Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam praktik perbankan nasabah dibedakan menjadi tiga yaitu : 1.
Nasabah deposan, yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu bank, misalnya dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito.
2. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit atau pembiayaan
perbankan, misalnya kredit kepemilikan rumah, pembiayaan murabahah, dan sebagainya.
3. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui
bank walk in customer, misalnya transaksi antara importir sebagai pembeli dengan eksportir di luar negeri dengan
menggunakan fasilitas letter of credit LC.
42
A. Hubungan Hukum Dengan Nasabah Dalam Pemberian Kredit
Nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank
dengan nasabah yang bersangkutan disebut sebagai nasabah debitur. Bagaimana status kerahasian keterangan mengenai nasabah debitur.
Apakah secara a contrario dapat ditafsirkan bahwa karena Pasal 40 Undang- Undang No.10 Tahun 1998
hanya mewajibkan bank dan pihak terafiliasi menjaga kerahasiaan nasabah penyimpan dan simpanannya, dan ditegaskan dalam
penjelasannya bahwa keterangan mengenai nasabah selain dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan bukan keterangan yang wajib dirahasiakan.
Bila diperhatikan pengaturan mengenai rahasia bank di berbagai negara, maka terdapat penggolongan pengaturan sebagai berikut:
42
http:hukum-perbankan.blogspot.comsearchlabelhukum20perbankan, diakses pada tanggal 20 Oktober 2008
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
a Yang memasukkan rahasia bank sebagai ketentuan pidana, dalam arti
rahasia bank sebagai kewajiban publik, sebagaimana banyak dianut oleh negara yang menggunakan sistem hukum kodifikasi.
b Yang memasukkan rahasia bank sebagai ketentuan perdata, dalam arti
rahasia bank sebagai kewajiban yang timbul dari hubungan kontraktual, sebagaimana banyak dianut oleh sebagian besar negara
yang menggunakan sistem Common Law. c
Yang memasukkan sebagian pengaturan rahasia bank sebagai ketentuan pidana, namun di sebagian lain sebagai ketentuan perdata
kombinasicampuran, sebagaimana dianut oleh negara Amerika Serikat.
43
Menurut penggolongan tersebut, Undang-Undang No.7 Tahun 1992 dapat digolongkan yang memasukkan rahasia bank sebagai ketentuan pidana.
Dibandingkan dengan ketentuan Undang-Undang No.7 Tahun 1992, dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagaimana dapat dilihat dari ketentuan
Pasal 40 ayat 1 jo. Pasal 47 Undang-Undang No.10 Tahun 1998, hanya memasukkan kewajiban menjaga keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya sebagai rahasia bank yang bersifat publik. Sedangkan keterangan mengenai nasabah debitur, secara letterlijk dikecualikan sebagai rahasia bank
yang bersifat publik. Hal ini bisa dilihat dari penjelasan Pasal 40 ayat 1 paragraf ke-2 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang berbunyi sebagai berikut:
“Keterangan mengenai Nasabah selain sebagai Nasabah Penyimpan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan Bank.”
43
http:omperi.wikidot.compengaturan rahasia bank, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Ketentuan ini berbeda dengan obyek rahasia bank sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang-Undang No.7 Tahun 1992 yang tidak membedakan apakah nasabah
tersebut sebagai nasabah penyimpan atau nasabah debitur. Segala keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabah
merupakan rahasia bank. Meskipun keterangan mengenai nasabah debitur tidak diatur secara tegas
dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagai rahasia bank, sebagaimana ketentuan rahasia bank menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, namun
perubahan ini hanya merupakan satu bentuk apa yang dikenal dalam ilmu hukum pidana sebagai depenalisasi. Depenalisasi di sini mempunyai pengertian bahwa
perbuatan yang semula diancam dengan pidana, ancaman pidananya dihilangkan, akan tetapi masih dimungkinkan adanya tuntutan dengan cara lain, misalnya
dengan melalui hukum perdata atau hukum administrasi. Artinya bahwa pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur yang dalam Undang-
Undang No.7 Tahun 1992 ditentukan sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 ini dihilangkan ancaman
pidananya, akan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan untuk dituntut secara perdata maupun administratif. Dengan kata lain dapat disebutkan
bahwa tidak masuknya lagi keterangan mengenai nasabah debitur menjadi keterangan yang wajib dirahasiakan oleh bank dan pihak terafiliasi sebagaimana
ditetapkan dalam Pasal 40 Undang-Undang No.10 Tahun 1998, bukan menghilangkan sifat wajib dirahasiakannya keterangan tersebut, namun hanya
mengalihkan kewajiban tersebut yang tadinya merupakan kewajiban yang bersifat
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pidana termasuk ketentuan yang bersifat publik menjadi kewajiban yang bersifat perdata.
44
1 Hubungan antara bank dengan nasabah debitur merupakan fiduciary
relation dan confidential relation, sehingga kepercayaan serta kerahasiaan hubungan keduanya merupakan moral obligation
kepatutan. Kewajiban merahasiakan keterangan mengenai nasabah debitur
merupakan kewajiban yang bersifat perdata, serta pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur dapat dituntut secara perdata adalah:
Sejalan dengan hal tersebut dapat dikutip pernyataan M. Sholehuddin dalam bukunya yang berjudul ‘Tindak Pidana Perbankan” sebagai berikut:
“Keharusan bagi bank untuk memegang teguh rahasia bank adalah implementasi dari hubungan hukum antara bank dengan nasabah nya yang
dilandasi oleh asas kerahasiaan konfidensialitas. Oleh karenanya, maka hubungan antara bank dengan nasabah , baik nasabah penyimpan dana
maupun nasabah debitur adalah hubungan kerahasiaan confidential relation.”
45
“Bank hanya bersedia memberikan kredit kepada nasabah debitur atas dasar kepercayaan bahwa nasabah debitur mampu dan mau membayar
kembali kredit tersebut, maka juga hubungan antara bank dan nasabah debitur, yaitu hubungan perjanjian kredit, bukanlah sekedar hubungan
kontraktual bisaa antara kreditur dan debitur tetapi juga hubungan kepercayaan fiduciary relation.”
Khususnya di bidang kredit, dapat ditambahkan pula di sini pendapat Sutan Remy Sjahdeini yang menyatakan bahwa:
46
44
Ibid, hal.5.
45
M. Sholehuddin, Tindak Pidana Perbankan, Jakarta : Rajawali Press, 1997, hal.45.
46
Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan Asas dan Permasalahan Yang Dihadapi Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis
, Jakarta, 1999.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2 hubungan hukum antara bank dengan nasabah debitur adalah
berdasarkan perjanjian yang diadakan antara bank dengan nasabah debitur.
Hal ini dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 1 Angka 18 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 sebagai berikut:
“Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan
itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.” Berdasarkan prinsip hubungan kerahasiaan, hubungan kontraktual antara
bank dengan nasabah debitur mengandung syarat yang tersirat implied term bahwa bank dianggap mempunyai kewajiban untuk merahasiakan keterangan
mengenai nasabah debitur. Dalam hal ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1339 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa:
“persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat persetujuan diharuskan oleh kepatutan, kebisaaan atau undang- undang.”
3
Adanya kemungkinan bank digugat melakukan perbuatan melanggar hukum oleh nasabah debitur, bilamana dengan pengungkapan
keterangan mengenai nasabah debitur dipandang oleh nasabah debitur merugikan dirinya.
Hal ini dimungkinkan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, yang secara tegas mengatur:
“tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
mengganti kerugian tersebut.” Di samping dapat digugat melakukan perbuatan melanggar hukum, bank
juga dimungkinkan diancam pidana dengan menggunakan delik lain, yakni
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur dapat dipersangkakan sebagai kejahatan rahasia jabatan, sebagaimana disebutkan dalam Pasal 322
KUHP, yang lengkapnya berbunyi: 1.
Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah.
2. Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.
Dari dasar-dasar dan alasan sebagaimana dibahas di muka, maka keterangan mengenai nasabah debitur juga merupakan keterangan yang harus
dirahasiakan, dimana kewajibannya timbul dari hubungan kontraktual antara bank dengan nasabah debitur. Dengan demikian karena sifat kerahasiaan keterangan
mengenai nasabah debitur lahir dari perjanjian implied term, Pasal 1339 KUHPerdata, pengungkapannya haruslah memenuhi kualifikasi-kualifikasi
tertentu pula yang disepakati antara nasabah debitur dan bank. Sedangkan alasan lain yang memperkuat bahwa keterangan mengenai
nasabah debitur merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan adalah tidak adanya ketentuan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 yang secara tegas
mewajibkan bank untuk memberikan keterangan mengenai nasabah debitur kepada siapapun dan untuk kepentingan apapun.
Dengan demikian keterangan mengenai nasabah debitur bukanlah keterangan yang terbuka bagi siapa saja dan untuk kepentingan apapun, sehingga
terdapat syarat dan kondisi yang membatasi bank untuk memberikan keterangan mengenai nasabah debitur dan pinjamannya.
47
47
http:omperi.wikidot.compengaturan rahasia bank, diakses pada tanggal 10 Oktober 2008.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Sejalan dengan pemikiran sistem hukum Common Law, di mana kewajiban merahasiakan timbul sebagai implied term dari perjanjian kewajiban
yang bersifat perdata, maka tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan penggunaan kerangka berpikir sistem hukum Common Law dalam hal
pengungkapan keterangan mengenai nasabah debitur ini. Dalam yurisprudensi Inggris, terdapat satu kasus klasik yang dipakai sebagai standar kualifikasi bagi
pengungkapan keterangan mengenai nasabah , bahkan yurisprudensi ini pun pada akhirnya menjadi standar pula bagi hampir semua Negara Persemakmuran
Commonwealth, yakni putusan perkara Tournier v. National Provincial and Union Bank of England, 1924 yang dikenal juga dengan sebutan Tournier’s
Case. Dari putusan Tournier’s Case dapat diklasifikasikan bahwa Bank berhak untuk mengungkapkan keterangan mengenai nasabahnya bilamana memenuhi
salah satu dari empat syaratkondisi sebagai berikut:
48
1. Bilamana pengungkapan tersebut diharuskan oleh hukum
2. Bilamana bank berkewajiban untuk melakukan pengungkapan kepada
masyarakatpublik. 3.
Bilamana pengungkapan dikehendaki demi kepentingan bank. 4.
Bilamana nasabah memberikan persetujuannya Penjelasan dari keempat syaratkondisi tersebut, beserta contohnya adalah:
1 Bilamana pengungkapan tersebut diharuskan oleh hukum, misalnya dalam
hal bank dimintai bukti dalam pemeriksaan pengadilan, atau untuk kepentingan penyidikan. Dalam hal penyidikan, sebagaimana ditetapkan
48
Ibid
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dalam Pasal 6 ayat 1 KUHAP, bank dapat mengungkapkan keterangan mengenai nasabah debitur kepada penyidik sebagai berikut:
a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia; b.Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang, yakni di antaranya: i
Pejabat PNS tertentu di lingkungan Direktorat jenderal Pajak untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan Pasal 44 1 UU No. 9 Tahun 1994 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan;
ii Pejabat PNS tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Kepabeanan Pasal 112 1 UU No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan; iii
Pejabat PNS tertentu di lingkungan Bapepam untuk melakukan penyidikan tidak pidana di bidang Pasar Modal Pasal 101 ayat
2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. 2
Bilamana bank berkewajiban untuk melakukan pengungkapan kepada masyarakatpublik, misalnya dalam hal dengar pendapat di Dewan
Perwakilan Rakyat DPR di mana bank mengungkapkan keterangan mengenai Nasabah debitur tertentu dan pinjamannya untuk menjelaskan
kepada masyarakat mengenai adanya dugaan terjadinya penyelewengan kredit oleh bank terhadap nasabah debitur tertentu.
3 Bilamana pengungkapan dikehendaki demi kepentingan bank, misalnya
bank demi kepentingan sendiri dapat mengungkapkan kepada pengadilan
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dalam pemeriksaan sengketa antara bank dengan seorang penjamin guarantor nasabah debitur.
4 Bilamana nasabah memberikan persetujuannya, misalnya dalam hal
nasabah memberikan referensi-referensi bank kepada pihak lain, atau nasabah memberikan kewenangan kepada bank untuk mengungkapkan
urusan-urusannya dalam rangka membantu akuntannya.
49
B.Hubungan Hukum Dengan Nasabah Dalam Penyimpanan Dana Nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan
berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan disebut nasabah penyimpan.
Dalam Pasal 40 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanannya, dan ditegaskan dalam penjelasannya bahwa apabila nasabah bank adalah nasabah penyimpan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitur, bank
wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan, keterangan mengenai nasabah selain dalam
kedudukannya sebagai nasabah penyimpan bukan keterangan yang wajib dirahasiakan.
Hubungan hukum antara nasabah penyimpan dan bank berdasarkan atas suatu perjanjian atau hubungan kontraktual. Untuk itu tentu adalah sesuatu yang
wajar apabila kepentingan dari nasabah yang bersangkutan memperoleh perlindungan hukum, sebagai mana perlindungan yang diberikan hukum kepada
bank. Tidak dapat disangkal bahwa memang telah ada Political will dari
49
Ibid
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pemerintah untuk melindungi kepentingan nasabah bank, terutama nasabah penyimpan uang. Ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, selain yang diatur dalam Undang- Undang No.7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perbankan.
50
1. Peraturan perundang-undangan di bidang perbankan
Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah ini, Marulak Pardede mengemukakan bahwa dalam sistem Perbankan Indonesia, mengenai
perlindungan terhadap nasabah penyimpan dana, dapat dilakukan melalui 2 dua cara, yaitu :
a. Perlindungan secara implicit Implicit Deposit protection, yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang efektif, yang dapat
menghindari terjadinya kebangkutan bank. Perlindungan ini yang diperoleh melalui :
2. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang
efektif, yang dilakukan oleh bank Indonesia 3.
Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya
4. Memelihara tingkat kesehatan bank
5. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian
6. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan
nasabah 7.
Menyediakan informasi risiko pada bank.
50
Hermansyah, Op.Cit., hal.122-123.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Perlindungan secara eksplisit Explicit deposit protection yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang menjamin simpanan masyarakat,
lembaga tesebut yang akan menggantikan dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan
lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden RI No. 26 Tahun 198 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban
Bank Umum.
51
1. Menjamin kereahasiaan identitas nasabah beserta dengan dana yang
disimpan pada bank, kecuali kalau peraturan perundang-undangan menentukan lain.
Bank merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha dengan menarik dana langsung dari masyarakat, maka dalam melaksanakan
aktivitasnya bank harus melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan bank, yaitu :Prinsip kepercayaan fiduciary principle, prinsip kehati-hatian prudential
principle, prinsip kerahasiaan confidential principle, serta prinsip mengenal nasabah know your costomer prinsiple
Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa hubungan hukum antara bank dan nasabah diatur dalam hukum perjanjian. Ini berarti, para pihak, dalam
hal ini bank sebagai suatu badan usaha dan nasabah baik perorangan maupun badan usaha mempunyai hak dan kewajiban.
Bank mempunyai kewajiban untuk :
2. Menyerahkan dana kepada nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.
51
Ibid, hal.123.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Membayar bunga simpanan sesuai dengan perjanjian.
4. Mengganti kedudukan debitor dalam hal nasabah tidak mampu
melaksanakan kewajibannya kepada pihak ketiga. 5.
Melakukan pembayaran kepada eksportir dalam hal digunakan fasilitas LC sepanjang persyaratan untuk itu telah dipenuhi.
6. Memberikan laporan kepada nasabah terhadap perkembangan simpanan
dananya di bank. 7.
Mengembalikan anggunan dalam hal kredit telah lunas. Sebaliknya bank berhak untuk :
1. Mendapatkan provisi terhadap layanan jasa yang diberikan kepada
nasabah . 2.
Menolak pembayaran apabila tidak memenuhi syarat yang telah disepakati bersama.
3. Melelang agunan dalam hal nasabah tidak mampu melunasi kredit yang
diberikan kepadanya sesuai dengan akad kredit yang telah ditandatangani kiedua belah pihak.
4. Pemutusan rekening nasabah
5. Mendapatkan buku cek, bilyet giro, buku tabungan, kartu kredit ndalm
hal terjadi penutupan rekening.
52
Kewajiban nasabah yaitu : 1.
Mengisi dan menandatangani formulir yang disediakan oleh bank, sesuai dengan layanan jasa yang diinginkan oleh calon nasabah .
2. Melengkapi persyaratan yang telah ditentukan bank.
52
Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, Bandung : CV.Mandar Maju, 2000, hal.63-64.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Menyetor dana awal yang ditentukan oleh bank. Dalam hal ini, dana awal
tersebut cukup bervariasi tergantung dari jenis layanan jasa yang diinginkan.
4. Membayar provisi yang ditentukan oleh bank
5. Menyerahkan buku cekgiro bilyet tabungan.
Sebaliknya nasabah berhak untuk : 1.
Mendapatkan layanan jasa yang diberikan oleh bank, seperti fasilitas kartu ATM.
2. Mendapatkan laporan atas transaksi yang dilakukan melalui bank.
3. Menuntut bank dalam hal terjadi pembocoran rahasia bank.
4. Mendapatkan agunan kembali, bila kredit yang dipinjam telah lunas.
5. Mendapatkan sisa uang pelelangan dalam hal agunan dijual untuk
melunasi kredit yang tidak dibayar.
53
53
Ibid, hal.64.
Veronika D.L. Pandiangan : Upaya Bank Dalam Menjaga Rahasia Bank Sebagai Wujud Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Di PT. Bank SUMUT Cabang USU Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB IV UPAYA BANK DALAM MENJAGA KEAMANAN