Rahasia Bank Dalam Teori dan Praktek

Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 nasabah penyimpan, maka dapat diberikan informasi mengenai keuangan nasabah penyimpan apabila ia meninggal kepada ahli warisnya. Selanjutnya dalam Pasal 45 disebutkan bahwa : “Pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan oleh bank- bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43 dan Pasal 44 tersebut di atas, berhak untuk mengetahui isi keterangan tersebut dan dapat meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan”. Tentang hal ini, dalam penjelasan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dinyatakan bahwa apabila permintaan pembetulan oleh pihak yang merasa dirugikan akibat keterangan yang diberikan oleh bank maka masalah tersebut dapat diajukan oleh pihak yang bersangkutan ke Pengadilan yang berwenang.

C. Rahasia Bank Dalam Teori dan Praktek

Di Indonesia, rahasia bank pertama kali diatur dalam hukum publik oleh Undang-undang No. 23 Prp Tahun 1960. Pengaturan tentang rahasia bank tersebut adalah bank tidak boleh memberikan keterangan-keterangan tentang keadaan keuangan langganannya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan Pasal 2. Pengecualian dari ketentuan tersebut meliputi : keperluan perpajakan dan keperluan peradilan dalam perkara tindak pidana, dimana terhadap pelanggarannya diancam sanksi pidana berupa hukuman penjara. Selama-lamanya 1 satu tahun atau denda setinggi-tinggi Rp. 250.000,- dua ratus lima puluh ribu rupiah. Ketentuan rahasia bank tersebut berlaku dengan beberapa kali mengalami perubahan, karena ada pendapat bahwa ketentuan rahasia bank perlu disempurnakan dengan memperluas pengecualiannya, karena menurut mereka rahasia bank yang sangat ketat kadangkala dimanfaatkan oleh debitur yang nakal Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 untuk melakukan skenario bisnis yang mengarah pada white collar crime, antara lain dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan dan terakhir dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 24 Meskipun telah menjadi hukum publik sejak tahun 1960, jarang ada kasus pelanggaran rahasia bank yang berperkara di Pengadilan. Namun dalam praktek akhir-akhir ini, hangat dibicarakan sejauh mana bank wajib menyimpan rahasia nasabahnya yang tersangkut dengan kredit macet. Mengenai kredit macet, terdapat perbedaan diantara para sarjana tentang apakah kredit dari seseorang nasabah termasuk dalam ruang lingkup rahasia bank sehingga tidak boleh dibuka oleh bank yang bersangkutan. Dalam hal ini, undang-undang perbankan yang lama yaitu Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tidak memberikan indikasi apa-apa tentang hal ini. Pendapat sebagian sarjana mengatakan bahwa hanya rekening nasabah saja yang merupakan rahasia bank. Misalnya rekening koran, deposito, ataupun tabungan. Sedangkan kredit tidak termasuk rahasia bank. Sementara pendapat sarjana yang lain menyatakan bahwa kredit termasuk juga dalam ruang lingkup rahasia bank. Karena itu, misalnya akan melanggar rahasia bank jika ada bank mendisclose bahwa ada debiturnya yang sedang macet kreditnya. Terlepas apakah kredit tersebut merupakan rahasia bank akan tetapi secara universal diakui bahwa kepentingan bank itu sendiri yang nota bene juga kepentingan masyarakat secara luas dapat memberikan justifikasi untuk membuka rahasia bank. Karena itu jika ada kepentingan bagi bank untuk mendisclose kredit macet dari debiturnya, misalnya dalam rangka menarik kreditnya yang macet tersebut, maka hal tersebut seyogyanya dapat dibenarkan. Akan tetapi dengan keluarnya Undang-Undang 24 Muhamad Djumhana, Op.Cit., hal.118. Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 Perbankan No.10 Tahun 1998, maka dengan tegasnya ditentukan bahwa yang termasuk kategori rahasia bank hanyalah informasi mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya itu. Jadi informasi mengenai nasabah debitur atau kreditur tidak tergolong ke dalam kategori rahasia bank tersebut Pasal 40 ayat 1 Undang- Undang Perbankan. Mengenai pemblokiran rekening, dapat dijelaskan bahwa sudah jelas rekening dari seorang nasabah pada bank yang bersangkutan merupakan rahasia bank yang harus dijaga baik-baik oleh bank. Akan tetapi kadangkala pihak-pihak yang berwenang berkepentingan untuk melakukan sesuatu terhadap rekening yang bersangkutan. Misalnya apabila terdapat dugaan bahwa orang si pemilik rekening melakukan kejahatan yang oleh hukum memberikan kemungkinan agar seluruh milik nasabah termasuk rekening bank tersebut disita oleh Pengadilan. Ataupun uang dalam rekening itu sendiri diduga sebagai hasil dari kejahatan. Misalnya hasil dari money laundring. Maka dalam hal-hal tersebut sungguhpun rekening nasabah merupakan rahasia bank, tetapi hal tersebut merupakan hal-hal yang oleh undang-undang diberikan kemungkinan untuk dibuka rahasia tersebut. Asalkan dilakukan menurut prosedur yang ditetapkan oleh undang-undang. Untuk dapat mengetahui apakah prinsip rahasia bank dapat dilaksanakan oleh sesuatu bank atau tidak, ada dua tahap yang mesti diklarifikasi, yaitu sebagai berikut 25 25 Munir Fuady, Op.Cit., hal. 94-95. : Tahap I : Apakah informasi yang diberikan oleh bank itu termasuk dalam ruang lingkup rahasia bank. Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 Tahap II : Apakah informasi tersebut disampaikan oleh pihak-pihak yang memang dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku. Tahap III : Jika informasi tersebut termasuk kedalam lingkup rahasia bank, maka harus diteliti apakah pembukaan informasi tersebut tidak tergolong ke dalam pengecualian yang dibenarkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Ad.1. Apakah informasi yang diberikan oleh bank itu termasuk dalam ruang lingkup rahasia bank. Mengenai ruang lingkup dari rahasia bank, Pasal 40 dari Undang-Undang Perbankan dengan tegas menyebutkan bahwa yang tergolong ke dalam rahasia bank adalah hanya keterangan mengenai : 1 nasabah penyimpan, atau 2 simpanan dari nasabah tersebut. Ad.2. Apakah informasi tersebut disampaikan oleh pihak-pihak yang memang dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku. Perlu pula dilihat apakah yang membuka rahasia bank tersebut termasuk orang-orang yang memang dilarang untuk membuka rahasia bank. Adapun yang merupakan orang-orang yang memang dilarang membuka rahasia bank adalah sebagai berikut : 1 Pihak bank sendiri danatau 2 Pihak terafiliasi, yang terdiri dari : a. Anggota dewan komisaris atau pengawas, direksi, pejabat atau karyawan bank yang bersangkutan ; b. Anggota pengurus, badan pemeriksa, direksi, pejabat atau karyawan bank, khusus bagi bank berbentuk hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 c. Pihak pemberi jasa kepada bank yang bersangkutan, termasuk tetapi tidak terbatas pada akuntan publik, penilai, konsultan hukum dan konsultan lainnya. d. Pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia turut serta mempengaruhi pengelolaan bank, termasuk tetapi tidak terbatas pada pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus. Ad.3. Jika informasi tersebut termasuk kedalam lingkup rahasia bank, maka harus diteliti apakah pembukaan informasi tersebut tidak tergolong ke dalam pengecualian yang dibenarkan oleh perundang-undangan yang berlaku. Di berbagai negara, rahasia bank dapat secara formal diatur dalam satu atau beberapa ketentuan perundangan atau petunjuk dari otoritas moneter atau dapat pula secara informal dimuat dalam perjanjian masing-masing antar bank dengan nasabahnya. Di Singapore misalnya, seorang pejabat bank harus tunduk pada dua perangkat kewajiban kerahasiaan, yaitu kewajiban yang timbul dari undang-undang dan kewajiban yang timbul dari perikatan. Kewajiban dari undang-undang berasal dari Pasal 47 ayat 3 Undang-Undang Perbankan Singapore yaitu tidak seorang petugas bankpun selama masa dinasnya atau setelah berakhir maka dinasnya pada suatu bank, dapat memberikan informasi yang berkenaan dengan uang atau hal-hal lain yang berkaitan dengan rekening nasabah. Sedangkan kewajiban dari perikatan berasal dari perjanjian antara bank dengan nasabahnya yang disebut juga dengan “the common law duty”. Pelanggaran terhadap kewajiban dari undang-undang dapat mengakibatkan tuntutan pidana Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008. USU Repository © 2009 terhadap pejabat bank, sedangkan pelanggaran terhadap kewajiban dari perikatan dapat menyebabkan gugatan perdata terhadap bank yang bersangkutan. 26 26 Kusumaningtuti, Pustaka Peradilan Jilid II, Mahkamah Agung RI, 1994, hal. 98. Dengan adanya dalil rahasia bank, timbul kesan seolah-olah pihak bank menyerbu perusahaan debitur yang kebetulan menjadi sorotan publik atau dengan kata lain seringkali timbul kesan seolah-olah kalangan perbankan bersembunyi di balik kaedah rahasia bank untuk melindungi nasabahnya. Bahwa jika bank benar-benar berniat melindungi keuangan nasabahnya yang benar-benar jujur dan bersih, maka tindakan seperti itu dapatlah didukung, akan tetapi tindakan perbankan yang bersembunyi dibalik rahasia bank semata-mata untuk melindungi nasabah yang nakal dan untuk menutupi adanya kolusi yang terjadi di tubuh bank sendiri, maka tindakan seperti itu sangatlah disesalkan.

D. Cakupan Rahasia Bank