BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Makin meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Seperti kita ketahui bersama, bahan yang
digunakan untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, dinding dan lantai. Salah satu masalah dilapangan saat ini yang perlu segera diatasi adalah masalah kebutuhan
batu bata sebagai bahan dinding perumahan dan efek kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Sebagaimana diketahui, kebutuhan masyarakat akan perumahan tidak
pernah surut bahkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa perumahan yang dibuat selalu laku terjual.
Adapun salah satu permasalahan utama dalam menyediakan rumah di Indonesia adalah tingginya biaya konstruksi bangunan dan lahan. Selama ini berbagai
penelitian sudah dilakukan tetapi masih belum ditemukan alternatif teknik konstruksi yang effisien serta penyediaan bahan bangunan dalam jumlah besar dan
ekonomis. Hal tersebut dapat memberikan suatu alternatif untuk memanfaatkan limbah-limbah industri yang dibiarkan begitu saja. Limbah industri untuk bahan
campuran beton ternyata mampu meningkatkan daya kuat tekan Triwulan dkk, 2004. Bahan tambah tersebut dapat berupa abu terbang fly ash, pozolan, abu
sekam padi rice husk ash, abu ampas tebu bagase furnace, dan jerami padi batang padi pasca panen.
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur silikat dan atau aluminat yang reaktif. Pozolan sendiri tidak mempunyai sifat semen,
akan tetapi dalam keadaan halus lolos ayakan 0,21 mm bereaksi dengan air dan kapur pada suhu normal 24-27
o
C menjadi suatu massa padat yang tidak larut dalam air. Sedangkan abu terbang fly ash dihasilkan dari sisa pembakaran batu
bara yang merupakan sumber energi dalam proses industri, dihancurkan terlebih dahulu sebelum proses pembakaran. Serbuk batu bara dimasukkan kedalam tungku
Universitas Sumatera Utara
pembakaran, yang kemudian mengalami perubahan fisik dan kimianya. Adapun abu sekam padi rice husk ash dihasilkan dari pembakaran sekam padi yang biasa
dimanfaatkan untuk pembakaran untuk pembakaran bata merah atau genteng. Rahman Sudiyo 2008 menyatakan bahwa: ’’Sekam padi setelah dipurifikasi
memiliki kandungan silika hingga 95, sedangkan abu terbang memiliki kandungan 90.”
Abu ampas tebu yang merupakan abu sisa pembakaran ampas tebu bagase sebagai bahan tambahan dalam mortar yang banyak memiliki kandungan senyawa
silikat SiO2 yang juga merupakan bahan baku utama dari semen biasa portland, pemanfaatan abu ampas tebu sebagai bahan tambah pembuatan paving block dapat
meningkatkan kuat tekan paving block Indriyanto 2001:43.Untuk mencegah kerusakan lahan akibat pengambilan tanah yang berlebihan yang digunakan untuk
pembuatan batu bata maka perlu dicari alternatif bahan lain. Salah satu alternatif yang akan digunakan untuk mengatasi masalah diatas adalah dengan batako dengan
bahan tambah ampas tebu . Dengan optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian yang berupa tebu ini diharapkan akan mengurangi limbah yang mencemari lingkungan
dan dapat mengurangi kerusakan lahan pertanian. Ampas tebu merupakan salah satu limbah pertanian yang cukup besar jumlahnya dan belum sepenuhnya
dimanfaatkan. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari Ikatan Ahli Gula Indonesia Ikagi menunjukkan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57
pabrik gula di Indonesia mencapai sekitar 30 juta ton Anonim, 2007b, sehingga ampas tebu yang dihasilkan diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun, sebanyak
60 dari ampas tebu tersebut dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku untuk kertas, bahan baku industri kanvas rem, industri jamur dan lain-
lain. Oleh karena itu diperkirakan sebanyak 45 dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan Husin, 2007.
Alasan lain penggunaan ampas tebu untuk bahan campuran batako ringan adalah menciptakan bangunan yang ramah lingkungan Eco-Architecture dengan sentuhan
teknologi baru. Dibandingkan dengan batako biasa, batako dengan penambahan ampas tebu ini dimungkinkan mempunyai berat yang lebih ringan, sehingga dapat
digunakan pada daerah rawan gempa. Perlu diingat fakta menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
bangunan adalah pengguna energi terbesar mulai dari konstruksi, bahan bangunan, saat bangunan beroperasi, perawatan hingga bangunan dihancurkan. Apabila
dilakukan lifecycle analysis sebuah bangunan akan terlihat berbagai dampaknya terhadap lingkungan dan dapat disimpulkan biaya keseluruhan dari arsitektur yang
tidak berkelanjutan adalah jauh lebih tinggi dari yang berkelanjutan suistainable. Sehingga dengan meyakini Eco-Architecture ini akan menghemat biaya dalam
jangka panjang. Dengan melihat permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini akan
mengembangkan penelitian mengenai penambahan ampas tebu sebagai bahan tambah beton ringan yang digunakan sebagai konstruksi dinding kedap suara. Oleh
karena itu penulis mengambil judul ”Pemanfaatan ampas tebu dalam pembuatan batako ringan yang direncanakan sebagai konstruksi dinding kedap suara”
1.2. Perumusan Masalah