit :

a. Dari segi penerima kredit, dibagi atas : 1. Public credit ( kredit public )

Yaitu jenis kredit yang digunakan masyarakat melalui pemerintah 2. Private credit ( kredit perorangan )


(26)

b. Dari segi jangka waktu kredit, dibagi atas : 1. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum satu ( 1 ) tahun 2. Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang berjangka waktu antara satu ( 1 ) s/d tiga ( 3 ) tahun 3. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari satu ( 1 ) tahun c. Dari segi penggunaannya, kredit dibagi atas :

1. Kredit pembiayaan modal kerja

Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai kebutuhan perputaran usaha nasabah dalam meningkatkan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan nasabah tersebut.

2. Kredit pembiayaan investasi

Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang – barang modal dan jasa yang dibutuhkan dalam rangka usaha rehabilitasi dan modernisasi.

3. Kredit Perlengkapan sarana transaksi

Yaitu kredit yang digunakan untuk melengkapi suatu transaksi yang berkaitan dengan prestasi yang harus dicapai sesuai dengan perjanjian kontrak/jual beli 4. Kredit Konsumtif

Yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang dan jasa –jasa yang dapat memberikan kepuasan yang langsung terhadap kebutuhan manusia..


(27)

d. Dari segi jaminan kredit, dibagi atas : 1. Kredit tanpa jaminan ( Unsecured loans )

Yaitu kredit yang tidak memiliki jaminan dama sekali. 2. Kredit dengan jaminan ( Secured Loans )

Yaitu kredit yang memiliki jaminan tertentu baik yang berupa barang bergerak ataupun tak bergerak.

e. Dari segi kriteria lembaga pemberi / penerima kredit terbagi atas : 1. Kredit Perbankan pada masyarakat

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank swasta atau bank pemerintah kepada dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan pembiayaan dan atau kredit dari bank kepada perseorangan untuk membiayai pembelian barang – barang konsumsi tahan tahan lama secara angsuran.

2. Kredit likuiditas

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank Indonesia kepada bank – bank Negara dan selanjutnya digunakan sebagai dana untuk melengkapi kegiatan perkreditan. 3. Kredit Langsung

Yaitu kredit yang diberian Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah atau lembaga semi pemerintah.

2.5.3 Tujuan Perkreditan

Kegiatan perkreditan melibatkan beberapa pihak seperti kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter (pemerintah) dan bahkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tujuan perkreditan berbeda -beda dan tergantung pada pihak-pihak tersebut, yaitu bagi :


(28)

1. Kreditur (bank) memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya.

b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan

profitabilitas bank

2. Debitur (penerima kredit) memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik daripada sebelumnya.

b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan. 3. Otoritas moneter (pemerintah) memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter.

b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan bekerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara.

c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua lini.

4. Masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Kredit dapat menimbulkan hubungan timbal balik dalam kehidupan perekonomian.


(29)

b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang usaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.

c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya beli. 2.5.4 Fungsi Kredit Dan Pertimbangan Dalam Pemberian Kredit

a. Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan yang sangat penting. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi.

Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti :

a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya.

b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga-lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit.

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dalam arti kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.


(30)

Selain itu kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula.

3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.

4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dimana untuk menekan laju inflasi pemerintah melindungi usaha -usaha yang bersifat nonspekulatif.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Apabila perluasan usaha serta pendirian proyek-proyek baru telah selesai maka untuk mengelolanya diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti bank-bank besar di luar negeri yang mempunya i jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat


(31)

mempererat hubungan ekonomi antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

Pada prinsipnya kredit itu hanya satu macam saja, yaitu uang nasabah yang oleh bank dipinjamkan kepada nasabah kredit dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga.

b. Pertimbangan Dalam Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit pada nasabah, pihak bank senantiasa melakukan pertimbangan – pertimbangan dalam pemberian kredit sesuai dengan peraturan – peraturan yang berlaku. Untuk menumbuhkan suatu kepercayan pada nasabah setelah dilakukan pendekatan antara pihak pemberi dan penerima kredit maka pihak bank sebagai pemberi kredit perlu meneliti lebih dahulu tentang apa dan bagaiman serta siapa calon penerima kredit tersebut. Dalam hal ini dikenal formulasi yang lazim digunakan dalam penilaian kredit yaitu berpedoman pada Prinsip “ 5C “ yang antara lain adalah : 1. Character ( Karakter )

Adalah sifat / kelakuan ataupun tingkah laku yang terdapat pada diri seseorang. Karakter mencakup keinginan ( kuat ) calon debitur untuk memenuhi janji atau melunasi kewajibannya sesuai jadwal, dalam kondisi baik dan buruk. Dengan demikian dalam unsure karakter tercakup kemampuan membayar ( ability to pay ) dan keinginan untuk membayar ( Willingness to Pay ).

2. Capacity ( kapasitas )

Adalah kemampuan si pemohon kredit untuk memperoleh kredit serta memanfaatkannya dan membayarnya kembali sesuai jadwal penilaian kemampuan pelunasan kredit berdasarkan analisis finansial


(32)

3. Capital ( Modal )

Penilaian atas modal ( capital ) yang dimiliki calon debitur ingin melihat kekuatan permodalan, juga komitmen dalam usaha. Makin besar modal yang dimiliki dapat merupakan indikasi makin besarnya kemampuan dan komitmen dalam menjalankan usaha. Modal yang dinilai adalah modal Netto, yaitu modal aset atau modal yang dimiliki dikurangi dengan total kewajiban

4. Collateral ( Jaminan )

Adalah barang – barang yang digunakan sebagai jaminan atas kredit yang telah diterima. Jaminan kredit ini diperlukan agar kredit yang diberikan oleh bank terjamin pengembaliannya baik dari usahanya maupun dari barang jaminan yang dicairkan bila pemohon kredit tidak mampu mengembalikan pinjaman kreditnya. Penilaian jaminan bukan hanya dari nilai finansialnya saja, tetapi juga kualitas asset yang dimiliki calon debitur.

5. Condition Of economic ( kondisi Ekonomi )

Adalah keadaan perekonomian secara keseluruhan, dalam hal ini kondisi perekonomian secara umum dan kondisi pada sektor usaha debitur perlu untuk diteliti. Artinya bank dapat memperkecil resiko yang mungkin timbul oleh kondisi perekonomian. Keadaan perdagangan serta persaingan dilingkungan sektor usaha pemohon kredit perlu diketahui sehingga bantuan kredit yang akan diberikan benar – benar bermanfaat bagi perkembangan dan kelancaran usahanya.

Selain prinsip 5C, Konsep 7P dan 3R juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan pemberian kredit


(33)

a. Konsep 7P terdiri dari 1) Kepribadian ( personality )

Tercakup dalam penilaian kepribadian calon debitur adalah tingkah laku, sejarah hidupnya yang mencakup sikap, emosi, dan tindakan dalam menghadapi masalah.

2) Tujuan ( purpose )

Menilai tujuan calon debitur dalam mengajukan permohonan kredit dan berapa besar kredit yang diajukan.

3) Prospek ( Prospect )

Menilai prospek yang direncanakan debitur, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

4) Pembayaran ( Payment )

Menilai bagaimamana cara calon debitur melunasi kredit, darimana saja sumber dana tersebut, dan bagaimana tingkat kepastiannya.

5) Tingkat Keuntungan ( Profitability )

Menilai berapa tingkat keuntungan yang diperkirakan akan diraih calon debitur ; bagaimana polanya, apakah semakain besar atau sebaliknya.

6) Perlindungan ( Protection )

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang, atau asuransi

7) Parti ( Party )

Bertujuan mengklasifikasikan calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini menentukan perlakuan bank dalam pemberian fasilitas


(34)

b. Konsep 3R

Tiga komponen dalam konsep adalah : 1. Tingkat pengembalian usaha ( Return )

2. Kemampuan membayar kembali ( Repayment )


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Penentuan Daerah Penelitian

Dalam penentuan daerah penelitian penulis membatasinya dalam wilayah lubuk pakam dan sekitarnya.

3.2. Penentuan Responden penelitian

Untuk kegiatan penghimpunan dana yang dilakukan oleh BPR Guna Rakyat penulis menentukan responden ini adalah nasabah BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam, sedangkan responden penelitian untuk kegiatan penyaluran dana ( kredit ) yang dilakukan oleh BPR Guna Rakyat adalah nasabah kredit BPR Guna Rakyat, akan tetapi karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga dalam penelitian kelapangan maka penulis mengambil masing – masing sebanyak 30 orang responden untuk setiap kegiatan.

3.3 Penentuan Sampel Penelitian

Anggota sample dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan harus representative, untuk itu ciri populasi harus mengerti akan maksud dan tujuan penelitian ini, tetapi dengan keterbatasan waktu, tenaga dan dana untuk mengobservasi seluruh jumlah total dari kegiatan yang akan diteliti maka oleh sebab itu diambil dari sebagian populasi untuk dapat menjadi sample penelitian.

Kriteria sample penelitian untuk kegiatan penghimpunan dana masyarakat


(36)

- Berumur lebih dari 20 tahun

- Merupakan Nasabah di BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam

Kriteria sample penelitian untuk kegiatan penyaluran dana masyarakat

- Adalah warga lubuk pakam dan sekitarnya

- Mempunyai pekerjaan, usaha dan Sudah menikah

- Merupakan Nasabah di PT. BPR Guna Rakyat ( khususnya nasabah kredit )

3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian lazimnya disebut dengan research yang artinya adalah penelitian kembali terhadap data yang bersifat ilmu pengetahuan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan secara langsung ke lapangan/obyek penelitian.

Cara mengumpulkan data seperti ini menggunakan tiga cara yaitu : 1. Cara Interview ( Wawancara )

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi dengan Tanya jawab secara lisan dan tatap muka dengan responden. Dalam hal ini penulis akan bertanya langsung kepada orang yang akan menjadi obyek penelitian.

2. Cara Observasi ( Pengamatan )

Observasi adalah suatu strategi yang digunakan peneliti dengan secara sengaja dan sistematis untuk mendapatkan informasi data yang merupakan tingkah laku Non-Verbal dari responden dengan tujuan mendapatkan informasi data yang dapat menjelaskan atau menjawab permasalahan dalam penelitian. Dalam hal ini penulis melakukan observasi terhadap objek penelitian bersama-sama dengan pengawasan perusahaan.


(37)

3. Questions List ( Daftar Pernyataan )

Daftar pertanyaan adalah daftar yang disusun dalam questioner sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Daftar pertanyaan harus sudah disusun dan dimengerti isi dan makna dari pertanyaan – pertanyaan tersebut, sehingga responden mengerti maksud dari pertanyaan yang diajukan dan dapat dijawab dengan baik.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data dengan membagikan daftar pertanyaan dan megadakan wawancara (Interview) langsung kepada para responden yaitu masyarakat dan nasabah di PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam, dan data sekunder adalah mengambil informasi dari buku literatur (Library Research), internet, dan lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini untuk kelengkapan bahan bagi penulisan skripsi.

3.5. Model Analisis Data

Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor – faktor yang mempengaruhi kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana masyarakat pada PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam, maka penulis menggunakan model analisis data dengan fungsi linear berganda, dengan meregresi variabel – variable metode ordinary least square (

OLS ) dengan model persamaan sebagai berikut :

Y = f(T1, T2, T3,…Tn)………..( 1 )

Y = f(K1, K2, K3,…Kn)………..( 2 )

Kemudian dari fungsi tersebut ditransformasikan kedalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Model Persamaan untuk kegiatan Penghimpunan Dana ( Funding ) Y =  1T12T2 3T3 ………( 1 )


(38)

Dimana :

Y : Jumlah Tabungan yang dihimpun BPR ( Rp )

 : Koefisien intercept

β1β2β3 : Koefisien Regresi

T1 : Tingkat Pendapatan Nasabah ( Rp )

T2 : Sarana dan fasilitas BPR

T3 : Jarak tempat tinggal nasabah dengan BPR

 : Standard error

Model Persamaan untuk kegiatan Penghimpunan Dana ( Lending ) Y = 1K12K2 3K3 ……….……...( 2 )

Dimana :

Y : Jumlah dana yang disalurkan oleh BPR ( Rp )

 : Koefisien intercept

β1β2β3 : Koefisien Regresi K1 : Prosedur Persyaratan

K2 : Produk kredit yang ditawarkan BPR

K3 : Jangka Waktu Proses Pencairan Kredit dari BPR

 : Standard error

3.6. Pengolahan Data

Penulis menggunakan Program eviews 4.1 untuk mengolah data penelitian ini dimana data yang dipergunakan adalah data primer yang diaperoleh dari hasil observasi


(39)

kelapangan dengan menggunakan questioner dan wawancara langsung dengan objek penelitian ( masyarakat dan nasabah BPR Guna Rakyat ).

3.7. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.7.1. R-Square (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen memberikan penjelasan terhadap variabel dependen.

3.7.2. Uji t – statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing varibel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya tetap/konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variable independent ke-1 nilai parameter hipotesis biasanya dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal in berarti bahwa variable independent yang berpengaruh nyata ( signifikan ) terhadap variable dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

T* =

Sbi b bi

Dimana :

bi : Koefisien variable independent ke-i b : Nilai hipotesis nol


(40)

3.7.3. Uji F-statistik

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata (signifikan) atau tidak terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

Ho : BI =B2 = ………..bk = 0 ( Tidak ada pengaruh ) Ha : bi = 0 ( ada pengaruh ) untuk i = 1….k

pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variable independen secara bersama – sama mempengaruhi variable dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R   

Dimana : R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah Variable Independent

n = Jumlah Sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1 – α ) 100% sebagai berikut : Ho diterima jika F-hitung < F-tabel

Ho ditolak jika f-hitung > F-tabel

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.8.1 Uji Kolinearitas Ganda (Multicollinearity)

Uji ini digunakan untuk melihat adanya korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara variabel bebas dalam model regresi. Oleh karena kolinearitas timbul disebabkan adanya satu atau lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna dengan variabel bebas lainnya, maka cara yang dipakai untuk


(41)

mengetahui variabel bebas X yang mana berkorelasi dengan variabel bebas lainnya ialah dengan membuat regresi setiap variabel X terhadap sisa variabel lainnya dan menghitung R2 serta F- hitungnya masing-masing.

Adanya Multikolenearity dapat diketahui dengan melihat :

 Standar error tidak terhingga

 Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 10%, α = 5%, α= 1%

 Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

 R2 sangat tinggi

3.8.2 Uji Autokorelasi (autocorrelation)

Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri obserbasi yang disusun menurut urutan waktu (seperti data cross-section), atau korelasi pada dirinya sendiri. Apabila ada ketergantungan antara kesalahan pengganggu i dan kesalahan pengganggu

j, maka dikatakan ada autokorelasi, dengan simbol dapat dinyatakan sebagai berikut: E (1j)  0, I  j

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi, dalam penelitian ini akan menggunakan uji d Durbin Watson. Statistik d Durbin Watson dapat dirumuskan sebagai berikut:

n t n t t t

t

e

e

e

d

2 1 2 2 1

/

Bentuk penjelasan dari rumus ini adalah sebagai berikut: d < dL : tolak H0

d > 4-dL : tolak H0 d < d < 4-d : terima H


(42)

dLd dU atau

4-dU d  4-dL tidak dapat disimpulkan (unconclusive)

f (d)

d 0 dL dU 4-dU 4-dL 4 Gambar 3.1 : Pengujian Durbin – Watson Statistik

Keterangan:

A : tolak H0, berarti ada autokorelasi positif B : daerah tanpa keputusan

C : terima H0 atau H0* atau keduanya D : daerah tanpa keputusan

E : tolak H0* berarti ada otokorelasi negatif


(43)

3.9 Defenisi Operasional

1. Penghimpunan dana adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara

membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

2. Tingkat Pendapatan Nasabah adalah jumlah dana ( penghasilan ) yang diperoleh masyarakat dalam jangka sebulan melalui usaha yang dikerjakan nasabah itu. 3. Sarana dan fasilitas adalah jasa yang disediakan oleh bank untuk mencapai tujuan

dari bank tersebut yaitu menghimpun dana dari masyarakat

4. Jarak adalah ukuran panjang antara satu tempat dengan tempat yang lain.

5. Penyaluran dana adalah mennyalurkan dana (uang) dengan cara menjual ke

masyarakat luas dalam bentuk kredit.

6. Prosedur persyaratan adalah ketentuan syarat atau mekanisme yang harus dilalui oleh nasabah sebelum mendapatkan kredit yang diberlakukan oleh bank tersebut. 7. Jenis produk yang ditawarkan adalah bentuk – bentuk dari kredit yang ditawarkan

bank kepada nasabah.

8. Jangka waktu pencairan kredit adalah waktu yang disediakan atau ditentukan oleh bank dalam mencairkan dana kredit yang akan diberikan kepada nasabah.


(44)

BAB IV TINJAUAN UMUM

4.1. GAMBARAN UMUM DARI PT. BPR GUNA RAKYAT LUBUK PAKAM PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam adalah Bank Perkreditan Rakyat yang berdiri sendiri dan berkantor pusat di Jl. Diponegoro No. 8 Lubuk Pakam, Bank Perkreditan Rakyat Guna Rakyat dimulai operasionalnya pada tanggal 1 January 2006 usaha PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam ini mulai diresmikan pada bulan April 2006, dan dengan izin resmi dari pemerintah dan telah diakui dengan akta yang disahkan oleh Menteri Kehakiman RI No. C-17532 HT. 01.01 TH. 2005 tanggal 24 Juni 2005, dengan SK Gubernur Bank Indonesia No. 7/90/KEP.GBI/2005 TANGGAL 5 Desember 2005.

Sebagai langkah awal PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam menyediakan modal sebesar Rp. 1.000.000.000,- ( satu milliar rupiah ) untuk memberi dana dan membangun usaha kepada masyarakat. Dengan tujuan untuk menyediakan modal kerjasama kepada petani dan pedagang kecil akan menjadi salah satu faktor penting untuk meningkatkan perekonomian masyarakat secara luas.

PT. Bank Perkreditan Rakyat Guna Rakyat ini didirikan di lubuk pakam disebabkan karena masyarakat Lubuk Pakam masih banyak yang hidup dari hasil pertanian, perkebunan serta mengadakan usaha dagang kecil – kecilan dimana nantinya PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam akan membantu masyarakat di Lubuk Pakam untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari sebelumnya.

PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam adalah usaha yang bergerak dibidang perbankan dalam kegiatannya menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat di Lubuk


(45)

Pakam mempunyai Motto “ KAMI ADA UNTUK ANDA “ yang mana PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam hadir untuk masyarakat sebagai mitra bisnis dan Bank Perkreditan Rakyat Guna Rakyat juga menyediakan produk – produk yang menguntungkan bagi segala kebutuhan masyarakat. BPR Guna Rakyat juga melayani nasabah dengan prosedur pelayanan pinjaman mudah dan cepat, dan dengan sistem antar jemput sehingga memudahkan nasabah untuk berhubungan dengan bank dan tanpa biaya.

4.2. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN

Struktur organisasi merupakan gambaran sistematis tentang bagian – bagian tugas dan tanggung jawab serta hubungannya. Pada hakikatnya jumlah dan hubungan dan wewenang yang mempunyai fungsi yang mengorganisir.

Struktur organisasi bukanlah merupakan tujuan akan tetapi merupakan alat perusahaan untuk mencapai tujuan perusaaan yang telah direncanakan dan ditetapkan oleh perusahaan tersebut. Dengan adanya struktur organisasi perusahaan dapat dilihat dengan jelas pembagian tugas dan tanggung jawab dari tiap-tiap bagian yang ada didalamnya dalam melakukan kegiatannya.

Dengan adanya struktur organisasi yang terorganisir dengan sempurna, maka kegiatan dalam organisasi akan berjalan lancar dan akan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif.

Adapun struktur organisasi PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam dapat kita lihat pada gambar berikut ini :


(46)

Gambar 4.1 STRUKTUR ORGANISASI PT. BPR GUNA RAKYAT LUBUK PAKAM

RUPS

DEWAN KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA

INTERNAL CONTROL DIREKTUR

OPERASIONAL

KASIR

Kabag Akunting Kabag Umum &

Personalia

Kabag Kredit % Marketing

Penjaga

malam Supir C.S Bag. Kredit

C. S Bag. Tabungan

& Kredit Marketing

Legal Officer & Survey


(47)

Penjelasan dari Struktur Organisasi PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam

1. RUPS merupakan keputusan tertinggi di Bank Perkreditan Rakyat Guna Rakyat 2. RUPS di perseroan adalah :

a. RUPS Tahunan, yaitu rapat yang di selenggarakan tiap tahun buku perseroan ditutup. Dalam rapat ini direksi menyampaikan laporan keuangan tahunan beserta penjelasan dan dokumen untuk mendapat pengesahan RUPS atau sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 anggaran dasar perseroan

b. Rapat umum pemegang saham lainnya yang dalam anggaran dasar perseroan dalam pasal 17 disebut RUPS luar biasa yang diadakan sewaktu – waktu

3. Dewan Komisaris terdiri atas komisaris utama, komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

4. Dewan komisaris merupakan perpanjangan tangan RUPS atau mewakili RUPS dalam melakukan pengawasan terhadap direksi dalam menjalankan dan mengoperasinalkan perseroan serta memberi nasehat kepada direksi

5. Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

6. Direksi terdiri dari Direktur Utama dan Direktur Operasional yang membawahi semua bagian sesuai dengan uraian tugas dan wewenang masing – masing direksi

7. Direksi memimpin, mengelola, mengurus dan menjalankan perseroan sesuai dengan akta pendirian PT. BPR Guna Rakyat


(48)

9. Dalam pelaksanaan tugas dan wewenang direksi bersifat konsultatif dalam pengambilan keputusan sesuai dengan tugas dan wewenang masing – masing direksi.

10.Masing – masing kepala bagian membawakan pelaksanaan kegiatan operasional pada bagian masing – masing sesuai dengan uraian tugas dan wewenang.

4.3. KEGIATAN USAHA PERUSAHAAN

Sesuai dengan surat izin usaha yang diterbitkan oleh menteri Keuangan maka kegiatan usaha PT. BPR Guna Rakyat yang terutama adalah memberikan/ menyalurkan kredit pada masyarakat agar masyarakat tersebut dapat menjadi mandiri ( self sufficient ), disamping itu juga adalah usaha penarikan/ penghimpunan dana dari pihak ketiga untuk membiayai kredit tersebut.

Adapun produk perbankan dari PT. BPR Guna Rakyat antara lain adalah pertama, tabungan dimana kemudahan yang yang ditawarkan pihak Bank Perkreditan Rakyat disesuaikan dengan keadaan masyarakat setempat, misalnya setoran awal yang cukup rendah minimal Rp. 25.000,- dan selanjutnya tabungan minimal Rp. 5000,- penarikan dan penyetoran dapat dilakukan setiap hari kerja, dan suku bunga dihitung berdasarkan saldo harian yang besarnya 7% per tahun.

Yang kedua, deposito merupakan suatu bentuk simpanan yang dipercayakan oleh pihak ketiga pada pihak bank, yang dibuat dalam bentuk surat berharga yang disebut sebagai sertifikat deposito yang hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo serta pembayaran bunga deposito dilakukan sesuai ketentuan perjanjian bank dengan nasabah.


(49)

Tabungan dan Deposito BPR Guna Rakyat dapat digunkan terhadap pinjaman dengan suku bunga pinjaman yang lebih rendah dari agunan lain.

Ketiga, Kredit usaha kecil yang selanjutnya disebut sebagai kredit modal kerja diberikan kepada debitur yang membutuhkan dana bagi pengembangan usahanya, dalam hal ini usaha industri kecil. BPR Guna Rakyat menawarkan suku bunga yang kompetitif, sehingga meringankan debitur untuk membayarkan bunga kredit. Jenis pinjaman yang ditawarkan BPR Guna Rakyat :

1. Pinjaman Flat ( Tetap )

Nasabah membayar angsuran pokok dan bunga setiap bulan. Bunga bulanan dihitung dari pinjaman awal, suku bunga pinjaman flat : 1,75% / bulan

2. Pinjaman Sliding ( Menurun )

Nasabah membayar angsuran pokok dan bunga secara teratur setiap bulan. Suku bunga pinjaman Sliding : 3% / bulan menurun

3. Pinjaman Persekot

Nasabah dimungkinkan membayar bunga setiap bulan sampai pembayaran pokok pinjaman jatuh tempo. Suku bunga pinjaman Persekot : 3% / bulan.

Kegiatan Usaha BPR Guna Rakyat dalam menghimpun dana masyarakat seperti tabungan dan deposito serta kegiatan menyalurkan dana masyarakat seperti memberikan kredit pada periode bulan Maret 2006 sampai dengan maret 2007 sesuai dengan realisasi yang telah dilakukan dan dicatat pada periode tersebut menunjukkan bahwa kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana masyarakat pada BPR Guna Rakyat terus mengalami peningkatan yang rata – rata perbulan adalah meningkat 3%, berikut dapat dilihat pada tabel,


(50)

Tabel 4.3.1 Data Jumlah Tabungan, Jumlah Deposito yang dihimpun dan Jumlah Kredit yang disalurkan oleh PT. BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam per

31 Maret 2006 s/d 31 Maret 2007

Sumber : BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam

4.4 PROSEDUR UMUM PERKREDITAN

Selanjutnya akan diuraikan mengenai syarat – syarat atau petunjuk tindakan yang harus dilakukan sejak diajukan permohonan nasabah sampai dengan lunasnya suatu kredit yang diberikan oleh bank. Adapun hal ini adalah merupakan prosedur yang harus dilalui para nasabah bank dalam memperoleh kredit.

Langkah – langkah prosedur umum pemberian kredit adalah sebagai berikut : 1. Permohonan Kredit

Setiap berkas – berkas permohonan kredit yang diajukan nasabah biasanya berisikan hal – hal berikut :

Tgl/Bln /Tahun Jumlah Tabungan (Rp)

Jumlah deposito (Rp)

Posisi kredit yg disalurkan ( Rp )

31/03/2006 125.000.000,- 300.000.000,- 255.000.000,-

30/04/2006 150.000.000,- 400.000.000,- 382.500.000,-

31/05/2006 153.750.000,- 452.500.000,- 400.000.000,-

30/06/2006 158.362.000,- 459.000.000,- 460.000.000,-

31/07/2006 161.292.000,- 505.000.000,- 500.000.000,-

31/08/2006 164.654.000,- 520.000.000,- 510.000.000,-

30/09/2006 160.500.000,- 530.000.000,- 480.000.000,-

31/10/2006 165.350.000,- 500.000.000,- 520.000.000,-

30/11/2006 170.562.000,- 550.000.000,- 580.000.000,-

31/12/2006 174.560.000,- 580.000.000,- 610.000.000,-

31/01/2007 180.000.000,- 600.000.000,- 650.000.000,-

28/02/2007 192.500.000,- 620.000.000,- 685.000.000,-

31/03/2007 209.050.000,- 635.000.000,- 700.000.000,-

Rata – rata 179.302.000,- 511.610.000,- 517.800.000,-

Max 209.050.000,- 635.000.000,- 700.000.000,-


(51)

a. Surat – surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah oleh yang bersangkutan

b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya den lengkap diisi oleh nasabah yang bersangkutan

c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan oleh bank menurut jenis daripada fasilitas kredit

d. Selanjutnya permohonan dinyatakan lengkap apabila telah memenuhi persyaratan yang telah diajukan nasabah, untuk memudahkan pihak bank dalam memperoleh keterangan atas nasabah yang diperlukan dalam pengisian permohonan kredit, pihak bank dalam hal ini menggunakan Daftar Isian Permohonan Kredit yang harus diisi oleh nasabah yang bersangkutan.

2. Penyelidikan dan Analisa Kredit

Kegiatan penyelidikan ini mencakup kegiatan – kegiatan berikut, yaitu : a. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur

b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan pemohon kredit yang diajukan oleh nasabah, baik data intern maupun data ekstern

c. Penyusunan laporan sepenuhnya mengenai hasil – hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan.

Selanjutnya dilakukan kegiatan Penganalisaan kredit yang meliputi kegiatan – kegiatan berikut :

a. Mempersiapkan pekerjaan untuk menguraikan dari segala aspek, baik aspek keuangan maupun aspek non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat atau tidaknya pertimbangan suatu permohonan kredit.


(52)

b. Menyusun laporan analisis yang dibutuhkan, yang berisikan uraian dan kesimpulan serta alternatif – alternatif sebagai suatu bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pimpinan atas permohonan kredit nasabah.

3. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Keputusan yang dimaksud adalh setiap tindakan dari pejabat bank berdasarkan wewenang berhak mengambil keputusan berupa tindakan menolak, menyetujui ataupun mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Dalam hal ini pihak pejabat bank yang akan menerima 3 keputusan atas permohonan kredit yang diajukan nasabah yaitu :

a. Disetujui bank, dimana hal ini pihak bank mengabulkan sebagian atau keseluruhan permohonan kredit dari calon nasabah atau nasabah.

b. Dipertimbangkan lebih lanjut oleh bank, dalam hal ini bank dapat memberikan jawaban yang pasti atas keputusan pimpinann dalam mempertimbangkan permohonan kredit yang diajukan nasabah

c. Ditolak oleh bank, dimana dalam hal ini bank menolak permohonan kredit yang diajukan nasabah karena mungkin tidak memenuhi syarat – syarat yang direnrukan bank setelah dilakukan penyelidikan dan analisis kredit oleh bank 4. Pencairan fasilitas Kredit

Bilapermohonan kredit yang diajukan nasabah disetujui oleh bank, maka nasabah perlu menghubungi pihak bank dalam pencairan kredit yang akan dilakukan. Sehingga nasabah dapat mengetahui transaksi yang akan disetujui oleh bank dalam pencairan kredit tersebut. Bank hanya akan menyetujui pencairan kredit oleh nasabah bila syarat – syarat telah dipenuhi dan dilaksanakan. selanjutnya dilakukan pencairan oleh nasabah pada


(53)

pihak bank. Pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan dengan cara menarik cek atau giro bilyet dengan kwitansi, dokumen – dokumen lainnya yang oleh bank dapat diterima sebagaimana perintah pembyaran atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman nasabah.

4.5 PERANAN PT. BPR GUNA RAKYAT DALAM UPAYA UNTUK MEMBERDAYAKAKAN USAHA KECIL DI LUBUK PAKAM

4.5.1. Bantuan Permodalan

Dilihat dari manfaat ekonomi maka BPR sangat membantu mereka ( masyarakat atau pengusaha kecil ) yang tidak memiliki akses ke bank – bank umum, kredit yang disalurkan BPR berhasil menghindarkan masyarakat dari pinjaman para tengkulak yang mengenakan bunga diatas amabang kewajaran.

Juga adalah merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dielakkan, masalah prinsipil yang senantiasa merupakan kendala yang dominan bagi perkembangan pengusaha kecil yaitu kurangnya dana sebagai modal pelaksanaan kegiatan ekonomi, sedangkan pada pihak lain perkembangan pengusaha kecil ini amat diharapakan karena industri / usaha kecil yang merupakan unit – unit usaha yang lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan usaha industri berskala besar, mengurangi jumlah besarnya pengangguran meskipun tidak terlalu signifikan karena mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak yang tidak memiliki ketrampilan khusus lainnya maka usaha berskala kecil juga telah mempercepat proses pemerataan pembangunan sebagai bagian trilogi pembangunan, baik dalam arti pendapatan maupun dalam arti kesempatan berusaha.


(54)

4.5.2. Pengawasan Kredit

Upaya dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha kecil, bukan hanya terbatas pada tahap bantuan permodalan saja, tetapi juga memerlukan pengawasan dari bank penyalur kredit. Karena justru pada pengawasan kredit itu, bank dapat mengetahui apakah pelaksanaan pemberian kredit sesuai dengan rencana yang disusun atau tidak.dan dapat diketahui masalah – masalah apa saja yang menjadi kendala yang menghambat perkembangan usaha kecil tersebut, baik masalah yang timbul dari individu debitur tersebut ataupun masalah yang berasal dari luar usaha debitur tersebut. Pengawasan kredit yang dilakukan bank dapat bersifat aktif dan dapat pula bersifat tidak aktif.

Pengawasan aktif dilakukan dengan sistem pengawasan on spot yaitu ditempat usaha para debitur tersebut, sehingga secara langsung akan dapat diketahui segala masalah yang menjadi kendala perkembangan pengusaha kecil tersebut.

Pengawasan pasif oleh BPR dilakukan melalui penelitian terhadap laporan – laporan tertulis yang dilakukan oleh debitur, seperti laporan keadaan keuangan ( dari neraca dan rugi laba ), laporan penyaluran keuangan ( dari mutasi rekening pinjaman ), laporan aktivitas perusahaan ( dari keadaan stok dan perkembangan usaha ) dan sebagainya yang menyangkut masalah perkembangan usaha debitur tersebut.

4.5.3. Pembinaan Usaha Kecil

Tahap pembinaan bukan hanya merupakan bagian dari langkah pegamanan kredit yang bersifat preventif , tapi ia juga sejalan dengan tugas pengawasan kredit. artinya dalam melakukan pengawasan kredit, bank berupaya mengadakan pendekatan dan bimbingan dalam rangka pembinaan nasabah. Nasabah khususnya pengusaha kecil yang


(55)

memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang terbatas perlu dibina agar usahanya maju dan berkembang, sehingga ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik.

4.6. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Penulis mengambil 2 ( dua ) jenis Responden penelitian untuk kegiatan yang dilakukan oleh BPR Guna Rakyat yaitu responden untuk kegiatan penghimpunan dana dan responden untuk kegiatan penyaluran dana pada BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam 4.6.1. Karakteristik Responden Untuk Penelitian terhadap kegiatan Penghimpunan Dana BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam

Responden dalam penelitian ini adalah Nasabah khususnya nasabah tabungan BPR Guna Rakyat yang bertempat tinggal di Lubuk Pakam.

1) Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden dapat dilihat pada table dibawah ini : TABEL 4.6.1.1

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

RESPONDEN

PERSENTASE

1 Laki – laki 21 70,0

2 Perempuan 9 30,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah yang berjenis kelamin laki – laki yaitu 70,0 % atau 21 responden sedangkan yang berjenis kelamin perempuan hanya 30,0 % atau 9 orang responden. Hal ini berarti bahwa yang menjadi nasabah tabungan atau kredit lebih dominan laki – laki daripada permpuan.


(56)

2) Umur Responden

Umur Responden dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 4.6.1.2

Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

NO KELOMPOK UMUR

( TAHUN )

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1 << 29 3 10,0

2 30 – 34 6 20,0

3 35 – 39 11 37,0

4 40 >> 10 33,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah berumur 35 – 39 tahun sebesar 37 % ( 11 orang ), sedangkan responden yang paling sedikit adalah yang berumur << 29 tahun sebesar 10 % ( 3 orang )

3) Jenis pekerjaan responden

Jenis Pekerjaan responden dibagi kedalam 4 jenis yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL 4.6.1.3

Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan

NO PEKERJAAN JUMLAH

RESPONDEN

PERSENTASE

1 Petani 9 30,0

2 Wiraswasta 6 20,0

3 Pedagang 12 40,0

4 Ibu Rumah Tangga 3 10,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebesar 40 % ( 12 orang ), sedangkan responden yang paling sedikit adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar 10 % ( 3 orang ).


(57)

4) Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL 4.6.1.4

Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan NO TINGKAT

PENDIDIKAN

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1 Tidak Tamat SD 3 10,0

2 SD 6 20,0

3 SMP 4 13,0

4 SMA 12 40,0

5 Perguruan Tinggi 5 17,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang terbanyak yaitu tamatan SMA sebesar 40% ( 12 orang ), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang tidak tamat SD sebesar 10% ( 3 orang )

4.6.2. Karakteristik Responden Untuk Penelitian terhadap Kegiatan Penyaluran Dana BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam

Responden dalam penelitian ini adalah Nasabah khususnya nasabah kredit BPR Guna Rakyat yang bertempat tinggal di Lubuk Pakam.

1) Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden dapat dilihat pada table dibawah ini : TABEL 4.6.2.1

Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

NO JENIS KELAMIN JUMLAH

RESPONDEN

PERSENTASE

1 Laki – laki 18 60,0

2 Perempuan 12 40,0

TOTAL 30 100,0


(58)

Dari table diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah yang berjenis kelamin laki – laki yaitu 60,0 % atau 18 responden sedangkan yang berjenis kelamin perempuan hanya 40,0 % atau 12 orang responden. Hal ini berarti bahwa yang menjadi nasabah tabungan atau kredit lebih dominan laki – laki daripada permpuan.

2) Umur Responden

Umur Responden dapat dikelompokkan kedalam empat kelompok yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 4.6.2.2

Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur

NO KELOMPOK UMUR

( TAHUN )

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1 << 29 1 3,0

2 30 – 34 6 20,0

3 35 – 39 9 30,0

4 40 >> 14 47,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden adalah berumur lebih dari 40 tahun sebesar 47 % ( 14 orang ), sedangkan responden yang paling sedikit adalah yang berumur << 29 tahun sebesar 3 % ( 1 orang )

3) Jenis pekerjaan responden

Jenis Pekerjaan responden dibagi kedalam 4 jenis yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TABEL 4.6.2.3

Karakteristik Responden Menurut Jenis Pekerjaan

NO PEKERJAAN JUMLAH

RESPONDEN

PERSENTASE

1 Petani 4 13,0

2 Wiraswasta 9 30,0

3 Pedagang 14 47,0

4 Ibu Rumah Tangga 3 10,0

TOTAL 30 100,0


(59)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mempunyai pekerjaan sebagai pedagang yaitu sebesar 47 % ( 14 orang ), sedangkan responden yang paling sedikit adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar 10 % ( 3 orang ).

4) Karakteristik dari segi penggunaan kredit oleh responden tersebut Tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

TABEL 4.6.2.4

Karakteristik Responden Menurut Segi Penggunaan Kredit

NO SEGI PENGGUNAAN

KREDIT

JUMLAH RESPONDEN

PERSENTASE

1 Pembiayaan Modal Kerja 9 30,0

2 Pembiayaan Investasi 12 40,0

3 Perlengkapan Sarana 5 17,0

4 Konsumtif 4 13,0

TOTAL 30 100,0

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang terbanyak yaitu Responden yang menggunakan kreditnya sebagai pembiayaan Investasi sebesar 40% ( 12 orang ), sedangkan yang paling sedikit adalah responden yang menggunakan kredit sebagai konsumtif sebesar 13% ( 4 orang )


(1)

5.2 Analisis Data Untuk Kegiatan Penyaluran Dana

Dengan melihat pengaruh dari Prosedur Persyaratan kredit, Jenis produk yang ditawarkan dan Jangka Waktu proses pencairan Kredit pada BPR Guna Rakyat terhadap kegiatan penyaluran dana yang dilakukan BPR Guna Rakyat, maka permasalahan tersebut diuraikan dengan model estimasi sebagai berikut

Y = 1K12K2 3K3

Dimana :

 : Koefisien intercept β1β2β3 : Koefisien Regresi

K1 : Prosedur Persyaratan Kredit

K2 : Jenis Produk kredit yang ditawarkan BPR Guna Rakyat K3 : Jangka Waktu proses pencairan Kredit di BPR Guna Rakyat Y : Kegiatan Penyaluran dana Masyarakat oleh BPR Guna Rakyat

 : Standard error A. Interprestasi Model

Berdasarkan hasil regresi linear berganda dengan menggunakan program eviews 4.1 diperoleh estimasi sebagai berikut :

Bentuk persamaan Y = f( K1, K2, K3 )

Bentuk umum regresi berganda : Y = 1K12K2 3K3 

Y = -1327569. + 1919048.K1 + 682832.1K2 – 1134712.K3 Std error (490750.2) (466925.8) (408548.5) T-stat (3.910) (1.462) (-2.777) R2 = 0.894

Adj R2 = 0.882 F-Stat = 73.291 Prob-Stat = 0.000000 D-W Stat = 1.647


(2)

B. Pembahasan

Hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independent yaitu Prosedur Persyaratan kredit, Jenis produk yang ditawarkan dan Jangka Waktu proses pencairan Kredit pada BPR Guna Rakyat Lubuk Pakam adalah sebagai berikut :

a. Prosedur persyaratan kredit yang diberikan oleh BPR kepada nasabah BPR Guna Rakyat berpengaruh positif terhadap tingkat penyaluran dana yang dilakukan BPR

b. Jenis Produk kredit yang ditawarkan oleh BPR Guna Rakyat mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh BPR Guna Rakyat

c. Jangka Waktu Proses Pencairan Kredit pada BPR Guna Rakyat mempunyai pengaruh negative terhadap kegiatan Penyaluran dana oleh BPR Guna Rakyat.

C. Koefisien Determinasi R2

Dari hasil regresi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0.89 atau R2 = 89%, yang memberikan arti bahwa variabel Prosedur Persyaratan kredit, Jenis produk yang ditawarkan dan Jangka Waktu proses pencairan Kredit pada BPR Guna Rakyat mampu memberikan penjelasan sebesar 89% sementara sisanya 11% dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak termasuk kedalam model estimasi untuk penulisan ini.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah penulis uraikan dari bab – bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan membuat beberapa kesimpulan sebagaimana diuraiakan dibawah ini :

1. Tingkat Pendapatan masyarakat berpengaruh positif dan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kegiatan penghimpunan dana, dimana semakin besar tingkat pendapatan masyarakat maka dana yang dapat dihimpun oleh BPR dari tabungan masyarakat semakin besar pula.

2. Sarana dan fasilitas yang tersedia pada BPR Guna Rakyat juga mempengaruhi masyarakat untuk menabung pada BPR Guna Rakyat meskipun fasilitas tabungan yang terdapat di BPR tidak sebaik bank umum namun karena persyaratan yang memudahkan masyarakat untuk menabung seperti setoran saldo awal yang rendah sebesar Rp.25.000,- masih terjangkau masyarakat.

3. Jarak BPR Guna Rakyat dengan tempat tinggal masyarakat mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kegiatan penghimpunan dana oleh BPR Guna Rakyat dimana semakin jauh jarak tempat tinggal masyarakat dari BPR Guna Rakyat maka dana yang dihimpun oleh BPR Guna Rakyat akan semakin sedikit dari nasabah tersebut, semakin sedikit karena faktor dari diri nasabah tersebut yang enggan untuk mengunjungi BPR Guna Rakyat karena jarak yang jauh ataupun ada Bank lain yang lebih dekat dengan nasabah tersebut.


(4)

4. Prosedur persyaratan kredit yang diberikan oleh BPR kepada nasabah BPR Guna Rakyat berpengaruh positif terhadap tingkat penyaluran dana yang dilakukan BPR dimana semakin mudah prosedur persyaratan yang diberikan BPR Guna Rakyat maka semakin besar dana yang dapat disalurkan, dan pada umumnya persyaratan yang diberikan oleh BPR tidak sesulit prosedur dari bank umum.

5. Jenis Produk kredit yang ditawarkan oleh BPR Guna Rakyat mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh BPR, jika semakin banyak produk – produk kredit yang ditawarkan kepada masyarakat dimana produk yang ditawarkan sangat memudahkan masyarakat untuk meminjam dan melakukan pembayaran kredit maka akan semakin meningkat pula dana yang dapat disalurkan oleh BPR Guna Rakyat, contoh produk yang menarik semisal pembayaran bunga kredit secara menurun (sliding) merupakan produk yang sangat memudahkan debitur untuk membayar kredit kepada BPR Guna Rakyat.

6. Jangka Waktu Proses Pencairan Kredit pada BPR Guna Rakyat mempunyai pengaruh negative terhadap kegiatan Penyaluran dana oleh BPR Guna Rakyat, dimana semakin lama jangka waktu proses pencairan kredit maka dana yang disalurkan akan menurun, masyarakat mempunyai keinginan untuk mendapatkan kredit dengan jangka waktu yang tidak terlalu lama karena kebutuhan akan dana yang sedang mendesak untuk segera dipenuhi. BPR Guna Rakyat mempunyai jangka waktu yang relative cepat dalam proses pencairan dana kredit yaitu 2-3 minggu, tetapi semua itu tergantung prosedur dan besarnya jumlah kredit yang akan dipinjam oleh masyarakat pada BPR Guna Rakyat.


(5)

6.2 SARAN

Sebagai penutup untuk penulisan skripsi ini penulis memberikan saran pada semua pihak yang terkait dengan penulisan skripsi ini untuk menuju BPR yang lebih baik dan dapat menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia disamping bank umum dan lembaga lainnya.

1. Upaya pemerintah hendaknya lebih giat lagi dalam mempromosikan BPR sebagai bank yang selalu membantu pengusaha kecil dalam hal pemberian kredit dimana BPR merupakan Bank rakyat yang memberikan kemudahan syarat pinjaman dan proses pencairan yang tidak terlalu lama, memberikan produk kredit yang tidak memberatkan debitur, dan masyarakat yang meminjam di BPR

2. Agar BPR mampu meningkatkan kemampuannya dalam menyediakan sarana dan fasilitas juga pelayanannya kepada masyarakat agar kepercayaan masyarakat kepada BPR semakin meningkat.

3. Kepada masyarakat khususnya pengusaha kecil, ataupun menengah, yang tidak mempunyai akses ke bank umum untuk melakukan kredit, maka penulis menyarankan kemudahan akses ke BPR untuk melakukan kredit demi berkembangnya usaha yang anda jalankan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawan, Indra, Pengantar Uang Dan Perbankan, Rineka Cipta 1990

2. Adinugraha, Tcipto, Perbankan Masalah Perkreditan, Pradja Paramita, Jakarta 1973

3. Djohan, Warman, Kredit Bank, Mutiara Sumber Widya Jakarta, 200

4. J.E Panglaykim – Pangestu, Perkembangan Industri dan LKBB di Indonesia, Andi Offset Yogya

5. Moleong, J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung 2005

6. Peraturan Pemerintah RI No.71 tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat. 7. Sinungan, Muchdarsyah, Dasar – dasar dan Teknik Manajemen Kredit,

PT.Bina Aksara – Jakarta 1993

8. Manurung, Mandala. Rahardja Prathama, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter ( Kajian Kontekstual Indonesia ), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta 2004