Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

(1)

LAMPIRAN FOTO

Pintu Gerbang utama memasuki lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo


(2)

Pintu masuk Taman Firdaus

Patung Adam dan Hawa dan kolam dengan 5 titik aliran air menuju kolam di Taman Firdaus


(3)

Gereja ditengah alam perbukitan dan ruang doa tepat dibawah bangunan miniatur Salib Kasih


(4)

Patung perjalan memperingati Penyiksaan Yesus ( Via Dolorosa)

Miniatur Bahtera Nuh


(5)

Masjid diatas perbukitan

Miniatur Ka’bah disebelah Masjid


(6)

Pura yang merupakan rumah ibadah umat Hindu


(7)

Kebun binatang mini di lokasi Taman Firdaus dan memerlukan pembenahan

Pemondokan di sepanjang jalan ada beberapa yang perlu direnovasi


(8)

Usai peneliti melakukan wawancara kepada seorang narasumber


(9)

Kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup 2016 aksi bersih dan penanaman pohon guna melestarikan alam, dilokasi TWI Sitinjo, peneliti turut serta.


(10)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Amir, Taufiq M. 2011. Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Assauri, Sofjan. 2013. Strategic Management Sustainable Competitive Advantages. Jakarta: Rajawali Pers.

Boyd,dkk. 2000. Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.

Chalil, Diana & Riantri Barus. 2014. Analisis Data Kualitatif. Meda: USUPress Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Stratejik, Konsep, Kasus, dan Implementasi.

Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi (2016), Brosur-brousr Pariwisata Kabupaten Dairi.

Hasan, Ali. 2015. Tourism Marketing. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Hunger, David J & Thomas L.Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta: Andi.

Juliandi, Azuar & Irfan. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Bisnis. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Kotler & Amstrong. 1997. Prinsip-prinsip Pemasaran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik & Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Rangkuti, Freddy. 2014. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Robbins, Stephen dan Mary Coulter. 2010. Manajemen. Jakarta: Erlangga. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sinamo, H Jansen. 2003. Dairi The Hidden Prosperity. Sidikalang: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA).

Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Umar, Husein. 2005. Strategic Management In Action. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wardiyanto & M Baiquni. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Bandung: CV. Lubuk Agung.

Warpani & Indra P. Warpani. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: Penerbit ITB

Sumber Internet:

http://harcann.blogspot.co.id/2015/01/strategi-pengembangan-produk.html?m=1 http://wawasanpariwisata.blogspot.co.id/2012/07/produl-pariwisata.html?m=1 http://madebayu.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-potensi-wisata.html?m=1


(11)

https://prezi.com/m/y_kztvibde_a/pengertian-dan-konsep-dasar-ekowisata/

Sumber Skripsi/ Jurnal:

Pradikta, Angga. 2013. Strategi Pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunung Rowo Indah Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Pati. Universitas Negeri Semarang.

Redona, Rendi. 2015. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar (Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Magelang, Jawa Tengah). Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.

Rumbarar, Frans Carolus. 2010. Potensi Pengembangan Ekowisata Danau Habema Pada Kawasan Taman Nasional Lorentz Provinsi Papua. Universitas Negeri Papua

Santi, Ulva Nila. 2010. Perencanaan Strategis Pengembangan Objek Wisata Candi Cetho Oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Suarka, Fanny Maharani. 2011. Identifikasi Potensi Dan Program Pengembangan Produk Ekowisata Di Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Universitas Udayana Denpasar.

Silitonga, Mutiara. 2011. Potensi Taman Wisata Iman Sidikalang Sebagai Daya Tarik Wisata Di Kabupaten Dairi. Universitas Sumatera Utara

Sumber Lain:

Undang-Undang kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Peraturan Bupati Dairi No. 24 Tahun 2015


(12)

Tengah) masyarakat. d)Strategi WT (Weakness Threat): Program Pengembangan Kelembagaan dan SDM (Destination Management Organization): Pembentukan Local Working Group Destinasi dan Program peningkatan kualitas SDM dan Budaya.

Ulva Nila Santi (2010)

Perencanaan Strategis Pengembangan Objek Wisata Candi Cetho Oleh Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Kabupaten

Karanganyar

Berdasarkan analisis SWOT untuk menguji kestrategisan isu maka diperoleh ada 1 isu yang sangat strategis yaitu isu untuk meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Ada 2 isu yang cukup strategis yaitu isu untuk meningkatkan promosi untuk semakin menjaring banyaknya wisatawan dan isu untuk mengusahakan adanya alokasi dana untuk penanggulangan bencana alam. Ada 3 isu yang kurang strategis yaitu isu untuk menyediakan guide yang profesional, isu untuk memberikan sosialisasi dan pembinaan kepada masyarakat yang sering menggunakan candi serta program pelestarian Candi Cetho.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian


(13)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Data dihimpun dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang mendetail disertai catata-catatan hasil wawancara yang mendalam, serta hasil analisis dokumen dan catatan-catatan (Nana Syaodih, 2012:60).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yng ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman atau guru dalam penelitian (Sugiyono, 2008:298).

Berdasarkan tujuannya, penelitian ini termsauk penelitian deskriptif. Menurut Nana Syaodih (2012:56) penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya. Dalam studi ini para peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu terhadap objek penelitian, semua kegiatan atau peristiwa berjalan seperti apa adanya. Penelitian deskriptif dapat dilakukan pada saat ini atau dalam kurun waktu yang singkat, tetapi dapat juga dilakukan dalam waktu yang cukup panjang. Penelitian yang berlangsung saat ini disebut penelitian deskriptif, sedangkan penelitian yang dilakukan dalam kurun waktu yang panjang disebut penelitian longitudinal.


(14)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Sitinjo, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, yaitu Taman Wisata Iman (TWI). Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan April 2016.

3.3 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006:33) konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu myang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Dengan adanya definisi konsep maka akan mempermudah pemahaman, mengindari kesimpangsiuran dari hal yang diteliti. Adapun definisi konsep yang dikemukakan oleh peneliti adalah:

1. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya. 2. Pengembangan Produk adalah kegiatan atau aktifitas yang di lakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih besar. 3. Strategi Pengembangan Produk adalah strategi tentang bagaimana organisasi

menciptakan produk baru atau memodifikasi ke segmen pasar yang sekarang. 4. Analisis SWOT adalah identifikasi berabagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengthts) dan peluang (Oppurtunities). namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).


(15)

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Pimer

Data primer adalah data mentah yang diambil oleh peneliti sendiri (bukan oleh orang lain) dari sumber utama gua kepentingan penelitiannya, dan data tersebut sebelumnya tidak ada. Data dikumpulkan melalui observasi/ pengamatan dan wawancara/ interview langsung kepada pengelola, pegawai maupun wisatawan Taman Wisata Iman Sitinjo.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang sudag tersedia yang dikutip oleh peneliti guna kepentingan peelitiannya. Peneliti memperoleh data sekunder dari buku-buku pendukung, jurnal, majalah, internet dan sebagainya.

3.5 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan Kunci merupakan informan yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pengelola/pegawai Taman Wisata Iman Sitinjo.

2. Informan Utama merupakan informan yang terlibat secara langsung dalam interaksi social yang sedang diteliti. Informan utama dalam penelitian ini adalah wisatawan Taman Wisata Iman Sitinjo.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Teknik pengumpulan data primer penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara (dialog langsung antara peneliti dengan narasumber penelitian), dan


(16)

observasi (kegiatan melihat suatu kondisi secara langsung terhadap objek yang diteliti.

2. Teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan menggunakan instrument studi dokumentasi dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

1. Tahap Pengumpulan Data (Input stage)

Tahap pengumpulan dilakukan dengan menggunakan matriks EFE dan matriks IFE. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang muncul dari lingkungan eksternal. Matriks IFE digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari lingkungan internal yang dapat mempengaruhi implementasi strategi pengembangan produk. Matriks EFE dan IFE disusun dengan memberikan bobot kekuatan dan kelemahan pada faktor penentu keberhasilan baik faktor yang muncul dari lingkungan internal maupun eksternal perusahaan

2. Tahap Analisis atau Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap ini dilakukan dengan menggunakan matriks SWOT dan matriks IE. Matriks SWOT merupakan matriks yang memberikan pilihan strategi bagi organisasi/perusahaan. Matriks ini memberikan empat pilihan strategi yang muncul karena peluang atau ancaman dari lingkungan eksternal dan kekuatan atau kelemahan dari lingkungan internal. Matriks IE merupakan matriks yan menunjukkan alternatif strategi bagi perusahaan atau unit bisnis yang sedang berkembang.


(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Dairi

Kabupaten Dairi memiliki luas wilayah 191.625 Hektar yaitu sekitar 2,68 % dari luas proinsi Sumatera Utara (7.160.000 Hektar). Kabupaten Dairi sebagian besar


(18)

terdiri dari dataran tinggi dan berbukit-bukit yang terletak antara 98º00’-98º30’ dan 2º15’-3º00’ LU. Variasi ketinggian Dairi antara 400-1.700 meter diatas permukaan laut (mdpl) membuat iklim yang ada juga bervariasi. Iklim subtropis pada ketinggian 400-1.360 mdpl yaitu di Kecamatan Tigalingga, Kecamatan Siempat Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-pungga. Iklim tropis pada ketinggian 500-1000 mdpl, serta iklim dingin pada daerah ketinggian diatas 1000 mdpl yaitu di Keamatan Sumbul, Sidikalang, Kerajaan dan Kecamatan Tanah Pinem. Kabupaten Dairi yang terletak di sebelah Barat laut provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan:

 Sebelah Utara dengan Kabupaten Aceh Tenggara (provinsi NAD) dan Kabupaten Tanah Karo

 Sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir  Sebelah Selatan dengan Kabupaten Pakpak Bharat  Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan

Dari segi demografi, penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Dairi bersifat heterogen yang terdiri dar etnis Pakpak, Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Nias, Minangkabau, Cina, Jawa, Aceh, dan lain-lain. Dairi terkenal sebagai penghasil kopi di dunia dengan nama generik Kopi Sidikalang. Dairi juga memiliki kekayaan sumber daya alam seperti tambang zeng dan timah hitam yang merupakan tambang terbesar di dunia dengan jumlah deposit 20 juta ton. Selain subur dan memiliki potensi tambang, Dairi juga memiliki panorama alam yang sangat indah seperti di Pantai Silalahi yang berada di kawasan Danau Toba bagian barat. Dan saat ini Pemerintah Kabupaten Dairi bersama instansi pendukung seperti Disbudparpora


(19)

tengah melakukan pembangunan dan pengembangan fasilitas wisata iman di perbukitan Sitinjo 10 Km sebelum kota Sidikalang.

4.1.1 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi

Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 05 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Dairi.

4.1.2.1 Visi dan Misi

Visi adalah cara pandang untuk jangka panjang, kemana motivasi Pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif serta produktif. Pengaruh lingkungan eksternal dan internal yang mengakibatkan meningkatnya persaingan, tantangan dan tuntutan masyarakat, mendorong Disbudparpora untuk mempersiapkan diri agar tetap mampu memenuhi permintaan eksternal dan unggul dengan senantiasa mengupayakan perubahan ke arah yang lebih baik. Adapun yang menjadi visi yang dimiliki Disbudparpora Kabupaten Dairi adalah “Meningkatkan kualitas pelayanan

dan proesionalisme pengembangan kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan olahraga guna mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan

Kabupaten Dairi”.

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Misi dalam rangka mewujudkan visi Disbudparpora Kabupaten Dairi, dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut:


(20)

 Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi dan manajemen organisasi Dinas Kebudayaan, Kepariwisataan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Dairi;

 Meningkatkan kualitas pengembangan kebudayaan daerah yang menjadi jati diri Kabupaten Dairi;

 Meningkatkan kualitas pelayanan, sarana dan prasarana pengembangan potensi kepariwisataan yang mendukung peningkatan pendapatan daerah dan masyarakat;

 Meningkatkan kualitas pelayanan kepemudaan;

 Meningkatkan kualitas fasilitas pengembangan keolahragaan daerah.

4.1.2.2 Tugas dan Fungsi

Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga merpakan unsur pelaksana otonomi daerah Kabupaten Dairi yang memiliki tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah dalam bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga.

Fungsi Disbudparpora Kabupaten Dairi adalah:

 Perumusan kebijakan teknis dalam bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga;

 Penyellenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dalam bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga;


(21)

 Pembinaan dan pelaksanaan tugas teknis dalam bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda dan olahraga;

 Pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan fungsinya.

4.1.2.3 Struktur Organisasi

Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 05 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas Daerah Kabupaten Dairi, maka Organisasi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga terdiri dari:

1) Dinas;

2) Sekretariat; meliputi tiga (3) Sub Bagian, yakni:  Sub Bagian Umum;

 Sub Bagian Keuangan;

 Sub Bagian Program dan Pelaporan.

3) Bidang Kebudayaan; meliputi 3 (tiga) Seksi, yakni:  Seksi Seni dan Budaya,

 Seksi Sejarah dan Kepurbakalaan,  Seksi Perfilman dan Bina Usaha.

4) Bidang Pariwisata; meliputi tiga (3) Seksi, yakni:  Seksi Promosi;

 Seksi Pengelolaan sarana Pariwisata;  Seksi Bina Usaha.


(22)

 Seksi Organisasi dan Kelembagaan,

 Seksi Pemberdayaan dan Peran serta Kepemudaan,  Seksi Bina Pengawasan.

6) Bidang Olahraga; meliputi tiga (3) Seksi, yakni:  Seksi Penyelenggaraan Keolahragaan,  Seksi Bina Prestasi;

 Seksi Bina Organisasi dan Kemitraan.

Dalam memperoleh informasi mengenai hal yang diteliti, komunikasi yang intens dilakukan adalah pada Bidang Pariwisata. Tugas pokok Bidang Pariwisata adalah melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, program dan kegiatan penyelenggaraan pariwisata, meliputi: promosi, sarana dan prasarana, serta bina usaha pariwisata.

 Seksi Promosi

Tugas pokok seksi promosi adalah melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitas pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum menyangkut promosi dan pemasaran pariwisata.

 Seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata

Tugas pokok seksi Pengelolaan Sarana Pariwisata adalah melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitas pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum menyangkut pengelolaan sarana pariwisata


(23)

 Seksi Bina Usaha

Tugas pokok seksi Bina Usaha adalah melaksanakan penyiapan bahan-bahan penyusunan kebijakan teknis, program dan kegiatan serta fasilitas pelaksanaan teknis, pelaksanaan kegiatan serta pelayanan umum menyangkut bina usaha perizinan pariwisata.


(24)

STRUKTUR ORGANISASI BIDANG PARWISATA

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bidang Pariwisata Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)

KEPALA BIDANG PARIWISATA JANIAH KUDADIRI, S.Sos

Sidikalang, Pebruari 2015 KEPALA BIDANG PARIWISATA

JANIAH KUDADIRI, S.Sos PENATA TK. I NIP. 19710319 199803 2 002

1. JAHADAT KUDADIRI

2. SEVIN R. KUDADIRI

3. BANTU HUTASOIT

4. IRAN PARNO SIMBOLON

5. JEMSEN MONANG M. SIMAMORA

6. LASYSYAMSU HUTABARAT

7. INSAN KUDADIRI

8. CANDRA KH. KUDADIRI

1. CHANDRA KIRANA, Amd

2. ELIANSEN MANIK

3. HABIDIN MANIK

4. GERHAD SIAHAAN, SE

5. FAREL SHARON SIJABAT

6. SAMPE TUA PARULIAN BERUTU

7. FARIDAWATI PARDEDE

1. AHMAD SUKRI, S.Sos

2. SAMIUN KUDADIRI

3. SAHRIANTO KUDADIRI

4. SAHYUNAN KUDADIRI

5. ALBERTUS KUDADIRI

6. MULIA ALEXANDER UJUNG

7. RITA HUTABARAT

KASI PENGELOLA SARANA PARIWISATA

MARULAK SITUMORANG KASI PROMOSI

ROY FRANSCE SITOHANG, SH KASI BINA USAHA

MERLIN THERESIA SITANGGANG, S.S


(25)

4.1.2 Objek Wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo 4.1.3.1 Sejarah Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo

Ide pembangunan Taman Wisata Iman bermula pada tahun 2001. Awalnya Bupati Dairi yang menjabat disaat itu, DR. MP Tumanggor kembali dari Medan dan singgah di kawasan yang dulunya masih perbukitan hutan pinus dan menyemptkan diri untuk berdoa di sebuah tempat yang paling tinggi di perbukitan itu. Dalam doanya disebutkan “ya Tuhan! Begitu indah Engkau ciptakan alam di Kabupaten Dairi ini”.

Sepulang dari kawasan itu, MP Tumanggor yang sudah banyak menjalani berbagai daerah terutama tempat-tempat wisata mencoba menawarkan ide kepada tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh agama serta warga setempat. Usulan ini berlanjut dengan pembahasan-pembahasan dan terakhir diwujudkan dalam sebuah visualisasi.

MP Tumanggor kemudian merancang sebuah kawasan, yang di dalamnya terdapat beberapa fasilitas ibadah yang mengkomodir semua pemeluk agama di Kabupaten Dairi. Setelah dilakukan pertemuan dan melakukan pembahasan maka didapat kesepakatan mengenai lokasi pembangunan Taman Wisata Iman Dairi yaitu di Perbukitan Sitinjo, Kecamatan Sitinjo. Lokasi yang ditutupi oleh hutan dan perpohonan pinus tersebut, sangat bagus untuk dijadikan sebagai kawasan religius sekaligus tempat berwisata.

Kawasan Taman Wisata Iman berada pada lahan seluas 13 Hektar. Pemda setempat, membangun beberapa tempat ibadah, Gereja, Masjid, Vihara, Kuil,arena bermain dan fasilitas pendukung lainnya. Pembangunan proyek dilaksanakan dalam


(26)

kurun waktu tiga (3) tahun, mulai dari tahun 2001 sampai tahun 2004. Di tahap awal pembangunan selanjutnya, pembangunan difokuskan pada fasilitas pendukung lainnya. Pembangunan yang dilakukan Pemda berlangsung secara bertahap agar Taman Wisata Iman Dairi menjadi tempat beribadah sekaligus tempat wisata yang nyaman.

4.1.3.2 Fasilitas Pendukung Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo

Taman Wisata Iman yang dibangun pada tahun 2001 ini berada di perbukitan Sitinjo, 10 Km sebelum Kota Sidikalang yang merupakan ibukota Kabupaten Dairi. Eksotik, menawan, sejuk dan penuh nuansa religius, merupakan kata yang tepat untuk mengungkapkan panorama yang disajikan Taman Wisata Iman Sitinjo.

Penataan ruang diatur sebaik mungkin guna pengembangan dan pembangunan Taman Wisata Iman untuk menambah daya tarik. Untuk menambah daya tarik, diimbangi juga dengan penambahan miniatur, dimana miniatur tersebut melambangkan suatu kejadian-kejadian dan tempat yang dianggap suci oleh beberapa agama.

Taman Wisata Iman yang berjarak ± 152 Km dari Medan dapat ditempuh melalui jalur darat dengan memakan waktu 3-4 jam. Untuk wisatawan dari luar Kota Medan baik dalam negeri maupun luar negeri dapat langsung mendarat di Bandar Udara Internasional Kuala Namu dan juga dapat mendarat di Bandar Udara Silangit yang memakan waktu 2,5 jam perjalanan.

Sesuai dengan namanya, Taman Wisata Iman Sitinjo merupakan Kawasan Wisata Religi di mana mencerminkan kepercayaan dan keyakinan penduduk yang


(27)

berdomisili di Kabupaten Dairi. Adapun fasilitas yang disugukan bagi wisatawan adalah:

1) Lima (5) rumah ibadah yaitu:

 Vihara Saddavadana merupakan rumah ibadah umat Budha. Vihara ini merupakan rumah ibadah yang pertama kali ditemui jika memasuki lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo setelah melewati beberapa meter tanjakan berlatarkan hutan pinus. Dibagian muka vihara ini, wisatawan akan disambut oleh patung Sang Budha dan sebuah candi yang didesain mengikuti bangunan Candi Borobudur yang terdapat di Jawa Tenga. Patung Budha tersebut dibuat dengan posisi bermeditasi sembari bersila, dengan posisi telapak tangan kanan menghadap ke depan seperti sedang melakukan salm hormat sementara posisi tangan kiri menopang sikunya dibawah.

Gereja Oikumene dan beberapa miniatur salib untuk tampat peribadatan umat Kristen Protestan. Gereja tersebut dibangun di atas perbukitan yang didepannya terpampang pemandangan alam (lembah) yang hijau. Gereja tersebut kerap sekai digunakan sebagai tempat perayaan hari besar seperti paskah, natal dan perayaan kekristenan lainnya bahkan pemberkatan pernikahan. Tidak jauh dari gereja tersebut, dibangun juga tiga (3) replika salib dengn ukuran cukup besar secara berderetan yang dibangun diatas bukit. Di sekitar salib juga terdapat beberapa patung manusia sebagai pendukung visualisasi makna dibangunnya salib tersebut. Bukit tempat didirikannya salib juga dibangun ruang khusus berdoa bagi umat yang memerlukan keteduhan


(28)

rohani. Masih di sekitar kawasan tersebut juga terdapat beberapa patung yang masing-masing menunjukkan makna tersendiri. Beberapa diantaranya menceritakan proses perjalanan penyaliban (via dolorosa) terhadap Yesus guna membebaskan manusia dari dosa sebagaimana yang dikisahkan Kitab Suci (Injil di Alkitab). Dibangun juga sebuah patung Abraham ketika sedang menyerahkan kurban kepada Tuhan. Tidak jauh dari patung Abraham, terdapat pula patung Nabi Musa yang bersiap-siap menerima sepuluh perintah dari Tuhan sebagaimana dikisahkan di Alkitab. Patung tersebut sengaja tidak jauh dari relief Salib sebagai salah satu upaya untuk mengenalkan agama ini dari dekat kepada wisatawan mengenai kisah perjalanan sang pembawa ajaran agama tersebut.

 Gua Bunda Maria yang disimbolkan sebagai wanita suci bagi umat Khatolik. Di dalam gua tersebut terdapat patung Bunda Maria yang berparas cantik dengan posisi berdri menggunakan pakaian jubah berwarna putih dipadu dengan biru muda. Gua dengan ukuran kecil tersebut dibangun persis di lereng perbukitan dengan pintu menghadap ke lembah.

 Pura adalah istilah untuk tempat ibadah agama Hindu di Indonesia. Pura di Indonesia terutama terkonsentrasi di Bali sebagai pulau yang mempunyyai mayoritas penduduk penganut agama Hindu. Di Taman Wisata Iman Sitinjo juga terdapat pura yang dibangun menyerupai pura yang terdapat di Bali dan India baik gerbang masuknya maupun bangunan puranya.


(29)

 Masjid dan Menara Masjid yang berdiri megah, dilengkapi dengan sebuah miniatur Ka’bah seperti yang terdapat di dalam Masjidil Haram, Makkah. Di lokasi ini, umat Islam diperbolehkan melakukan latihan Manasik Haji seperti layaknya di Tanah Suci.

2) Rangkaian Miniatur Kisah 14 Perjalanan Salib (Via Dolorosa) yang diuraikan di dalam Alkitab dengan patung-patung Romawi, yang mengingatkan umat Kristiani akan proses sengsara dan wafat Yesus.

3) Replika Bahtera Nabi Nuh yang bagian dalamnya disertai dengan fasilitas penginapan 17 kamar, di mana setiap kamar dapat menampung 6 orang. Penginapan ini juga dapat digunakan sebagai tempat pengobatan penyembuhan secara mental penderita narkoba. Tepat diatas Bahtera tersebut, didirikan patung yang menggambarkan Nuh.

4) Taman Firdaus & Patung Adam dan Hawa dibangun di kawasan lapangan hijau yang ditumbuhi pinus. Fasilitas ini meruapakan realisasi dari perencanan yang telah disusun sebelumnya guna menambah destinasi wisata. Di dalam Taman Firdaus ini terdapat lima (5) titik aliran air yang mengalir ke satu kolam besar. Patung Adam dan Hawa yang ada di taman tersebut memiliki tinggi tujuh (7) meter dan pada tahap selanjutnya direncanakan akan dibangun patung ular untuk memperkuat makna patung Adam dan Hawa merupakan manusia ciptaan Allah yang penuh dengan dosa.

5) Penginapan 34 kamar merupakan penginapan yang posisinya tidak jauh dari Gereja Oikumene. Penginapan ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kamar VIP


(30)

dan kamar Standar. Penginapan ini tepat menghadap ke lembah dan pohon pinus, sehingga memberikan kesan sejuk.

6) Kebun Binatang Mini, kebun ini merupakan fasilitas pendukung guna menarik perhatian wisatawan. Kebun ini juga menjadi sarana pengenalan bagi anak-anak bahwa ciptaan Tuhan bukan lah hanya manusia, melainkan hewan-hewan juga merupakan ciptaan Tuhan yang patut dijaga dan dilestarikan.

7) Taman Bermain Anak-anak, merupakan taman yang disediakan guna memberi kenyamanan bagi orangtua yang membawa anak-anak, agar anak-anak tidak merasa bosan. Taman tersebut berada dekat dengan kebun binatang mini. Taman tersebut dilengkapi dengan berbagai permainan khusus untuk anak-anak.

8) Jogging Trak juga di sediakan di Taman Wisata Iman Sitinjo guna memberikan fasilitas bagi wisatawan yang menginap maupun wisatawan yang datang untuk berolahraga santai sembari menikmati suasana hijau hutan pinus.

9) Sekuriti/ keamanan dilengkapi dengan Pos pengaman dan Pusat Informasi. Pos tersebut dipergunakan oleh petugas untuk mengawasi taman serta untuk mengontrol keamanan wisatawan.

10) Pondok-pondok Mini disepanjang jalan yang dilalui oleh wisatawan. Pondok mini ini dibangun sebagai fasilitas tempat wisatawan untuk beristirahat.

11) Auditorium/ aula dengan kapasitas 200 orang, sebagai tempat untuk mengadakan kegiatan keagamaan seperti acara misa, pernikahan, dan kegiatan keagamaan lainnya.

12) Restoran/ catering yang menyediakan makanan bagi wisatawan dan bisa juga menyediakan catering.


(31)

13) Mini Market yang menyediakan penjualan makanan ringan dan souvenir keagamaan, symbol-symbol Taman Wisata Iman Sitinjo, miniatur kebudayaan, dan lain-lain.

14) Area Parkir yang luas juga disediakan guna memberi kenyamanan bagi wisatawan yang membawa kendaraan ke dalam Taman Wisata Iman Sitinjo. Area parkir ini juga memberi keamanan bagi pengguna karena dijaga oleh petugas parkir yang merupakan bagian dari pengelola Taman Wisata Iman. 15) Flying Fox juga teah disediakan di Taman Wisata Iman, dengan posisi berada di

dalam Taman Firdaus. Flying fox ini menyediakan safety harnes guna menjamin keselamatan pengguna.

16) Wisata Bukit dan Sungai yang dimanfaatkan juga untuk menambah destinasi dan menarik wisatawan. Sungai tersebut berada dibawah jembatan.

4.1.3.3 Pendapatan dan Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo

Taman Wisata Iman Sitinjo merupakan wisata andalan Kabupaten Dairi selain TWA Sialahi yang menghasilkan Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar sehingga menambah kas daerah. Pihak pengelola TWI yaitu Disbudparpora selalu membuat target untuk retribusi dan melihat realisasinya di akhir tutup buku tahun tersebut.

Tabel 4.1

Pendapatan Retribusi Taman Wisata Iman Sitinjo 2009-2015

NO TAHUN TARGET (Rp) REALISASI PERSENTASE (%)

1 2009 375.000.000 395.200.000 105%

2 2010 475.000.000 372.452.000 78%


(32)

4 2012 900.000.000 544.516.000 61%

5 2013 900.000.000 400.139.000 44%

6 2014 685.000.000 643.394.000 94%

7 2015 1.100.000.000 681.362.000 62%

Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)

Tabel 4.2

Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo 2010-2015

NO TAHUN JUMLAH PENGUNJUNG

1 2010 101.110

2 2011 83.288

3 2012 88.131

4 2013 76.822

5 2014 145.320

6 2015 121.113

Sumber: Disbudparpora,bidang Pariwisata (2016)

Dari data yang disajikan diatas dapat dilihat bahwa pendapatan TWI meningkat namun jumlah pengunjung berkurang. Ada beberapa opsiyang

mengakibatkan hal tersebut terjadi, seperti meningkatnya wisatawan yang memilih menginap, adanya kegiatan keagamaan yang menyewa aula, dan dinaikkannya harga retribusi untuk memasuki lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo. Disaat pendapatan meningkat namun jumlah wisatawan menurun, disini lah persoalan ini perlu diperhatikan, dilakukan pengembangan, karena aset utama suatu wisata adalah pengunjung/ wisatawan.


(33)

4.2 Penyajian Data

Pada bab ini akan disajikan data dan informasi yang telah diperoleh selama melakukan penelitian dilapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data tersebut teridiri dari data primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawanara dengan para informan dan observasi, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis yang mendukung data primer. Adapun permasalahan utama yang disajikan dalam bab ini yaitu Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman Sitinjo, Kabupaten Dairi).

4.2.1 Profil Informan

1. Nama : Marulak Situmorang

Usia : 47 tahun

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Jabatan : Kepala Seksi Pengelola Sarana Prasarana Pariwisata

Bapak Marulak Situmorang adalah salah satu pengelola Taman Wisata Iman Sitinjo bagian sarana dan prasarana. Beliau turut serta dalam pengelolaan ini sejak dibukanya TWI, oleh sebab itu Pak Tumorang sudah mengetahui banyak tentang wisata yang menjadi unggulan Dairi ini.

Beliau mengatakan dalam pengembangan TWI Sitinjo tidak ada strategi khusus, namun tetap dilakukan secara terorganisir. Dalam pengembangan telah disusun target kerja, dimana pengembangan dibagi menjadi dua (2) yaitu jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek dengan kinerja per tahun anggaran. Seperti program pembangunan Taman Firdaus yang merupakan pembangunan yang


(34)

dibagi ke dalam beberapa tahap sampai selesai, saat ini direncanakan untuk menambah patung yaitu patung ular agar semakin memunculkan makna patung Adam dan Hawa yang telah lebih dulu dibangun di lokasi Taman Firdaus. Adapun yang menjadi kendala adalah mengenai dana, dimana APBD Dairi tidak memiliki dana jika dibangun sekaligus, jadi dilakukan pembangunan secara bertahap sesuai dana yang ada. Untuk tahun ini juga telah dimasukkan ke dalam anggaran untuk pembangunan gerbang pintu masuk TWI Sitinjo dari Jalan Toba dan akan dibangun tahun depan.

Mengenai sarana penunjuk arah, keterangan, denah akan dilakukan tinjauan ulang mengenai posisinya. Hal ini juga dikarenakan anggaran daerah tidak hanya untuk pembenahan wisata, melainkan pengembangan di segala sektor, baik sektor pendidikan, kesehatan dan segala pembangunan fasilitas lainnya.

Masyarakat sangat mendukung adanya Taman Wisata Iman Sitinjo, baik dalam hal mendukung kinerja pengelola, turut serta menyediakan dagangan, menyediakan photografer, dan turut menjaga kebersihan guna memberi kenyamanan pengunjung. Taman Wisata Iman Sitinjo telah memberikah imbas positiv bagi masyarakat, taraf hidup masyarakat semakin meningkat, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Berbeda halnya disaat TWI Sitinjo belum ada, kehidupan masyarakat masih terbilang lemah, bahkan hanya mengandalkan hasil tani yang pas-pasan untuk memenuhi kehidupan. Dengan adanya wisata ini juga telah mengubah pola pikir masyarakat menjadi lebih maju, karena adanya wisatawan dari dalam mupun luar Dairi yang berinteraksi dengan masyarakat.

TWI Sitinjo juga kerap dijadikan sebagai lokasi beribadah bagi korban bencana alam, misalnya korban bencana Gunung Sinabung. Untuk hal seperti ini,


(35)

pihak pengelola tidak mengenakan retribusi bagi mereka, dan ini menjadi wujud sosial yang dilakukan pengelola.

Di lokasi TWI Sitinjo ini ada koperasi yang berdiri secara hukum serta UKM. Adapun souvenir yang didagangkan di lokasi ini merupakan masukan dari luar Dairi, seperti dari Tarutung. Bagi masyarakat yang berdagang serta para photografer keliling yang ada di TWI Sitinjo tidak ada peraturan khusus untuk mengatur kinerja mereka, hanya saja selalu disosialisasikan agar memperhatikan kerapian dagangannya, memperhatikan penampilan, bertata krama yang ramah kepada pengunjung karena ini juga menjadi penilaian bagi pengunjung.

Taman Wisata Iman Sitinjo ini merupakan wisata yang dikenakan retribusi, berbeda halnya dengan Silalahi yang juga tanggung jawab Disbudparpora Dairi, khususnya bidang pariwisata, lokasi ini tidak dikenakan retribusi. Sebenarnya sudah disusun retribusi sesuai dengan Perbup Dairi Nomor 24 tahun 2015, hanya saja untuk saat ini belum berjalan. Hal ini dikarenakan masyarakat menolak diadakannya retribusi bagi pengunjung, masyarakat beranggapan jika retribusi ada, maka wisatawan tidak akan membeli apapun di lokasi karena dana yang dibawa habis untuk membayar retribusi. Sebenarnya pemikiran masyarakat seperti itu perlu diarahkan, karena setiap orang yang hendak berwisata telah mempersiapkan dana untuk retribusi dan dana lainnya. Namun pihak pariwisata tetap melakukan pendekatan kepada masyarakat lewat sosialisasi, karena akan ada dampak positiv bagi masyarakat jika Silalahi dikelola secara baik. Sosialisasi pada masyarakat telah dilakukan pada bulan Mei 2016 dan telah dilakukan juga sosialisai pada 16 Juni 2016 di Silalahi mengenai Geopark Toba Kaldera yang sekaligus dibahas mengenai retribusi daerah. Diharapkan


(36)

dari sosialisasi yang dilakukan adalah untuk menghindari perselisihan pendapat dikemudian hari antara pihak pemerintah dan masyarakat. Sedangkan pendapatan dari retribusi TWI Sitinjo akan dimasukkan kedalam kas daerah.

Wisata religi yang ada di luar Dairi tidaklah menjadi pesaing, melainkan menjadi potensi bagi TWI Sitinjo untuk mendatangkan wisatawan. Karena pada umumnya sifat manusia ingin mengunjungi wisata lebih dari satu apalagi lokasi wisata tersebut dikatakan dekat dan tersedia akomodasi. Akomodasi yang ada di TWI Sitinjo, seperti penginapan, akan direnovasi tahun ini dan diselesaikan tahun ini juga. Mengenai akomodasi seperti bus untuk pengunjung masih dalam tahap perencanaan. Bus ini gambarannya akan digunakan tidak hanya untuk ke lokasi TWI Sitinjo saja, melainkan ke Silalahi dan lokasi wisata Dairi lainnya. Tapi hal tersebut akan direalisasikan setelah pembangunan Taman Firdaus dan sarana lainnya selesai sehingga keseluruhan menjadi satu paketan wisata.

Dalam hal pengembangan juga dilakukan riset dan pelatihan bagi pengelola TWI Sitinjo, seperti mengikuti kegiata sosialisasi di lokasi wisata lainnya, melakukan kunjungan ke wisata luar Dairi. Namun karena keterbatasan dana, hanya beberapa saja yang diberangkatkan untuk mengikuti riset tersebut.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi TWI Sitinjo, seperti perubahan ekonomi yang terjadi di dalam masyarakat mempengaruhi jumlah pengunjung dan pendapatan TWI Sitinjo meskipun retribusi tidak berubah. Namun naik turunnya pendapatan masyarakat lah yang mempengaruhi niat masyarakat untuk berwisata. Jika dilihat dari segi pengaruh politik untuk pengembangan TWI Sitinjo tidak ada,


(37)

namun pengaruh dari segi hukum jelas ada, misalnya mengenai perubahan retribusi yang harus didasari dengan Peraturan Bupati.

Komunitas pecinta alam yang peduli akan lingkungan menjadi salah satu hal yang berpengaruh bagi pengembangan wisata terutama TWI Sitinjo. Dalam tahun ini telah dilakukan dua kali kegiatan peduli lingkungan, yaitu pertama aksi bersih dalam peringatan Hari Bebas Sampah pada Februari 2016 dan yang kedua penanaman pohon memperingati Hari Lingkungan Hidup pada Juni 2016 dikawasan TWI Sitinjo yang dilakukan oleh komunitas Khatulistiwa. Komunitas peduli lingkungan seperti ini sangat dibutuhkan untuk pengembangan TWI Sitinjo, dan diharapkan melakukan aksi serupa secara berulang.

2. Nama : Roy France Sitohang, SH

Usia : 31 tahun Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Jabatan : Kepala Seksi Promosi Bidang Pariwisata

Bapak Roy adalah salah satuh pihak pengelola Taman Wisata Iman Sitinjo yang berfokus pada promosi. Ia mengatakan bahwa promosi dalam pengembangan TWI ini adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan agar para konsumen/wisatawan mengetahuai (aware) adanya produk dan jasa yang ditawarkan kemudian menjadikannya, dimana yang menjadi target promosi adaah wisatawan domestik dan mancanegara. Beliau mengatakan bahwa output yang diharapkan untuk jangka panjang adalah meningkatkan angka pengunjung/ wisatawan yang berkontribusi langsung kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD).


(38)

Promosi TWI yang dilakukan didasari dengan pemetaan masalah pariwisata yang berupa melihat kekuatan potensi obyek wisata unggulan yang bisa dikembangkan di Dairi, kemudian melihat kelemahan yang ada dan melihat kelemahan yang ada serta melihat peluang yang baik dalam kepariwisataan serta melihat ancaman yang akan mengganggu dalam pariisata. Kemudian solusi yang ditempuh tertuang dalam rencana strategi jangka panjang atau renstra melalui pengembangan wisata dengan memperbaiki image Kabupaten Dairi, sedangkan rencana strategi jangka pendek melalui rencana kerja atau Renja yaitu pengembangan pemasaran pariwisata, pengembangan kemitraan dan rehabilitasi dan pemeliharaan objek wisata. Pemanfaatan branding image baik melalui media elektronik dan media cetak lainnya. Pemanfaatan media sosial melalui akun resmi Disbudparpora Dairi, dengan penggunaan satu nama akun yaitu @disbudparporadairi.

Salah satu keunggulan Kabupaten Dairi adalah memiliki pesona alam yang masih sangat natural dimana keadaan tersebut digemari oleh para wisatawan saat ini. Dengan berbagai keindahan tersebut peran teknologi sangat berpengaruh untuk menampilkan originalitas objek-objek tersebut, antara lain seperti:

 Media cetak yang mampu menghasilkan kalibrasi warna yang baik untuk hasil akhir khusunya untuk cetak brosur, booklet maupun media cetak lainnya;  Peningkatan audio visual melalui cinematography dan photography yang

mampu memberikan kesan easy listening & easy looking hingga mampu memikat calon wisatwan.


(39)

Namun, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam melakukan promosi yaitu kurangnya peranan masyarakat dan pelaku pariwisata serta belum sepenuhnya objek wisata unggulan mampu bersaing dengan objek wisata lainnya diseputaran Kabupaten Dairi.

3. Nama : Jemsen Simamora

Usia : 45 tahun Pendidikan : SD

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Posisi : Petugas Retribusi

Bapak Jemsen adalah petugas retribusi yang sejak tahun 2004 menjadi honor dan pada tahun 2012 diangkat menjadi PNS. Bekerja di Taman Wisata Iman Sitinjo telah menaikkan taraf hidup kata beliau. Selama bekerja di lokasi wisata tersebut, Pak Jemsen telah menyaksikan perkembangan tiap perkembangan yang ada dan semakin maju.

Sebagai wisata religi di tengah hutan pinus dan cukup unik dengan menyuguhkan rumah ibadah berbagai agama serta miniatur tokoh agama semakin memperindah lokasi ini, tambahnya. Namun tak jarang beliau menerima keluhan dari wisatawan yang mengatakan jalan di lokasi Kapal Nabi Nuh yang belum di aspal, toilet umum yang berbayar, serta penampilan photografer yang membuat pengunjung merasa tidak nyaman. Bapak Jemsen mengatakan ada kalanya pihak pengelola lebih memperhatikan hal-hal yang dikeluhkan oleh wisatawan. Sejauh ini memang selau diadakan evaluasi bagi semua petugas yang ada di lokasi ini guna menegaskan tugas masing-masing dan tujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung.


(40)

4. Nama : Sibarani Usia : 38 tahun Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang Souvenir

Bapak Sibarani adalah pedagang souvenir yang bertempat tinggal dilokasi Taman Wisata Iman Sitinjo sejak tahun 2004. Beliau mengatakan puncak datangnya wisatawan ke lokasi wisata ini pada saat libur panjang serta hari besar keagamaan, seperti Paskah, Lebaran, Natal dan Tahun baru. Disaat itu jugalah puncak penjualan mereka meningkat.

Saat ini tidak ada peraturan khusus bagi setiap pedagang, hanya saja dilakukan sosialisasi agar selalu menjaga kebersihan dan kerapian dagangan agar memberi kenyamanan bagi wisatawan yang hendak bebelanja. Pada masa mantan Bupati Dairi MP. Tumanggor pernah dilakukan arahan, bimbingan terkait wisata agar semua pedagang yang ada disini turut serta mengembangkan TWI Sitinjo, tambah Pak Sibarani.

Bapak Sibarani mengatakan TWI Sitinjo ini memiliki potensi yang banyak, dari segi lokasi yang asri, bangunan rumah ibadah, miniatur tokoh agama, tempat berdoa, lapangan untuk rekreasi, ditambah Taman Firdaus yang semakin memperindah lokasi ini, dimana ada wisata seunik ini.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan ditinjau lagi di lokasi wisata ini, misalnya mengenai retribusi yang harganya terlalu mahal, ini juga merupakan keluhan wisatawan saat berbelanja di toko ini. Mengenai sarana seperti denah lokasi yang posisinya teralu tinggi sehingga membuat wisatawan kesulitan melihatnya.


(41)

Pendapatan TWI Sitinjo ini mengalami kenaikan, tapi pengunjung menurun, ini jelas kita lihat bahwa pendapatan naik karena retribusi dinaikkan. Namun bagaimana cara agar wisatawan kembali meningkat dan wisatawan melakukan kunjungan berulang? Dengan cara menambah destinasi, seperti wahana rekreasi baik untuk anak-anak maupun orang dewasa, kebun binatang yang ada di Taman Firdaus itu ditambah jenis hewannya, dan lain-lain yang bisa menarik perhatian wisatwan. Masih terkait dengan retribusi, Bapak Sibarani mengatakan kejujuran petugas retribusi dalam memberikan tiket masuk bagi wisatawan juga berpengaruh dalam perhitungan jumlah wisatawan dan pendapatan TWI Sitinjo.

5. Nama : Parulian Kudadiri

Usia : 47 tahun Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Photografer

Bapak Parulian adalah salah satu masyarakat yang sejak tahun 2003 tinggal dikawasan wisata sekaligus photografer yang bekerja di Taman Wisata Iman Sitinjo. Photografer yang bekerja di TWI ini sekaligus menjadi guide bagi pengunjung, namun tidak terikat dengan Disbudparpora, bersifat lepas sebelum dulunya terikat dengan Disbudparpora kata Bapak Parulian. Bagi photografer tidak ada kebijakan khusus yang ditetapkan oleh Disbudparpora, namun selalu diberikan arahan dan diawasi agar selalu ramah pada pengunjung dan menjaga penampilan agar terlihat rapi sehingga menghilangkan prasangka buruk pengunjung.

Taman Wisata Iman Sitinjo menurut Bapak Parulian secara pribadi memiliki kelebihan seperti tempat ibadah yang teduh, membuat seseorang sadar akan iman dan


(42)

menenangkan diri. Jika dilihat dari segi fasilitas sudah cukup bagus, namun perlu adanya perkembangan dengan menambah objek agar pengunjung melakukan kunjungan berulang. Dengan catatan menambah sarana keluarga pada lokasi sendiri, tidak berdekatan dengan bangunan religi. Jika tidak ada perubahan, maka mengakibatkan penurunan wisatawan.

Pada beberapa tahun yang menjadi kendala adalah kelancaran air, namun sekarang air sudah lancar dan tidak menjadi kendala. Menurut beliau, issu penurunan TWI bisa saja terjadi jika pihak pengelola tidak melakukan pengembangan/ penambahan objek. Dari segi penginapan, biasanya banyak wisatawan pada akhir tahun atau hari-hari besar keagamaan yang menyewa penginapan. Berdasarkan keluhan wisatawan kepada beliau, yang menjadi kendala menuju TWI adalah keadaan jalan Medan-Sidikalang yang masih ada beberapa jalan rusak.

Bapak Parulian mengatakan ada imbas positif yang didapat dari adanya Taman Wisata Iman Sitinjo bagi masyarakat sekitar, seperti yang dulunya petani, kini bisa membuka UKM sehingga menaikkan taraf hidup, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Tidak ada sisi negativ yang dirasakan masyarakat sejauh didirikannya Taman Wisata Iman Sitinjo.

6. Nama : Ruben P. Napitupulu

Usia : 26 tahun Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta

Ruben merupakan wisatawan yang berasal dari Sidikalang yang memiliki aktivitas sebagai anggota salah satu komunitas pecinta alam di Dairi yaitu


(43)

Khatulistiwa. Dia memperoleh informasi mengenai TWI dari pihak pemerintah yang menelola wisata tersebut. Dia mengatakan bahwa komunitas yang peduli lingkungan dan aksi langsung di Taman Wisata Iman Sitinjo itu sangat perlu dan mampu meningkatkan citra. Hal itu dapat terjadi jika terjalin kerjasama antar komunitas di daerah, dan komunitas tersebut betul-betul peduli terhadap potensi yang dimiliki TWI. Ruben mengatakan akan melakukan kunjungan secara berulang dikarenakan TWI merupakan wisata yang unik karena menyuguhkan makna-makna keagamaan.

Namun ruben mengatakan wisata ini masih perlu dibenahi, dari segi pelayanan yang dianggapnya tata krama dan kerapian petugas retribusi yang masih kurang, layanan informasi yang kurang sehingga publik tidak sepenuhnya paham mengenai TWI.

Terkait dengan fasilitas, seperti tempat beribadah yang kurang dijaga kebersihannya, jalan rusak masih terdapat dibeberapa lokasi, pamplet informasi/ penunjuk arah masih minim dan sampah pengunjung masih ada di beberapa tempat baiknya disediakan tempat sampah di kawasan yang sering dikunjungi. Sebagai anggota komunitas peduli lingkungan, ruben juga mengatakan potensi alam yang dimiliki TWI perlu dijaga kelestariannya, seperti menjaga kebersihan sungai. Dikarenakan lokasi TWI yang luas maka Ruben mengatakan perlunya guide untuk mengarahkan wisatawan mengunjungi tiap bagian dari TWI.

Di akhir wawancara, Ruben mengatakan perlunya menyediakan paket perjalanan dengan catatan menambah bjek wisata seperti outbond, jelajah sungai, potensi air terjun yang ada juga dikembangkan.


(44)

7. Nama : Nickson S.P. Silitonga Usia : 35 tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Photografer

Nickson merupakan salah satu wisatawan yang berprofesi sebagai photografer yang memperoleh informasi mengenai TWI dari publikasi media sosial dan dinas pariwisata. Adapun tujuan Nickson mengunjungi wisata ini adalah untuk beribadah mengenal ragam rumah ibadah dan menikmati pemandangan alam. Kunjungan ini merupakan yang sekian kali dilakukan karena ia mengatakan selalu ada hal-hal baru yang dibangun di TWI.

Menurut Nickson, pelayanan didapat sudah cukup bagus, namun jika dilihat dari segi penataan tempat penjual souvenir yang kurang tertata rapi sehingga mengurangi daya tarik. Dia juga berpendapat bahwa selama ini jarak tidak lah menjadi kendala karena sudah di niatkan untuk berwisata religi dan mengambil potret sebagai koleksi, dan dikarenakan TWI memiliki potensi alam yang sangat menjanjikan, tambahnya.

Jika dilihat dari segi penyediaan akomodasi bus Nickson mengatakan sangat perlu, karena jarak antara pintu masuk sampai ke lokasi wisata terbilang jauh jika dijangkau dengan jalan kaki dan jalan menanjak. Untuk menambah daya tarik, dia juga mengatakan perlunya penambahan wisata keluarga seperti camping ground yang bersifat umum disamping tujuannya merupakan wisata religi. Disisi lain yaitu mengenai nilai yang dibeli dengan retribusi yang ditetapkan, menurutnya belum sesuai.


(45)

Dikarenakan belum terpenuhinya kenyamanan dalam menggunakan fasilitas seperti toilet yang berbayar. Mengenai fasilitas lain seperti jalan dikatakan cukup baik namun perlu dilakukan pelebaran jalan. Sepakat dengan wisatawan lain yang mengatakan fasilitas penunjuk arah dan sarana kebersihan yang masih minim.

8. Nama : Hendra Mulyadi

Usia : 27 tahun Pendidikan : S1

Pekerjaan : Wiraswasta

Hendra merupakan anggota Khatulistiwa Dairi sama dengan informan Ruben Napitupuluu. Hendra mengatakan bahwa Khatulistiwa adalah komunitas pecinta alam yang terbentuk dengan didasari kepedulian terhadap lingkungan. Khatulistiwa merupakan sebuah komunitas yang kerap mengkampanyekan budaya bebas sampah. Pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2016, 22 Februari, Khatulistiwa memilih Taman Wisata Iman Sitinjo sebagai tempat kegiatan HPSN 2016 karena TWI merupakan destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.

Sebagai salah satu pusat aktivitas yang kerap menimbulkan potensi sampah ataupun material sisa, sehingga dapat mengurangi daya tarik sebagai daerah destinasi wisata. Lingkungan yang dijaga kelestariannya merupakan harga mutlak untuk mendorong daya tarik daerah wisata. Dari kegiatan tersebut, Khatulistiwa melihat ada beberapa hal yang perlu dibenahi seperti, penambahan tong sampah, jadwal pengangkatan sampah, serta himbauan tentang potensi bencana yang disebabkan oleh sampah. Masih terkait dengan fasilitas, Hendra menambahkan bahwa kendala yang dihadapi selama kegiatan 2 hari 1 malam tersebut berlangsung adalah penerangan,


(46)

jadi perlu adanya penambahan sarana penerangan di jalan maupun di lokasi wisata tambahnya.

Adapun, harapan dari kegiatan tersebut bahwa para stakeholder tetap konsisten untuk membangun kesadaran betapa pentingnya menciptakan gaya hidup bebas sampah dan pengelolaan sampah berkelanjutan agar sejalan dengan pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo oleh pihak pengelola dan masyarakat.

Dari segi petugas retribusi, Hendra berpendapat bahwa perlunya dilakukan pengawasan kinerja petugas tersebut, karena kerap sekali petugas tidak memberikan tiket masuk bagi pengunjung yang telah membayar sesuai tarif yang ditetapkan. Mengapa perlu dilakukan pengawasan atas persoalan seperti ini, karena jelas ini berpengaruh terhadap pendapatan Taman Wisata Iman Sitinjo.

9. Nama : Jetun Tampubolon

Usia : 30 tahun Pendidikan : S1

Pekerjaan : NGO (Non-Governmental Organization)

Jetun merupakan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Iman Sitinjo dengan memperoleh informasi dari masyarakat ( mouth to mouth). Jetun merupakan wisatawan yang dapat dikatakan jarang berkunjung selain untuk mengambil foto-foto. Dia mengatakan bahwa TWI memiliki potensi yang mampu menarik wisatawan, baik itu alam yang asri dan luas serta bangunan dan patung keagamaan yang memberikan makna bagi yang melihat.

Jika dilihat dari segi jarak tempuh ke lokasi wisata, tidak menjadi kendala karena lokasi termasuk strategis, tambahnya. Namun potensi yang dimiliki tersebut


(47)

baiknya dikembangkan agar mampu menarik wisatawan untuk melakukan kunjungan berulang, karena ada beberapa wisata religi di daerah lain yang terlihat lebih menarik. Jetun juga mengatakan bahwa retribusi yang di tetapkan belum mampu memenuhi hal yang diinginkan oleh wisatawan. Jadi ada baiknya kaitan retribusi dan kenyamanan lebih diperhatikan oleh pihak terkait.

10. Nama : Hariati

Usia : 23 tahun Pendidikan : S1

Pekerjaan : Mahasiswi

Haritati merupakan wisatawan yang baru pertama kali mengunjungi Taman Wisata Iman dan memperoleh informasi dari teman-temannya, dia berasal dari luar kota Sidikalang yaitu Dolok Sanggul. Hal yang mendasari Hariati untuk mengunjungi TWI dikarenakan tertarik akan patung-patung dan bangunan yang ada sangat menarik. Mengenai pelayanan baik di bagian retribusi maupun di bagian lain cukup baik dan ramah bagi pengunjung, ungkap Hariati.

Ada beberapa hal yang peru dibenahi misalnya memperhatikan kandang di Kebun binatang mini, jelas terlihat bahwa atap kandang terebut rusak dan roboh ke bawah. Hal ini bisa saja melukai hewan yang ada di dalam, bahkan hewan bisa saja keluar dan mengganggu kenyamanan pengunjung, tambahnya.

4.3 Potensi Taman Wisata Iman Sitinjo

Pengertian potensi seperti yang diungkapkan oleh Mariotti (Suwardjoko 2007:50) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata,dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Potensi yang


(48)

dimiliki suatu daerah tempat wisata berada kerap sekali mempengaruhi perkembangan suatu wisata, misalnya potensi yang ada di daerah Kabupaten Dairi dan potensi yang ada di dalam Taman Wisata Iman Sitinjo sendiri.

Sesuai dengan potensi yang dikategorikan menjadi tiga (3) yaitu alam, kebudayaan dan manusia, berikut adalah pemaparan mengenai potensi yang dapat mempengaruhi Pengembangan Produk Taman Wisata Iman Sitinjo.

4.3.1 Potensi Alam

Taman Wisata Iman Sitinjo sebuah wisata religi yang ada ditengah hutan pinus. Hutan pinus, kontur tanah yang berbukit-bukit, sungai yang mengalir merupakan potensi alam yang dimiliki oleh TWI Sitinjo. Disaat ini di tengah kesibukan masyarakat membuat jenuh dan selalu ingin mencari suasana alam. Oleh sebab itu pihak pengelola tidak hanya mengandalkan wujud fisik dari wisata religi ini, melainkan juga potensi alam yang dimiliki. Potensi alam ini, yaitu hutan pinus menjadi salah satu destinasi murni yang mampu menarik perhatian wisatawan. Destinasi ini kerap sekali digunakan sebagai sarana berkumpul keluarga, aara keagamaan, acara yang berkaitan dengan kepedulian lingkungan, prawedding, dan lain sebagainya. Sedangkan sungai yang alirannya menuju air terjun, kerap sekali digunakan sebagai wahana mandi bagi anak-anak dengan pantauan orangtua serta pihak pengelola. Sungai juga dimanfaatkan msyarakat setempat sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sumber air untuk ladang, sawah, dan lain sebagainya.

Jika dalam suatu daerah wisata terdapat lebih dari satu wisata, maka hal itu akan saling mempengaruhi atau berimbas bagi wisata lainnya yang ada di daerah


(49)

tersebut. Jadi, dalam hal pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, potensi alam lainnya yang ada di Kabupaten Dairi yang turut menarik perhatian wisatawan adalah:

 Pantai Silalahi: berlokasi di desa Sialahi I, II dan Paropo, Kecamatan Sumbul yang berjarak 48 km dari Kota Sidikalang. Terdapat pemandangan indah nuansa alami, lokasi memaning, wahana olahraga air, lokasi perkemahan dan rekreasi. Juga terdapat fasilitas pendukung seperti warung makan, penginapan, penjual souvenir dan juga terkenal dengan penenun ulos, dan merupakan kawasan pinggiran Danau Toba.

 Lae Pondom: berlokasi di desa Tanjung Beringin, Keamatan Sumbul yang berjarak 31 km dari Kota Sidikalang. Dari lokasi ini terpampang panorama Danau Toba dan desa Silalahi. Di lokasi ini juga terdapat tumbuhan anggrek dan serta satwa yang dilindungi. Lae pondom ini difungsikan sebagai tempatrekreasi, tempat perkemahan, dan basecamp PLTA Renun.

 Puncak Sidiangkat, berlokasi di desa Sidiangkat, Kecamatan Sidikalang yang berjarak 8 km dari pusat kota Sidikalang. Sajian panorama indah, taman bunga serta tempat memandang ke arah Aeh Selatan dapat melihat Lautan Hindia pada sore hari dan juga terdapat gua yang mempunyai legenda tersendiri.

 Lae Pandaroh: berlokasi di desa Sitinjo dan berjarak 11 km dari kota Sidikalang. Lae pandaroh ini merupakan air terjung yang lokasinya sangat dekat dengan Taman Wisata Iman Sitinjo. Lokasi ini kerap sekali dijadikan lokasi wisata alam yang indah bagi pengunjung.


(50)

 Danau Sicike-cike: berlokasi di perbukitan wilayah sitinjo, yang berjarak 21 km dari Kota sidikalang. Di puncak Sicike-cike terdapat tiga (3) buah danau kecil. Masyarakat setempat mempercayai legenda ajaib yang menjelaskan terjadinya danau tersebut. Ditengah danau selalu terlihat dua ekor angsa dan tujuh batang padi. Tetapi perbukitan ini lebih penting secara ekologis karena tiga buah sungai, yaitu Lae Pandaroh, Lae Simbellen, Lae Mbilulu berhulu di lokasi ini. Air minum dan irigasi di dua keamatan sangat tergantung pada kelestarian hutan Sicike-cike.

 Lae Une: berlokasi di desa Kecupuk, Kecamatan Salak yang berjarak 36 km dari kota sidikalang. Lae Une merupakan air terjun yang memiliki ketinggian ± 50 m dan memiliki pemandangan yang indah, fasilitas pendukung wisata yang seadanya dan masih perlu penataan.

 Sipaulak Hosa: berlokasi di Siahisabungan yang berjarak 42 km dari Kota Sidikalang. Di lokasi ini terdapat air yang diyakini oleh masyarakat setempat menadi air yang menyehatkan bagi orang yang meminumnya.

 Letter Z: berlokasi di Tigalingga yang berjarak 11 km dari Kota Sidikalang. Lokasi ini memiliki panorama yang indah dan sebagai tempat “panatapan” atau memandang keindahan alam disekitarnya.

 Kandet Liang berlokasi di desa Bukit Lau Kersik, kecamatan Tigalingga yang berjarak 38 km dari Kota Sidikalang. Di lokasi ini terdapat gua yang sangat dalam dan unik, namun masih perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh mengenai gua ini.


(51)

 Parongil Julu: berlokasi di desa Silikmatua, Kecamatan Kerajaan yang berjarak 29 km dari Kota Sidikalang. Terdapat air terjun tujuh (7) tingkat yang merupakan karakter alam yang potensial untuk dijadikan objek wisata alam Dairi.

 Tor Nauli: berlokasi di desa Markelang yang berjarak 32 km dari Kota Sidikalang. Dilokasi ini terdapat perkebunan kopi dan persawahan masyarakat yang luas, sehingga lokasi ini berpotensi dijadikan sebagai tempat wisata dengan menjaga kelestarian yang ada.

 Liang Tojok: berlokasi di desa Siempat Rube II yang berjarak 36 km dari Kota Sidikalang. Di lokasi ini terdapat air terjun dan gua batu yang merupakan bekas kejadian alam dimasa lampau. Jelas ini menjadi lokasi unik yang berpotensi menjadi wisata alam di Dairi.

Dairi merupakan kabupaten yang dikenal dengan penghasil Kopi yang merupakan hasil alamnya dengan nama generik Kopi Sidikalang. Menurut para penikmat kopi cita rasanya tidak kalah dengan Kopi Jamaica yang terkenal itu. Kopi menjadi potensi agar wisatawan berkunjung ke Kabupaten Dairi, karena menikmati hasil alam dari daerah penghasilnya jauh lebih memuaskan.

Selain kopi, ada beberapa hasil alam baik yang sudah di olah atau masih mentah seperti Nilam, Kemenyan, teh hijau, tembakau, buah enau dan raru yang di olah menjadi Pola (tuak), gambir dan lain-lain. Semua potensi alam tersebut memberikan imbas positif bagi Taman Wisata Iman Sitinjo.


(52)

4.3.2 Potensi kebudayaan

Jika ada satu kata yang menjelaskan karakteristik utama orang Batak, itulah adat, tradisi, budaya, serta peninggalan sejarah. Begitu juga di Dairi yang dikenal juga dengan kental dengan kebudayaan. Kabupaten Dairi adalah sebuah daerah multietnik, terdiri dari Toba, Pakpak. Karo, Simalungun, Angkola-Mandailing dan etnis Tionghoa. Suku yang menjadi ciri khas Kabupaten Dairi adalah Batak pada umumnya dan Pakpak pada khususnya. Pakaian, bahasa, makanan khas, senjata, rumah, makam dan alat-alat musik semuanya sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya dan adat lokal yang diwariskan turun temurun.

 Pakaian Pakpak: pakaian tradisional yang didominasi oleh warna hitam. Pakaian ini kerap kali digunakan untuk menari, acara pernikahan, dan atraksi kebudayaan lainnya. Ketika pakaian modern sudah dikenal maka oles (ulos) tradisional ukup menjadi penanda busana yang khas.

 Bahasa Pakpak: bahasa yang cukup khas dibandingkan dengan bahasa sub-etnik Batak lainnya. Secara intonasi dan kosa kata lebih dekat dengan bahasa Karo dan Simalungun namun tetap memeliki kekerabatan yang kuat dengan bahasa Toba dan Angkola-Mandailing.

 Rumah Pakpak: merupakan rumah adat yang arsitekrurnya secara kategorial mirip dengan rumah adat Batak pada umumnya dengan perbedaan khas pada mahkota atapnya.

 Pelleng: merupakan makanan khas tradisional Pakpak yang paling dikenal. Pada era pra-agama samawi dahulu, makanan ini diniatkan untuk


(53)

membangkitkan semanga dan keberanian, utamanya sebelum berperang. Makanan pedas berkunyit ini tetap digemari masyarakat hingga kini meskipun perang tak ada lagi, karena cita rasanya memang unik.

 Kesenian Pakpak: memiliki Genderang Pakpak (alat musik) dimainkan bila ada upacara adat seperti perkawinan, kematian, peresmian gedung publik, penyambutan tamu agung dan sebagainya. Selain alat musik, dairi juga memiliki kesenian berupa tarian seperti: Tatak Motik Kopi (tarian memetik kopi); Tatak Manabi (tarian menyabit renggisa); Tatak Garo-garo (tarian burung garo-garo); Tatak Renggisa (tarian burung renggisa); Tatak Tintoa Serser (tarian mengirik padi); Tor-tor Si Raja Doli (tarian daerah Tapanuli Utara); Tor-tor Sitalasari (tarian daerah Simalungun); dan Tarian Siterang Bulan (tarian daerah Karo).

 Gedung Nasional Djauli Manik dan Mejan Galery: berlokasi di Kota Sidikalang yang berungsi sebagai gedung serbaguna, baik untuk pesta adat, pagelaran budaya dan lain sebagainya. Mejan Galery yang berada satu lokasi dengan Gedung Nasional Djauli Manik digunakan sebagai wadah “museum

mini” penyimpanan peninggalan sejarah dan hasil karya tangan anak daerah

dengan keunikannya masing-masing. Lokasi ini telah mengalami perubahan yang signifikan baik dari tata ruang, kebersihan serta fungsinya, jika sebelumnya lokasi ini kurang terawat. Lokasi ini menjadi salah satu ciri khas Kabupaten dairi dan menjadi potensi wisata kebudayaan.


(54)

Potensi kebudayaan yang juga dimiliki oleh Dairi adalah peninggalan sejarah seperti:  Sikabeng-kabeng: berlokasi di desa Sikabeng-kabeng kecamatan Sumbul yang

berjarak 20 km dari Kota Sidikalang. Sikabeng-kabeng merupakan rumah adat peninggalan khas Pakpak.

 Mejan (Candi): berlokasi di berbagai daerah yang ada di Dairi dan memiliki potensi dalam membantu pengembangan pariwisata dan khususnya berimbas bagi Taman Wisata Iman Sitinjo.

 Situs-situs/tugu yang ada dijumpai di beberapa tempat seperti Bau Tettal, Mummi, dan lain-lain.


(55)

Peta Situs Cagar Budaya Kabupaten Dairi

Gambar 4.2 Peta Situs Cagar Budaya Kabupaten Dairi Sumber: Disbuparpora, bidang Pariwisata (2016)


(56)

4.3.3 Potensi Manusia

Potensi manusia dalam hal wisata adalah potensi masyarakat yang dimiliki oleh suatu daerah baik dalam hal kesenian serta kempampuan intelektual. Potensi ini akan dipertunjukkan lewat acara adat, pertandingan atau pagelaran kebudayaan, sehingga dapat digunakan sebagai daya tarik wisata. Dari segi kerukunan etnik juga tentu menjadi daya tari wisata, jika pada suatu daerah wisata tidak ada kerukunan, maka akan sulit bagi daerah tersebut untuk mengembangka potensi-potensi yang dimiliki. Di dairi potensi manusia dalam hal kerukunan etnik dan agama sangat kental karena tidak adanya perselisihan yang membuat putusnya tali bersaudaraan.

Pemkab Dairi memprioritaskan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui sektor pendidikan. Berbagai usaha mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana belajar, peningkatan jumlah dan kualitas guru serta perbaikan kesejahteraan guru.

Saat ini Pemkab Dairi bekerja sama dengan Disbudparpora tengah melakukan pengembangan di berbagai sektor wisata, seperti persiapan kesenian untuk pagelaran budaya yang akan dilakukan dalam pesta Njuah-njuah. Kesenian dibidang tari saat ini tengah dipersiapkan, kembali Dairi menumbuhkan minat putra/putri daerah untuk semakin mengenal daerahnya lewat tarian. Tarian khas Dairi sudah sejak dulu menjadi potensi dan daya tarik wisatawan dan dipertunjukkan di beberapa daerah bahkan negara guna mempertunjukkan sekaligus mempromosikan potensi manusia yang lihai dalam kesenian.

Pagelaran budaya dan kesenian dari daerah ini pernah ditampilkan pada acara penutupan Penang Fair pada 28 Oktober s/d November 1994 di Penang Malysia.


(57)

Kesenian bidang tari juga kerap dipertunjukkan dalam acara Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU). Dari hal tersebut bisa dilihat bahwa Dairi memiliki potensi manusia yang bisa diandalkan untuk menciptakan daya tarik wisatawan guna menghidupkan seluruh wisata khususnya Taman Wisata Iman Sitinjo.

4.4 Strategi Pengembangan Produk Taman Wisata Iman Sitinjo

Strategi pengembangan produk adalah strategi bagaimana organisasi menciptakan produk baru atau memodifikasi sesuai kebutuhan pasar. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Marulak Situmorang selaku pengelola Taman Wisata Iman Sitinjo

“Tidak ada strategi khusus, namun tetap dilakukan secara terorganisir. Dalam pengembangan telah disusun target kerja, dimana pengembangan dibagi menjadi dua (2) yaitu jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek dengan kinerja per tahun anggaran”.

Sesuai dengan data yang didapat dari hasil penelitian baik data primer maupun data sekunder yang di peroleh dari pengelola Taman Wisata Iman Sitinjo dan wisatawan yang diikuti dengan wawancara, maka dapat dijabarkan mengenai lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan wisata religi ini.

4.4.1 Faktor Internal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berada di dalam pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo yang mencakup kekuatan dan kelemahan ditinjau dari analisis lingkungan internal. Faktor-faktor internal pada pengembanga TWI Sitinjo yang dimonitor oleh peneliti yaitu, sebagai berikut:


(58)

1) Manajemen

Manajemen yang dilakukan dalan pengelolaan TWI Sitinjo dilakukan dengan membuat program kerja (perencanaan) per tahun anggaran, target kerja dan kemudian merealisasikannya. Perencanaan disusun dengan segala pertimbangan, seperti dana yang dimasukkan ke dalam RAPD, lokasi, dan lain-lain.

Dalam manajemen pengembangan wisata ini dipegang oleh Disbudparpora, khususnya bidang Pariwisata, dimana para pengelola adalah orang-orang yang telah menguasai hal-hal yang diperlukan untuk pengembangan.

2) Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan dengan melakukan kerjasama antara pemerintah Kabupaten Dairi, Disbudparpora Dairi serta masyarakat setempat. Dari hasil wawancara dan observasi mengenai kondisi yang ada, pemasaran ini berjalan dengan baik saat ini, karena masyarakat memiliki antusiasme dan menerima adanya Taman Wisata Iman Sitinjo. Sehingga pengembangan tidak mengalami hambatan dalam pemasarannya.

3) Product

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pengelola dan wisatawan, bahwa TWI Sitinjo merupakan produk wisata Dairi yang unik ditengah hutan pinus dan memiliki kelebihan dari segi rumah ibadah 5 agama di Dairi, miniatur tokoh agama, Taman Firdaus, fasilitas keamanan, fasilitas umum, lokasi rekreasi, kebun binatang mini, akomodasi penginapan, souvenir, pemandangan alam yang indah. Namun informasi yang di dapat dari para informan mengatakan produk wisata unggulan Dairi ini masih minim akan sarana penunjuk arah, beberapa


(59)

bangunan mengalami kerusakan, posisi denah lokasi yang kurang strategis, toilet umum yang berbayar, terdapat jalan berbatu dan belum di aspal, sarana penerangan di sekitar area wisata, jumlah tempat sampah yang minim, kandang kebun binatang mini yang rusak.

4) Price

Price atau harga merupakan salah satu komponen pertimbangan dalam membeli sesuatu. Begitu juga halnya dengan kawasan wisata bahwa retribusi menjadi pertimbangan bagi wisatawan. Dari data yang diperoleh mengenai tarif retribusi memasuki kawasan Taman Wisata Iman Sitinjo serta membandingkannya dengan pendapat wisatawan, bahwa tarif tersebut dikategorikan mahal. Wisatawan harus membayar retribusi sesuai tarif yang ditentukan dan juga harus membayar ketika menggunakan toilet umum. Retribusi ini juga semakin jelas tingkat kemahalannya ketika membawa rombongan keluarga, keluh beberapa wisatawan.

5) Place

Place atau lokasi merupakan bagian penting dalam pengembangan wisata. Sesuai dengan data yang diperoleh dan hasil wawancara bahwa lokasi Taman Wisata Iman Sitinjo ini adalah lokasi yang strategis. Hal ini dikarenakan lokasi dekat dengan akses jalan raya dan angkutan umum serta tidak jauh dari Kota Sidikalang. Lokasi wisata religi ini juga menjadi potensi yang dapat dikembangkan karena berada di perbukitan hutan pinus. Bagi wisatawan yang datang mengatakan merasa nyaman dan teduh saat beribadah, berdoa dan


(60)

berekreasi di lokasi TWI Sitinjo yang kerap sekali digunakan juga sebagai lokasi prawedding.

6) Promotion

Promosi sebagai upaya untuk memperkenalkan usaha kepada para konsumen. Begitu halnya dengan promosi yang dilakukan untuk pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, dilakukan oleh pihak pengelola sedemikian rupa.

Promosi dilakukan lewat media sosial, melalui pagelaran budaya, melalui sosialisasi bahkan promosi juga dilakukan oleh masyarakat yang telah mengunjungi wisata religi ini. Namun menurut beberapa wisatawan promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola masih belum maksimal.

7) People

People merupakan bagian dari pelayanan dalam suatu usaha yang dapat mempengaruhi kepuasaan konsumen. Sama halnya dengan wisata, terutama Taman Wisata Iman Sitinjo, pelayanan menjadi salah satu komponen kepuasan bagi wisatawan. Berdasarkan informasi dari wisatawan secara umum pelayanan yang diberikan oleh petugas yang ada sudah cukup baik.

Namun dari beberapa wisatawan yang diwawancarai mengatakan petugas retribusi terkesan kurang ramah dan tidak jarang petugas retribusi tidak memberikan tiket. Selain petugas retribusi, photografer juga menjadi hal yang mempengaruhi kepuasan wisatawan. Dikatakan bahwa photografer memiliki penampilan yang terkesan tidak rapi, sehingga wisatawan terlebih dahulu berprasangka buruk. Photografer yang sekaligus menjadi guide tersebut kerap sekali mengarahkan wisatawan hanya ke lokasi yang tidak jauh dari tempat


(61)

mangkal. Namun wisatawan mengatakan sisi positif adanya photografer adalah menambah daya tarik karena memudahkan wisatawan dalam mengambil foto sebagai kenang-kenangan pernah mengunjungi TWI Sitinjo. Beberapa wisatawan mengatakan perlu adanya guide di lokasi TWI Sitinjo. Namun untuk pelayanan penjual souvenir, wisatawan mengatakan mendapatkan pelayanan yang ramah. 8) Keuangan

Keuangan adalah salah satu komponen yang sangat berpengaruh bagi pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo. Pada saat ini sedang dilakukan pembenahan di lokasi TWI Sitinjo ini, dan beberapa rencana pembenahan telah dimasukkan kedalam RAPBD. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola dikatakan minimnya keuangan membuat pembangunan sedikit lambat, seperti pembenahan pada Taman Firdaus.

9) Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan merupakan suatu wadah bagi pihak pengelola untuk lebih memahami kekurangan dan kelebihan wisata yang dikelolanya. Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan litbang ini dilakukan oleh pihak pengelola, misalnya dengan melakukan kunjungan ke wisata di luar Dairi guna melihat hal apa yang perlu dibenahi di Taman Wisata Iman Sitinjo.

10) Kelebihan lainnya

Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal Taman Wisata Iman Sitinjo, peneliti berusaha menggali lebih dalam mengenai kelebihan yang dimiliki wisata religi ini. Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola dkatakan bahwa dengan adanya TWI Sitinjo ini menjadi hal positif bagi


(62)

masyarakat setempat, menaikkan taraf hidup, dan membuat masyarakat berkembang dengan cepat.

Sungai yang ada di lokasi ini juga menjadi sarana pengairan bagi penduduk setempat dan sarana rekreasi bagi wisatawan. Jika berdasarkan informasi dari wisatawan dikatakan bahwa sejak adanya TWI Sitinjo ini, masyarakat memiliki tempat berdoa yang teduh, tempat berkumpul yang tenang dengan suasana hutan pinus. Dilokasi wisata ini juga terdapat penjual souvenir keagamaan dan miniatur rumah ibadah dan rumah adat Batak.

11) Kekurangan lainnya

Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal Taman Wisata Iman Sitinjo, peneliti berusaha menggali lebih dalam mengenai kekurangan yang dimiliki wisata religi ini. Berdasarkan hasil wawancara terhadap wisatawan, maka peneliti mendapatkan informasi bahwa tidak adanya bus khusus untuk wisatawan menjadi kekurangan bagi TWI Sitinjo. Hal ini dikarenakan jarak antara pintu masuk menuju lokasi wisata dikategorikan jauh jika berjalan kaki.

Hal lain yang bisa mengurangi daya tarik adalah kebersihan lokasi wisata, dimana masih terdapat sampah yang berserakan, terutama di lokasi air terjun dibawah jembatan, jelas terlihat tumpukan sampah. Hal yang perlu diperhatikan juga adalah mengenai sistem informasi, yaitu informasi mengenai Taman Wisata Iman Sitinjo di website resmi yang dimiliki kurang up to date. Hal yang perlu dibenahi juga adalah mengenai fungsi pelayanan pusat informasi yang kurang aktiv dalam memberikan pelayanan bagi pengunjung.


(63)

4.4.2 Faktor Eksternal Yang Menjadi Peluang dan Ancaman

Faktor eksternal adala faktor-faktor yang berada di luar Taman Wisata Iman Sitinjo yang mencakup peluang dan ancaman, ditinjau dari analisis lingkungan eksternal. Faktor-faktor eksternal pada TWI Sitinjo yang dimonitor oleh peneliti, yaitu sebagia berikut:

1) Kondisi Ekonomi

Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dan beragam strategi. Sama halnya pengaruh kondisi ekonomi terhadap pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, baik itu mempengaruhi jumlah wisatawan atau untuk pembangunan.

Berdasarkan hasil wawanacara dengan Bapak Marulak Situmorang dikatakan bahwa turunya perekonomian masyarakat jelas mempengaruhi jumlah wisatawan dan pendapatan TWI Sitinjo yang ikut menurun. Jadi saat ini kondisi perekonomian masyarakat indonsia yang tidak stabil menjadi anacaman bagi pengembangan TWI Sitinjo.

2) Sosial, Budaya

Sosial dan Budaya adalah ciri khas yang dimiliki setiap daerah. Ciri khas ini lah yang menunjukkan bagaimana keadaan di daerah tersebut. Sama halnya dengan sosial budaya yang dimiliki Kabupaten Dairi menjadi ciri khas yang dikenal oleh daerah lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa kehidupan sosial budaya di Dairi masih kental dengan etnis yang dimiliki yaitu Batak umumnya dan Pakpak khususnya serta beberapa etnis lainnya seperti


(64)

Tionghoa. Kehidupan sosial masyarak di Dairi bersifat rukun antar etnis dan agama, dan terbuka bagi pendatang.

Dengan kebudayaan yang dimiliki seperti rumah adat, tarian tradisional, makanan khas, dan lain sebagainya. Kebudayaan yang dimiliki kerap sekali dipertunjukkan dalam pagelaran kebudayaan, seperti Pesta Njuah-njuah yang tiap tahun dilaksanakan.

3) Politik, Pemerintahan dan Hukum

Berdasarkan hasil wawancara kepada pihak pengelola dikatakan bahwa dalam pengembangan Taman Wisata Sitinjo tidak dipengaruhi oleh faktor politik. Wisata ini bekerja dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan pihak pengelola yaitu Disbudparpora khususnya bidang pariwisata. Dimana pemerintah daerah Dairi mendukung dikembangkannya wisata religi ini. Kemudian diihat dari segi hukum jelas sangat mempengaruhi, misalnya dari segi penetapan retribusi sesuai Perbup nomor 24 tahun 2015 mengenai penyesuaian tarif retribusi seperti yang dikatakan oleh Bapak Marulak Situmorang.

Berdasarkan hasil observasi peneliti, kebijakan ini bisa menjadi peluang bagi pihak pengelola dalam meningkatkan pendapatan dari TWI Sitinjo, namun menjadi ancaman juga karena mempengaruhi minat wisatawan dengan tarif retribusi yang dinaikkan sesuai peraturan tersebut.

4) Teknologi

Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan ide baru untuk pengembangan wisata, sebagai sarana memperkenalkan objek wisata yang ada bagi publik. Saat ini pihak pengelola memanfaatkan keacnggihan teknologi


(65)

guna mempromosikan objek wisata yang ada di Dairi dan khususnya Taman Wisata Iman Sitinjo kepada dunia. Dari hasil wawancara kepada beberapa wisatawan dikatakan bahwa mereka mendapat informasi dari media sosial, website yang dimiliki Disbudparpora, dan lain-lain yang berbau teknologi.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti melihat media sosial sangat berpengaruh dalam pengembangan wisata ini, dimana penggunanya melampirkan foto di akun mereka saat berada di lokasi Taman Wisata Iman Sitijo. Hal ini secara tidak sadar dilakukan masyarakat untuk mempromosikan wisata religi ini.

5) Kompetitif

Kompetitif menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dalam dunia usaha, namun tidak halnya bagi Taman Wisata Iman Sitinjo. Menurut Bapak Marulak Situmorang, objek wisata diluar Dairi bukanlah menjadi kompetitor bagi pengembangan TWI Sitinjo, melainkan wisata tersebut menjadi peluang dan jalan untuk mendatangkan wisatawan ke lokasi wisata religi ini. Hal ini dikarenakan sifat manusia ingin mengunjungi wisata yang beragam.

6) Peluang Lainnya

Untuk mengetahui peluang dan ancaman eksternal pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, peneliti berusaha mengenali lebih mendalam mengenai peluang dari TWI Sitinjo kepada informan kunci dan informan utama.

Peneliti melihat bahwa lahan kosong milik masyarakat yang dekat dengan lokasi wisata bisa memberikan peluang untuk pengembangan. Dengan masyarakat yang menerima objek wisata ini tentunya semakin memudahkan untuk melakukan kerjasama dalam hal penggunaan lahan kosong tersebut.


(66)

Dari data yang diperoleh dari informan kunci mengenai objek wisata lainnya seperti wisata alam yang ada di kabupaten Dairi. Objek wisata ini memiliki potensi untuk mendatangkan wisatawan ke Dairi jika dikelola dengan baik dan disediakannya fasilitas pendukung. Sehingga berimbas juga bagi TWI Sitinjo, yaitu wisatawan tidak hanya mendatangi satu objek saja, melainkan banyak objek.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti mendapat informasi bahwa komunitas juga berperan. Komunitas yang peduli akan lingkungan, dimana komunitas yang seperti ini mampu menaikkan citra TWI Sitinjo. Komunitas yang melakukan kegiatan di dalam wisata religi ini menjadi orang-orang yang mempublikasikan objek wisata.

Peluang lain adalah hasil alam yang menjadi ciri khas Dairi sperti kopi menjadi potensi alam dan menambah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kota kopi ini. Hal ini juga dimanfaatkan masyarakat yaitu dengan membuka warung, kedai, café dengan mengandalkan kopi sebagai menu utama. Dengan adanya hal tersebut akan menarik perhatian wisatawan, sehingga berimbas juga bagi TWI Sitinjo.

7) Ancaman Lainnya

Untuk mengetahui peluang dan ancaman eksternal pengembangan Taman Wisata Iman Sitinjo, peneliti berusaha mengenali lebih mendalam mengenai ancaman dari TWI Sitinjo kepada informan kunci dan informan utama. Dari informasi yang diperoleh mengenai jumlah wisatawan yang menurun serta hasil wawancara yang mengatakan wisatawan kerap sekali bosan terhadap satu objek


(1)

2.4 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 29

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal ... 29

2.4.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 32

2.5 Analisis SWOT ... 34

2.6 Analisis Matriks ... 36

2.7 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian ... 43

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 44

3.3 Definisi Konsep ... 44

3.4 Sumber Data ... 45

3.5 Informan Penelitian ... 45

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.7 Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 47

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Dairi... 47

4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dairi ………... 47 4.1.2.1 Visi dan Misi……….. 48

4.1.2.2 Tugas dan Fungsi……… 49


(2)

4.1.3 Objek Wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo……….. 54

4.1.3.1 Sejarah Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo……….. 54

4.1.3.2 Fasilitas Pendukung Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo……… 55

4.1.3.3 Pendapatan dan Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo………. 60

4.2 Penyajian Data……… 62

4.2.1 Profil Informan………. 62

4.3 Potensi Taman Wisata Iman Sitinjo………... 76

4.3.1 Potensi Alam………. 77

4.3.2 Potensi kebudayaan……….. 81

4.3.3 Potensi Manusia……… 85

4.4 Strategi Pengembangan Produk Taman Wisata Iman Sitinjo………. 86

4.4.1 Faktor Internal Yang Menjadi Kekuatan dan Kelemahan……… 86

4.4.2 Faktor Eksternal Yang Menjadi Peluang dan Ancaman……… 92

4.5 Analisis Data………. 96

4.5.1 Identifikasi Lingkungan Wisata………. 96

4.5.1.1 Lingkungan Internal……….. 96

4.5.1.2 Lingkungan Eksternal………... 101

4.5.2 Internal Strategic Factor Analysis Strategy (IFAS)………... 106

4.5.3 External Strategic Factor Analysis Strategy (EFAS)………. 115

4.5.4 Analisis Diagram SWOT………121

4.5.5 Analisis Matriks SWOT……….123


(3)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………. 135

5.2 Saran……… 136

DAFTAR PUSTAKA………. 137 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Perkembangan Bulanan Wisatawan

Mancanegara 2010-2015 ... 2

Tabel 1.2 Tarif Retribusi Taman Wisata Iman Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara ... 5

Tabel 2.1 Matriks EFAS ... 37

Tabel 2.2 Matriks IFAS ... 39

Tabel 2.3 Matriks SWOT ... 40

Tabel 2.4 Matriks IE ……….. 42

Tabel 4.1 Pendapatan Retribusi Taman Wisata Iman Sitinjo 2009-2015………… 60

Tabel 4.2 Jumlah Pengunjung Taman Wisata Iman Sitinjo 2010-2015…………... 61

Tabel 4.3 SWOT Taman Wisata Iman Sitinjo………...105

Tabel 4.4 IFAS Taman Wisata Iman Sitinjo……….109

Tabel 4.5 EFAS Taman Wisata Iman Sitinjo………117

Tabel 4.6 Matriks SWOT Taman Wisata Iman Sitinjo……….123


(5)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Kesesuaian

Penawaran dan Permintaan ... 22

Gambar 2.2 Analisis SWOT……….. 35

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bidang Pariwisata……….. 53

Gambar 4.2 Peta Situs Cagar Budaya Kabupaten Dairi………. 84


(6)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran Foto


Dokumen yang terkait

Pengembangan Objek Wisata Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Dairi Oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Dairi

23 144 112

Ekotaksonomi Tumbuhan Paku Di Taman Wisata Alam Sicikeh-Cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara

5 87 89

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 0 15

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 1 2

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 0 9

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

1 6 37

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

1 1 2

Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Produk Ekowisata (Studi Kasus Taman Wisata Iman (TWI), Sitinjo, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

0 0 9

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

0 0 4

Strategi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Dairi Terkait Pengembangan Taman Wisata Iman (TWI) dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan

0 0 2