Pelaksanaan Wawancara Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Dairi Oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Dairi

BAB IV PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut terdiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan para informan dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan utama yang disajikan dalam bab ini yaitu Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Dairi Oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Dairi.

4.1 Pelaksanaan Wawancara

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi selama kurang lebih dua 2 bulan. Dalam proses pengumpulan data guna memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian, penulis melakukan beberapa tahapan, yaitu; pertama, mencari informasi dan data- data tentang kepariwisataan di Kabupaten Dairi, secara khusus tentang Objek Wisata TWI Sitinjo. Informasi dan data-data tersebut dicari dari media dan meninjau langsung ke kawasan TWI Sitinjo. Kedua, penulis melakukan wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih lengkap menyangkut masalah penelitian. Universitas Sumatera Utara Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas dari para informan tentang Pengembangan Objek Wisata TWI Sitinjo Dalam Meningkatkan PAD Dairi. Adapun informan yang telah ditetapkan sesuai dengan proposal penelitian adalah orang-orang yang dianggap berkompeten, berhubungan, dan mampu untuk menjawab permasalahan penelitian. Di dalam penelitian ini ditetapkan ada tujuh 9 orang yang menjadi informan, dengan klasifikasi sebagai berikut; Informan Kunci terdiri dari Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Seksi Promosi, Kepala Seksi Pengolahan Sarana Pariwisata, Kepala Seksi Bina Usaha, dan Staff Pengelola Khusus Objek Wisata TWI Sitinjo dua 2 orang, sedangkan Informan Biasa adalah Staff di Bidang Pariwisata satu 1 orang, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Dairi 1 orang, dan unsur LSM 1 orang. Sebelum melakukan wawancara, penulis terlebih dahulu membuat susunan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan berkaitan dengan masalah penelitian. Penulis juga menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dengan tugas dan fungsi masing-masing informan. Hal ini dimaksudkan agar informan memberikan keterangan yang lebih jelas dan lengkap sesuai dengan bidang kerjanya masing-masing. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun berhubungan dengan Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Dairi. Namun demikian, di dalam prosesnya penulis tidak memberikan batasan terhadap berbagai pertanyaan lain yang bisa saja muncul, yang dapat menggali dan memperoleh informasi sebanyak mungkin dari para informan. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan wawancara dilakukan pada saat jam kerja kantor dan dilaksanakan di kantor dinas tersebut. Terkecuali dengan Kepala Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata dan Staff Pengelola Khusus Objek Wisata TWI Sitinjo, wawancara dilakukan di Lokasi objek wisata tersebut berhubung karena ruang lingkup kerja mereka lebih banyak di lapangan. 4.2 Keterangan para informan mengenai Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD Kabupaten Dairi. Kabupaten Dairi merupakan daerah yang cukup kaya dengan sumber daya alam. Sumber daya alam tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai basis utama perekonomian masyarakat. Di samping itu, Kabupaten Dairi juga memiliki potensi pariwisata yang dapat memerikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD. Potensi Kepariwisataan Kabupaten Dairi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat 4 katakter yang berbeda yaitu: 1 Wisata Danau, 2 Wisata Alam, 3 Wisata Seni dan Budaya, dan 4 Wisata Religi. Pengelolaan potensi pariwisata berupa wisata alam panorama, wisata seni dan budaya, dan wisata religi harus selalu ditingkatkan, baik dari segi sarana prasarana pendukung pariwisata maupun dari segi pengembangan destinasi pariwisata. Adapun arah pengembangan objek wisata Kabupaten Dairi Tahun 2006-2015 terdiri dari tiga 3 tahapan; Universitas Sumatera Utara 1 Pelestarian preservasi terhadap objek wisata; 2 Peningkatan kualitas pelayanan fasilitas penunjang objek wisata; dan 3 Memantapkan peran objek wisata, di mana dalam pembinaan dan pengembangannya dijadikan dalam satu jaringan objek wisata. Berikut adalah keterangan tentang letak objek wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Dairi. Tabel 1. Lokasi dan Objek Wisata di Kabupaten Dairi No Kecamatan Objek Wisata Jarak dari Ibukota Kabupaten km 1 Sidikalang Kelurahan Sidiangkat 1. Puncak Sidiangkat 2. Gua Lae Paku 4 Kelurahan Sidikalang 1. Batu Aceh 2. Batu Hija 6 2 Sitinjo Desa Sitinjo 1. Lae Pandaroh 2. Taman Wisata Iman 3. Letter S 11 10 10 3 Parbuluan Desa Bangun Danau Sicike-cike tempat penelitian flora dan Fauna, ekowisata, berkemah, Cikal Bakal si 7 pitu marga 21 Universitas Sumatera Utara 4 Sumbul Desa Tanjung Beringin 1. Wisata Hutan Lindung Lae Pondom 2. Danau Buatan PLTA Renun 31 Desa Pegagan Julu V 1. Lapihan buku Lak- lak Kujur Golok 2. Bale Silendung Bulan 3. Pangulu Balang 4. Mejan Pertulan Marga Manik 5. Pertaki Lumban Matanari 20 Desa Pegagan Julu VI 1. Rumah adat Pakpak Sikabang-kabang 2. Sikabang-kabang Lae Renun PLTA 20 5 Silahi sabungan 1. Tugu Silahi Sabungan 2. Aek Sipaulak Hosa 3. Aek Nauli Basa 4. Lae Sabungan 5. Rumah Adat 180 tahun 6. Tenunan Ulos 7. Legenda Rakyat Torin-torin 8. Batu Sigadap Desa Silalahi I Pantai Danau Toba Silalahi 48 Desa Silalahi II Wisata Danau perahu layar, speed board, renang Desa Paropo 1. Wisata Gunung hiking, gatole, camping 2. Wisata Hutan lintas alam, kemah 3. Wisata Keajaiban alam air naik ke udara ke atas permukaan air Danau Toba 6 Silima Pungga-punga Universitas Sumatera Utara Desa Bonian Mata Air Bersejarah 32 Desa Tungtung Batu 1. Mejan Marga Cibro 2. Batu Pangulu Balang 32 7 Lae Parira Desa Bantun Kerbo Kerbau menjadi natu 10 8 Siempat Nempu Hulu Desa Tambahan Gua Sitanduk-tanduk 15 Desa Silumboyah Panorama Indah 11 9 Siempat Nempu Hilir Desa Pardomuan 1. Air Terjun Lae Baski 2. Bangunan Zerro 28 28 Desa Lae Itam Uruk Simbelin 67 Desa Lae Markelang Rekreasi dan Panorama Tornauli 24 10 11 Tigalingga Desa Tigalingga Tank Peninggalan Bersejarah 26 Desa Bukit Lae Kersik Gua dalamnya ± 500 m 39 Gunung Sitember Panorama Indah Gua Dalam Panjang Kendet Liang 38 Universitas Sumatera Utara 12 Pegagan Hilir Desa Tiga Baru 1. Lae Simuhur 2. Batu Cumbang 3. Batu Perabun pertulanen 26 13 Tanah Pinem Desa Kempawa Danau di atas Gunung luas 3 ha 42

4.2.1 Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo

Salah satu dari beberapa obyek wisata yang paling berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Dairi adalah Objek Wisata Religi Taman Wisata Iman TWI yang terletak di Bukit Sitinjo Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. TWI Sitinjo dinilai sebagai “identitas” yang menggambarkan keberagaman dan keserasian hidup beragama masyarakat Kabupaten Dairi. Oleh karena itu, TWI Sitinjo harus terus dikembangkan sehingga keberadaannya benar-benar dapat memantapkan iman dan mental setiap orang yang berkunjung ke sana. Keterangan pertama yang penulis peroleh adalah dari Kepala Bidang Pariwisata Bapak Drs. Naik Capah. Pertanyaan yang diajukan adalah: Bagaimana mekanisme atau strategi yang dilakukan untuk mengembangkan Objek Wisata TWI Sitinjo dan apa saja program pengembangan yang dilakukan untuk membenahi dan memperlengkapi TWI? Beliau menjawab: “Sejak pembangunannya yang dilakukan pada awal tahun 1990an hingga saat ini, TWI telah mengalami perkembangan yag cukup pesat. Sistem pengembangannya meliputi dua 2 hal, yaitu: pertama, melengkapi seluruh Universitas Sumatera Utara sarana dan prasarana di TWI sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Dalam Perda ada diatur tentang pengembangan kawasan TWI. Di sana disebutkan bahwa pengembangan TWI disesuaikan dengan bentuk dan arsitektur serta kebutuhan TWI itu sendiri. Kedua, membuat program-program yang berhubungan dengan pengembangan pariwisata seperti yang tertuang dalam Renstra 2010-2014, yaitu: program pengembangan pemasaran pariwisata, program pengembangan destinasi pariwisata, dan program pengembangan kemitraan. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini seperti melakukan promosi ke seluruh daerah di Kabupaten Dairi. Jadi, kita upayakan seluruh masyarakat Dairilah yang pertama sekali harus mengetahui keberadaan TWI. Beberapa cara yang kita tempuh adalah membuat surat edaran ke desa-desa, ke gereja-gereja, ke punguan-punguan marga, dan berbagai organisasi masyarakat yang ada. Selain itu, kita juga sedapat mungkin mengikuti even-even di luar daerah, semacam studi banding. Dari segi sarana dan prasarana, saat ini sedang dilaksanakan. Untuk memperlengkapi TWI kan harus bertahap dan berkelanjutan. Seluruh fasilitas diperlengkapi sesuai kebutuhan. Misalnya saat ini sedang dilakukan pembangunan perahu Nabi Nuh tidak jauh dari gereja. ”. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa pembangunan dan pengembangan di kawasan TWI dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga telah melaksanakan banyak program untuk memperlengkapi sarana dan Prasarana di TWI. Di samping itu, Pemda juga telah menempuh beberapa cara promosi untuk memperkenalkan TWI Sitinjo kepada umum. Semua program yang dilaksanakan didasarkan pada Peraturan Daerah dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah RENSTRA SKPD yang berlaku. Selanjutnya penulis ingin mengetahui tentang latar belakang dan tujuan pengembangan TWI Sitinjo. Oleh karena itu, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Apa yang mendasari pengembangan Objek Wisata TWI Sitinjo dan apa tujuan pengembangannya? Beliau menjawab: Universitas Sumatera Utara “TWI adalah aset yang sangat mahal yang dimiliki oleh Dairi. Pembangunannya menghabiskan dana yang sangat besar. Selain itu potensi alam yang dimiliki TWI juga sangat mendukung pengembangan ini. Jadi kalau bisa kita kembangkan, kenapa tidak. Tujuan pengembangan TWI didasarkan pada misi Dinas yaitu Peningkatan Pengelolaan Potensi Kepariwisataan melalui Penataan dan Pengembangan Kepariwisataan, baik yang sudah ada maupun mencari alternatif yang lain. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan potensi pariwisata, meningkatkan kuantitas objek wisata, meningkatkan keterampilan dan kreatifitas usaha-usaha pariwisata masyarakat, meningkatkan akurasi data sebagai informasi promosi terhadap objek wisata, dan meningkatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam menciptakan kepariwisataan yang berdaya saing. Hal ini juga tertuang dalam Renstra SKPD tahun 2010-2014”. Dari informasi tersebut diketahui bahwa latar belakang pengembangan terhadap objek wisata TWI Sitinjo adalah potensi alam yang dimiliki oleh TWI dan pembangunan TWI yang telah menghabiskan dana yang cukup besar. Kedua hal itu menjadikan TWI sebagai aset yang sangat mahal bagi Dairi. Sedangkan tujuan pengembangan TWI sesuai dengan misi Dinas yang tertuang dalam Renstra SKPD 2010-2014. Kemudian untuk mengetahui tentang kebijakan apakah yang telah dilakukan oleh Pemda dalam mengembangkan TWI Sitinjo sehingga menjadi daerah tujuan wisata yang menarik bagi para wisatawan, penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Upaya apa yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik objek wisata TWI ini sehingga lebih bernilai dan menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan? Beliau menjawab: “Tentunya TWI harus dilengkapi dengan atraksi yang dibutuhkan oleh pengunjung, namun tidak boleh lari dari tema TWI yang religius. Di lokasi TWI telah dibuat Kebun Binatang Mini. Ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan secara khusus untuk anak-anak, supaya mereka tidak merasa jenuh. Universitas Sumatera Utara Ada juga pondok-pondok kecil untuk tempat istirahat bagi pengunjung yang merasa lelah setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan. TWI kan sangat luas, 13 Ha. Dan akan lebih menyenangkan jika perjalanan menikmati objek wisata ini dengan berjalan kaki, karena di sepanjang jalan dibangun ornamen-ornamen religi yang merupakan inti dari TWI”. Pertanyaan yang sama juga penulis ajukan ketika melakukan wawancara dengan salah seorang Staff Khusus Pengelola Objek Wisata TWI Sitinjo Bapak Marulak Situmorang. Beliau menjawab: “Untuk menambah daya tarik TWI, di lokasi Masjid telah selesai dibangun tempat untuk Al-quran raksasa, hanya tinggal menunggu Al-qurannya saja. Kitab tersebut telah dilobi oleh Pemda dan akan didatangkan dari Arab. Tentunya ini akan menambah perbendaharaan TWI. Di lokasi Budha juga telah dibuat tempat khusus untuk Biksu bersemedi. Telah dilakukan juga upaya untuk mendirikan kios-kios berupa rumah jojong bercirikan budaya Pakpak. Namun itu belum selesai. Hal ini dilakukan untuk menata dan menjaga keteraturan sehingga pengunjung merasa lebih nyaman bila ingin berbelanja aksesoris dan berbagai souvenir dari TWI. Saat ini juga telah dibuat program untuk membangun Open Stage sebagai tempat untuk menyelenggarakan even-even budaya seperti tari- tarian daerah dan fasilitas karokean untuk keluarga di TWI. Selain itu telah diprogramkan untuk menambah koleksi binatang, sehingga Kebun Binatang Mini lebih menarik dan ramai. Kedua rencana ini telah di acc oleh Pemda. Mudah- mudahan segera terwujud dalam waktu dekat”. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa Dinas sangat bersungguh- sungguh dalam upaya mengembangkan TWI. Berbagai program kerja yang dilakukan mencerminkan niat besar Pemda untuk meningkatkan daya tarik TWI. Program-program yang direncanakan dan yang telah diimplementasikan merupakan wujud nyata upaya untuk semakin memperlengkapi TWI menjadi tujuan wisata yang menarik perhatian pengunjung. Beberapa program yang telah berhasil diwujudkan adalah pembangunan tempat Al-quran raksasa di lokasi Masjid, Tempat Khusus untuk Biksu Bersemedi di lokasi Budha, Kebun Binatang Universitas Sumatera Utara Mini, dan Pondok-pondok kecil tempat beristirahat bagi pengunjung. Sedangkan program pengembangan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat dan telah disetujui oleh Pemda adalah pembangunan Open Stage dan penambahan koleksi binatang di Kebun Binatang Mini. Selanjutnya mengingat TWI merupakan kawasan yang sangat luas 13 Ha, penulis mencoba untuk mengeksplorasi pertanyaan tentang langkah pengembangan lain yang dilakukan oleh dinas berhubungan dengan cara tempuh aksesibilitas ke kawasan TWI. Pertanyaan yang diajukan oleh penulis kepada Kepala Bidang Pariwisata Bapak Drs. Naik Capah adalah: Bagaimana dengan sistem transportasi akses menuju kawasan ini? Apakah perlu dibuka trayek angkutan baru untuk menjangkau TWI? Beliau menjawab: “Ya, untuk masalah askesibilitas, Pemda telah membuka trayek baru menuju TWI namun masih terbatas, yaitu trayek angkot nomor 63 dengan rute Sidikalang – TWI. Kalau dari daerah-daerah belum dibuka trayek. Sedangkan untuk di dalam kawasan TWI sendiri, ada ojek dengan rute sepanjang lokasi TWI saja. Misalnya untuk pengunjung yang datang ke TWI dan ingin keluar dari lokasi taman namun tidak memiliki kendaraan, boleh memakai jasa ojek. Tarif ojek tidak mahal, hanya Rp 5000 rupiah sekali jalan”. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa Pemda telah berusaha untuk mempermudah pengunjung untuk menjangkau kawasan TWI dengan membuka trayek baru angkutan dari Sidikalang ke TWI yaitu trayek angkutan nomor 63. Untuk di dalam kawasan TWI sendiri telah dibuka transportasi ojek bagi para pengunjung yang membutuhkan. Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang upaya yang dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung. Pada kesempatan Universitas Sumatera Utara yang berbeda, penulis bertanya kepada Kepala Seksi Bina Usaha Ibu Janiah Kudadiri S.Sos. Adapun pertanyaan yang diajukan penulis adalah: Di dalam memberikan pelayanan kepada para pengunjung TWI, hal-hal apa saja yang dilakukan? Beliau menjawab: “Kita selalu mengupayakan memberikan pelayanan yang baik terhadap pengunjung, memfasilitasi mereka yang ingin membuat kegiatan di sepanjang lokasi taman, dan memberikan tiket masuk kepada setiap pengunjung. Pemberian tiket diatur menurut Perda No. 04 tahun 2005 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Taman Wisata Iman Sitinjo”. Dari keterangan beliau dapat diketahui bahwa Dinas berupaya untuk memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung. Dinas juga memfasilitasi pengunjung yang ingin membuat kegiatan di lokasi TWI dan diberlakukannya pemberian tiket masuk kepada setiap pengunjung berdasarkan Perda No. 04 Tahun 2005 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Taman Wisata Iman Sitinjo. Kemudian penulis ingin memperoleh informasi tentang respon masyarakat local sebagai salah satu pelaku pariwisata terhadap keberadaan TWI Sitinjo, apakah sudah mencerminkan pola hidup masyarakat yang sadar wisata atau tidak. Oleh karena itu, penulis mengajukan pertanyaan kepada salah seorang anggota LSM yang ada di Kabupaten Dairi, yaitu KSPPM dengan Bapak David Rajagukguk. Adapun pertanyaan yang penulis ajukan adalah: Masyarakat lokal merupakan salah satu pelaku pariwisata yang memegang peranan penting. Menurut Bapak, bagaimana respon masyarakat setempat terhadap keberadaan Universitas Sumatera Utara TWI tersebut? Apakah perilaku masyarakat tersebut telah mencerminkan pola hidup yang sadar wisata? Beliau menjawab: “Memang benar bahwa dalam pengembangan pariwisata sangat didukung oleh masyarakat setempat. Karena sebagian besar potensi yang ada merupakan kepunyaan masyarakat, apalagi yang namanya tanah turun-temurun. Seharusnya masyarakat yang ada di sekitar objek wisata harus memiliki pengetahuan tentang wisata, seperti pelayanan dan keramahan kepada pengunjung. Kalau kita lihat dari pola hidup masyarakat Sitinjo, menurut saya belum. Kita masuk ke TWI saja tidak ada sambutan dari mereka. Kurang keramahan dan keterbukaan komunikasi. Jadi perlu diberikan sosialisasi kepada mereka, supaya dapat memberikan pelayanan yang sesungguhnya kepada pengunjung. Kalau mereka ramah dan welcome kan pengunjung merasa dekat dan betah untuk tinggal lebih lama”. Dari informasi tersebut diketahui bahwa menurut pengamatan salah satu anggota LSM, masyarakat di sekitar TWI Sitinjo belum mencerminkan pola hidup yang sadar wisata. Masyarakat Sitinjo sebagai pemilik dan pelaku wisata di TWI perlu diberikan pengetahuan dan penyuluhan tentang kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung yang datang ke TWI. Mulai dari keramahan dalam menyambut pengunjung, sampai pada pemberian pelayanannya. Beliau berpendapat bahwa jika hal tersebut dapat dilakukan, pengunjung yang datang akan merasa “dekat” dalam arti tidak merasa asing dengan TWI dan betah untuk tinggal lebih lama di TWI.

4.2.2 Sarana dan Prasarana

Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi merupakan pengelola objek wisata yang ada di Dairi. Oleh karena itu, Dinas harus senantiasa memberikan pelayanan yang baik kepada setiap pengunjung yang datang. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana pariwisata khususnya di kawasan TWI Sitinjo, penulis mengadakan wawancara Universitas Sumatera Utara dengan Kepala Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata, yaitu Bapak Parlindungan Saran. Adapun pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah: Apa upaya yang dilakukan untuk mengelola sarana prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek wisata TWI? Beliau menjawab: “Dalam mengelola sarana prasarana yang ada di kawasan TWI ini, kami mengupayakan dua 2 hal pokok, yaitu mengontrol seluruh karyawan TWI. Jadi dalam melaksanakan kewajiban masing-masing, setiap karyawan harus mengupayakan kinerja yang maksimal dan bertanggung jawab. Selain itu, kami mengupayakan penataan seluruh lokasi TWI agar dapat menjadi objek wisata yang berdaya saing. Seluruh sarana prasarana yang telah ada dirawat dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Kebersihan dan kerapian taman selalu dijaga”. Informasi tersebut menjelaskan bahwa Dinas melakukan dua 2 hal pokok dalam mengelola sarana prasarana pariwisata khususnya di kawasan objek wisata TWI, yaitu pertama, mengontrol seluruh karyawan TWI, artinya dilakukan pengawasan terhadap seluruh karyawan di TWI sehingga mereka bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. Upaya kedua adalah mengupayakan penataan seluruh lokasi TWI agar dapat menjadi objek wisata yang berdaya saing. Artinya, sarana prasarana yang telah ada di taman dipergunakan dengan baik dan dilakukan perawatan. Penataan taman juga dilakukan dengan menjaga kebersihan dan kerapian taman. Lebih lanjut, penulis ingin memperoleh informasi tentang sistem kerja dari Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata dalam mengelola TWI. Selain itu, penulis juga ingin mengetahui tentang jumlah pegawai yang bertugas di TWI yang begitu luas. Untuk itu, penulis kembali mengajukan pertanyaan kepada beliau, dengan Universitas Sumatera Utara pertanyaan: Bagaimana sistem kerja dari seksi pengelolaan sarana pariwisata secara khusus untuk objek wisata TWI? Berapa orang tenaga pegawai yang bertugas di objek wisata TWI? Apakah jumlah tersebut telah memadai mengingat kawasan TWI sangat luas? Beliau menjawab: “Pegawai di Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata ada 32 orang. Untuk TWI sendiri, ada 29 orang pegawai yang dibagi menjadi 4 regu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan mengingat TWI luasnya 13 Ha. Jelas dari segi kuantitas sangat kurang. Normalnya, untuk wilayah seluas ini, jumlah itu sangat tidak sesuai, seharusnya pegawai harus berjumlah seratus orang. Namun karena keterbatasan dana, maka jumlah pegawai yang sangat minim itulah yang masih diberdayakan saat ini”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa untuk mempermudah pengelolaan kawasan TWI yang luasnya 13 Ha, dilakukan pembagian regu kerja, yaitu empat 4 regu. Adapun total jumlah pegawai yang bertugas di kawasan TWI ada 29 orang. Menurut beliau, jumlah tersebut sangat minim dan tidak sesuai dengan luasnya wilayah kerja. Beliau mengatakan bahwa jumlah pegawai yang seharusnya ditugaskan di kawasan TWI berjumlah seratus orang. Namun karena terbatasnya dana yang tersedia, maka jumlah tersebut tidak dapat dipenuhi. Untuk memperoleh keterangan yang lebih lengkap, penulis juga mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata TWI Sitinjo yaitu Bapak Marulak Situmorang. Pertanyaan yang diajukan penulis adalah: Bagaimana Bapak mengupayakan kinerja yang lebih baik dalam mengelola TWI ini? Apakah ada strategi tertentu yang Bapak lakukan? Universitas Sumatera Utara Beliau menjawab: “Sistem kerja kita adalah dengan memberlakukan jam kerja kantor. Seluruh pegawai mulai bekerja pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Istirahat sampai pukul 13.00, kemudian masuk lagi mulai pukul 13.00 sampai pukul 16.00. Tenaga pegawai di TWI ada 29 orang yang dibagi dalam empat 4 regu, semua honorer, kecuali empat 4 orang staff khusus pengelola TWI sebagai pimpinan regu, kami PNS. Pembagian itu untuk mempersempit ruang kerja pegawai mengingat TWI ini sangat luas, ada 13 Ha. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2. Pembagian Regu Wilayah Tugas Pegawai di TWI Sitinjo Regu Staff Pengelola Areal Wilayah Kerja Anggota Pegawai Honorer Kebersihan dan Pertamanan Tukang Babat I Awaludin Capah Mesjid Chandra Kudadiri Jahadat Kudadiri Samiun Kudadiri Lambertus Siregar II M Situmorang Hindu - Golgota Anto Kudadiri Anton Kudadiri Arpi Kudadiri Jhonny Kudadiri Jimson Simamora Leo Capah Batu Hutasoit Candra Limbong III Eliansen Manik Lae Pandaroh – Awal Perjalanan Albertus Siregar Donal Sibarani Tahir Kudadiri Insan Kudadiri Rajudin Kudadiri IV Jalesman Maha Lokasi Parkir – TB.Simatupang Johor Lingga Sayunan Kudadiri Tiopan Pasaribu Irwan Sitohang Parno Simbolon Universitas Sumatera Utara Ada dua orang petugas keamanan Satpam yang menjaga keamanan dan sekaligus merangkap petugas parkir di TWI yaitu Sepin Kudadiri dan Abidin Manik. Satu 1 orang lagi adalah petugas yang mengurus penginapan yaitu Ramot Lingga. Jumlah yang terlalu minim menurut saya. Tapi apa boleh buat, dana tidak cukup untuk mempekerjakan lebih banyak tenaga. Selain memberlakukan jam kerja kantor, strategi lain adalah dengan memperbolehkan para pegawai honorer untuk mencari mata pencaharian sampingan di TWI, namun hanya di hari libur hari merah kalender. Mereka ada yang menjadi fotografer dan tukang ojek. Dengan demikian para pegawai lebih bersemangat untuk bekerja karena adanya penghasilan tambahan”. Dari jawaban tersebut diketahui bahwa untuk mengupayakan kinerja yang baik dalam mengeola TWI, para pegawai bekerja sesuai dengan jam kerja kantor, yaitu mulai bekerja pada pukul 08.00 – 12.00 WIB, jam istirahat pada pukul 12.00-13.00, dan kembali bekerja pada pukul 13.00 – 16.00 WIB. Adapun strategi yang dilakukan ada 2, yaitu pertama, dengan pembagian regu wilayah tugas taman menjadi 4 regu, di mana masing-masing regu dikoordinir oleh satu orang Pegawai Negeri Sipil. Strategi kedua, memperbolehkan pegawai honorer untuk menambah penghasilan mereka sebagai fotografer dan tukang ojek di hari libur hari merah kalender. Strategi ini dinilai memberikan semangat kerja bagi para pegawai karena mereka memperoleh penghasilan tambahan. Selanjutnya, penulis ingin mengetahui tentang sarana dan prasarana yang akan dilengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata TWI. Penulis kembali bertanya kepada Kepala Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata, yaitu Bapak Parlindungan Saran, dengan pertanyaan: Apa saja fasilitas yang akan diperlengkapi dalam rangka pengembangan objek wisata TWI? Beliau menjawab: “Sebenarnya ada banyak fasilitas yang perlu ditambah dan dibangun di TWI ini. Beberapa diantaranya adalah sarana hiburan yaitu Open Stage, Kolam Universitas Sumatera Utara Renang, dan penambahan koleksi binatang di Kebun Binatang Mini. Selain itu suplai air yang akan diupayakan melalui rencana mendaur ulang air dari Lae Pandaroh untuk disuplai ke TWI. Di TWI tidak ada sumber air, selama ini air disuplai dari PAD Dairi, tentunya jumlahnya sangatlah terbatas. ”. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa ada banyak fasilitas yang perlu ditambah untuk melengkapi TWI, diantaranya adalah sarana hiburan seperti Open Stage, Kolam Renang, dan penambahan koleksi binatang di Kebun Binatang Mini. Fasilitas lain yang ingin dilengkapi adalah suplai air untuk TWI. Selama ini, air disuplai dari PAM Dairi karena di TWI tidak terdapat sumber air. Untuk rencana selanjutnya, suplai air akan diupayakan dengan mendaur ulang air dari Lae Pandaroh. Pertanyaan selanjutnya yang diajukan oleh penulis adalah tentang sistem pemeliharaan segala sarana prasarana yang tersedia dan keamanan taman. Penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Upaya-upaya apa yang dilakukan agar lokasi objek wisata TWI dengan segala sarana prasarana yang telah tersedia dapat terpelihara dengan baik? Bagaimana sistem keamanan di sepanjang kawasan objek wisata TWI? Beliau menjawab: “Pemeliharaan taman ini tidak terlepas dari peran masyarakat yang ada di sini. Kami melakukan pengawasan terhadap semua saranaa prasarana yang telah ada di sini. Petugas keamanan yang hanya dua orang sebenarnya tidak sanggup untuk mengamankan taman seluas ini. Oleh karena itulah kami juga melakukan kerjasama dan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu menjaga kebersihan dan keamanan taman. Jadi, masyarakat yang tinggal di sepanjang taman ikut berpartisipasi untuk menjaga taman ini. Kalau pengamanan terhadap pengunjung, kami juga mengadakan sosialisasi kepada para fotografer. Jadi kalau ada pengunjung yang melanggar aturan atau berbuat hal yang tidak baik di taman, para fotografer juga bertugas untuk mengingatkan”. Universitas Sumatera Utara Keterangan tersebut menggambarkan tentang pengawasan yang dilakukan oleh pegawai dalam menjaga dan memelihara sarana prasarana dan keamanan TWI. Pemeliharaan sarana prasarana dan keamanan TWI dilaksanakan oleh pegawai, para fotografer, dan masyarakat setempat. Mereka bekerja sama untuk memelihara dan menjaga TWI. Dalam hal ini, Dinas memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan pegawai yang ada di sana, sehingga TWI terpelihara dan terjaga keamanannya. Kemudian penulis bertanya kepada beliau tentang masalah hambatan yang dihadapi dalam mengelola sarana prasarana pariwisata di TWI, dengan pertanyaan: Apa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana prasarana pariwisata di kawasan TWI? Apa solusi yang ditempuh? Beliau menjawab: “Minimnya dana yang dianggarkan untuk pengelolaan sarana prasarana TWI merupakan masalah serius. Jumlah tenaga kerja kurang, honorer juga kurang. Kita kan kerja untuk dapat uang. Penggajian juga sering tidak tepat waktu. Hal ini membuat para pekerja mulai enggan untuk bekerja sepenuh hati. Sama halnya dengan kami juga. PNS yang ditugaskan di TWI ini sangat lelah karena harus bekerja sepanjang hari. Bagi kami tidak ada hari libur. Namanya juga pariwisata, tidak menentu. Pengunjung bisa datang kapan saja ke TWI. Yang menjadi masalah adalah tidak adanya “fee” bagi kami, setidaknya dari hasil retribusi yang dipungut setiap harinya. Kami yang ditugaskan di TWI ini kan tidak pernah libur. Hari Minggu pun masuk. Seharusnya Pemda memperhatikan hal itu. Selain itu juga masalah air. Kami sering ditegor oleh pengunjung yang mengeluhkan ketersediaan air di TWI. Untuk saat ini kami tidak dapat berbuat banyak. Kami sangat mengharapkan supaya pihak Pemda memperhatikan hal ini. Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sarana prasarana pariwisata di kawasan TWI adalah masalah dana. Keterbatasan dana yang diberikan untuk mengelola sarana Universitas Sumatera Utara prasarana TWI mempengaruhi kinerja pegawai yang ada. Tenaga kerja yang sedikit mengakibatkan luasnya lahan kerja pegawai. Banyaknya tanggung jawab yang diemban oleh pegawai tidak sesuai dengan honor yang mereka terima. Apalagi sering terjadi keterlambatan penggajian. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya kinerja pegawai. Demikian halnya dengan Staff Kusus Pengelola TWI. Pekerjaan mereka yang sangat melelahkan karena tidak memiliki hari libur, tidak diikuti dengan pemberian insentif. Masalah lain yang dihadapi adalah masalah ketersediaan air di TWI. Ternyata, pegawai TWI sering ditegur oleh para pengunjung perihal suplai air yang kurang. Hal ini menunjukkan bahwa kekecewaan para pengunjung yag datang ke TWI. Dalam menyikapi hal tersebut, pihak Dinas tidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan dana.

4.2.3 Promosi

Kegiatan promosi pemasaran merupakan kegiatan penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan wisata. Promosi kepariwisataan mempunyai tujuan untuk menarik perhatian umum terhadap komponen-komponen produk pariwisata yang ditawarkan dan mempengaruhi wisatawan untuk mengkonsumsi produk tersebut untuk kebutuhan dirinya. Untuk mengetahui bagaimanakah dinas melakukan promosi TWI Sitinjo, penulis bertanya kepada Kepala Seksi Promosi Ibu Rita Magda Sinaga. Pertanyaannya adalah: Promosi merupakan salah satu komponen pariwisata yang cukup penting. Apa langkah yang dilakukan untuk mengembangkan objek wisata TWI dari segi promosi? Jalur promosi apa yang ditempuh? Universitas Sumatera Utara Beliau menjawab: “Untuk promosi, kami telah mengadakan banyak upaya promosi, diantaranya dengan mencetak buklet, brosur-brosur dan foto-foto TWI. Pada tahun 2008, kami melakukan promosi ke luar Provinsi yaitu ke Jakarta, Batam dan Bali. Pada kesempatan itu, kami mempromosikan TWI dan membawa serta buklet-buklet, brosur-brosur dan foto-foto yang telah dicetak. Dengan demikian, orang-orang di sana memperoleh informasi gambaran yang jelas tentang TWI yang ada di Kabupaten Dairi. Selain itu, kami juga telah mengedarkan surat-surat ke berbagai gereja di distrik-distrik se-Indonesia yang berisikan tentang TWI. Brosur-brosur juga disebarkan ke hotel-hotel”. Berdasarkan jawaban informan di atas dapat diketahui bahwa Dinas telah melakukan promosi untuk memperkenalkan objek wisata TWI Sitinjo kepada umum. Adapun langkah-langkah promosi yang ditempuh adalah melalui pencetakan buklet, brosur, dan foto TWI dan menyebarkannya kepada umum. Dinas juga telah berhasil menjangkau beberapa daerah luar provinsi untuk mempromosikan TWI yaitu Jakarta, Batam dan Bali. Langkah promosi selanjutnya adalah dengan mengedarkan surat-surat ke gereja-gereja distrik seluruh Indonesia dan hotel-hotel. Hal ini menunjukkan bahwa Dinas telah menempuh promosi yang cukup berarti untuk memperkenalkan TWI Sitinjo sampai ke tingkat nasional. Kemudian penulis kembali bertanya kepada beliau tentang keterlibatan pihak-pihal lain dalam upaya mempromosikan TWI Sitinjo. Pertanyaan yang diajukan oleh penulis adalah: Apakah ada kerjasama yang dilakukan dengan pihak lain untuk mempromosikan objek wisata TWI? Beliau menjawab: “Ada. Untuk promosi, kami bekerjasama dengan Perindagkom. Mereka membantu kami dalam memberikan informasi kepada umum tentang pariwisata di Dairi. Selain itu dengan pihak hotel di Dairi. Kami memberikan brosur ke hotel- hotel untuk diberikan kepada setiap pengguna hotel”. Universitas Sumatera Utara Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa Dinas menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain dalam hal promosi TWI. Adapun pihak-pihak yang menjadi rekan Dinas dalam mempromosikan objek wisata TWI adalah Departemen Perindustrian, Perdagangan dan Komunikasi Depperindagkom serta pihak hotel yang ada di Dairi. Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih lanjut mengenai langkah promosi lain yang pernah dilakukan oleh Dinas. Penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Menurut Ibu, apakah langkah promosi yang telah dilakukan selama ini sudah bagus dan sesuai dengan kebutuhan TWI ataukah perlu ditempuh strategi promosi yang lain? Beliau menjawab: “Menurut kami langkah promosi tersebut masih sesuai dengan kondisi saat ini. Pernah juga kami bekerja sama dengan bidang kebudayaan dengan melakukan even seni budaya di TWI. Kegiatannya berupa perlombaan seni daerah antarsekolah. Kegiatan tersebut secara tidak langsung telah membantu kami untuk memperkenalkan TWI kepada setiap orang yang datang ke kegiatan tersebut. Sampai saat ini kami belum memikirkan strategi promosi yang lain”. Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa langkah promosi yang telah ditempuh oleh Dinas dinilai cukup bagus dan sesuai dengan kebutuhan TWI saat ini. Ternyata, Dinas juga melakukan promosi melalui pelaksanaan perlombaan seni budaya antarsekolah. Menurut beliau, kegiatan tersebut telah membantu Dinas dalam mempromosikan TWI kepada setiap orang yang hadir dalam kegiatan tersebut. Beliau juga mengatakan bahwa untuk saat ini Dinas belum memikirkan langkah promosi yang lain. Universitas Sumatera Utara Lebih lanjut penulis ingin mengetahui tentang pendanaan anggaran yang diberikan untuk kegiatan promosi pariwisata, terutama untuk promosi TWI sendiri. Oleh karena itu, penulis bertanya kembali kepada beliau dengan pertanyaan: Bagaimana dengan ketersediaan dana untuk kegiatan promosi? Apakah anggaran yang ditentukan cukup memadai? Beliau menjawab: “Terus terang, dari dulu anggaran yang disediakan untuk promosi pariwisata sangat terbatas. Demikian halnya dengan promosi TWI. Oleh karena itu, kegiatan promosi khusus untuk tahun 2010 hanya pencetakan buklet saja. Dana yang diberikan tidak cukup untuk melaksanakan langkah promosi yang lain. Mudah-mudahan saja tahun depan anggarannya dapat ditingkatkan sehingga promosi dapat dilakukan sebagaimana mestinya”. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa dana yang disediakan untuk kegiatan promosi sangat minim. Anggaran yang sangat minim tersebut mengakibatkan kegiatan promosi untuk tahun 2010 hanya dengan pencetakan buklet. Beliau berharap semoga tahun berikutnya anggaran yang diberikan kepada Seksi Promosi dapat meningkat sehingga kegiatan promosi juga dapat dilakukan sebaik mungkin. Sebagai pertanyaan penutup tentang promosi, penulis ingin mengetahui tentang permasalahan yang dihadapi oleh Kasi Promosi dalam upaya mempromosikan objek wisata di Kabupaten Dairi dan bagaimana mereka menanganinya. Untuk itu penulis kembali bertanya kepada beliau dengan pertanyaan: Apa masalah yang dihadapi oleh Seksi Promosi sendiri dalam mempromosikan objek wisata Kabupaten Dairi? Bagaimana pula cara menanganinya? Universitas Sumatera Utara Beliau menjawab: “Masalah yang paling besar adalah masalah dana. Semua kegiatan harus kembali kepada ketersediaan dana anggaran yang diberikan. Dana yang sangat minim kami berdayakan sebaik mungkin untuk melaksanakan promosi. Kegiatan promosi harus kami tekan supaya dana tadi cukup”. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa masalah dana anggaran merupakan masalah yang paling besar yang dihadapi oleh Kasi Promosi. Kondisi keuangan yang sangat minim mengakibatkan kegiatan promosi harus ditekan dan disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada.

4.2.4 Pendidikan dan Pelatihan

TWI Sitinjo merupakan obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten sendiri tanpa campur tangan pihak ketiga. Sehingga dalam pengembangan obyek wisata itu sendiri merupakan tanggungjawab pemerintah Kabupaten yang dalam hal ini merupakan wewenang Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi. Pengelola TWI Sitinjo adalah pegawai dari Dinas ditambah dengan beberapa tenaga kerja yang diambil dari masyarakat sekitar sebagian tenaga hohoner. Oleh karena itu, dalam upaya pengembangannya faktor Sumber Daya Manusia patut dipertimbangkan. Untuk memperoleh informasi tentang SDM yang ada di Dinas tersebut, penulis bertanya kepada Kepala Bidang Pariwisata Bapak Drs. Naik Capah. Pertanyaan yang diajukan adalah: Dari segi kualitas dan kuantitas, apakah personalia yang ada telah memadai dan memiliki kompetensi dalam mengupayakan pengembangan objek wisata TWI? Apakah ada program kerja khusus yang mengarah kepada pendidikan dan pelatihan bagi pegawai sehingga kualitas dan kinerjanya lebih meningkat? Universitas Sumatera Utara Beliau menjawab: “Belum. Kami sangat terbatas dalam hal ketenagaan dan teknis. Jumlah personalia yang ada kurang. Apalagi untuk menangani TWI yang sangat luas, hanya dengan tenaga kebersihan dan penataan, non PNS yang berjumlah 27 orang, rasanya berat sekali. Kalau dari segi kompetensi, perlu adanya peningkatan SDM. Selama ini langkah yang pernah dilakukan adalah memberikan diklat kepada mereka, supaya kualitas mereka meningkat. Pernah juga mereka dibawa studi banding ke Pantai Cermin dan Parapat”. Dari informasi di atas diketahui bahwa dari segi kualitas dan kuantitas, tenaga personalia yang ada di Dinas tidak memadai. Jumlah pegawai TWI yang hanya berjumlah 27 orang dinilai tidak maksimal untuk mengembangkan potensi wisata TWI di Dairi. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki oleh tenaga pegawai juga sangat terbatas. Adapun solusi yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas SDM tersebut adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan diklat kepada tenaga pegawai TWI. Selanjutnya adalah dengan melaksanakan studi banding ke beberapa daerah tujuan wisata seperti Pantai Cermin dan Parapat. Untuk menambah informasi mengenai SDM di TWI, penulis juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada Staff Khusus Pengelola Objek Wisata TWI Sitinjo yaitu Bapak Marulak Situmorang. Beliau menjawab: “Personalia yang ada belum memadai. Dari segi pendidikan juga masih minim, ada yang tamat SD, SLTP, dan SLTA. Sesungguhnya pendidikan di bidang pariwisata yang diberikan juga dapat dikatakan belum ada. Yang kami tempuh hanya berupa penyuluhan tentang pariwisata, dulunya dari Kadis sebelumnya yaitu Bapak Pardamean Silalahi. kalau dari Pemda, pernah dilakukan studi banding ke Parapat dan Pantai Cermin. Jadi, pegawai TWI dibawa ke sana dengan tujuan untuk menambah pengetahuan mereka tentang kepariwisataan”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa kuantitas personalia yang tersedia saat ini masih sangat kurang. Dari segi kualitas, tenaga pegawai yang ada masih rendah dengan tingkat pendidikan mulai dari SD, SLTP, dan SLTA. Pendidikan dan pelatihan yang pernah diberikan kepada tenaga pegawai di TWI adalah berupa penyuluhan tentang pariwisata dan memberikan kesempatan untuk mengikuti studi banding ke Parapat dan Pantai Cermin.

4.2.5 Program Perancangan Pengembangan

Seperti diketahui bahwa kepariwisataan merupakan sektor yang dinamis, di mana perlu dilakukan pembenahan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata, sudah sepatutnya dibuat program perancangan pengembangan untuk masa mendatang. Untuk mengetahui tentang program perancangan pengembangan yang akan dilakukan oleh Dinas terhadap objek wisata TWI, penulis bertanya kepada Kepala Bidang Pariwisata Bapak Drs. Naik Capah. Pertanyaan yang diajukan adalah: Bagaimana perspektif objek wisata TWI ini di masa mendatang? Apa yang menjadi harapan pemerintah terhadap kesinambungan fungsi TWI secara khusus dan pariwisata di Dairi secara umum? Beliau menjawab: “Untuk selanjutnya, Pemda harus melakukan tindak lanjut terhadap pengembangan TWI ini. TWI kan merupakan aset yang begitu besar yang dimiliki oleh Dairi. Untuk mengharapkan PAD dari TWI, Pemda juga harus berani melakukan terobosan-terobosan baru, supaya TWI ini tidak kehilangan peminat. Saya yakin, jika semua pihak memberikan perhatian yang serius untuk TWI, pendapatan yang akan diperoleh dari TWI akan sangat meningkat. Saat ini saja Universitas Sumatera Utara penerimaan yang diperoleh sudah besar, apalagi kalau dikelola lebih baik, pasti meningkat pesat”. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pihak Dinas yakin bahwa objek wisata TWI harus ditingkatkan dan ditindaklanjuti. Pemerintah Daerah diharapkan harus melakukan terobosan-terobosan baru untuk mengembangkan TWI. Dijelaskan bahwa saat ini, TWI telah berhasil menghasilkan penerimaan yang cukup besar bagi daerah. Dinas yakin jika semua pihak memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan TWI, dipastikan bahwa penerimaan daerah di masa mendatang akan meningkat pesat. Selanjutnya penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang program perancangan pengembangan yang akan dilakukan oleh Pemda terdadap TWI Sitinjo. Oleh karena itu, penulis juga bertanya kepada salah seorang Staff Khusus Pengelola Objek Wisata TWI Sitinjo yaitu Bapak Awaluddin Capah. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah: Apa yang menjadi harapan Bapak terhadap pengembangan TWI ini di masa mendatang sehingga TWI dapat menjadi salah satu sumber andalan dalam meningkatkan PAD Kabupaten Dairi? Kebijakan seperti apa yang seharusnya dilakukan oleh Pemda lebih lanjut? Beliau menjawab: “Di masa mendatang, fasilitas di TWI ini harus ditambah. Menurut saya, perlu direncanakan untuk membuat lapangan parkir yang lain di lokasi taman selain yang telah ada saat ini. Bagaimanapun, perkembangan jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah pengunjung ke TWI. Kadang kala, di saat libur, areal parkir yang ada tidak cukup untuk menampung kendaraan pengunjung. Program lain adalah akan mendaur ulang air dari Lae Pandaroh, supaya air di sini lancar. Dari segi kebijakan, promosi harus ditingkatkan supaya TWI ini semakin dikenal hingga ke luar negeri”. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa perlu dilakukan program pengembangan selanjutnya terhadap TWI Sitinjo. Menurut informan, adapun program yang direncanakan adalah mendaur ulang air dari Lae Pandaroh untuk disuplai ke TWI. Program lain adalah penambahan areal parkir karena kapasitasnya dinilai tidak cukup menampung kendaraan pengunjung yang datang. Diperkirakan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka jumlah pengunjung yang akan berkunjung ke TWI juga bertambah. Program selanjutnya adalah dengan meningkatkan promosi sehingga TWI Sitinjo semakin dikenal hingga ke manca negara. Pertanyaan yang sama juga penulis ajukan kepada Kepala Seksi Pengelolaan Sarana Prasarana Pariwisata Bapak Parlindungan Saran. Beliau menjawab: “Harus ada tindak lanjut yang serius terhadap pengembangan TWI. Di masa mendatang direncanakan pengembangan TWI ini akan diiringi dengan pengembangan budaya dan seni daerah. Artinya, TWI akan dilengkapi dengan ornamen-ornamen budaya Pakpak. Program tersebut direncanakan akan mulai diusulkan tahun depan. Untuk mendukung hal tersebut, akan dibuat juga program pentas seni daerah di lokasi TWI. Jadi, budaya kita juga semakin berkembang dan tetap terpelihara”. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Pemda telah merancang program pengembangan untuk TWI Sitinjo, yaitu program pengembangan yang diiringi dengan pengembangan budaya dan seni daerah. Beberapa diantaranya adalah dengan memperlengkapi TWI dengan ornamen-ornamen budaya Pakpak, dan rencana pelaksanaan pentas seni budaya di lokasi TWI. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya Dairi. Program perancangan tersebut akan mulai diusulkan tahun depan. Universitas Sumatera Utara Untuk menambah informasi tentang hal tersebut, penulis juga bertanya kepada salah satu anggota dewan Kabupaten dairi yaitu Bapak Pendi Purba, dengan pertanyaan: Menurut pendapat Bapak, seperti apa langkah pengembangan yang perlu dilakukan kedepan untuk memaksimalkan fungsi TWI, sehingga TWI dapat diandalkan menjadi salah satu sumber PAD? Apakah ada strategi tertentu? Beliau menjawab: “Yang pertama sekali harus dilakukan Pemda adalah dengan memberikan perhatian yang lebih serius terhadap TWI. Artinya, TWI yang merupakan asset besar bagi daerah harus diperhatikan, supaya semakin dikenal dan diminati oleh banyak orang. Selain itu, dari sisi anggaran, harus ditingkatkan. Boleh dengan mengadakan lobi ke tingkat provinsi dan pusat. Perda untuk pengelolaan pariwisata juga harus dibuat supaya pengelolaanya semakin terarah. Pemda juga harus lebih terbuka dengan masyarakat luas dan pelaku bisnis, seperti pihak hotel, restoran, dan lain-lain, sehingga TWI lebih menarik dan memberikan banyak fasilitas kepada setiap pengunjung, jadi pengunjung merasa nyaman dan akan tinggal lebih lama. Hal ini juga akan meringankan beban Pemda dalam hal keterbatasan dana. Dengan mengundang pihak luar, masalah dana dapat diminimalisir. Pihak-pihak tersebut dengan sendirinya akan membuka dan mengupayakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan, namun tentunya terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari pemerintah. Pengembangan selanjutnya secara operasional dilakukan oleh Dinas Pariwisata, dengan memperhatikan sarana dan prasarana yang masih kurang di sana”. Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa menurut beliau, Pemda harus memberikan perhatian yang lebih serius terhadap pengembangan TWI mengingat TWI merupakan asset yang sangat berarti bagi daerah. Pengembangan akan berhasil jika ketersediaan dana dan kerjasama dengan berbagai pihak diupayakan dengan baik. Beliau berpendapat bahwa, dengan mengadakan kerjasama dengan pemerintah provinsi dan pusat, pihak swasta dan masyarakat pelaku bisnis, pengembangan TWI akan maksimal. Pihak-pihak tersebut akan membantu Pemda dalam mengatasi keterbatasan dana yang dianggarkan untuk TWI. Namun, tentu saja kerjasama tersebut harus sesuai dengan ketetapan Universitas Sumatera Utara pemerintah. Dengan demikian, safilitas-fasilitas yang masih kurang dapat dilengkapi sehingga kebutuhan para pengunjung dapat dipenuhi. Jika hal ini terwujud, maka arus pengunjung akan semakin meningkat dan pengunjung measa betah untuk tinggal lebih lama di TWI. Selanjutnya, penulis menanyakan tentang hal-hal apa yang menjadi harapan Dinas terhadap TWI Sitinjo di masa mendatang. Penulis bertanya kepada Kepala Seksi Bina Usaha Ibu Janiah Kudadiri S.Sos dengan pertanyaan: Apa harapan Ibu atau apa yang harus dilakukan di masa mendatang perihal keberadaan TWI Sitinjo ini sehingga semakin berkembang lebih baik? Beliau menjawab: “Menurut saya program pengembangan yang perlu dipikirkan terlebih dahulu adalah dari SDM. Para pegawai TWI harus diberikan pelatihan tentang pariwisata. Dengan modal pengetahuan berwawasan pariwisata, setiap karyawan dapat memberikan pelayanan prima kepada setiap pengunjung. Dengan begitu, para pengunjung nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama. Hal lain yang menurut saya penting adalah perihal promosi. Saya berharap promosi harus lebih giat lagi terutama ke daerah-daerah yang sudah maju. Bagaimanapun, akan sangat baik jika kita dapat mencontoh strategi keberhasilan yang dilakukan oleh daerah- daerah wisata yang telah maju. Promosi melalui media, baik massa maupun elektronik sebaiknya ditingkatkan”. Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa Kepala Seksi Bina Usaha mengharapkan dilakukannya pelatihan dan pengetahuan kepariwisataan kepada pegawai karyawan di TWI. Dengan pengetahuan yang cukup, para pegawai dapat memberikan pelayanan yang prima kepada setiap pengunjung. Selain itu, beliau berharap supaya kegiatan promosi baik melalui media massa maupun elektronik lebih ditingkatkan lagi, terutama ke daerah-daerah wisata yang telah maju. Universitas Sumatera Utara Menurut beliau, adalah sangat baik jika Dairi dapat mencontoh strategi yang dilakukan oleh daerah-daerah yang telah maju pariwisatanya. Untuk memperkaya informasi tentang hal di atas, pada kesempatan yang berbeda, penulis juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD Kabupaten Dairi, yang menjabat sebagai wakil ketua Komisi A, yaitu Bapak Pendi Purba. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah: Apa harapan Bapak terhadap kesinambungan fungsi TWI di masa mendatang? Beliau menjawab: “Sebenarnya, tidak hanya TWI saja. Sudah seharusnya potensi yang kita miliki harus dimaksimalkan untuk kepentingan rakyat. Secara khusus untuk TWI sendiri, harus dikembangkan secara berkelanjutan karena TWI merupakan asset yang cukup besar. Citra TWI harus semakin lebih baik, seperti di masa pemerintahan Bapak MP. Tumanggor yang lalu. Perhatian PEMDA terhadap TWI maunya ditingkatkan. Selanjutnya, promosi TWI harus dilanjutkan lebih intensif ke tingkat provinsi dan pusat, sehingga anggaran dana untuk mengembangkan TWI dapat dilobi. Dengan adanya komunikasi yang baik dengan Departemen Agama RI, saya rasa akan lebih baik. Kalau bisa, diupayakan supaya ada pencairan dana khusus untuk pengembangan TWI. Pihak Pemda juga maunya membuka diri dengan pihak-pihak LSM dan pihak swasta. Dengan demikian, pengembangan TWI ini dapat maksimal”. Dari jawaban di atas dapat diketahui bahwa anggota DPRD sebagai wakil rakyat Kabupaten Dairi mengharapkan agar semua potensi yang dimiliki oleh daerah dapat dikembangkan untuk kepentingan rakyat. Beliau mengharapkan dilakukannya pengembangan secara berkelanjutan, terutama untuk TWI yang merupakan asset yang sangat berarti bagi daerah. Pemda harus memberikan perhatian yang lebih serius untuk objek wisata TWI, seperti yang dilakukan oleh Bapak MP. Tumanggor di periode yang lalu. Beliau menambahkan bahwa promosi TWI harus semakin ditingkatkan terutama melalui lobi dengan Universitas Sumatera Utara Pemerintah Provinsi dan Pusat, dalam hal ini Departemen Agama RI. Beliau berpendapat, jika Pemda dapat mengadakan komunikasi yang baik dengan tingkat provinsi dan pusat, maka anggaran untuk pengembangan TWI akan lebih mudah didapatkan. Selain itu, beliau juga mengharapkan agar pihak Pemda lebih “membuka diri”, artinya menerima masukan-masukan dan mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak luar seperti LSM dan Swasta. Dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak tersebut, maka pengembangan terhadap TWI akan lebih mudah.

4.2.6 Retribusi dari Taman Wisata Iman Sitinjo

Jenis Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh dari Taman Wisata Iman TWI Sitinjo digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Untuk memperoleh informasi tentang pemberlakukan retribusi di objek wisata TWI Sitinjo, penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Bidang Pariwisata Bapak Drs. Naik Capah. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah: Apakah ada peraturan daerah yang mendasari pemungutan yang dilakukan di objek wisata TWI? Apa saja jenis pemasukan yang diperoleh dari objek wisata TWI? Beliau menjawab: “Peraturan yang mengatur tentang Kepariwisataan di Dairi diatur dalam Peraturan Daerah, yaitu Perda No. 22 Tahun 2001 tentang Pariwisata dan Perda No. 04 Tahun 2005 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Taman Wisata Iman Sitinjo. Untuk objek wisata TWI diberlakukan retribusi jasa usaha dengan objeknya; kawasan TWI dan pemanfaatan fasilitas yang ada di TWI yaitu; a. Orang, 1. Dewasa ………………………………… Rp 2000,-orangmasuk 2. Anak-anak ……………………………... Rp 1000,-orangmasuk 3. Membawa kuda tunggang ……………... Rp 5000,-orangmasuk Universitas Sumatera Utara 4. Sebagai fotografer dan VCD ………….. Rp 5000,-orangmasuk 5. Sebagai pedagang asongan …………….. Rp 3000,-orangmasuk 6. Membawa sepeda untuk berdagang …… Rp 4000,-orangmasuk 7. Membawa gerobak atau sejenis untuk berdagang ……………………….. Rp 5000,-orangmasuk 8. Membawa kendaraan roda dua sepeda motor untuk berdagang ……….. Rp 10.000,-orangmasuk b. Parkir kendaraan 1. Roda empat ………………………… Rp 3000,-kendaraanmasuk 2. Roda dua …………………………… Rp 1000,-kendaraanmasuk 3. Becak ………………………………. Rp 1000,-kendaraanmasuk 4. Roda enam …………………………. Rp 5000,-kendaraanmasuk c. Asrama …………………………………… Rp 150.000,-kamarmasuk d. WC Toilet ……………………………….. Rp 1000,-orangmasuk e. Kios ………………………………………. Rp 25.000,-m²masuk f. Aula ……………………………………….. Rp 200.000,-hari g. Lapangan Pelataran ……………………. Rp 100.000,-unitkegiatan Jadi, kami membuat karcis dan memberikannya kepada setiap pengunjung”. Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa Pemerintah Daerah setempat memiliki Perda yang mengatur kepariwisataan. Perda yang dimaksud adalah Perda No. 22 Tahun 2001 tentang Pariwisata dan Perda NO. 04 Tahun 2005 tentang Retribusi Memasuki Kawasan dan Pemanfaatan Fasilitas Taman Wisata Iman Sitinjo. Jadi dapat diketahui bahwa dasar pemungutan retribusi di kawasan TWI Sitinjo adalah Perda No. 04 Tahun 2005. Di dalam Perda tersebut diuraikan struktur dan besarnya tarif yang dikenakan kepada setiap pengunjung. Kemudian penulis ingin mengetahui tentang teknis atau cara kerja Dinas dalam hal pengelolaan pemasukan yang diperoleh dari TWI. Penulis mengajukan pertanyaan kepada Kepala Seksi Bina Usaha Ibu Janiah Kudadiri S.Sos. pertanyaannya adalah: Bagaimana tindak lanjut terhadap pemasukan yang Universitas Sumatera Utara diperoleh? Apakah ada team khusus yang ditugaskan untuk menanggungjawabi pengelolaan tersebut? Beliau menjawab: “Masalah pemasukan ditangani sendiri oleh Staff Khusus Pengelola TWI. Hasil retribusi yang diperoleh dikumpulkan setiap hari dan langsung disetor ke kas daerah PAD melalui bendahara penerima. Jadi, staff di TWI mengumpulkan hasilnya setiap sore dan besok paginya langsung disetor ke bendaraha penerima untuk disetorkan ke kas daerah”. Dari jawaban tersebut dapat diketahui bahwa pihak Dinas menangani sendiri pemasukan yang diperoleh dari TWI Sitinjo. Pemasukan yang diperoleh dikumpulkan langsung oleh pegawai staff khusus pengelola TWI setiap harinya. Selanjutnya hasil yang diperoleh langsung disetor ke bedaraha penerima untuk disetorkan ke kas daerah. Penulis juga menanyakan pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan di atas kepada salah seorang pegawai Staff Khusus Pengelola TWI, yaitu Bapak Awaluddin Capah. Pertanyaan yang diajukan penulis adalah: Apa saja jenis pemasukan yang diperoleh dari TWI? Bagaimana tatacara pengutipannya? Apakah melibatkan komponen masyarakat atau pihak lain? Bagaimana pula dengan pengawasan terhadap pemasukan yang diperoleh? Beliau menjawab: “Pemasukan yang diperoleh dari TWI adalah retribusi masuk dan pemanfaatan fasilitas seperti yang tertuang dalam Perda No. 04 Tahun 2005. Staff khusus pengelola TWI kan ada empat 4 orang. Jadi kami secara bergiliran mengumpulkan hasil yang diperoleh setiap harinya. Dalam hal pemasukan, kami sendiri yang menanganinya. Kami langsung menyetornya ke bendahara penerima. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, bendahara penerima akan menyetornya ke kas daerah, yang dilakukan setiap minggu”. Berdasarkan keterangan di atas dapat diketahui bahwa retribusi yang diberlakukan di TWI adalah retribusi masuk dan pemanfaatan fasilitas yang ada di TWI, sesuai dengan Perda. Pengumpulan hasil dari retribusi yang diperoleh dilakukan secara bergantian oleh ke empat staff khusus pengelola TWI. Pengumpulan hasil yang diperoleh dilakukan setiap harinya. Hasilnya langsung disetor kepada bendahara penerima. Kemudian bendahara penerima menyetorkannya setiap minggu ke kas daerah. Selanjutnya penulis ingin mengetahui tentang grafik pemasukan yang diperoleh dari TWI semenjak diberlakukannya Perda No. 04 Tahun 2005, apakah telah memberikan kontribusi yang berarti kepada PAD. Penulis bertanya kepada Staff Khusus Pengelola TWI Bapak Marulak Situmorang, dengan pertanyaan: Menurut Bapak, bagaimana grafik pemasukan yang diperoleh dari TWI ini sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh pemerintah daerah? Apakah TWI telah mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan PAD? Beliau menjawab: “TWI telah memberikan pemasukan yang signifikan untuk daerah. Menurut saya TWI termasuk dalam tiga 3 besar sumber andalan PAD setelah rumah sakit dan transwil. Memang grafiknya bervariasi setiap tahunnya. Secara umum meningkat, di tahun 2008 Dinas menargetkan pemasukan dari TWI sebesar Rp 375 juta, dan ternyata realisasinya mencapai Rp 419.609.000,-. Berdasarkan pencapaian yang diperoleh di tahu 2008, Dinas menaikkan target di tahun 2009 menjadi Rp 475 juta. Realisasinya ternyata mencapai angka Rp 382.286.000,-, mengalami penurunan. Menurut kami, ini lebih banyak dikarenakan oleh sulitnya jalan menuju Dairi. Jadi, pengunjung banyak yang enggan untuk datang”. Universitas Sumatera Utara Dari jawaban di atas, dapat diketahui bahwa grafik pemasukan dari TWI Sitinjo bervariasi. Sejak diberlakukannya Perda No. 04 Tahun 2005, TWI telah memberikan kontribusi yang berarti bagi keuangan daerah. Menurut beliau, TWI telah berhasil menempati tiga 3 besar sumber andalan PAD setelah rumah sakit dan transportasi wilayah. Beliau menambahkan bahwa pemasukan dari TWI di tahun 2008 melampaui target yang ditetapkan. Target pemasukan di tahun 2008 adalah sebesar Rp 375 juta, sementara realisasinya mencapai angka Rp 419.609.000,-. Berdasarkan pencapaian yang luar biasa tersebut, pihak Dinas meningkatkan target pemasukan di tahun 2009 menjadi Rp 475 juta, sedangkan realisasinya adalah Rp 382.286.000,-. Pemasukan dari TWI mengalami penurunan. Menurut analisa beliau, hal ini dipengaruhi oleh kondisi jalan yang rusak menuju Kabupaten Dairi, yang mengakibatkan wisatawan merasa enggan untuk datang. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas tentang gambaran kontribusi TWI terhadap PAD Dairi, penulis juga menanyakan pertanyaan yang sama kepada Kepala Bidang Pariwisata Bapak Naik Capah. Beliau menjawab: “Pemberlakukan Perda No. 04 itukan sejak tahun 2005. Sejak itu, TWI memberikan dampak positif bagi PAD. Artinya dengan keberadaan TWI, PAD meningkat. Berdasarkan data pengunjung juga meningkat pesat, hanya di tahun 2009 menurun. Menurut saya, penurunan ini karena banyak faktor, seperti kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit, masalah keamanan di mana Dairi sangat dekat dengan Aceh, persepsi masyarakat luar tentang isu terorisme, dan banyak faktor lain”. Dari keterangan informan tersebut, dapat diketahui bahwa TWI memang benar-benar tekah memberikan kontribusi yang positif terhadap PAD Dairi. Universitas Sumatera Utara Dengan adanya TWI, PAD Dairi sejak tahun 2005 meningkat. Peningkatan tersebut juga dapat dilihat dari grafik pengunjung yang datang. Beliau menambahkan bahwa di tahun 2009 jumlah pengunjung menurun. Menurut beliau penurunan ini disebabkan oleh banyak faktor, seperti kondisi ekonomi masyarakat yang semakin sulit dan masalah keamanan mengingat Kabupaten Dairi berbatasan langsung dengan Provinsi Nangro Aceh Darussalam. Pengunjung mengaitkan hal ini dengan isu-isu terorisme. Kemudian penulis ingin mengetahui apakah benar TWI Sitinjo telah dikenal oleh nusantara bahkan luar negeri. Oleh karena itu, penulis menambahkan pertanyaan kepada Bapak Marulak Situmorang, dengan bertanya: Dari mana saja asal wisatawan tersebut? Beliau menjawab: “Pengunjung yang datang sudah mewakili seluruh wilayah Indonesia. Dari Riau, Jambi, Palembang, Bengkulu, Jawa, Kalimantan, Batam, kemarin juga ada yang dari Makassar, Papua. Dari luar negeri ada yang dari Malaysia, Jerman, Singapura, Amerika, Inggris, India, Thailand, Australia dan negara lain”. Berdasarkan keterangan beliau diketahui bahwa TWI telah dikenal oleh hampir seluruh daerah di Indonesia. Hal itu dapat dilihat dari asal wisatawan yang datang ke TWI. Selain itu, TWI juga telah dikenal oleh manca negara. Hal ini dilihat dari data pengunjung yang datang dari berbagai negara. Universitas Sumatera Utara

4.2.7 Tabel Perkembangan Pengunjung yang datang ke TWI Sitinjo

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi, jumlah pengunjung yang datang ke TWI adalah sebagai berikut: Tabel 3. Perkembangan Jumlah Pengunjung yang datang ke Taman Wisata Iman Sitinjo BULAN TAHUN 2005 2006 2007 2008 JANUARI - 25.507 39.372 36.621 FEBRUARI - 8.013 9.294 9.846 MARET - 6.875 15.125 16.771 APRIL - 19.530 18.226 13.943 MEY - 17.235 29.005 14.211 JUNI - 14.389 15.401 10.397 JULI 3.202 20.181 21.239 13.723 AGUSTUS 9.584 16.787 15.765 13.485 SEPTEMBER 3.752 9.620 10.047 16.644 OKTOBER 7.642 17.698 15.789 14.426 NOVEMBER 7.027 7.121 5.429 6.712 DESEMBER 4.734 8.856 17.757 18.815 JUMLAH 35.941 171.812 212.449 185.594 Universitas Sumatera Utara BAB V ANALISA DATA Pada bab ini akan diuraikan analisis dari data-data yang diperoleh dari hasil penelitian, yaitu data-data yang telah disajikan pada bab sebelumnya. Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah dengan analisis deskriptif kualitatif, dengan mengacu pada induksi data, interpretasi data, dan konseptualisasi data sesuai dengan fokus kegiatan penelitian. Penulis akan melakukan analisis berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan selama penelitian di lapangan.

5.1 Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo

Dokumen yang terkait

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

16 84 174

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 0 15

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 1 2

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 0 9

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

1 6 37

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

0 0 4

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

0 0 2

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

1 1 16

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

0 0 6

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

1 3 10