Kontaminasi Garam Proses Salinasi

keadaan tersebut masalahnya sangat komplek dan membutuhkan dana yang besar Bapenas, 2005. Perkiraan kerusakan akibat tsunami terhadap pertanian di Indonesia : 1. Lahan Pertanian padi + palawija Perkiraan kerusakan untuk areal partanian 37.500 ha - Pantai Timur 8.300 ha - Pantai Barat 29.200 ha Aceh Besar, Banda Aceh, dan Sabang termasuk dalam pantai barat 2. Perikanan Perkiraan kerusakan untuk areal akuakultur Payau 36.597 ha 3. Perkebunan Kelapa, Kacang Mede, Pinang, Coklat, Kopi. 4. Ternak - Ruminansia : 208.000 ekor - Unggas : 1. 450.000 ekor Sumber : Survei bersama didaerah yang terkena tsunami oleh Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan dan FAO Januari, 2005. FAO, 2005.

4.1. Kontaminasi Garam Proses Salinasi

Tanah salin asin umumnya tidak produktif untuk pertanian. Tanah semacam ini dapat terjadi karena rembesan air laut, sementara air tawar tidak mampu menetralisirnya. Tanah bergaram sifatnya lepas karena tidak mmpunyai kemampuan untuk mengikat air, sehingga pada musim hujan air terus merembes kebawah. Tanah semacam ini tidak mampu menahan air di lapisan olah karena Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008 bersifat lepas tersebut. Untuk mengatasinya tanah harus diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau pengairan dilapisan olah sehingga menempati kedudukan garam, untuk itu kapur dapat dipakai sebagai pemantap susunan tanah tersebut Kuswandi, 1993. Menurut Boiran, 2004 Perkembangan lanjut tanah yang dipergaruhi oleh kadar garam terutama NaCl memperberat kerusakan tanah karena tanah yang demikian tidak dapat lagi dibudidayakan dengan tanaman yang peka terhadap tingginya salinitas tanah. Usaha desalinasi tanah juga sangat mahal karena memerlukan bahan amelioran dan pencucian garam yang terdapat dalam tanah. Ion-ion dalam air menghantarkan aliran listrik, maka dipergunakan cara yang tepat yaitu Daya Hantar Listrik DHL atau electrical conduktivity, untuk menaksirkan kandungan total garam terlarut didalam suatu tanah. Cara penetapannnya adalah dengan menggunakan sejumlah tanah yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukkan kedalam gelas beker dibuat pasta tanah dengan menambah sedikit air demi sedikit. Air yang kemudian dikeluarkan dari pasta tanah dengan menggunakan saringan dengan tekanan by pressure and suction dan filtratnya digunakan untuk mengukur DHL-nya dengan satuan milimhos per sentimeter. Bila hasil pengukuran DHL didapat lebih kecil dari 4 milimhos per sentimeter, maka tanah tersebut masih masuk ke dalam kelompok tanah normal . Hubungan antara DHL dan Kinerja Tanaman dapat kita lihat pada Tabel 2. Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008 Tabel 1. Pengaruh Nilai Daya Hantar Listrik DHL terhadap Kinerja Tanaman Nilai Daya Hantar Listrik DHL Kinerja Tanaman 0 - 2 mS pengaruh kadar garam boleh diabaikan 2 – 4 mS hanya tanaman yang sangat rentan akan terpengaruh 4 – 8 mS hasil panen tanaman terbatas 8 –16 mS hanya tanaman yang tergenang hasil panen akan memuaskan. 16 mS hanya sedikit hasil panen tanaman tergenang yang memuaskan Sumber : Notohadiprawiro, 1998 Pemilihan nilai kritis untuk DHL pada 4 mmhocm dilaporkan tidak didasarkan atas kemungkinan tingkat kerusakan tanaman akibat kadar garam. Nilai DHL 4 mmhocm bermula dari scofield tahun 1942, yang menganggap tanah bersifat salin pada DHL 4 mmhocm atau lebih tinggi. Pada nilai DHL 4 mmhocm, produksi banyak jenis tanaman terbatas. Pada DHL antara 2 dan 4 mmhocm, hanya tanaman-tanaman yang sangat rentan yang akan terpengaruh, sedang pada nilai-nilai 2 mmhocm pengaruh salinitas kecil dapat diabaikan Tan, 1998. Padi termasuk tanaman yang sensitif terhadap salinitas yang dinyatakan dengan elektric conductivity EC atau daya hantar listrik DHL, salinitas yang hanya 2 dSm dipertimbangkan optimal, tetapi jika mencapai 4-6 dSm tergolong marjinal dan tanaman padi tidak dapat berkembang jika salinitas dengan daya hantar listrik DHL mencapai 3 dSm. Penurunan hasil sekitar 50 jika DHL Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008 sekitar 7,2 dSm, dan kegagalan atau penurunan hasil bisa mencapai ±100 apabila DHL mencapai sekitar 12 dSm. Dobermann and Fairhurst, 2000. Gambar 1. Diagram untuk klasifikasi air irigasi Data dari USDA Agricultural Handbook, 60, 1954 Foth, 1993. Air diserap oleh akar tanaman melalui suatu proses yang disebut osmosis yang melibatkan pergerakan air dari tempat dengan konsentrasi garam rendah Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008 contohnya tanah ketempat yang kadar garamnya tinggi contohnya bahagian dari sel-sel akar. Jika konsentrasi garam didalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke akar akan lambat. Jika konsentrasi dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar dan tanaman akan layu dan mati. Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinasi mempengaruhi produksi tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya osmosis, tetapi juga oleh sodium Na+ dan Cl - pada konsentrasi yang meracuni tanaman. Dengan demikian tingginya nilai pH ukuran untuk kesetimbangan asambasa yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat pada kekurangan unsur mikro. Salinitas tanah adalah masalah yang umum dijumpai didaerah-daerah dengan curah hujan rendah. Jika dikombinasikan dengan drainase dan kondisi irigasi yang buruk, dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Tipe salinitas seperti ini merupakan penyebab krisis kemanusian yang diakibatkan oleh kekeringan. Sementara salinitas yang muncul sebagai akibat dari bencana alam yang terjadi dalam waktu singkat, sampai saat ini hanya terbatas diakibatkan oleh tsunami. Hal yang menguntungkan di Aceh curah hujan yang tinggi yang tidak bisa dijumpai disebahagian daerah yang tanahnya bergaram. Tsunami akan mempengaruhi produksi beras melalui : 1. Hilangnya tanaman secara langsung, berkurangnya pangan dan hilangnya pangan dalam penyimpanan. 2. Hilangnya stok benih 3. Penggaraman salinasi, hilangnya tanah dan timbunan tanah. Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008 4. Kurangnya tenaga kerja dan peralatan dalam hal pembibitan, pemindahan tanaman dan pengelolaan gulma 5. Kurangnya informasi mengenai padi dan praktek produksi lain yang diperlukan. Elpido, 2006

4.2. Endapan Liat dan Debu