Keterlibatan Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sebagai Bagian dari Pengawasan

Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 waktu, dan hasi keputusan harus diterima oleh pihak-pihak yang bersangkutan sebagai final, dan tidak diteruskan kepada arbitrase lainnya. DSB selanjutnya memberikan kuasa suspensi dari konsesi-konsesi secara konsisten dari hasil penyelesaian arbitrator. Jika tidak, maka diadakan konsensus.

B. Keterlibatan Indonesia dalam Penyelesaian Sengketa Perdagangan

Selama menjadi negara peserta GATT 1947 dan sebagai negara anggota WTO Indonesia belum pernah memanfaatkan mekanisme formal bagi penyelesaian sengketa sebagai penggugat ataupun tergugat, baik dalam GATT 1947, maupun WTO. Dengan demikian hingga saat ini secara langsung Indonesia belum terlibat dalam proses penyelesaian sengketa GATT berdasarkan pasal XXII dan XXXIII ataupun prosedur lain dalam rangka GATT, dan juga dalam sistem WTO. Namun hal ini tidak berarti Indonesia belum pernah berselisih dengan mitra dagangnya. Menurut suatu sumber di departemen perdagangan, kasus-kasus perselisihan dagang antara Indonesia dengan negara-negara lain akhir-akhir ini telah diselesaikan secara bilateral di luar kerangka GATT. Misalnya dalam persengketaan antara Indonesia dan MEE mengenai rotan, Indonesia dan Amerika Serikat mengenai tarif dan non-tarif 1989. Begitu pula persengketaan mengenai subsidi dengan Amerika Serikat 1985 telah diselesaikan melalui konsultasi bilateral. Dalam penyelesaian sengketa demikian jelas sebagai pihak yang lemah, Indonesia telah menjadi korban tekanan bilateral dari negara maju yang menjadi mitra dagangnya. Salah satu contoh lemahnya posisi Indonesia dalam melakukan konsultasi bilateral dengan negara maju adalah ketika Amerika Serikat berhasil Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 menggiring Indonesia untuk mau menandatangani Code of Subsidies and Countervailing Duties dan juga menandantangani suatu perjanjian bilateral.

C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Sebagai Bagian dari Pengawasan

Internasional Persengketaan dan bagaimana cara menyelesaikannya adalah inheren dalam setiap sistem hukum, termasuk hukum internasional. Perbedaan pendapat, dan bagaimana subjek hukum mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat ini untuk sampai pada suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua belah pihak, baik secara sukarela maupun karena dirasakan sebagai kewajiban sebagai anggota masyarakat yang diatur sistem hukum yang bersangkutan, akan memperkaya dan memperkuat sistem hukum yang bersangkutan secara normatif maupun dalam implementasi. Sebagai bagian dari sistem huku m internasional norma-norma GATT juga telah berkembang dan diperkokoh oleh pengalaman yang panjang dari sistem penyelesaian sengketanya dalam menyelesaikan perselisihan perdagangan antar negara anggota. Salah satu fungsi penyelesaian sengketa adalah agar supaya norma-norma hukum yang mengatur hubungan di antara anggota masyarakat dipatuhi. Dengan perkataan lain di dalamnya terkandung fungsi pengawasan dalam masyarakat nasional, pengawasan ini dipercayakan pada suatu lembaga yaitu negara, Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 sedangkan dalam masyarakat internasional, yang tidak mungkin kekuasaan sentral, diserahkan pada para anggotanya sendiri. 44 1. Review Function, pada umumnya, review diartikan sebagai mengukur atau menilai suatu berdasarkan tolak ukur tertentu, dalam konteks hukum ini berarti menilai sesuatu perilaku untuk menentukan kesesuaiannya dengan aturan hukum. Review function dalam hubungannya dengan negara dilaksanakan apabila perilaku suatu negara dinilai menurut hukum internasional oleh suatu lembaga pengawasan yang mempunyai status internasional. Pengawasan ini dilakukan oleh suatu negara atau lebih atau oleh suatu lembaga yang dibentuk menurut perjanjian internasional. Hasil dari pengawasan ini adalah suatu keputusan tentang sesuai tidaknya negara tersebut dengan hukum internasional. Menurut Van Hoof pengawasan internasional mempunyai tiga fungsi: 2. Correction Function: fungsi ini dilaksanakan manakala telah timbul suatu keadaan yang bertentangan dengan hukum internasional, namun demikian, fungsi ini dapat pula bersifat preventif, manakala negara-negara menyesuaikan diri pada aturan-aturan hukum internasional sebagai akibat eksistensi atau ancaman dan mekanisme koreksi ini. Tujuan akhir dari pengawasan internasional adalah untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan hukum internasional. Oleh karena itu pelanggarannya harus diperbaiki. Terlepas dari kasus-kasus di mana negara melakukan pelanggaran memperbaiki pelanggaran atas kehendak sendiri, kepatuhan terhadap hukum internasional harus dipastikan melalui persuasi atau 44 Hata, Perdagangan Internasional: dalam Sistem GATT dan WTO, Refika Aditama: Bandung. Hal. 181. Ayu Lestari : Mekanisme Penyelesaian Sengketa GATT Dan WTO Ditinjau Dari Segi Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Secara Damai, 2007. USU Repository © 2009 paksaan dari luar. Ini merupakan fungsi koreksi dari pengawasan internasional, yang biasa juga disebut sebagai fungsi pemaksa enforcement functin. Satu persoalan yang terkait dengan hal ini adalah pengenaan sanksi dalam hukum internasional. 3. Creative Function: sekalipun review creative function merupakan bagian pokok dari pengawasan, namun pengawasan juga dapat berfungsi kreatif, terutama dalam hukum internasional. Hal ini disebabkan karena tidak adanya semacam eksekutif dan judikatif. Tindakan-tindakan legislatif seringkali abstrak atau tidak jelas. Oleh karena itu usaha untuk memperjelas norma-norma hukum internasional ini merupakan bagian dari fungsi pengawasan yaitu fungsi kreatif. Jadi fungsi kreatif ini berupa penafsiran atas aturan-aturan hukum internasional yang belum jelas. 45 Secara normatif GATT dan WTO menyediakan sejumlah ketentuan pengawasan di dalamnya. Misalnya, dalam GATT pasal X mengandung ketentuan tentang pengawasan secara umum. Pasal ini mewajibkan negara-negara menerbitkan aturan-aturan nasional yang terkait dengan perdagangan internasional. Ini merupakan review function dari pengawasan.

D. Hubungan Penyelesaian Sengketa GATT dan WTO dengan Bentuk