dari data jumlah pengunjung yang datang dan berasal dari hampir seluruh wilayah nusantara, bahkan beberapa negara di dunia.
5.1 Pendidikan dan Pelatihan
Pengembangan objek wisata dapat berhasil jika didukung dengan pelaksanaan program pembinaan peningkatan sumber daya manusia yang
mengelolanya. Adanya pendidikan dan pelatihan yang berkualitas menjadikan manusia memiliki pengetahuan dan keterampilan yang semakin baik.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan dua 2 orang di antara Staff Khusus Pengelola TWI yaitu Bapak Marulak Situmorang dan Bapak
Awaludin Capah, secara keseluruhan, pegawai yang bertugas di TWI diarahkan untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Dengan memberikan kesempatan
untuk mengikuti studi banding ke berbagai daerah pariwisata, pegawai diharapkan memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang kepariwisataan. Dengan
demikian, pegawai mampu memberikan pelayanan prima kepada pengunjung. Namun karena keterbatasan dana juga, pelaksanaan studi banding tersebut belum
dapat dilakukan secara berkesinambungan. Oleh karena itu, bentuk pendidikan pelatihan yang dapat diberikan adalah berupa penyuluhan tentang kepariwisataan
dan pendekatan kepada setiap pegawai agar selalu membina kerjasama dalam melaksanakan kewajibannya masing-masing. Upaya ini menunjukkan bahwa Staff
Khusus Pengelola TWI sangat memperhatikan kinerja setiap anggota mereka. Upaya pendekatan yang dilakukan secara tidak langsung telah menanamkan nilai-
nilai moral yang positif kepada anggotanya.
Universitas Sumatera Utara
Program Perancangan Pengembangan
Seperti diketahui bahwa kepariwisataan merupakan sektor yang dinamis, di mana perlu dilakukan pembenahan dan pengembangan sesuai dengan
kebutuhan dan perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan meningkatkan daya tarik suatu objek wisata, sudah
sepatutnya dibuat program perancangan pengembangan untuk masa mendatang. Dari hasil wawancara dengan informan, diketahui bahwa ada beberapa program
yang akan dicanangkan ke depan dalam rangka pengembangan objek wisata TWI Sitinjo, yaitu penambahan beberapa fasilitas, seperti perluasan areal parkir,
pendaur-ulangan air dari Lae Pandaroh untuk disuplai ke TWI, pengembangan seni budaya di kawasan TWI, fasilitas hiburan open stage dan Kebun Binatang
Mini. Analisis yang dapat dibuat berdasarkan keterangan tersebut adalah, bahwa pihak Dinas mengupayakan pengembangan objek wisata TWI secara bertahap dan
berkesinambungan. Dinas memiliki kemampuan untuk membaca dan merespon kebutuhan pengunjung dan disesuaikan dengan perubahan yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Program perancangan yang dibuat pun tetap menjunjung tinggi kelestarian budaya daerah.
Retribusi dari Taman Wisata Iman Sitinjo
Faktor keuangan merupakan faktor utama yang merupakan sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan daerah. Salah satu
komponen Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan yang berarti bagi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah tersebut adalah Retribusi Daerah. Menurut Yani 2002:55, Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah, sebagai pembayaran atas jasa atau
Universitas Sumatera Utara
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Dairi No. 04 Tahun 2005, jenis penerimaan yang ditetapkan untuk objek wisata Taman Wisata Iman TWI Sitinjo adalah Retribusi
Jasa Usaha. Dari data yang diperoleh, Objek Wisata TWI Sitinjo telah berhasil memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan PAD. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan angka pemasukan yang terealisasi. Angka yang ditargetkan pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 375 juta rupiah, ternyata mencapai realisasi sebesar
Rp 419.609.000,-. Data tersebut mengindikasikan bahwa TWI berhasil mendobrak penerimaan daerah tersebut. Pada tahun berikutnya, dengan memperhatikan
pendapatan di tahun 2008, pihak Pemda menaikkan target pencapaian menjadi Rp 475 juta rupiah. Namun pada realisasinya, TWI hanya mencapai angka Rp
382.286.000,-. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, penurunan angka tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa diantaranya adalah kondisi sosial
dan perekonomian masyarakat secara umum. Tingkat pendapatan masyarakat tentunya sangat mempengaruhi tingkat konsumsi akan pariwisata. Faktor lain
adalah masalah kondisi fisik jalan menuju lokasi tersebut. Menurut pengamatan saya, kondisi fisik jalan yang merupakan jalan lintas provinsi tersebut sangat tidak
baik. Kerusakannya sangat parah dan menyulitkan perjalanan. Pada hakekatnya, orang melakukan kegiatan wisata adalah untuk memperoleh ketenangan dan
kenyamanan. Situasi jalan yang rusak tersebut mempengaruhi daya tarik TWI dan tingkat kenyamanan wisatawan yang ingin berkunjung.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Pengunjung yang datang ke TWI Sitinjo
Menurut Damanik 2006:19-24, wisatawan pengunjung merupakan salah satu dari enam 6 pelaku pariwisata. Wisatawan adalah konsumen atau pengguna
produk dan layanan pariwisata. .Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 3, dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah pengunjung yang datang ke TWI
bervariasi. Hal ini menjadi salah satu bukti kedinamisan sektor pariwisata. Sejak diberlakukannya pengelolaan yang terkontrol oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata,
Pemuda dan Olahraga yaitu pada pertengahan tahun 2005, jumlah pengunjung yang datang meningkat pesat hingga tahun 2007. Namun, pada tahun 2008 angka
tersebut menurun. Dari beberapa keterangan yang diperoleh, ada banyak faktor yang mempengaruhi penurunan arus pengunjung tersebut. Beberapa di antaranya,
adalah situasi perekonomian masyarakat yang secara umum semakin sulit. Tingkat pendapatan masyarakat yang dirasakan semakin sulit mengakibatkan
penurunan terhadap aktivitas kepariwisataan. Selain itu, promosi yang dilakukan selama ini sangat minim. Seperti keterangan dari Kepala Seksi Promosi, bahwa
kegiatan promosi terkendala oleh karena keterbatasan dana. Sebenarnya, pihak Pemda dapat juga melakukan promosi melalui pelaksanaan perayaan hari-hari
besar agama, mengingat lokasi TWI ini sangat padat oleh pengunjung terutama pada hari-hari tersebut. Dengan mengorganisir berbagai kegiatan keagamaan di
hari-hari besar agama, secara tidak langsung akan memperkenalkan TWI kepada setiap pengunjung yang datang.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
6.1 KESIMPULAN