Hukum yang Diterapkan Mahkamah Internasional

Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 kewajiban yang sama untuk mengakui kewenangan Mahkamah Internasional atau pengadilan dalam persengketaan hukum.

2. Hukum yang Diterapkan Mahkamah Internasional

Statuta Mahkamah Internasional dengan tegas menyatakan sumber-sumber hukum internasional yang akan mahkamah terapkan dalam menyelesaikan sengketa-sengketa yang diserahkan kepadanya. Sumber hukum tersebut dinyatakan dalam pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional, yaitu: a. konvensi atau perjanjian internasional, baik yang bersifat umum atau khusus, yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa; b. kebiasaan-kebiasaan internasional sebagaimana telah dibuktikan sebagai suatu praktik hukum umum yang diterima sebagai hukum; c. prinsip-prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa yang beragam; d. putusan-putusan pengadilan dan ajaran-ajaran para sarjana yang paling terkemuka dari berbagai negara sebagai sumber hukum subsider tambahan untuk menetapkan kaidah-kaidah hukum. 35 Menurut Mochtar Kusuma Atmadja, penyebutan sumber-sumber hukum tersebut tidak menggambarkan urutan pentingnya masing-masing sumber hukum. Klasifikasi yang dapat digunakan adalah bahwa dua urutan pertama tergolong ke 35 Ibid., hal. 87. Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 dalam sumber hukum utama atau primer. Dua lainnya adalah sumber hukum tambahan atau subsider. 36 1 prinsip-prinsip yang telah mapan sebagai suatu hasil penerimaan dan penerapan oleh negara-negara yang kemudian dianggap sebagai kaidah- kaidah hukum kebiasaan internasional; dan Hukum kebiasaan internasional yang ditetapkan Mahkamah dapat berupa dua macam: 2 kaidah-kaidah serupa yang juga berkembang dan diterapkan di dalam suatu region tertentu hukum internasional regional. 37 Menurut piagam PBB, asas-asas hukum umum tidak mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam lingkup internasional. Tetapi ia mengacu kepada prinsip-prinsip hukum umum yang terdapat dalam hukum nasional atau yang terefleksikan dalam konsep-konsep dasar dari tertib hukum negara-negara yang sitem hukumnya dianggap berasal dari negara-negara beradab. 36 Mochtar Kusuma Atmadja, Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Bandung. 1987, hal. 81. 37 Huala Adolf, Op. Cit., hal. 88 Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009

BAB IV TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL

SECARA DAMAI TERHADAP SENGKETA GATT DAN WTO

A. Mekanisme Penyelesaian Sengketa WTO dan GATT

Perjanjian GATT adalah suatu dokumen yuridis. Dalam dokumen ini tercantum hak maupun kewjaiban negara pesrta perjanjian. Adanya serangkaian hak dan kewajiban yang secara eksplisit dicantumkan tentunya sering menimbulkan sengketa. Sebagai lembaga, maka GATT telah menerapkan tata cara dan prosedur untuk menangani sengketa yang timbul antara negara peserta. Dalam konteks hukum internasional secara umum, masyarakat internasional memberikan peluang untuk melakukan penyelesaian sengketa antara negara-negara melalui berbagai cara. Sengketa antar negara dapat diatasi melalui: a. proses dimana pihak yang bersengketa menerima penyelesaian sengketa yang dirumuskan dan diputuskan oleh pihak ketiga; b. proses dimana pihak yang bersengketa dianjurkan supaya berembuk dan berusaha untuk menyelesaikan sengketa di antara mereka sendiri. 38 Pasal XXIII menentukan kapan suatu negara peserta dapat menggunakan prosedur penyelesaian sengketa GATT dan WTO guna melindungi kepentingannya. Prosedur ini baru dimungkinkan apabila suatu negara peserta beranggapan bahwa keuntungan yang diperolehnya baik secara langsung maupun tidak langsung dari perjanjian ini hilang atau terganggu, atau pencapaian salah satu tujuan dari perjanjian ini terganggu sebagai akibat: 38 H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO: Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, UI Press: Jakarta. 1996. hal. 137.