Gambaran Umum Rumah Adat Nias Utara

Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009 BAB IV POTENSI RUMAH ADAT NIAS UTARA SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DI KABUPATEN NIAS

4.1 Gambaran Umum Rumah Adat Nias Utara

Beberapa keunikan omo hada antara lain tiang penyangga rumah setinggi empat meter terbuat dari kayu bulat yang cukup keras. Tiang penyangga ehomo yang cukup tinggi ini adalah berdasarkan pengalaman sejarah suku Nias. Rumah yang terletak di bukit, pelindung terbaik adalah memakai tiang tinggi. Selain itu, ada tiang penyangga diwa menyilang sebagai penyangga rumah dari serangan angin yang kuat di dataran tingi. Tiang-tiang ini tidak ditancapkan ke tanah, tetapi ditumpukkan di atas batu keras. Di dalam rumah terdapat ruangan besar sebagai tempat pertemuan dan berkumpulnya para tetua adat tokoh adat Nias pada masa-masa lalu. Beberapa ornamen menunjukkan jabatan bangsawan, seperti hiasan berbentuk piring, bentuk gama, dan bentuk sisir, merupakan perlambang bahwa yang memiliki rumah merupakan pusat tempat pertemuan pesta besar dan tempat di mana hukum adat ditentukan. Karena harus memuat banyak orang, maka rumah adat dibuat dengan ukuran serba besar, baik tiang penyangga maupun ruangan yang dibangun. Ukuran besar di sini memiliki dua fungsi, yaitu dapat memuat banyak orang dan menunjukkan kekayaan dan kebesaran pemiliknya. Alasan lain adalah hanya orang yang layaklah yang berhak membangun rumah besar. Hanya orang-orang tertentu pula yang dapat melakukan pesta besar owasa sebagai wujud dari kekayaan. Dulu rumah adat Omo Hada oleh masyarakat Nias digunakan sebagai lambang kekayaan pemiliknya. Selain sebagai tempat tinggal, di dalam rumah ini bangsawan pemiliknya berhak melakukan pertemuan dan acara adat. Acara adat dimaksud dapat berupa upacara pengukuhan raja owasa famaho bawi soya, Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009 upacara menguji kekuatan rumah raja famoro omo, dan pesta pembuatan rumah baru famaluaya tuha nomo. Dengan demikian, omo hada merupakan titik sentral setiap kegiatan yang melibatkan adat istiadat. Peralihan zaman membuat fungsi Omo Hada berubah menjadi rumah pertemuan biasa, dan sebagai gantinya balai desa menjadi titik pertemuan. Ruangan pertama adalah Tawalo yaitu berfungsi sebagai ruang tamu, tempat bermusyawarah, dan tempat tidur para jejaka. Seperti diketahui pada masyarakat Nias mengenal adanya perbedaan derajat atau kasta dikalangan penduduknya, yaitu golongan bangsawan atau si ulu golongan pemuka agama atau Ere, golongan rakyat biasa atau ono mbanua dan golongan Sawuyu yaitu budak. Di bagian ruang Tawalo sebelah depan dilihat jendela terdapat lantai bertingkat 5 yaitu lantai untuk tempat duduk rakyat biasa, lantai ke 2 bule tempat duduk tamu, lantai ketiga dane-dane tempat duduk tamu agung, lantai keempat Salohate yaitu tempat sandaran tangan bagi tamu agung dan lantai ke 5 harefa yakni untuk menyimpan barang-barang tamu. Di belakang ruang Tawalo adalah ruang Forema yaitu ruang untuk keluarga dan tempat untuk menerima tamu wanita serta ruang makan tamu agung. Di ruang ini juga terdapat dapur dan disampingnya adalah ruang tidur. Rumah adat Nias biasanya diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu yang sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan Tawalo yang luas itu interinya dihiasi ukiran kera lambang kejantanan, ukiran perahu-perahu perang melambangkan kekasaran. Dahulu, di ruangan ini juga digantungkan tulang-tulang rahang babi yang berasal dari babi-babi yang dipotong pada waktu pesta adat dalam pembuatan rumah tersebut. Menurut cerita, di ruangan ini dahulu digantungkan tengkorak kepala manusia yang dipancumg untuk tumbal pendirian rumah. Tapi setelah Belanda datang, kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi ciri khas adat istiadat Nias adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo. Bangunan batu ini dibuat sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah dewasa dalam mencoba ketangkasannya. Tri Selamat Zebua : Potensi Rumah Adat Nias Utara Sebagai Objek Wisata Budaya Di Kabupaten Nias, 2009. USU Repository © 2009 Untuk memasuki rumah adat ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan anak tangga yang selalu ganjil 5 - 7 buah, kemudian memasuki pintu rumah yang ada dua macam yaitu seperti pintu rumah biasa dan pintu horizontal yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini mempunyai maksud untuk menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar menyerang ke dalam rumah bila terjadi peperangan.

4.2 Proses Pembangunan Rumah Adat Nias Utara